Pada klasifikasi ini hutan dilihat bagaimana cara terbentuknya, apakah hutan itu berasal dari bijibijian atau dari trubusan (tunas-tunas batang atau akar) atau berasal dari keduanya. Dalam klasifikasi ini dikenal nama : 1. High Forest, (di Jerman disebut Hochwald) ialah hutan terbentuk dari pembiakan biji. 2. Coppice Forest, ialah hutan berasal dari trubusan atau pembiakan vegetatif. 3. Middle Forest, atau Coppice with Standart Forest, ialah hutan terbentuk dari kombinasi keduanya. Hutan Primer (Virgin Forest) Pada beberapa tempat dapat dibedakan antara : a) Hutan Dara atau Hutan Primer (Virgin Forest) dan b) Hutan Sekunder atau hutan pertumbuhan kedua. Hutan dara umumnya mempunyai ciri-ciri pohonpohonnya besar, umumnya cukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil. Dibedakan menjadi : a) Hutan Murni (Monoculture) atau Pure Forest yaitu apabila dalam hutan tersebut terdapat satu spesies, dan ada batasan lain yaitu dikatakan murni apabila 90% atau lebih tajuknya disusun dari spesies utama. b) Hutan Campur (Mixed Forest) apabila dalam hutan itu terdapat banyak spesies. Hutan murni mungkin terbentuk dengan kondisi berikut (Baker 1950) : 1. Apabila keadaan edafis atau iklimnya sebegitu rupa sehingga memang hanya satu spesies pohon saja mampu hidup di daerah itu untuk membentuk hutan. 2. Tadinya merupakan hutan alam campur, kemudian terjadi kebakaran atau bencana alam lainnya. Dengan tumbangnya atau musnahnya vegetasi semula, terjadi (datang) satu jenis mampu tumbuh/hidup di situ. 3. Ada spesies yang agresif merupakan suatu spesies toleran dan mampu hidup di situ. 4. Hutan murni itu terjadi secara permudaan buatan. Perbandingan hutan murni dan campur dari segi biologis : 1. Pemanfatan tempat/ruang tumbuh. Hutan murni kurang dapat memanfaatkan ruang tumbuh, tanah dan unsur hara. 2. Kebutuhan unsur hara/makanan pada tempat tumbuh. Pada hutan campur unsur-unsur makanan yang dikehendaki spesies dapat merata dan penghancuran seresah-seresah lebih cepat daripada satu spesies saja. 3. Pembentukan tanah. Hutan murni konifer mengalami penghancuran seresah yang sangat lambat, karena ada pembentukan humus mentah asam daun jarum yang jatuh masih utuh tidak mengalami penghancuran dan menghalangi perkecambahan biji yang jatuh. Perbandingan hutan murni dan campur dari segi biologis : 4. Serangan hama dan penyakit. Serangan hama penyakit pada tegakan umumnya terbatas pada satu atau beberapa pohon inang, sehingga tegakan campur lebih sedikit diserang oleh hama penyakit daripada tegakan murni. 5. Bahaya tumbang karena angin. Hutan murni dengan jenis berakar dangkal mudah ditumbangkan angin dalam hutan ini, bila dicampur dengan jenis pohon perakarannya dalam, bahaya kerusakan pohon-pohon dapat dikurangi. 6. Bahaya kebakaran hutan. Hutan murni konifer memberi peluang lebih besar terhadap kebakaran hutan dibanding dengan hutan dicampur dengan jenis pohon berdaun lebar. Menurut Koster (1950), keuntungan tegakan campur dari segi biologis adalah : 1. Bila perakaran dangkal dicampur dengan perakaran dalam akan menambah ketahanan (resistensi) tegakan terhadap gangguan angin. 2. Siklus hara diperbaiki dengan penghancuran yg lebih cepat. 3. Pemanfaatan ruang antar tajuk dan penutupan tajuk lebih baik, terutama campuran yang terdiri dari jenis toleran dan intoleran. 4. Keadaan iklim mikro dalam tegakan campur menunjukkan lebih sedikit goncangan/perubahan. 5. Tegakan campur lebih sehat dan kurang terpengaruh terhadap berbagai macam penyebab kerusakan. Keuntungan hutan murni dari segi ekonomis : 1. Seluruh wilayah hutan dapat diusahakan untuk mengarah satu spesies yang paling berharga/bernilai tinggi di pasaran. 2. Pengelolaan tegakannya lebih sederhana dan tidak membutuhkan biaya dan perlengkapan tinggi. 3. Biaya pemungutan hasil dan pemasaran rendah. 4. Permudaannya lebih mudah diamankan daripada hutan campur. Kelemahan hutan murni dari segi ekonomis : 1. Hutan murni kurang fleksibel dalam antisipasi tren pasar. 2. Hutan murni kurang mempunyai nilai estetis dan kurang berfungsi sebagai pelindung tata air. 3. Kurang mempunyai nilai serbaguna. • Hutan seumur vs tak seumur. • Hutan alam klimaks seluruh tahapan hidup pohon dapat dijumpai. • Hutan tanaman umumnya seumur, bisa tidak seumur. • Hutan dengan permudaan alam seumur jika terjadi perkecambahan serempak pada jenis dominan setelah bencana alam (kebakaran, angin kencang yang menumbangkan sebagian besar pohon-pohon tua). SEUMUR TIDAK SEUMUR Kanopi Kanopi datar dan dangkal pada batang ramping Kanopi dalam, tidak teratur dengan batang kuat Bahaya angin Pengelolaan hati-hati Bahaya angin sangat dikehendaki untuk kecil melindungi kerusakan akibat angin, terutama untuk jenis berakar dangkal Pohon kecil Pohon kecil tertekan, Pohon kecil merupakan pembebasan tidak mungkin penghasil kayu di kemudian hari berespon terhadap pembebasan SEUMUR TIDAK SEUMUR Regenerasi Terjadi pada periode pendek Tersebar pada seluruh umur rotasi pohon-pohon utama Tempat tumbuh Tempat tumbuh mengalami kemunduran akibat erosi angin dan air hujan selama periode generasi pohon berikutnya pada waktu masih muda Tempat tumbuh di tempat terbuka selalu terlindung oleh pohon-pohon di sekitarnya Kontrol tempat tumbuh Tempat tumbuh bisa bebas dari invasi. Dapat menjadi bentuk terbaik untuk kendalikan vegetasi yang tidak diinginkan Kondisi tempat tumbuh stabil, vegetasi yang tidak diinginkan sulit dikontrol SEUMUR TIDAK SEUMUR Anca man ba haya Menjadi sasaran api, penyakit, serangan serangga serius Lebih kecil kemungkinan bahaya api, penyakit dan serangga serius Sisa tebang an Akumulasi banyak Sisa tebangan pada suatu waktu selalu sedikit dan menambah bahaya kecil kemungkinan bahaya api dan serangan serangga Kelas - kelas Pertengahan 1. Hutan-hutan Bertingkat (Storied Forests) Biasanya dimulai bila suatu tegakan seumur tua mendadak mulai tumbang dan menjadi jarang jumlahnya, atau bila suatu spesies toleran membentuk tambahan lapisan di bawahnya, atau karena keadaan lingkungan yang cocok untuk perkembangbiakannya. 2. Hutan-hutan Tak Teratur (Irregular Forest) Berkembang ketika pohon-pohon secara tunggal atau berkelompok mengalami kematian dalam tegakan seumur. Tempat-tempat terbuka ini kemudian terisi permudaan yang bertahan lebih lanjut sebagai tegakan bawah. Kelas-Kelas Pertengahan 3. Hutan Seumur Berkelompok (Even-aged Group Forest) Hutan-hutan Asli (Virgin Forest) umumnya berbentuk tipe ini terutama di daerah di mana permudaannya terjadi secara tak teratur, atau di mana tegakan yang umurnya kelewat tua cenderung tumbang mendadak karena suatu sebab. 4. Hutan Bentuk Cadangan (Reserve Form Forest), adalah kesengajaan sering dilakukan dalam pengelolaan silvikultur, di mana beberapa pohon dipertahankan pada suatu wilayah untuk menghasilkan hasil baru di bawah pohon-pohon tersebut. 1. Hutan Produksi 2. Hutan Lindung 3. Hutan Suaka-Alam 4. Hutan Wisata 5. Hutan Serbaguna Hutan Produksi 6.Klasifikasi menurut KEPEMILIKAN Hutan Negara Hutan Pribadi (Private Forest) Hutan Rakyat (HTR, HKm) Hutan Rakyat Hutan Negara 1. Hutan Tropika Terdapat di daerah kanan-kiri garis katuliswa. Batas utara dan selatan adalah di sekitar garis lintang 22º. Suhu rata-rata permukaan daerah ini lebih tinggi dari 18º C. Hutan tropika dibagi lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu hutan tropika humida, hutan tropika gugur daun, hutan tropika musim, hutan sabana dan hutan belukar Hutan Tropika Humida Hutan Tropika Gugur Daun Sabana 2. Hutan Sub-Tropika Terletak di daerah antara isoterm 18° sampai 10 ° C. Umumnya curah hujan di daerah ini berkisar antara 250–1.000 mm/th. Termasuk daerah sub-tropika di dunia adalah Asia : Jepang Selatan, Cina Selatan, Amerika : Florida, Chile, Brasil Tenggara, dan Australia Utara. 3. Hutan Daerah Dingin (Temperate) Terletak di daerah antara isoterm 10º sampai -10º C. Kadang hutan daerah dingin ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Daerah temperate sedang, terletak pada isoterm 10º dan - 5º C, dengan CH tahunan 250-1000 mm/tahun; di sini masih banyak dijumpai hutan jenis daun lebar sehingga kadang-kadang hutan ini juga disebut hutan temperate campuran. b. Daerah temperate dingin, terletak pada isoterm - 5º dan - 10ºC, mempunyai CH tahunan 150-1.000 mm dan hutannya didominir oleh jenis konifer. 4. Hutan Daerah Kutub, yaitu hutan yang terletak di daerah dengan suhu tahunan < -10ºC. Hutan daerah kutub ini dapat dibagi 3 yaitu : a. Daerah boreal merupakan daerah hujan salju dan hanya jenis daun jarum saja dapat tumbuh disini, seperti; Pinus, Picea, Abies dan Larix. b. Daerah sub kutub kehadiran pohon sudah sangat kurang, pohon menjadi kerdil dan pertumbuhannya sangat lambat. Daerah ini sebagian besar tertutup oleh padang lumut (tundra). c. Daerah kutub merupakan daerah paling dingin, tidak terdapat tumbuh-tumbuhan dan hampir selalu tertutup oleh salju sepanjang tahun.