tgs komunitas

advertisement
DI SUSUN OLEH:
MINATI KUSUMA DEWI
07.040.77
PEMBIMBING : ERFANDI
TUGAS PERKEMBANGAN PADA TAHUN TERAKHIR KEHIDUPAN
Teori Perkembangan ( development theory )
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah di alami oleh Lanjut usia pada
saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.
Sigmund Freud meneliti tentang psiko analisa dan perubahan psikososial anak dan balita.
Erikson ( 1930) membagi kehidupan menjadi delapan fase dan lanjut usia perlu menemukan integritas
diri melawan keputusasaan ( ego integrity versus despair ), seperti berikut :
Ego integrity versus Despair
Ego integrity
Despair
Lanjut usia menerima apa adanya
Lanjut usia takut mati
Merassakan hidup penuh arti
Penyesalan diri
Lanjut usia bertanggun jawab
dan kehidupannya berhasil
Merasakan kegetiran dan merasa
terlambat
Untuk memperbaiki
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis TUGAS PERKEMBANGAN (
developmental task ) selama hidup yang harus di lakukan oleh Lanjut usia, yaitu:
a. penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b. penyesuaian terhadap pensiunan dan penurunan pendapatan
c. menemukan makna kehidupan
d. mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e. menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f. penyesuaian diri terhadap kenyataan akin meninggal dunia
g. menerima dirinya sebagai lanjut usia
Joan Birchenall RN,Med dan Mary E. Streight RN (1973 ), menekankan perlunya
mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan social seseoarang selama
fase kekkhidupannya.
Teori [erkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakakn suatu
tantangan dan bagaimana jawaban Lanjut Usia terhadap berbagai tantangan tersebut, yang dapat
positif dan negative. Akan tetapi teori ini tak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang di
iginkan atau yang seharusnya di terapkakn oleh Lanjut Usia tersebut.
Hal-hal yang kurang mendukung dalam penerapan teori ini adalah:
* Pendkatan yang digunakan abstrak
* Bila seseorang tersebut berbuat kesalahan pada fase sebelumnya, hal tersebut tak
dapat di perbaikinya dalam fase selanjutnya
* Tak dapat dilakukan pengujian secara empiris dan cara tak dapat di generalisasi
Pokok-pokok dalam development teori adalah :
# Masa tua merupakan saat Lanjut usai merumuskan seluruh massa
kehidupanyya
# Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan social
yang baru yaitu pensiunan dan/ atau menduda atau menjanda
# Lanjut Usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir di
dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sisialnya
akibat
pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
Pada tahun terakhir kehidupan lanais akin mengalami perubahan-perubahan psiko social dalam
hidupnya antara lain adalah
1. Pensiun
nilai seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan ddengan peranan
dalam pekerjaaan . Bila seseorang pensiun ( purna tugas ) , ia akan mengalami kehilangankehilangan,antara lain:
@ kehilalngan financial ( income berkurang )
@ kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan fasilitasnya )
@ kehilangan teman / kenalan atau relasi
@ kehilangan Pekerjaan atau kegiatan
2. Merasakan atau sadar akan kematian ( sense of awareness of mortality )
3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu measuring rumah perawatan bergerak lebih sempit
4. Ekonomi akkibat pemberhentian dari jabatan ( economic deprivation )
Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
5. Penyakit kronis dan ketidak mampuan
6. Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
7. Gangguan gizi
8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep
diri.
10. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya ( Maslow, 1970 )
11. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya , hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari .( Murray dan Zentner, 1970 )
12. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menu rut folwer ( 1978 ), universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah brisker dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cacra manicotti dan keadilan.
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Perubahan-perubahan fisik
1. Sel
> lebih sedikit jumlahnya
> lebih besar ukurannya
> berkurangnya jumlah cairn tubuh dan berkurangnya airan intra seluler
> menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
>jumlah sel otak menu run
> otak menjadi aatrofis beratnyaberkurang 5-10 %
2. Sistem persarafan
> berat otak menu run 10-20 % ( setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya)
> cepatnya menuruun hubungan persarafan
> lambatnya dalam merespon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress
> mengecilnya saraf panca indra
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa,
lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya pertahanan terhadap dingin
> kurang sensitive terhadap sentuhan
3. Sistem pendengaran
> presbiakusis (n gangguan pada pendengaran ). Hilangnya kemampuan atau daya pendengaran
pada telinga dalam , terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia di ats 65 tahun
> membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
> terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin
> pendengaran tambah menurun pada lansia yang menglami ketegangan jiwa/ stress
4. Sistem penglihatan
> sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
> kornea lebih gerenuk spresis (bola )
> lensa lebih suram ( kekeruhan pada lensa ) menjadi katarak, jalas menyababkan gangguan
penglihatan
> meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan
susah melihat dalam cahaya gelap
> hilangnya daya akomodasi
> menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya
> menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
5. Sistem cardiovascular
> elastisitas dinding aorta menurun
> katub jantuung menebal dan menjadi kaku
> kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal
ini menyebabkan menurunnya kontrakksi dan volume
> kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnnya efektifitas pembuluuh darah perifer untuk
oksigenasi,perubahan posisi dari tidur kke duduk ( duduk ke berdiri ) bias menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
> tekanan darah meninggi di akibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer;
sistolis normal kurang lebih 170 mmHg. Diastolis kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan tubuh, hypothalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai factor yang mempengaruhinya
yan sering di temui antara lain:
> temperatur tubuuh menu run ( hypothermia ) secara fisiologi kurang lebih 35 0C ini akibat
metabolisme yang menurun.
> keterbatasan refleks menggigil dann tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi
> otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
> menurunnya aktifitas silia
> paru-paru kehilangan elitists; kapasitas residu meningkat; menarik nafas lebih berat; kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan Edelman nafas menurun
> alveoli ukuranya melebar dari biasanya dan jumlahnya berkurang
> O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHhg
> CO2 pada arteri tidak berganti
> kemampuan untuk batuk berkurang
> kemampuan pegas, dinding dada,dan kekuatan otot pernafasan akan menu run seiring
dengan bertambahnya usia.
8. Sistem Gastrointestinal
> kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yanngbiasa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebaba lalin adalah meliputi kesehatan gigi yang uruk dan gizi yang buruk.
> indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (
80 % ), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.
> esophagus melebar
> lambing, rasa lapar menu run ( sensitifitas menurun ), asam lambing menu run, waktu
mengosongkan menurun
> peristaltic lemah dan bias Anya terjadi konstipasi
> fungsi absorpsi melemah ( daya absorpsi terganggu )
> liver ( hati ) ,makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
> menciutnya ovari dan uterus
> atrofi sayonara
> pada laki-laki testis masih memproduksi spermatozoa, miscount adannya penurunan secara
berangsur-angsur
> doronngan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun ( asal kondisi kesehatan baik ) , yaitu:
Kehidupan seksual dapat di upayakan sampai masa lanjut usia
Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual
Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami
> selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
reaksi
sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna
9. Sistem Genitourinaria
> Ginjal
Meerupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk
ke ginjal, di saring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang di sebut nefron ( tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dannefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya : kurang kemampuan mengkonsentrasikan urin, berat
jenis urin menurun proteinuria ( biasanya positif 1 ) , BUN ( Blood Urea Nitrogen ) meningkat
sampai 21 mg% , nilai ambang ginjal terhaadap glukosa meningkat.
> Vesika Urinaria ( kandung kemih )
Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang
air seni meningkakt, vesika urinaria susah di kosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatkan retensi urine.
> pembesaran prostate sekitar 75 %dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
> atropi vulva
> vagina
Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga membutuhkannya, tidak ada
batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung menu
run secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.
10. Sistem Endokrin
> produksi hamppir dari semua hormon menu run
> fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
> pituitari
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah : berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
> menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR= Basal Metabolic Rate, dan menurunnya daya
pertukaran zat.
> menurunnya produksi aldosteron
> memoranda sekresi hormon kelamin, misalnya: progesterone, estrogen, dan testosteron.
11. Sistem Kulit ( integument System )
> kulit mengerut atau Keri put akibat kehilangan jaringan lemak
> permukaan kulit kasar dan bersisik ( karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk-bentuk sel epidermis )
> menurunnya respon terhadap trauma .
> mekanisme proteksi kullit menu run.
Produksi serum menu run
Panorama produksi VTD.
Gangguan pigmentasi kulit.
> kulit kepala dan ranbut menipis berwarna kelabu.
> rambut dalam hidung dan telinga menebal
> berkurangnya elasstisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi
> pertumbuhan kubu kuku lebih lambat.
> kuku jari menjadi keras dan rapuh
> kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
> kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
> kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya
12. Sistem Musculoskeletal ( musculoskeletal system )
> tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
> kiposis
> pinggang , lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
> discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tingginya berkuranng )
> persendian membesar dan menjadi kaku
> tendon mengerut dan mengalami skelerosis
> atrofi sera but otot ( otot-otot sera but mengecil ): sera but-serabuut otot mengecil sehinga seseorang
bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan mnenjadi tremor
> otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
PERUBAHAN-PERUBAHAN MENTAL
Factor-factor yang mempengruhi perubahan mental
> per tama-tama perubahan fisik, khususnya orang perasa.
> kesehatan umum.
> tingklat Pendelikon.
> keturunan ( hereditas )
> lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini jarring terjadi. Lebih sering berupa ungkapaan yang
tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena factor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan ( Memory )
> Kanangan jangka panjang : ber jam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup bebarapa perubahan
> kenangan jangka pendek atau seketika .
0-10 menit, kenangan buruk
I.Q ( intellgentia quantion )
> tidak berubah dengan informasi mate-matika dan perkataan verbal.
> berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psychomotor ; terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan--tekanan factor waktu.
Loneliness
Loneliness berkaitan dengan gender, sejarah attachment, self-esteem, dan keterampilan sosial (Perlman
& Peplau, 1998 dalam Santrock, 1999). Kurangnya waktu yang dihabiskan dengan keluarga (pada lakilaki dan perempuan) berkaitan dengan loneliness. Dua cara yang direkomendasikan untuk mengurangi
loneliness adalah : (Peplau & Perlman dalam Santrock, 1999). :
1. Mengubah hubungan sosial yang tengah berlangsung
2. Mengubah hasrat dan kebutuhan sosial
Dari kedua cara tersebut, cara yang paling langsung dan memuaskan untuk mengurangi loneliness
adalah meningkatkan hubungan sosial. Hal ini dapat diwujudkan dengan membentuk hubungan
baru yaitu dengan menggunakan jaringan sosial yang sudah ada dengan lebih baik, atau
menciptakan pengganti hubungan dengan hewan peliharaan dan hobi atau kesukaan. Cara kedua
untuk mengurangi loneliness adalah mengurangi hasrat untuk melakukan kontak sosial.
Hal ini dapat dilakukan dengan memilih aktivitas yang dapat dinikmati sendiri daripada aktivitas yang
harus ditemani oleh orang lain. Cara ketiga yang sayangnya sering diambil oleh kebanyakan orang
adalah dengan menjauhkan diri mereka dari rasa sakit seperti minuman keras, atau menjadi workaholic.
Salah satu cara untuk mencegah loneliness adalah ikut terlibat dalam aktivitas dengan orang lain.
Contohnya adalah memperbanyak kesempatan untuk bertemu dengan orang lain dan ikut terlibat
melalui pekerjaan, sekolah, komunitas, dan organisasi keagamaan. Seseorang juga dapat bergabung
dengan suatu organisasi dan merelakan waktunya untuk sebuah hal yang mereka yakini. Loneliness
sering muncul akibat kehilangan kontak sosial. Pindah ke komunitas baru, berganti pekerjaan biasanya
menurunkan jumlah kontak sosial seseorang. Cara yang paling efektif dalam mencegah loneliness
adalah mengembangkan minat dan aktivitas yang membuka kesempatan untuk mengembangkan kontak
sosial.
Aspek hubungan sosial pada Lansia
Lillian Troll (1994, 2000 dalam Santrock, 2006) menemukan bahwa lansia yang berhubungan dekat
dengan keluarganya mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres dibanding lansia yang
hubungannya jauh. Berikut adalah 3 aspek hubungan sosial pada lansia, yaitu hubungan pertemanan
(friendship), dukungan sosial (sccial support) dan integrasi sosial (social integration).
a. Friendship
Laura Carstensen (1998) menyimpulkan bahwa orang cenderung mencari teman dekat
dibandingkan teman baru ketika mereka semakin tua. Penelitian membuktikan bahwa lansia
perempuan yang tidak memiliki teman baik kurang puas akan hidupnya dibanding yang
mempunyai teman baik.
b. Sosial support dan sosial integration
Menurut penelitian, dukungan sosial dapat membantu individu untuk mengatasi masalahnya
secara efektif. Dukungan sosial juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada lansia
(Bioschop&Others, 2004 Erber, 2005; Pruchno&Rosenbaum, 2003 dalam Santrock, 2006).
Dukungan sosial berhubungan dengan pengurangan gejala penyakit dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri akan perawatan kesehatan. (Cohen, Teresi,&Holmes, 1985
dalam Santrock, 2006). Toni Antonucci (1990, dalam Santrock 1999) menyimpulkan bahwa
interaksi sosial dengan orang-orang yang menyediakan dukungan sosial memberikan
pandangan yang lebih positif mengenai dirinya kepada orang-orang tua tersebut. Dukungan
sosial juga mempengaruhi kesehatan mental dari para orang tua tersebut. Para orang tua yang
mengalami depresi memiliki jaringan sosial yang kecil, mengalami masalah dalam berinteraksi
dengan anggota dalam jaringan sosial yang mereka miliki, dan sering mengalami pengalaman
kehilangan dalam hidup mereka (Coyne, Wortman, & Lehman, 1988; Newson & Schulz, 1996
dalam Santrock 1999)
c. Integrasi sosial
Integrasi sosial memainkan peranan yang sangat penting pada kehidupan lansia. Kondisi
kesepian dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi kesehatan lansia
(Rowe&Kahn, 1997 dalam Santrock, 2006). Sebuah studi menemukan bahwa dengan menjadi
bagian dari jaringan sosial, hal ini akan berdampak pada lamanya masa hidup, terutama pada
laki-laki (House, Landis&Umberson, 1988 dalam Santrock, 2006).
Religi
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan
yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi
religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan
individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain
di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan
dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam
hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam
kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua (Daaleman, Perera &Studenski, 2004; Fry, 1999;
Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock, 2006). Secara sosial, komunitas agama memainkan peranan
penting pada lansia, , seperti aktivitas sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk menyandang
peran sebagai guru atau pemimpin. Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau
bermeditasi diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock,
2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang
menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being,
kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri,
penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin
terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh
tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan
pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others,
2000 dalam Santrock, 2006).
Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling
tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003). Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan
agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka
berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agama (Gallup &
Bezilla, 1992 dalam Santrock 1999). Dalam survey lain dapat dilihat bahwa apabila dibandingkan
dengan younger adults, dewasa di old age lebih memiliki minat yang lebih kuat terhadap spiritualitas
dan berdoa (Gallup & Jones, 1989 dalam Santrock 1999).. Dalam suatu studi dikemukakan bahwa selfesteem older adults lebih tinggi ketika mereka memiliki komitmen religius yang kuat dan sebaliknya
(Krause, 1995 dalam Santrock, 1999). Dalam studi lain disebutkan bahwa komitmen beragama
berkaitan dengan kesehatan dan well-being pada young, middle-aged, dan older adult berkebangsaan
Afrika-Amerika (Levin, Chatters, & Taylor, 1995 dalam Santrock 1999). Agama dapat menambah
kebutuhan psikologis yang penting pada older adults, membantu mereka menghadapi kematian,
menemukan dan menjaga sense akan keberartian dan signifikansi dalam hidup, serta menerima
kehilangan yang tak terelakkan dari masa tua (Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock 1999). Secara
sosial. Komunitas religius dapat menyediakan sejumlah fungsi untuk older adults, seperti aktivias
sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk mengajar dan peran kepemimpinan. Agama dapat
memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).
Model Lansia yang “sukses” atau “optimal”
Para teoris tidak sepakat untuk mendefinisikan dan mengukur masa tua yang sukses atau optimal.
Beberapa investigator memfokuskan pada fungsi jantung, performa kognitif, dan kesehatan mental
yang seperti diharapkan. Peneliti lain memfokuskan pada produktivitas, ekonomi dan lainnya sebagai
kriteria penting untuk hidup sehat. Sementara pendekatan lain mencoba menguji pengalaman subyektif,
yaitu bagaimana individu berhasil mencapai tujuannya dan seberapa puas mereka dengan hidupnya.
Menanggapi hal ini, beberapa teori klasik maupun yang baru menjelaskan tentang masa tua yang baik,
diantaranya adalah teori disengagement versus activity, teori kontinuitas, peran produktivitas, dan
optimisasi selektif dengan kompensasi.
Menurut teori aktivitas, peran yang disandang oleh lansia adalah sumber kepuasan yang besar; semakin
besar mereka kehilangan peran setelah masa pensiun, menjanda, jauh dari anak-anak, atau infirmitas,
maka semakin merasa tidak puaslah mereka. Orang yang tumbuh menjadi tua akan mempertahankan
aktivitasnya sebanyak mungkin dan menemukan pengganti bagi perannya yang sudah hilang
(Neugarten, Havighurst,&Tobin, 1968 dalam Papalia, 2003). Penelitian lain juga menyatakan hasil
bahwa keterlibatan dalam aktivitas yang menantang dan peran sosial mennimbulkan retensi pada
kemampuan kognitif dan mungkin berefek positif pada kesehatan dan penyesuaian diri sosialnya.
Menjadi seseorang yang aktif adalah hal yang penting untuk menjadi successfull aging. Selain itu,
lansia yang sukses juga melibatkan perasaan kontrolnya terhadap lingkungan dan self efficacy
(Bertrand&Lachman, 2003 dalam Santrock, 2006). Menurut hasil studi, diet yang tepat, gaya
hidup yang aktif, stimulasi mental, dan fleksibilitas, positive coping skill, mempunyai hubungan
dan dukungan sosial yang baik, dan jauh dari penyakit serta kemampuan lainnya dapat
dipertahankan atau bahkan dapat dikembangkan ketika seseorang beranjak menjadi tua.
Referensi:
Setabudhi, Ph.D. Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Jakarta: Gramedai Pustaka Utama
Departemen Kesehatan RI. 1999. Manajemenn Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia . 1991. Perawatan pada Usia Lanjut. Jakarta
www.perkembangan pada lansia.com
Download