Meneladani Bunda Maria di jalan salib keluarga

advertisement
Meneladani Bunda Maria
di Jalan Salib Keluarga
Salib Keluarga
• Setiap orang dan setiap
keluarga ada salibnya
masing-masing.
• Ada PENGORBANAN
• Cinta terbesar =
pengorbanan
• Mengapa perlu ada
pengorbanan? Tidak
ada yang sempurna!!!
Jalan Salib – In Cruce Salus
• Dalam setiap penderitaan Tuhan selalu punya
rencana yang indah atas diri kita/keluarga kita.
• Syaratnya : kalau bisa hindari, namun kalau tidak
bisa  mencebur ke dalam tiap pengalaman itu,
setia, bersabar, dan belajar.
• Rm 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.
• Hidup adalah pergulatan menghindari
penderitaan, dan mencari kebahagiaan.
• Penderitaan/kesulitan adalah hal yang paling
dihindari oleh manusia.
• Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan.
• Penderitaan itu adalah
wajah kesedihan yang
mewakili banyaknya
masalah hidup yang
terjadi.
• Sedangkan kebahagiaan
adalah wajah
kedamaian dan
ketenangan dalam jiwa
seseorang.
• Pemazmur : Air mataku
menjadi makananku
siang dan malam, karena
sepanjang hari orang
berkata kepadaku: “Di
mana Allahmu?” (Mzm.
42:4).
• Di Balik Kebahagiaan Ada
Kesedihan
• Saat ada derita dan sedih,
carilah titik-titik yang
membahagiakan.
• Manusia mengalami salib
kehidupan. Salib yang
dirangkul dengan penuh
ketaatan dan penyerahan
diri karena kesadaran akan
In Cruce Salus. Dalam salib
ada kemenangan. Dalam
salib ada kebahagiaan.
• Salah satu kunci
menemukan kebahagiaan
dalam salib adalah totalitas
ketaatan dan penyerahan
diri kepada Tuhan.
• Setia dalam kebahagiaan
adalah mudah, namun
sebaliknya setia dan taat
dalam penderitaan
membutuhkan
perjuangan dan iman!.
• Apakah mungkin?
Ya, pasti.
• Maria adalah teladan
utama dalam
penderitaan. Hidupnya
diwarnai dengan sikap
taat dan berserah.
Menimba
inspirasi dan
kekuatan dari
ke-7 duka Bunda
Maria
Mater Dolorosa – “Salib Marian”
1. Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang
terjadi atas diri Yesus, Anaknya sewaktu ia bersama
Yusuf mempersembahkan Yesus di bait Allah.
2. Kedukaan yang dialaminya sewaktup pengungsian ke
Mesir.
3. Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari yesus di
Yerusalem.
4. Kedukaan sewaktu bertemu Yesus di jalan salib.
5. Kedukaan sewaktu Yesus di salib dan wafat.
6. Kedukaan sewaktu dibaringkan di pangkuannya.
7. Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan.
Dasar Kekuatan Maria
Aku ini hamba Tuhan,
terjadilah padaku
menurut kehendakMU
ECCE ANCILLA DOMINI
FIAT MIHI SECUNDUM
VERBUM TUUM”
Luk 1:38
Mengapa mampu
• Relasi istimewa dengan Tuhan menjadikan
Maria: rendah hati, Taat/Setia, dan
Berserah/Iklas.
• Seluruh hidup Maria: tergantung pada Tuhan!
• Maria yakin: Allah itu bagi kita tempat
perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong
dalam kesesakan sangat terbukti (Mzm 46:1)
Makna Biblis Ketaatan
• Dalam PL, kata yang dipakai dalam untuk taat/patuh
adalah kata Ibrani Syama atau Syema, yang secara
harafiah berarti “mendengarkan”. Ul 6:4: Dengarlah,
hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
• Kata "mendengar" = pikiran yang menyerah dan
tunduk kepada kekuasaan yang berbicara. Siap
melakukan apa yang diperintahkan. Hati, budi, dan
pikiran terarah pada Sang Mahakuasa.
• Ketaatan sejati dan sikap berserah diri adalah SATU
bagian yang tak terpisahkan.
Jalan Salib Maria (1)
Nubuat Simeon:
“Sesungguhnya Anak ini
ditentukan untuk
menjatuhkan atau
membangkitkan banyak
orang di Israel dan untuk
menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan
dan suatu pedang akan
menembus jiwamu
sendiri,supaya menjadi
nyata pikiran hati banyak
orang.” (Luk 2:34-35).
• Bahagia dan derita telah
diramalkan Simeon.
• Bahagia saat melahirkan
Sang Penyelamat, diikuti
derita karena menemani
dengan penuh kasih Sang
Putera.
• Sebuah “pedang” akan
menembus jiwa Maria.
• Adalah kebahagiaan dan sukacita orangtua saat
melihat anaknya bertumbuh sehat dan cerdas.
• Namun, tidak selamanya bahagia!
• Saat anaknya bertumbuh berarti makin
terbukanya resiko yang mungkin
menyebabkannya bersedih hati atau derita dan
kesulitan
• Apapun bentuknya, entah lambat atau cepat anak
akan melakukan kesalahan atau anak mendapat
musibah  itu adalah “derita”
“Orangtua tersenyum menyaksikan anaknya tumbuh
makin dewasa, namun “konon” hatinya akan selalu
was-was oleh cinta yang harus melepaskan.”
Jalan Salib Maria (2)
Menyingkir ke Mesir:
“Bangunlah, ambillah Anak itu
serta ibu-Nya, larilah ke Mesir
dan tinggallah di sana... Ketika
Herodes tahu, bahwa ia telah
diperdayakan oleh orangorang majus itu, ia sangat
marah. Lalu ia menyuruh
membunuh semua anak di
Betlehem dan sekitarnya, yaitu
anak-anak yang berumur dua
tahun ke bawah...” (Mat
2:13.16)
• Maria dipanggil untuk menciptakan sebuah ‘home’ di
tempat yang asing, jauh dari sanak saudaranya sendiri,
untuk tetap setia pada Yusuf dan memberi rasa aman
kepada Yesus putranya.
• Maria adalah manusia biasa seperti kita, namun ia
berjuang membangun keluarga dengan luar biasa di
tempat yang sangat tidak memungkinkan.
• Dalam keluarga, mungkin terjadi ada anggota keluarga
yang tersingkir dan terusir; atau mengalami keadaan
yang keadaan tidak menentu.
• Gambaran kedukaan ini menantang dengan sangat
kesabaran kita di tengah situasi yang tidak ideal!
Jalan Salib Maria (3)
Jalan Salib Maria (3)
• Kehilangan Yesus di Bait Allah: “ketika mereka
berjalan pulang, tinggallah Yesus di
Yerusalem... berjalanlah mereka sehari
perjalanan jauhnya, mencari Dia di antara
kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak
menemukan Dia, kembalilah mereka ke
Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah
tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait
Allah...” (Luk 2:43-46)
• Peristiwa ‘Kehilangan anak’ adalah peristiwa
yang menyebabkan rasa takut, cemas,
khawatir, panik, dll  kedukaan yang sangat
riil bagi setiap orangtua.
• Bagi mereka yang tidak berkeluarga, rasa
kehilangan ini sama riilnya mempengaruhi
seluruh diri tatkala orang yang dikasihi tidak
bisa dihubungi atau ditemukan di manapun.
• “Kehilangan” suami/istri/anak ….
• Terus mencari, namun akhirnya harus ada
kebesaran hati (jawaban Yesus pada Maria)
• Maria Berserah pada Tuhan  Dan ibu-Nya
“menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya”.
Jalan Salib Maria (4)
Berjumpa Yesus di Jalan Salib: “Sejumlah besar
orang mengikuti Dia; banyak perempuan yang
menangisi dan meratapi Dia. Yesus berkata: "Hai
puteri-puteri Yerusalem, janganlah menangisi
Aku, tetapi tangisilah dirimu sendiri dan anakanakmu! Berbahagialah perempuan mandul
yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan
yang susunya tidak pernah menyusui.” (Luk
23:27-29)
• “Via Dolorosa”, jalan Kedukaan.
• Kita semua pernah melangkah di jalan kedukaan
kita masing-masing, namun tak pernah sebanding
dengan jalan kedukaan yang dilalui oleh Maria di
Jalan Salib Yesus, Putranya.
• Sikap Maria di jalan salib ini mengundang
keberanian kita untuk memandang mereka yang
kita sayangi, memandang dengan sepenuh hati,
memberikan diri dan energi sebisa mungkin
lewat kehadiran, sentuhan, senyuman, tatapan
mata.
• Keberanian seperti ini hanya mungkin kalau kita
punya iman sekalipun sebesar biji sesawi saja!
Jalan Salib Maria (5)
Berdiri di kaki salib: “Dan dekat
salib Yesus berdiri ibu-Nya dan
saudara ibu-Nya, Maria, isteri
Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan
murid yang dikasihi-Nya di
sampingnya, berkatalah Ia kepada
ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada muridmurid-Nya: "Inilah ibumu!”
Sesudah Yesus meminum anggur
asam itu, berkatalah Ia: "Sudah
selesai." Lalu Ia menundukkan
kepala-Nya dan menyerahkan
nyawa-Nya (Yoh 19:25-27.30)
• Kesedihan Maria kini menjadi kesedihan karena
menyaksikan mereka yang telah menyebabkan kematian
Yesus, Putranya.
• Maria melihat bagaimana murid-murid lain lari dan
menjauhi salib.
• Sebagai ‘murid’, Maria tidak mengutuki mereka yang lari
dari salib Yesus. Ia merasa sedih melihat ketidakmampuan
mereka bertahan dalam penderitaan, mengamati
ketidakberanian mereka untuk tetap hadir di samping Yesus
yang menderita sampai mati.
• Maria berduka karena tidak ada yang membela Putranya,
sementara ia sendiri tak berdaya sebagai perempuan di
depan kebengisan prajurit, massa, dan penguasa
• SENDIRIAN …..
Jalan Salib Maria (6)
Memangku jenasah Yesus dari
salib: “Sesudah itu Yusuf dari
Arimatea ia murid Yesus,
tetapi sembunyi-sembunyi
karena takut kepada orangorang Yahudi meminta kepada
Pilatus, supaya ia
diperbolehkan menurunkan
mayat Yesus. Dan Pilatus
meluluskan permintaannya itu.
Lalu datanglah ia dan
menurunkan mayat itu.” (Yoh
19:38)
Pieta - Compassion
Pieta –berbelarasa
• Pieta menggambarkan
betapa berat penderitaan
seorang ibu menaggung
derita anaknya. Maka
memandang Pieta justru
menyejukkan karena kita
diingatkan bahwa kita
tidak sendirian. Bunda
pasti juga
menanggungkan
penderitaan kita sehari
hari.
Jalan Salib Maria (7)
Memakamkan Yesus: “Mereka mengambil mayat Yesus,
mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan
rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila
menguburkan mayat. Ada suatu kubur baru yang di dalamnya
belum pernah dimakamkan seseorang... mereka meletakkan
mayat Yesus ke situ.” (Yoh 19:40-42)
• Saat berpisah selamanya …. Kehilangan total
adalah peristiwa yang sangat menyedihkan.
Maria mengalaminya. Dia harus rela dan pasrah.
Dia hanya bisa berserah pada Tuhan.
• Kita pun harus bisa demikian, berserah pada
Tuhan untuk mendapatkan kekuatan dari
padaNya untuk melanjutkan hidup.
• Gambaran “makam” ini juga mengingatkan kita
bahwa saat akhir hidup adalah sesuatu yang pasti
bagi kita pada saatnya ....
Maukah engkau bahagia?
• Masih bingung? Atau
takut? Gengsi? Merasa
serba salah? Dendam?
Sakit hati? Marah?
• Itu bukti bahwa Anda
memang tidak ingin
merasakan
KEBAHAGIAAN!
Akhirnya  kalau mau kuat dan tabah
serta bahagia walau pun ada duka
• Mau berusaha, (termasuk dalam
mengampuni)
• Merasa cukup, dan
• Selalu Bersyukur kepada TUHAN Yang Maha
kasih.
Download