TESIS PENGARUH VALUE BASED MANAGEMENT PADA NILAI EKUITAS PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI GEDE ADI YUNIARTA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 TESIS PENGARUH VALUE BASED MANAGEMENT PADA NILAI EKUITAS PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI GEDE ADI YUNIARTA NIM 0991661001 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i PENGARUH VALUE BASED MANAGEMENT PADA NILAI EKUITAS PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana GEDE ADI YUNIARTA NIM 0991661001 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 ii Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 22 JUNI 2011 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak NIP. 19591202 198702 1 001 Drs. I.B. Dharmadiaksa, M.Si, Ak NIP. 19560821 198203 1 002 Mengetahui, Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak NIP. 19591202 198702 1 001 Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001 iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang diberikan oleh Univeristas batal saya terima. Denpasar, 22 Juni 2011 Yang membuat pernyataan, Gede Adi Yuniarta iv Tesis ini telah di uji pada: Tanggal 22 Juni 2011 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Univeristas Udayana, Nomor : 1117/UN14.4/HK/2011, Tanggal 16 Juni 2011 Ketua : Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak Anggota : 1. Drs. I.B. Dharmadiaksa, M.Si, Ak 2. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, M.Si 3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si 4. Drs. I Ketut Suwartha, M.Si, Ak v UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatnya Tesis ini dapat selesai tepat waktu. Tesis ini merupakan syarat akhir untuk studi pada jenjang strata dua (S2) Program Magister Akuntansi Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta Sp.PD (K), selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. 2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas segala kemudahan dan kelancaran studi sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Pascasarjana tepat pada waktunya. 3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister. 4. Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE. M.Si, Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Pembimbing Akademis dan juga selaku Dosen Pembimbing utama atas kesempatan, vi fasiltas, bimbingan, pengarahan dan memberikan masukan dalam penelitian ini. 5. Bapak Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan teliti dan sabar banyak memberikan arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. 6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana yang membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. 7. Para Pegawai Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah banyak membantu kelancaran penulis dalam mengikuti pendidikan selama ini. 8. Pimpinan dan keluarga besar Universitas Pendidikan Ganesha yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan doa kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi. 9. Keluarga besar penulis yang dengan penuh semangat memberikan dukungan, motivasi dan doa untuk menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. 10. Teman-teman mahasiswa Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis. vii Penulis menyadari bahwa Tesis ini jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan pembaca pada umumnya. Denpasar, 22 Juni 2011 Penulis viii ABSTRAK PENGARUH VALUE BASED MANAGEMENT PADA NILAI EKUITAS PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Investor melakukan review terhadap kinerja suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Value-Based Management merupakan suatu kerangka terpadu alat pengukuran kinerja dan manajemen. Value-Based Management memberikan penilaian yang dinamis serta hasil kinerja organisasi yang tinggi berdasarkan pada kekuatan finansial. Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh variabel lain sebagai variabel pemoderasi. Disisi lain Corporate Sosial Responsibility merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan perhatian pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat memberikan signal kepada pihak ekternal termasuk investor dalam meningkatkan citra perusahaan yang tercermin dengan peningkatan nilai perusahaan. Sehingga kinerja perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan apabila diinteraksi dengan Corporate Social Responsibility. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada tahun buku 2008 dan tahun 2009. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 103 pengamatan. Analisis statistik meliputi uji asumsi klasik dan uji kelayakan model. Pengujian pengaruh variabel pemoderasi dalam hipotesis penelitian ini diuji dengan Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak terbukti secara signifikan sebagai variabel pemoderasi hubungan antara Value Based Mangement dengan nilai ekuitas perusahaan. Hal ini diindikasikan karena investor sudah tidak perlu lagi melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility yang sudah bukan bersifat sukarela namun sudah bersifat wajib. Dengan indikator Value-based Management yang diukur dengan Economic Value Added maka investor tidak memperhatikan Corporate Social Responsibility dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini sesuai dengan konsep Value-based Management bahwa investor cenderung memiliki tujuan utama memperoleh return semaksimal mungkin dari investasi dengan berpandangan bahwa nilai ekonomis suatu perusahaan komersial hanya terlegitimasi oleh keuntungan yang dicapai. Kata kunci : Value-Based Management, Corporate Sosial Responsibility dan nilai ekuitas perusahaan ix ABSTRACT THE EFFECT OF VALUE BASED MANAGEMENT TO THE VALUE OF CORPORATE EQUITY WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AS A MODERATING VARIABLE Investors review the performance of a corporate by looking at the financial ratios as an investment evaluation tool. Value-Based Management is an integrated framework of performance and management measurement tool. Value-Based Management provides a dynamic assessment as well as a high organizational performance which is based on financial strength. The inconsistency of research findings regarding the influence of the corporate performance to the corporate value showed the effect of other variables as moderating variables. On the other side, Corporate Social Responsibility is the firm commitment to contribute in the sustainable economic development focusing on the economic, social and environmental aspects. The disclosure of Corporate Social Responsibility can provide signals to external parties, including investors in improving corporate image that is reflected by an increase in corporate value. Therefore, the corporate performance will increase the corporate value if it is interacted with the Corporate Social Responsibility. The purpose of this study is to examine that the disclosure of Corporate Social Responsibility moderate the relationship of Value-Based Management with the corporate equity. This research was conducted at the Indonesian Stock Exchange in the year 2008 and year 2009. Purposive sampling method was used to determine samples and 103 observations were obtained. The statistical analysis which was done included the classic assumption test and goodness of fit test. Testing the influence of moderating variables in this research hypothesis was conducted using Moderated Regression Analysis (MRA) which is a special application of multiple linear regressions. Based on the research results and their discussions, it can be concluded that the disclosure of Corporate Social Responsibility is not proven significantly as a moderating variable of the relationship between the Value-Based Management with the corporate equity. It is indicated that way because investors do not need to look at the disclosure of Corporate Social Responsibility anymore which has no longer been a voluntary but a mandatory. Using Value-based Management as an indicator which is measured by the Economic Value Added, the investor does not consider the corporate social responsibility in making investment decisions. This is consistent with the concept of Value-based Management that investors tend to have a main purpose to obtain maximum returns from investment with the view that the economic value of a commercial enterprise is legitimated only by the benefits gained. Keywords: Value-Based Management, Corporate Social Responsibility and corporate equity x RINGKASAN PENGARUH VALUE BASED MANAGEMENT PADA NILAI EKUITAS PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh variabel lain. Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Sesuai dengan signalling theory maka dengan diungkapkannya Corporate Social Responsibility dapat memberikan signal kepada pihak eksternal termasuk investor dalam meningkatkan citra perusahaan yang tercermin dengan peningkatan nilai perusahaan. Sehingga kinerja perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan apabila diinteraksi dengan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada tahun buku 2008 dan tahun 2009. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 103 pengamatan. variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) variabel independen adalah Value-Based Management, (2) variabel pemoderasi adalah Corporate Social Responsibility, (3) variabel dependen adalah nilai ekuitas perusahaan dan (4) variabel kontrol adalah ukuran perusahaan dan jenis industri. Analisis statistik meliputi uji asumsi klasik dan uji kelayakan model. Pengujian pengaruh variabel pemoderasi dalam hipotesis penelitian ini diuji dengan Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda. Hasil uji Moderated Regression Analysis menunjukkan dari kelima variabel yang dimasukkan dalam model regresi, hanya EVA yang memberikan koefisien parameter 0,346 dengan tingkat signifikansi 0,005 yang berarti memberikan pengaruh yang signifikan kepada MBR. Sedangkan Variabel lainya CSRI dengan tingkat signifikansi 0,912, EVA*CSRI dengan tingkat signifikansi 0,251, SIZE dengan tingkat signifikansi 0,437 dan PROFILE dengan tingkat signifikansi 0,457 masing-masing tidak berpengaruh signifikan terhadap MBR. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel pemoderasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,251 ternyata tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,251 > 0,05. Ini berarti bahwa pengungkapan CSR bukan merupakan variabel pemoderasi dalam hubungan Value-Based Management yang diukur dengan EVA dengan nilai ekuitas perusahaan yang diukur dengan MBR. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak terbukti secara signifikan sebagai variabel pemoderasi hubungan antara Value Based Mangement dengan nilai xi ekuitas perusahaan. Hal ini diindikasikan karena investor sudah tidak perlu lagi melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility yang sudah bukan bersifat sukarela namun sudah bersifat wajib. Dengan indikator Value-based Management yang diukur dengan Economic Value Added maka investor tidak memperhatikan Corporate Social Responsibility dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini sesuai dengan konsep Value-based Management bahwa investor cenderung memiliki tujuan utama memperoleh return semaksimal mungkin dari investasi dengan berpandangan bahwa nilai ekonomis suatu perusahaan komersial hanya terlegitimasi oleh keuntungan yang dicapai. xii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM …………………………………………………….…….. i PRASYARAT GELAR ….. ..………………………………………………… ii LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………….. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS …………………………….. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………………………………………… v UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………… vi ABSTRAK ………………………………………………………………….... ix ABSTRACT ………………………………………………………………….. x RINGKASAN ……………………………………………………………….. xi DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xiii DAFTAR TABEL …………………………………………………………..... xv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… .... xvi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4 PENDAHULUAN ………………………………………………….. Latar Belakang ………….…………………………………………… Rumusan Masalah ……………………………………………...……. Tujuan Penelitian …………………………………............................. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 1 1 6 7 7 BAB II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 KAJIAN PUSTAKA ………………………….…………………... Signalling Theory ………………………………………………….... Value Based Mangement ……………….…………………………... Corporate Social Responsibility .………………..………………..… Nilai Ekuitas Perusahaan………………. …………………………… Ukuran Perusahaan (Size) …………………………………………… Jenis Industri . ………………………………………………………. Penelitian-Penelitian Sebelumnya …………………………………… 8 8 9 11 14 16 16 17 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN………………………………………………………………… 3.1 Kerangka Berpikir …………………………………………………… 3.2 Konsep Penelitian ……………………………………………………. 3.3 Hipotesis Penelitian ………………………………………………….. 24 24 28 29 BAB IV METODA PENELITIAN …………………………………………. 4.1 Rancangan Penelitian ………………………………………………… 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………… 4.3 Penentuan Sumber Data ……………………………………………... 32 32 34 34 xiii 4.3.1 Jenis Data ……………………………………………………….. 4.3.2 Sumber Data ……………………………………………………. 4.3.3 Metoda Penentuan Sampel ……………………………………... 4.4 Variabel Penelitian …………………………………………………… 4.4.1 Identifikasi Variabel …………………………………………….. 4.4.2 Definisi Operasional Variabel ………………………………….. 4.4.2.1 Variabel Independen ……….……..……………………….. 4.4.2.2 Variabel dependen …………..……………………………. 4.4.2.3 Variabel Pemoderasi……………………………………….. 4.4.2.4 Variabel Kontrol …………………………………………... 4.5 Analisis Data …………………………………………………………. 34 34 35 35 35 36 36 37 38 38 40 BAB V HASIL PENELITIAN …….………………………………………. 5.1 Deskripsi Objek Penelitian ………..………………………………… 5.2 Hasil Analisis Data …………………………...……………………… 5.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ………………………….. 5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik …………………………………… 5.3 Uji Kelayakan Model ( Goodness of Fit ) …………………………… 5.4 Pengujian Hipotesis …………………………………………………… 46 46 47 47 48 51 53 BAB VI PEMBAHASAN ………..….………………………………………. 6.1 Value-Based Management dan nilai ekuitas perusahaan .…………….. 6.2 Corporate Social Responsibility dan Nilai Ekuitas Perusahaan.……… 6.3 Corporate Social Responsibility, Value-Based Management dan Nilai Ekuitas Perusahaan ……………………………………………………. 6.4 Size, Profile dan Nilai Ekuitas Perusahaan ……………………………. 55 55 58 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 7.1 Simpulan ……………………………………………….…………….. 7.2 saran …………………………………………………………..……… 64 64 64 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. LAMPIRAN- LAMPIRAN …………………………………………………… 66 73 xiv 60 62 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya ………………………… Tabel 5.1 Hasil Penentuan Sampel ....................................................... Tabel 5.2 Hasil Uji Interaksi ................................................................ xv Halaman 21 46 53 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 5.1 Kerangka Berpikir …………………………… Konsep Penelitian …………………………… Model persamaan dari pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan ………………….…… xvi Halaman 27 28 54 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Daftar Nama Perusahaan Sampel…………………. Item-item Pengungkapan CSR …………………… Hasil Uji Statistik Deskriptif……………………… Tampilan Grafik Histogram Sebelum Transformasi Data………………………………… Hasil Uji Asumsi Klasik …………………………. Regresi…. ………………………………………… xvii Halaman 73 76 79 80 82 83 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor melakukan review terhadap kinerja suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi (Sri Rahayu, 2010). Melalui rasio-rasio keuangan dapat dilihat keberhasilan manajemen perusahaan mengelola asset dan modal untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi maka yang akan dilihat pertama kali adalah kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan laba. Semakin baik kinerja perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan sendirinya akan dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi. Penelitian yang menguji pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan diantaranya dilakukan oleh Saepudin (2008), Johnny Jerry (2008), Anita Ardiani (2007), Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997). Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anita Ardiani (2007) membuktikan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risk Assets (RORA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap perubahan saham. Ulupui (2007) membuktikan bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Makaryawati (2002), 2 Carlson dan Bathala (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Andri dan Hanung (2007) juga menemukan investment opportunity set dan leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka semakin baik pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan ditunjukkan dengan harga saham yang beredar di pasar modal. Beberapa penelitian lain, juga menunjukkan hasil bahwa kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yunina, Nazir dan Gazali (2009) membuktikan bahwa ROA dan Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap Earning Per Share (EPS). Johnny Jerry (2008) juga membuktikan bahwa LDR, ROE, ROA, dan CAR berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saepudin (2008) meneliti tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ROE dan ROA memiliki korelasi positif terhadap harga saham. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) dalam Sri Rahayu (2010) yang meneliti pengaruh Economic Value Added (EVA), ROA, ROE dan EPS terhadap harga saham. Hasil penelitian membuktikan bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh EVA, ROA, dan ROE perusahaan terhadap return pemegang saham. Hasil pengujian statistik secara parsial terhadap masing– masing variabel bebas yaitu EVA, ROA, dan ROE tidak 3 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap return saham, sehingga variabel-variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap return saham perusahaan. Penelitian Anita Ardiani (2007) membuktikan bahwa CAR dan LDR berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham namun ROA, Net Profit Margin (NPM) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan. Saepudin (2008) yang meneliti ratio-ratio profitabilitas juga membuktikan bahwa ROE dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh variabel lain. Variabel yang bisa memperkuat atau memperlemah suatu hubungan disebut dengan variabel pemoderasi (Sugiyono, 2009). Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Priyanto, 2008). Sesuai dengan signalling theory maka dengan diungkapkannya Corporate Social Responsibility dapat memberikan signal kepada pihak eksternal termasuk investor dalam meningkatkan citra perusahaan yang tercermin dengan peningkatan nilai perusahaan (Brigham dan Houston,2001). Sehingga kinerja perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan apabila diinteraksi dengan Corporate Social Responsibility (Sri Rahayu, 2010; Yuniasih dan Wirakusuma, 2009). 4 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia sudah bersifat wajib untuk diterapkan oleh perusahaan. Hal ini diatur dalam UndangUndang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan Corporate Social Responsibility diharapkan dapat memberikan signal kepada pihak eksternal untuk meningkatkan citra perusahaan yang tercermin dengan peningkatan nilai perusahaan. Hal ini didasarkan atas konsep Signalling Theory yang mana manajemen berusaha memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston (2001). Penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menggunakan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006. Hasil penelitian membuktikan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Demikian pula dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif pada hubungan antara ROA dan nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa selain melihat kinerja keuangan, investor juga memberikan respons terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan hasil bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. penelitian Heal dan Garret (2004), menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang 5 menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Nurlela dan Islahuddin (2008) menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa Corporate Social Responsibility, persentase kepemilikan, serta interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan persentase kepemilikan manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Selama ini kinerja perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu (Utomo,1999). Rasio keuangan ini sangat bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Hal ini seringkali menyebabkan kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, padahal sebenarnya tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Hal ini juga dikatakan oleh Pradhono dan Christiawan (2004), bahwa ukuran kinerja keuangan yang mendasarkan pada laba akuntansi (accounting profit), seperti earnings per share, price earnings ratio dan return on equity, dianggap tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Sehingga saat ini, banyak perusahaan menggunakan ukuran kinerja yang lebih menekankan value atau Value-Based Management (Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika. 2008). Nilai perusahaan dapat tercermin pada nilai ekuitas perusahaan. Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003) menggunakan market to book ratio of equity yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. Rasio nilai pasar 6 terhadap nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan baik manajemen, laba, likuiditas, dan prospek masa depan perusahaan (Walsh, 2003). Market to book ratio of equity mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya (Smith dan Watts, 1992; Hartono, 1999). Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan (Collins dan Kothari, 1989). Penelitian ini mereplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, akan tetapi dilakukan pengembangan dengan perluasan pengamatan dan pengembangan proksi dari variabel-variabel penelitian. Pengembangan variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan Value-Based Management sebagai variabel independen yang mencerminkan kinerja perusahaan. Sedangkan sebagai variabel dependen adalah nilai ekuitas perusahaan. Efek dari pengungkapan Corporate Social Responsibility digunakan sebagai variabel pemoderasi yang diduga mempengaruhi hubungan antara Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Sampel penelitian diperluas dengan menggunakan semua jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah pengungkapan Corporate Social 7 Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan ?”. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan pemahaman lebih mendalam mengenai pengaruh Corporate social responsibility pada hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di masa yang akan datang. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para manajer dalam upaya meningkatkan nilai ekuitas perusahaan dengan memperhatikan pengungkapan Corporate social responsibility dan Value-Based Management. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Signalling Theory Signalling Theory (Teori Persinyalan) menurut Brigham dan Houston (2001) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Signalling theory menjelaskan alasan perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan informasi ke pasar modal meskipun tidak ada mandat dari badan regulasi. Pelaporan informasi oleh manajemen bertujuan untuk mempertahankan investor yang tertarik pada perusahaan. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan (Wolk et. al. 2001). Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.40 tentang Perseroan Terbatas tahun 2007 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah Corporate Social Responsibility. Dengan diungkapkannya Corporate Social Responsibility diharapkan dapat memberikan signal kepada pihak eksternal termasuk investor dan diharapkan akan dapat meningkatkan citra perusahaan yang pada akhirnya tercermin dengan peningkatan nilai perusahaan. 9 2.2 Value-Based Management Selama ini kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu (Utomo,1999). Rasio keuangan ini sangat bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, padahal sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Hal ini juga dikatakan oleh Pradhono dan Christiawan (2004), bahwa ukuran kinerja keuangan yang mendasarkan pada laba akuntansi (accounting profit), seperti earnings per share, price earning ratio dan return on equity, dianggap tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Sehingga saat ini, banyak perusahaan menggunakan ukuran kinerja yang lebih menekankan value (ValueBased Management/VBM) (Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika. 2008). Menurut Paul A. Sharman (1999) Value-Based Management merupakan istilah yang saat ini sedang dipopulerkan oleh perusahaan software dan konsultan dalam rangka untuk menjelaskan suatu kerangka terpadu alat pengukuran kinerja dan manajemen. Value-Based Management memberikan penilaian yang dinamis serta hasil kinerja organisasi yang tinggi berdasarkan pada kekuatan finansial, seperti Economic Value Added (EVA) yang dapat menunjukkan suatu organisasi berhasil atau gagal. Nilai ekonomis suatu perusahaan komersial hanya terlegitimasi oleh keuntungan yang dicapai. Perusahaan yang baik harus memastikan bahwa pelanggan puas, karyawan diperhatikan dengan baik tetapi intinya selalu profit. 10 Berbagai prinsip, konsep, dan teknik yang mendasari Value Based Management (VBM) semakin berkembang dalam mempengaruhi strategi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat dan Eropa (Arnold dan Davies, 1999). Di tahun 1997, The Coca Cola Company mulai menerapkan konsep VBM dalam perusahaan. Masih di tahun 1997, salah satu perusahaan Jerman, yaitu Siemens, mengumumkan bahwa mereka telah mengubah haluan kepada VBM dengan menggunakan Economic Value Added (Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika. 2008). Menurut Stewart (1999) dalam Iramani dan Febrian (2005) Economic Value Added diklaim sebagai metode pengukuran kinerja yang terbaik yang merupakan salah satu penerapan VBM. Konsep ini dikembangkan pertama kali oleh Joel M. Stern dan Stewart, analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart & Co pada akhir tahun 1980. Menurut Stewart, earnings dan earnings per share adalah pengukuran yang keliru untuk kinerja perusahaan. Konsep Economic Value Added (EVA) sebenarnya mirip dengan pengukuran pendapatan residu (residual income). EVA merupakan metode penilaian kinerja keuangan untuk menghitung profit ekonomi yang sebenarnya (true economic profit) dari sebuah perusahaan. EVA mengukur perbedaan tingkat pengembalian antara modal perusahaan dengan biaya modalnya. EVA positif mengindikasikan bahwa ada penciptaan nilai bagi pemegang saham, sedangkan EVA negatif mengindikasikan bahwa telah terjadi value destruction. Menurut Young (1997), EVA dapat dikatakan lebih inovatif karena: EVA tidak dibatasi oleh GAAP, EVA dapat diterapkan sampai pada tingkatan yang 11 rendah dalam organisasi. EVA memiliki sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh pengukuran keuangan lainnya, yaitu cara pengukuran dan pengkomunikasian kinerja yang dapat digunakan di semua area, seperti pasar modal, penilaian investasi modal, dan dalam evaluasi serta kompensasi kinerja manajerial. 2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) Ide dasar Corporate Social Responsibility dikemukakan oleh Bowed (1953) yang menyatakan bahwa kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usaha sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan beroperasi. Hal ini menunjukkan bahwa selayaknya perhatian perusahaan tidak sebatas keuntungan semata namun juga harus menunjukkan tanggungjawab sosial. Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasional dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholders maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Konsep Corporate Social Responsibility sebagai salah satu tonggak penting dalam manajemen korporat. Meskipun konsep Corporate Social Responsibility baru dikenal pada awal tahun 1970-an, namun konsep ini sudah dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 (Dwi Kartini, 2009). Menurut Carroll (Dwi Kartini, 2009), konsep Corporate Social Responsibility memuat komponen-komponen sebagai berikut : 12 1) Economic responsibilities Tanggung jawab sosial perusahaan yang utama adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan. 2) Legal responsibilities Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif. 3) Ethical responsibilities Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yaitu menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun kelembagaan untuk menilai suatu isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. 4) Discretionary responsibilities Mayarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Selain itu menurut Deegan (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) alasan yang mendorong praktik pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan antara lain: (1) mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang, (2) pertimbangan rasionalitas ekonomi, (3) mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas, (4) mematuhi persyaratan peminjaman, (5) mematuhi harapan masyarakat, (6) konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan, (7) mengelola 13 kelompok stakeholder tertentu, (8) menarik dana investasi, (9) mematuhi persyaratan industri dan (10) memenangkan penghargaan pelaporan. Menurut The World Business Council for Sustainable Development (dalam Nurlela dan Islahuddin, 2008), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Menurut Boone dan Kurtz (dikutip oleh Harmoni dan Ade, 2008), pengertian tanggung jawab sosial (social responsibility) secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Sedangkan dalam Priyatno (2008) Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting (Retno, 2006). Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan 14 berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. Implikasi Corporate Social Responsibility di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu pada pasal 74 ayat 1, menyatakan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15 juga mengatur tentang Corporate Social Responsibility, yang menyatakan bahwa “Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan. 2.4 Nilai Ekuitas Perusahaan Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan 15 yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar. Penelitian ini menggunakan proksi market to book ratio of equity untuk penilaian ekuitas perusahaan. Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003) menggunakan market to book ratio of equity yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan, manajemen, laba, likuiditas, dan prospek masa depan (Walsh, 2003). Oleh karenanya dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang adanya pengungkapan CSR dan adanya kinerja (EVA) yang baik dari perusahaan. Market to book ratio of equity mencerminkan bahwa pasar menilai return investasi perusahaan di masa depan dilihat dari return yang diharapkan dari ekuitasnya (Smith dan Watts, 1992; Hartono, 1999). Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan (Collins dan Kothari, 1989). Market to book ratio of equity, menunjukkan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dengan harga pasar. Beberapa peneliti yang telah menggunakan proksi ini adalah Kallapur dan Trombley (1999), Hartono (1999), Jones dan Sharma (2001). Book value dihitung menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu tanggal 31 Desember. Sedangkan Market value diukur menggunakan harga penutupan saham pada tanggal pengumuman agar dapat merefleksikan respon 16 pasar atas laporan keuangan. Foster (1986) menyebutkan ada dua pilihan tanggal untuk mengukur market price, yaitu harga pada akhir tahun fiscal dan harga setelah pengumuman laporan keuangan karena dapat merefleksikan kandungan informasi dari pengumuman earnings. 2.5 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan (Size) bisa diukur dengan total aktiva, penjualan dan modal perusahaan (Anggraini,2006). Perusahaan dengan ukuran yang besar dikatakan akan lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan yang lebih kecil sehingga kinerja perusahaan akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa perusahaan besar akan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan serta sumber daya lainnya. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani. 2005;Gray et al. 2001; Sembiring. 2005; dan Udayasunkar. 2007). 2.6 Jenis Industri Jenis industri (profile) merupakan berbagai macam industri yang dikelompokkan menurut kegiatan memproses atau mengelola barang yang di 17 produksi. Jenis industri dibedakan menjadi dua yaitu high profile dan low profile (Hackston dan Milne, 1996; Anggraeni, 2006). Perusahaan yang tergolong high profile adalah: perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Perusahaan yang tergolong low profile seperti bidang bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil serta produk personal dan rumah tangga. Hasil penelitian lebih banyak mengungkapkan bahwa perusahaan high profile lebih banyak mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial jika dibandingkan perusahaan low profile. Ini disebabkan karena perusahaan high profile lebih banyak berinteraksi dengan sumber daya seperti tenaga kerja, alam serta lingkungan sekitarnya. Beberapa penelitian yang mendukung hasil ini diantaranya Hackston dan Milne (1996), Utomo (2000), Henny dan Murtato (2001), Hasibuan (2001), Sembiring (2005) serta Anggraeni (2006). 2.7 Penelitian – Penelitian Sebelumnya yang Terkait CSR, Kinerja dan Nilai Perusahaan Penelitian yang menguji pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan sudah banyak dilakukan diantaranya dilakukan oleh Saepudin (2008), Johnny Jerry (2008), Anita Ardiani (2007), Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997). Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. 18 Penelitian yang dilakukan oleh Anita Ardiani (2007) membuktikan bahwa CAR, RORA dan LDR berpengaruh signifikan terhadap perubahan saham. Ulupui (2007) membuktikan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Andri dan Hanung (2007) juga menemukan investment opportunity set dan leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan hasil bahwa kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yunina, Nazir dan Gazali (2009) membuktikan bahwa ROA dan ROE berpengaruh terhadap EPS. Johnny Jerry (2008) juga membuktikan bahwa LDR, ROE, ROA dan CAR berpengaruh terhadap IHSG. Saepudin (2008) meneliti tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ROE, ROA, NPM memiliki korelasi positif terhadap harga saham. Sasongko dan Wulandari (2006) yang meneliti pengaruh EVA, ROA, ROE, dan EPS terhadap harga saham. Hasil penelitian membuktikan bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh EVA, ROA, dan ROE perusahaan terhadap return pemegang saham. Hasil pengujian statistik secara parsial terhadap masing – masing variabel bebas yaitu EVA, ROA, dan ROE tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham, sehingga 19 variabel–variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap return pemegang saham perusahaan. Penelitian Anita Ardiani (2007) membuktikan bahwa CAR dan LDR berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham namun ROA, NPM dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan. Saepudin (2008) yang meneliti ratio-ratio profitabilitas juga membuktikan bahwa sebagian besar ratio profitabilitas yaitu: ROE dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika (2008) meneliti tentang hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan Value Based Management menemukan bahwa kinerja sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap pencapaian value based management yang diproksi dengan Economic Value Edded baik di tahun yang sama maupun di tahun berikutnya. Dwi Yana Amalia S. Fala pada tahun 2007 meneliti tentang pengaruh konservatisma akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan, menggunakan Variable dependen adalah nilai ekuitas perusahaan diproksikan dengan market to book ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntansi konservatisma berpengaruh positif secara signifikan terhadap penilaian ekuitas perusahaan. Pada tahun 2008 Nurlela dan Islahuddin meneliti tentang pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajemen sebagai variabel pemoderasi, dengan mengambil sampel perusahaan-perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di BEJ untuk tahun 2005. Berdasarkan Indonesian Capital Market Directory perusahaan yang 20 terdaftar di BEJ selama tahun 2005 berjumlah 340 perusahaan, namun data yang bisa dianalisis sebanyak 41 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility, prosentase kepemilikan, serta interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Heal dan Garret (2004), menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Sedangkan Siegel dan Paul (2006), menunjukkan bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap efisiensi, perubahan teknikal, dan skala ekonomi perusahaan. Rustiarini (2009), meneliti tentang pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan satu tahun pengamatan yaitu tahun 2008 setelah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas diberlakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil–hasil penelitian terdahulu menjadi kajian empiris dalam penelitian ini. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan cara melakukan perluasan pengamatan dan pengembangan proksi dari variabel-variabel penelitian. Ringkasan beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. 21 Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian-penelitian Sebelumnya No. 1 Peneliti, tahun Penelitian Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika,2008 Variabel CSR, VBM (EVA) Hasil Penelitian - kinerja sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap pencapaian value based management yang diproksi dengan Economic Value Edded baik ditahun yang sama maupun di tahun berikutnya Dwi Yana Amalia konservatisma S. Fala,2007 akuntansi, nilai ekuitas perusahaan - akuntansi konservatisma berpengaruh positif secara signifikan terhadap penilaian ekuitas perusahaan 3 Maretno A. Harjoto dan Hoje, 2007 - CRS berpengaruh kuat terhadap Tobin‟s Q - Dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional berpengaruh lemah terhadap Tobin‟Q 4 Anita Ardiani, 2007 5 Saepudin, 2008 6 Johnny Jerry, 2008 2 7 CSR, tobin‟s Q, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional CAR, ROA, NPM, BOPO Perubahan harga saham ROA, ROE, NPM Harga saham ROE, ROA, LDR, CAR IHSG Yunina, Nazir dan ROA, ROE Gazali Syamni, EPS 2009 - CAR, LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham - ROA, LDR dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham - ROA berpengaruh terhadap harga saham - ROE dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham - LDR, CAR, ROE berpengaruh terhadap IHSG - ROA dan ROE berpengaruh terhadap EPS 22 No. 8 Peneliti, tahun Penelitian Sayeti, Yosafa dan Ludovicus Sensi Wondabio, 2007 Variabel CSR, ERC Hasil Penelitian - CSR dalam laporan tahunan berpengaruh negatif terhadap ERC 9 Lely Dahlia dan Silvia Veronica Siregar, 2008 CSR, kinerja keuangan (ROE dan Abnormal Return) - Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh postif terhadap ROE tapi tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan 10 Rika Nurlela dan Islahuddin, 2008 CSR, Tobin‟Q, Kepemilikan manajemen - CSR Tidak berpengaruh signifikan dengan Tobin‟Q - Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan dengan Tobin‟ Q 11 Rustiarini, 2009 12 Yuniasih dan Wirakusuma, 2009 CSR, Nilai Perusahaan, Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan jumlah komite audit ROA, Tobin‟s Q, CSR GCG 13 Heal dan Garret, 2004 CSR, Profit 14 Siegel dan Paul, 2006 CSR, - aktivitas CSR berpengaruh Efisiensi, positif signifikan terhadap Perubahan Teknikal, efisiensi, perubahan teknikal, Skala Ekonomi dan skala ekonomi perusahaan. - Pengungkapan CSR berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan - CG berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan - CG berpengaruh pada hubungan pengungkapan CSR dan Nilai Perusahaan - ROA berpengaruh postif pada nilai perusahaan - CSR berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan Nilai Perusahaan - GCG tidak terbukti berpengaruh pada hubungan ROA dengan Nilai Perusahaan - aktivitas CSR memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan 23 No. Peneliti, tahun Penelitian 15 Sayekti dan Wondabio, 2007) 16 Ulupui (2007), Markaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) Sumber : data di olah Variabel CSR ERC ROA, Nilai Perusahaan Hasil Penelitian - CSR berpengaruh negatif terhadap ERC. - kinerja perusahaan yang di proksi dengan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 24 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Signalling Theory (Teori Persinyalan) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston. 2001). Informasi yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi maka kinerja yang akan mereka lihat adalah rasio-rasio yang terkait dengan kemampuan menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi. Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh kinerja terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Banyak penelitian yang menghasilkan hasil yang positif diantaranya : Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997), Suranta dan Pratana (2004), Maryatini (2006), Andri dan Hanung (2007) Hanafi dan Halim (1996), Ross (2002), Kennedy JSP (2003), Saepudin (2008). Semua penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang meneliti pengaruh EVA dan rasio profitabilitas antara lain; ROA, 25 ROE dan EPS terhadap harga saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh EVA, ROA, dan ROE perusahaan terhadap return pemegang saham. Hasil pengujian statistik secara parsial terhadap masing–masing variabel bebas yaitu EVA, ROA, dan ROE tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham, sehingga variabel–variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap return pemegang saham perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh variabel lain. Variabel yang bisa memperkuat atau memperlemah suatu hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat disebut dengan variabel pemoderasi (Sugiyono, 2009). Salah satu yang mungkin menjadi variabel pemoderasi adalah Corporate Social Responsibility. Penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menggunakan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan hasil bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan diantaranya: penelitian Heal dan Garret (2004), Siegel dan Paul (2006), Nurlela dan Islahuddin (2008). Selama ini kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu (Utomo,1999). Rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali kinerja 26 perusahaan terlihat baik dan meningkat, padahal sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Hal ini juga dikatakan oleh Pradhono dan Christiawan (2004), bahwa ukuran kinerja keuangan yang mendasarkan pada laba akuntansi (accounting profit), seperti earnings per share, price earning ratio dan return on equity, dianggap tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Sehingga saat ini, banyak perusahaan menggunakan ukuran kinerja yang lebih menekankan value atau Value-Based Management (Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika. 2008). Nilai ekuitas perusahaan yang diproksikan dengan market to book ratio of equity mencerminkan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Penilaian ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan, manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek masa depan perusahaan. Oleh karenanya dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang adanya informasi Corporate Social Responsibility dan kinerja baik perusahaan berupa Value-Based Management dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) sebagai proksi. Kerangka berpikir penelitian disajikan pada gambar 3.1. Berdasarkan gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini sebelum memperoleh variabel-variabel yang akan diteliti, peneliti melakukan kajian-kajian secara teoritis maupun empiris. Dari kajian tersebut peneliti memperoleh konsep signaling theory, Corporate Social Responsibility, ValueBased Management dan nilai ekuitas perusahaan. Pengujian statistik dilakukan terhadap variabel-variabel tersebut sehingga dapat diketahui pengaruh masing- 27 masing variabel. Berdasarkan hasil pengujian statistik maka dapat diketahui apakah penelitian ini mendukung teori dan kajian yang telah ada sebelumnya. Kajian Teoritis : Signaling Theory Teori CSR Teori VBM Teori Nilai Perusahaan Kajian Empiris : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika 2008 Dwi Yana Amalia S. Fala,2007 Maretno A. Harjoto dan Hoje, 2007 Sayeti, Yosafa dan Ludovicus Sensi Wondabio, 2007 Anita Ardiani, 2007 Saepudin, 2008 Johny Jerry, 2008 Yunina, Nazir dan Gazali Syamni, 2009 Lely Dahlia dan Silvia Veronica Siregar, 2008 Ni Wayan Rustiarini, 2009 Rika Nurlela dan Islahuddin, 2008 Heal dan Garret (2004), Siegel dan Paul (2006) Finch (2005), McGuire dkk (1998) Ulupui (2007) Markaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) Yuniasih dan Wirakusuma (2009) dll Value-Based Management UU No. 25 dan UU No. 40 tahun 2007 Corporate Social Responsibility Nilai ekuitas Perusahaan Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 28 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat disusun konsep penelitian untuk melihat hubungan antar variabel seperti dalam Gambar 3.2. Corporate Social Responsibility Nilai Ekuitas Perusahaan Value-Based Management Variabel Kontrol 1. Ukuran Perusahaan 2. Jenis Industri Gambar 3.2 Konsep Penelitian Gambar 3.2 menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel dependen (nilai ekuitas perusahaan) dan variabel independen (Value-Based Management) dimoderasi dengan Corporate Social Responsibility. Dalam penelitian ini juga menggunakan ukuran perusahaan dan jenis industri sebagai variabel kontrol. Menggunakan teknik analisis data berupa uji interaksi ( Moderated Regression Analysis) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur 29 interaksi. Dengan uji interaksi dapat diketahui bagaimana pengaruh Value-Based Management yang dimoderasi dengan Corporate Social Responsibility pada nilai ekuitas perusahaan. Perancangan konsep penelitian ini diharapkan pula dapat membantu peneliti dalam melakukan rancangan penelitian, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. 3.3 Hipotesis Penelitian Selama ini kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu (Utomo,1999). Rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, padahal sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Hal ini juga dikatakan oleh Pradhono dan Christiawan (2004), bahwa ukuran kinerja keuangan yang mendasarkan pada laba akuntansi (accounting profit), seperti earnings per share, price earning ratio dan return on equity, dianggap tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Sehingga saat ini, banyak perusahaan menggunakan ukuran kinerja yang lebih menekankan value atau Value-Based Management (Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika. 2008). Menurut Stewart (1999) dalam Iramani dan Febrian (2005) Economic Value Added diklaim sebagai metode pengukuran kinerja yang terbaik yang merupakan salah satu penerapan Value-Based Management. Konsep Economic Value Added (EVA) sebenarnya mirip dengan pengukuran pendapatan residu (residual income). EVA merupakan metode kinerja keuangan untuk menghitung 30 profit ekonomi yang sebenarnya (true economic profit) dari sebuah perusahaan. Menurut Young (1997), EVA dapat dikatakan lebih inovatif karena: EVA tidak dibatasi oleh GAAP, EVA dapat diterapkan sampai pada tingkatan yang rendah dalam organisasi, EVA memiliki sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh pengukuran keuangan lainnya, yaitu cara pengukuran dan pengkomunikasian kinerja yang dapat digunakan di semua area, seperti pasar modal, penilaian investasi modal, dan dalam evaluasi serta kompensasi kinerja manajerial. Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh kinerja terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Banyak penelitian yang menghasilkan hasil yang positif diantaranya: Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997), Suranta dan Pratana (2004), Maryatini (2006), Andri dan Hanung (2007) Hanafi dan Halim (1996), Ross (2002), Kennedy JSP (2003), Saepudin (2008). Semua penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang meneliti pengaruh EVA dan rasio profitabilitas antara lain; ROA, ROE dan EPS terhadap harga saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh EVA, ROA, dan ROE perusahaan terhadap return pemegang saham. Hasil pengujian statistik secara parsial terhadap masing–masing variabel bebas yaitu EVA, ROA, dan ROE tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham, sehingga 31 variabel–variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap return pemegang saham perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah yang disebut dengan variabel pemoderasi (Sugiyono, 2009). Salah satu yang mungkin menjadi variabel pemoderasi adalah Corporate Social Responsibility. Penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menggunakan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan hasil bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan diantaranya: penelitian Heal dan Garret (2004), Siegel dan Paul (2006), Nurlela dan Islahuddin (2008). Berdasarkan uraian empiris diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H : Pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. 32 BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Sebagai acuan pelaksanaan penelitian maka terlebih dahulu disiapkan rancangan penelitian yang merupakan rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset menjadi valid, obyektif, efisien dan efektif. Rancangan penelitian merupakan kerangka untuk menunjukkan variabel-variabel yang diteliti dan menggambarkan langkah-langkah untuk setiap aktivitas riset. Merancang penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis yang dibangun (Jogiyanto, 2007). Berdasarkan kajian teoritis dan empiris maka, variabel-variabel yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah: (1) variabel independen adalah Value-Based Management, (2) variabel pemoderasi adalah Corporate Social Responsibility, (3) variabel dependen adalah nilai ekuitas perusahaan dan (4) variabel kontrol adalah ukuran perusahaan dan jenis industri. Melalui kajian tersebut dirumuskan masalah penelitian dan dibuat hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian secara statistik maka perlu untuk menentukan sampel penelitian, sumber data, dan metoda pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda dengan uji interaksi (Moderated Regression Analisis). Hasil analisis selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada dan diakhiri dengan membuat 33 simpulan atas hasil yang diperoleh serta memberi saran-saran sebagai kontribusi penelitian. Rancangan penelitian disajikan pada Gambar 4.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Data Penelitian Kajian teoritis dan emperis Kuantitatif dan kualitatif Data sekunder BEI Purposive sampling Hipotesis Rancangan Penelitian 1. VBM Variabel Penelitian 2. CSR 3. Size 4. Profile. Nilai ekuitas Perusahaan Simpulan Saran dan implikasi Hasil dan Pembahasan Regresi linear berganda dengan uji interaksi (MRA) Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Asumsi klasik 34 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Bursa Efek Indonesia yang menyediakan informasi laporan keuangan perusahaan dengan mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Penelitian hanya menggunakan data tahun 2008 dan 2009 karena ingin menguji pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel pemoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan setiap perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Jenis data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2009). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan (annual report) untuk tahun buku 2008 yang dipublikasikan pada tahun 2009 dan tahun buku 2009 yang dipublikasikan pada tahun 2010. 4.3.2 Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak lain atau data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2009). Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti dari www.idx.co.id. 35 4.3.3 Metoda Penentuan Sampel Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metoda purposive sampling yaitu metoda pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: (1)perusahaan yang terdaftar di BEI, (2) mempublikasikan CSR tahun buku 2008 dan 2009, dan (3) perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini diantaranya: 1) Variabel independen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Value-Based Management yang diukur dengan proksi Economic Value Added (EVA). 2) Variabel dependen adalah nilai ekuitas perusahaan yang diukur dengan proksi market to book ratio of equity. 3) Variabel pemoderasi adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini sebagai variabel moderasi adalah Corporate Social Responsibility yang diukur dengan menggunakan proksi CSR Indeks (CSRI). 36 4) Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (size) dan jenis perusahaan. 4.4.2 Definisi Operasional Variabel 4.4.2.1 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah: Value-Based Management yang diukur dengan proksi Economic Value Added (EVA) mengacu pada pengukuran yang telah dilakukan oleh Hartanti dan Elsa Rumiris Monika tahun 2008, peneliti lain yang menyatakan bahwa Value-Based Management dapat diukur dengan proksi Economic Value Added (EVA) diantaranya Paul A. Sharman (1999), Arnold dan Davies (1999), Stewart (1999), dan Young (1997). EVA adalah alat ukur kinerja perusahaan yang mementingkan penggunaan biaya atas modal yang digunakan perusahaan dalam operasional. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional, cara EVA mengukur kinerja perusahaan adalah dengan mengurangi laba operasi setelah pajak dengan capital charge yaitu biaya modal yang memperhitungkan biaya kewajiban yang harus dibayarkan kepada kreditur serta biaya ekuitas yang seharusnya dibayarkan kepada pemegang saham yang mencerminkan tingkat resiko perusahaan (Young,1997). Perhitungan EVA merupakan selisih antara net operating after tax (NOPAT) dengan biaya atas modal yang diinvestasikan atau capital charges (Young, 1997). Perhitungan EVA dilakukan dengan cara: 37 EVA = Net Operating Profit after Tax (NOPAT) – capital charges……..….(1) Capital charges = WACC x Invested Capital ………………………….…...(2) Invested Capital = total hutang dan ekuitas - hutang jangka pendek tanpa bunga…………………………………. ……..…….(3) WACC = ( D x rd ) (1-tax) + E x re ) ………………………………(4) rd (Cost of debt) = beban bunga x 100 % ……….………………………..…(5) Total hutang re(Cost of equity) = NOPAT Total ekuitas Keterangan: EVA NOPAT Capital charges WACC Invested Capital Cost of debt Cost of equity x 100% …………………..…….…..…..(6) = Economic Value Aded = Net Operating Profit after Tax = biaya modal yang memperhitungkan biaya kewajiban yang harus dibayarkan kepada para kreditor, serta biaya ekuitas yang seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham = Weighted Average Cost of Capital: tingkat return minimum berdasarkan porsi masing-masing instrument pembiayaan yang meliputi resiko hutang dan ekuitas = capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemodal = tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya resiko hutang (credit risk) = tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya resiko investasi oleh penanam modal 1.4.2.2 Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai ekuitas perusahaan yang diukur dengan proksi market to book ratio of equity, mengacu pada pengukuran yang telah dilakukan oleh Dwi Yana Amalia S Fala tahun 2007, beberapa peneliti lainnya yang telah menggunakan proksi ini adalah Kallapur dan Trombley (1999), Hartono (1999), Jones dan Sharma (2001). Market to book ratio 38 of equity yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan investor menilai positif pengungkapan Corporate Social Responsibility dan EVA yang baik dari perusahaan, sehingga memberikan premium lebih bagi saham perusahaan. Book value dihitung menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu tanggal 31 Desember dan Market value diukur menggunakan harga penutupan saham pada tanggal pengumuman pengungkapan Corporate Social Responsibility. Foster (1986) menyebutkan bahwa harga setelah pengumuman laporan keuangan dapat merefleksikan kandungan informasi dari pengumuman earnings. 4.4.2.3 Variabel Pemoderasi Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility yang ditunjukkan dalam Corporate Social Responsibility indeks (CSRI) dengan pengukuran yang dilakukan mengacu pada pengukuran yang telah dilakukan oleh Sembiring (2005). Pengukuran dilakukan dengan mengelompokkan informasi CSR ke dalam beberapa kategori yang meliputi: lingkungan, energi, kesehatan, keselamatan kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM No. VIII G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item untuk diaplikasikan di Indonesia terdapat 78 item pengungkapan (Sembiring, 2005). Penghitungan CSRI menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item yang diungkap diberikan nilai 1 dan apabila tidak diungkap diberikan nilai 0. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Haniffa dan Cooke, 2005) ∑ X ij CSRIj = …………………………………………………….(7) nj 39 Keterangan: CSRIj = Corporate Social Responsibility indeks perusahaan j ∑ X ij = Jumlah Item yang diungkapkan oleh perusahaan j nj = jumlah item pengungkapan = 78 item 4.4.2.4 Variabel Kontrol Yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini adalah: 1) Ukuran Perusahaan (size). Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol yang banyak digunakan untuk menjelaskan varaiasi pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan (Size) bisa diukur dengan total aktiva, penjualan dan modal dari perusahaan (Anggraini,2006). Perusahaan dengan ukuran yang besar dikatakan akan lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan yang lebih kecil sehingga kinerja perusahaan akan lebih baik. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani. 2005; Gray et al. 2001; Sembiring. 2005; dan Udayasunkar. 2007). 40 Dalam penelitian ini ukuran perusahaan didasarkan atas total aktiva yang dimiliki perusahaan. Total Aset sebagai proksi ukuran perusahaan juga digunakan dalam penelitian: Novita dan Chaerul D. Djakman (2008), Lely Dahlia dan Sylvia Veronica (2008), Etty Murwaningsih (2008), Ninna Daniati dan Suhairi (2006), Krisyanto dan Edy Supriyanto (2006). 2) Jenis industri (Profile) Jenis industri sebagai variabel kontrol dimasukkan dalam persamaan model sebagai variabel dummy, 1 untuk industri high profile, dan 0 untuk industri low profile. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda-beda (Roberts; 1992, Hackston & Milne; 1996, Diekers dan Perston; 1977; dan Patten; 1991). Penelitian ini mengelompokkan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata sebagai industri high profile. Sementara industri bidang bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil serta produk personal dan rumah tangga dikelompokkan menjadi industri low profile. Hasil penelitian lebih banyak mengungkapkan bahwa perusahaan high profile lebih banyak mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial jika dibandingkan perusahaan low profile. Ini disebabkan karena perusahaan high profile lebih banyak berinteraksi dengan sumber daya 41 seperti tenaga kerja, alam serta lingkungan sekitarnya. Beberapa penelitian yang mendukung hasil ini diantaranya Hackston dan Milne (1996), Utomo (2000), Henny dan Murtato (2001), Hasibuan (2001), Sembiring (2005) serta Anggraeni (2006). 4.5 Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis kuantitatif. Analisis data diperlukan untuk menguji hipotesis, sehingga dapat diketahui pengaruh CSR pada hubungan Value Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Metode analisis yang diperlukan meliputi: 4.5.1 Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan uji interaksi atau Moderated Regression Analysis yang merupakan aplikasi khusus dari metode regresi linear berganda (Ghozali, 2009). Model regresi tidak hanya menunjukkan pengaruh dari variabel independen pada variabel dependen, namun ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan dalam observasi yang disebut kesalahan penggangu atau disturbance’s error (Supranto, 2001). Supaya model analisis regresi yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan nilai parametrik maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asusmsi klasik dilakukan untuk mengetahui keberartian hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009). Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. 42 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa variabel terikat dan variabel bebas dalam persamaan regresi sudah berdistribusi normal atau tidak (Ghozali 2009). Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-smirnov. Residual berdistribusi normal apabila tingkat signifikansi menunjukkan nilai lebih besar dari 0,05 (5%). 2) Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak (Ghozali, 2009). Untuk menguji multikolonieritas dilakukan analisis korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Multikolonieritas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 (10%) atau nilai VIF lebih besar dari 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 10 % atau VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif ( tidak ada multikolonieritas). 3) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau yang tidak 43 heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Uji statistik yang digunakan adalah uji Glejser supaya hasil yang diperoleh akurat. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2009). Jika dari uji Glejser di dapat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolute Ut ( AbsUt) dan probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5 persen maka dapat diambil kesimpulan model regresi tersebut tidak mengandung heteroskedastisitas. 4) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang datanya adalah time series atau korelasi antara tempat yang berdekatan bila cross sectional. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji Durbin Watson yang dihitung berdasarkan selisih kuadrat nilainilai taksiran faktor pengganggu yang berurutan. Nilai Durbin Watson dapat dihitung menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Nilai dari Uji Durbin Watson dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen untuk dapat diambil keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1) Bila dU < dW < (4-dU), maka tidak terjadi autokorelasi. 2) Bila dW < d1, maka terjadi autokorelasi positif. 44 3) Bila dW > (4-dt), maka terjadi autokorelasi negatif. 4) Bila d1 < dW < dU atau (4-dU) < dW < (4-dt), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai ada tidaknya autokorelasi. 4.5.2 Uji Interaksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel pemoderasi yaitu Corporate Social Responsibility dalam hubungan Value Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Pengujian pengaruh variabel pemoderasi dalam hipotesis penelitian ini diuji dengan uji interaksi. Uji interaksi sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen), (Ghozali, 2009). Adapun rumusan model penelitian ini disajikan sebagai berikut: MBR = α + β1EVA + β2CSRI + β3EVA*CSRI + SIZE + β5PROFILE + ε…(8) Keterangan: MBR = EVA CSRI = = EVA*CSRI = SIZE PROFILE = = Α β1- β5 = = = Ε Market to Book Ratio of equity merupakan proksi dari nilai ekuitas perusahaan, diukur dengan rasio nilai pasar terhadap nilai buku. EVA masing-masing perusahaan. Standardize Corporate Social Responsibility Disclosure Indeks merupakan variabel interaksi yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi CSRI terhadap hubungan EVA pada MBR variabel dummy, ukuran perusahaan ( jumlah asset) variabel dummy, 1 jika industri high profile, 0 jika industri low profile. Konstanta Koefisien regresi Standar eror 45 Bila dalam persamaan 8 nilai koefisien β3 memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka Corporate Social Responsibility terbukti sebagai variabel pemoderasi yang mempengaruhi hubungan Value Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. 46 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Objek Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia atau www.idx.co.id, diketahui bahwa perusahaan publik yang terdaftar sampai dengan tahun 2009 adalah 414 perusahaan. Penelitian ini hanya menggunakan data tahun 2008 dan 2009. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metoda purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: (1) perusahaan yang terdaftar di BEI, (2) mempublikasikan CSR tahun buku 2008 dan 2009, dan (3) perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh sampel akhir sebanyak 103 observasi. Penentuan sampel dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Hasil Penentuan Sampel Kriteria Perusahaan yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2009 Total Annual Report yang tersedia tahun 2009 Total Annual Report yang tersedia tahun 2008 Perusahaan yang mengungkap CSR tahun 2009 dalam Annual Report Perusahaan yang mengungkap CSR tahun 2008 dalam Annual Report Total Perusahaan yang mengungkap CSR Perusahaan yang data tidak lengkap Jumlah Sampel akhir Sumber: data diolah Jumlah 414 219 210 86 62 148 (45) 103 47 5.2 Hasil Analisis Data 5.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Dari hasil uji ststistik deskriptif pada Lampiran 3, didapatkan informasi sebagai berikut: Variabel MBR memiliki rentang nilai dari -3,51 hingga 4,47. Nilai terendah dimiliki oleh perusahaan dengan kode BBKP pada tahun 2008 (Sampel no.21 pada Lampiran 1), dan nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan dengan kode BBCA pada tahun 2009 (Sampel no.79 pada Lampiran 1). Nilai rata-rata MBR adalah 0,9831 dan deviasi standarnya bernilai 1,71656. Variabel EVA merupakan proksi dari Value Based Management memiliki rentang nilai dari 19,13 hingga 29,33 Nilai EVA terendah dimiliki oleh perusahaan dengan kode TIRA pada tahun 2008 (Sampel no.47 pada Lampiran 1), dan nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan dengan kode BBCA pada tahun 2009 (Sampel no.79 pada Lampiran 1). Nilai rata-rata EVA sebesar 24,41. Sedangkan deviasi standarnya bernilai 2,15714. Variabel CSRI memiliki rentang nilai dari 0,03 hingga 0,44. Rentang nilai terendah dimiliki oleh perusahaan dengan kode BIPP pada tahun 2008 (Sampel no.4 pada Lampiran 1) dan nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan dengan kode BFIN pada tahun 2009 (Sampel no.80 pada Lampiran 1). Nilai rata-rata CSRI adalah 0,1402 dan deviasi standarnya bernilai 0,7666. Jika dilihat dari rata-rata variabel maka diperoleh informasi bahwa rata-rata jumlah item yang diungkap oleh perusahaan kurang lebih hanya sebanyak 11 item pengungkapan. 48 Variabel Size memiliki rentang nilai dari 25,06 hingga 33,61. Nilai terendah dimiliki oleh perusahaan dengan kode ZBRA pada tahun 2008 (Sampel no.17 pada Lampiran 1) dan nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan dengan kode BMRI pada tahun 2009 (Sampel no.74 pada Lampiran 1). Nilai rata-rata size bernilai 28,8035 dan deviasi standarnya bernilai 1,81443. Variabel profile merupakan variabel dummy dengan rentang 0 dan 1. Nilai rata-rata profile adalah 0,17 dengan deviasi standar bernilai 0,373. 5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang dilakukan adalah screening terhadap data yang akan diolah (Ghozali,2009). Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah semua kombinasi linear dari variabel berdistribusi normal. Oleh karena itu, variabel dependen dan independen akan ditransformasikan menjadi bentuk logaritma natural (Ghozali,2009). Untuk mengetahui variabel mana yang akan di transformasi maka terlebih dahulu harus diketahui bentuk grafis histogram dari data (Ghozali,2009). Berdasarkan analisis dari grafik histrogram maka diketahui bahwa variabel MBR, EVA dan Size memiliki bentuk histogram substansial positive skewness (Tampilan grafik histogram dapat dilihat pada Lampiran 4). Sehingga variabel MBR, EVA dan Size ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural(Ghozali,2009). 5.2.2.1 Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa variabel terikat dan variabel bebas dalam persamaan regresi sudah berdistribusi normal atau tidak 49 (Ghozali, 2009). Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorovsmirnov. Residual berdistribusi normal apabila tingkat signifikansi menunjukkan nilai lebih besar dari 0,05 (5%). Hasil uji normalitas pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,805 dan signifikan pada 0,535 hal ini berarti data residual terdistribusi normal. 5.2.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Uji statistik yang digunakan adalah uji Glejser dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2009). Jika dari uji Glejser di dapat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolute Ut ( AbsUt) dan probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5 persen maka dapat diambil kesimpulan model regresi tersebut tidak mengandung heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel independen semuanya lebih besar dari 0,05, ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. 50 5.2.2.3 Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Hasil pengujian pada Lampiran 5 menunjukkan nilai DW sebesar 1,796, nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%. Untuk jumlah sampel n=100, nilai dl = 1,613 dan du = 1,736. Oleh karena nilai DW > du dan < 4 - du, berarti tidak terjadi autokorelasi. 5.2.2.4 Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak (Ghozali, 2009). Untuk menguji multikolonieritas dilakukan analisis korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Multikolonieritas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 (10%) atau nilai VIF lebih besar dari 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 10 % atau VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif ( tidak ada multikolonieritas). Hasil pengujian pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa semua variabel dependen mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF < 10, artinya multikolonieritas. terbebas dari 51 5.3 Uji Kelayakan Model ( Goodness of Fit ) Menurut Ghozali (2009) ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fit. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. 5.3.1 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (Adjusted R Square) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependennya Ghozali (2009). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independennya dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji pada Lampiran 6 menunjukkan koefisien determinasi sebesar 0,162 menunjukkan bahwa 16,2 persen variabel dependen yaitu MBR dapat dijelaskan oleh variabel EVA, CSRI, EVA*CSRI, PROFILE dan SIZE. Sisanya sebesar 83,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Nilai Standar error of the estimate (SEE) menunjukkan nilai sebesar 1,57134, berarti semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2009) 5.3.2 Hasil Uji Statistik F Dari output hasil uji statistik F yang terdapat pada Lampiran 6 menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,945 dengan signifikansi sebesar 0,000, 52 lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan sebesar 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi MBR atau dapat dikatakan EVA, CSRI, EVA*CSRI, PROFILE dan SIZE secara bersama-sama berpengaruh terhadap MBR 5.3.3 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Hasil uji statistik t yang terdapat pada Tabel 5.2 menunjukkan pengaruh secara parsial dari variabel EVA, CSRI, EVA*CSRI, PROFILE dan SIZE pada MBR. Dengan demikian persamaan regresi menjadi: MBR = -4,133 + 0,346EVA - 0,245CSRI + 1,512E-12EVA*CSRI - 0,119SIZE + 0,339 PROFILE…………………………….(8) Hasil uji statistik t pada Tabel 5.2 menunjukkan dari kelima variabel yang dimasukkan dalam model regresi, hanya EVA yang memberikan koefisien parameter 0,346 dengan tingkat signifikansi 0,005 yang berarti memberikan pengaruh signifikan kepada MBR. Arti dari koefisien regresi EVA sebesar 0,346 menyatakan bahwa setiap penambahan EVA perusahaan sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai ekuitas perusahaan sebesar 0,346%. Sedangkan Variabel lainya yaitu: CSRI, EVA*CSRI, PROFILE dan SIZE masing-masing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap MBR dengan tingkat signifikansinya yaitu CSRI dengan tingkat signifikansi 0,912, 53 EVA*CSRI dengan tingkat signifikansi 0,251, SIZE dengan tingkat signifikansi 0,437 dan PROFILE dengan tingkat signifikansi 0,457. Tabel 5.2 Hasil Uji Interaksi Coefficients Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -4,133 3,359 LN_EVA 0,346 0,120 0,435 CSRI -0,245 2,213 -0,011 EVA*CSRI 1,512E-12 0,000 0,145 LN_SIZE -0,119 0,153 -0,126 PROFILE 0,339 0,454 0,074 R = 0,451 R Square = 0,203 Adjusted R Square = 0,162 Std. Error of the Estimate = 1,57134 F = 4,945 Sig = 0,000 Sumber : Lampiran 6 t -1,231 2,886 -0,111 1,154 -0,781 0,747 Sig. 0,221 0,005 0,912 0,251 0,437 0,457 5.4 Pengujian Hipotesis Hasil uji statistik t pada Tabel 5.2 menunjukkan dari kelima variabel yang dimasukkan dalam model regresi, hanya EVA yang memberikan koefisien parameter 0,346 dengan tingkat signifikansi 0,005 yang berarti memberikan pengaruh yang signifikan kepada MBR. Sedangkan Variabel lainya CSRI dengan tingkat signifikansi 0,912, EVA*CSRI dengan tingkat signifikansi 0,251, SIZE dengan tingkat signifikansi 0,437 dan PROFILE dengan tingkat signifikansi 0,457 masing-masing tidak berpengaruh signifikan terhadap MBR. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai 54 ekuitas perusahaan. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel pemoderasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,251 ternyata tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,251 > 0,05. Ini berarti bahwa pengungkapan CSR bukan merupakan variabel pemoderasi dalam hubungan Value-Based Management yang diukur dengan EVA dengan nilai ekuitas perusahaan yang diukur dengan MBR. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Gambar 5.1 menunjukkan model persamaan dari pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Corporate Social Responsibility 0,912 0,251 Value-Based Management 0,005 Nilai Ekuitas Perusahaan Variabel Kontrol 3. Ukuran Perusahaan 4. Jenis Industri 0,437 0,457 Gambar 5.1 Model persamaan dari pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan 55 BAB VI PEMBAHASAN Hipotesis penelitian Responsibility memoderasi ini adalah pengungkapan Corporate Social hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Pengujian pengaruh variabel pemoderasi dalam hipotesis penelitian ini diuji dengan uji interaksi. Uji interaksi sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi. Dalam pengujian melibatkan lima variabel independen yaitu: EVA, CSRI, EVA*CSRI, SIZE dan PROFILE. Variabel EVA*CSRI (sebagai variabel pemoderasi) sedangkan sebagai variabel control adalah SIZE dan PROFILE. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Hasil penelitian dapat dijelaskan dalam pembahasan sebagai berikut: 6.1 Value-Based Management dan nilai ekuitas perusahaan Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar. Penelitian ini menggunakan proksi market to book ratio of equity untuk penilaian ekuitas perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan, manajemen, laba, likuiditas, dan prospek masa depan perusahaan (Walsh, 2003). Investor melakukan review terhadap kinerja suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi (Sri Rahayu, 2010). Melalui 56 rasio-rasio keuangan dapat dilihat keberhasilan manajemen perusahaan mengelola asset dan modal untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi maka kinerja yang akan mereka lihat pertama kali adalah rasio-rasio yang terkait dengan kemampuan menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi. Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian ini menunjukkan bahwa Value Based Management yang diproksi dengan EVA terbukti berpengaruh terhadap nilai ekuitas perusahaan. Ini ditunjukkan dengan hasil statistik EVA yang memberikan koefisien parameter 0,346 dengan tingkat signifikansi 0,005 yang berarti memberikan pengaruh positif yang signifikan kepada MBR. Arti dari koefisien regresi EVA sebesar 0,346 menyatakan bahwa setiap penambahan EVA perusahaan sebesar 1% maka akan meningkatkan nilai ekuitas perusahaan sebesar 0.346%. Hasil ini konsisten dengan pernyataan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hasil ini konsisten juga dengan hasil penelitian yang menyatakan EVA memiliki korelasi yang baik terhadap tingkat 57 pengembalian saham (Lehn, Makhija 1996; Esa Makelainen 1997; Dodd, Chen 1996). Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997), Suranta dan Pratana (2004), Maryatini (2006), Andri dan Hanung (2007), Hanafi dan Halim (1996), Ross (2002), Kennedy JSP (2003), dan Saefudin (2008). Tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian dari Sasongko dan Wulandari (2006) dan Wibowo (2005). Ada beberapa hal yang menyebabkan Value Based Management (VBM) yang diproksi EVA terbukti berpengaruh terhadap nilai ekuitas perusahaan diantaranya (Sri Rahayu, 2010) : 1) VBM menunjukkan nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu, 2) Prinsip VBM memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan, 3) VBM memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak, 4) VBM dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding. 58 6.2 Corporate Social Responsibility dan Nilai Ekuitas Perusahaan Kondisi keuangan yang baik belum tentu cukup untuk menjamin nilai perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan (Sustainable). Untuk itu perusahaan perlu untuk memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan. Pengungkapan CSR menggambarkan ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan perusahaan terkait lingkungan fisik dan sosialnya. Adanya praktik CSR yang baik dari perusahaan diharapkan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai ekuitas perusahaan. Ini ditunjukkan dengan hasil statistik CSRI yang memberikan koefisien parameter -0,245 dengan tingkat signifikansi 0,912 yang berarti tidak memberikan pengaruh signifikan kepada MBR. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh: McGuire dkk (1998), Balabanis, Phillips, dan Lyall (1998), Heal dan Garret (2004), Finch (2005), Siegel dan Paul (2006), Nurlela dan Islahuddin (2008) yang menghasilkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dari: Dahlia dan Sylvia (2008) Alexander dan Buchloz (1978), Lufti (2001), Indah dan Rasmiati (2002), Zuhroh dkk (2003), Sayekti dan Wondabio (2007). Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena didalamnya mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk berinvestasi oleh para investor (Verecchia, 1983, dalam Basamalah et al, 2005). Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 59 investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan. Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu lagi melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena CSR bukan lagi bersifat sukarela namun sudah bersifat wajib. Kewajiban CSR sudah diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan diberlakukannya kedua Undang-Undang tersebut maka investor tidak lagi melihat pengungkapan CSR karena perusahaan pasti melaksanakan dan mengungkapkannya. Perusahaan yang tidak melaksanakan CSR, akan terkena sanksi sesuai dengan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 ayat 3. Selain itu indikasi bahwa para investor tidak perlu lagi melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena informasi yang tersedia pada pasar termasuk harga-harga dari sekuritas mencerminkan informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Kondisi pasar yang mencerminkan secara penuh informasi masa lalu dikatakan efisiensi pasar dalam bentuk lemah (Jogiyanto, 2009). Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Ini berarti bahwa investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. 60 6.3 Corporate Social Responsibility, Value-Based Management dan Nilai Ekuitas Perusahaan Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah yang disebut dengan variabel pemoderasi (Sugiyono, 2009). Salah satu yang mungkin menjadi variabel pemoderasi adalah Corporate Social Responsibility. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility memoderasi hubungan Value-Based Management dengan nilai ekuitas perusahaan. Hasil uji statistik t pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa variabel pemoderasi memiliki nilai koefisien positif sebesar 1,512E-12 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,251 ternyata tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,251 > 0,05. Ini berarti bahwa pengungkapan CSR bukan merupakan variabel pemoderasi dalam hubungan positif Value-Based Management yang diukur dengan EVA dengan nilai ekuitas perusahaan yang diukur dengan MBR. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2009) serta penelitian lainnya yang menghasilkan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan seperti penelitian yang dilakukan oleh Heal dan Garret (2004), Siegel dan Paul (2006), Nurlela dan Islahuddin (2008). Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi. Kinerja keuangan yang baik ditambah dengan adanya pengungkapan CSR diharapkan dapat menjadi 61 pertimbangan untuk berinvestasi oleh para investor (Verecchia, 1983, dalam Basamalah et al, 2005). Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan. Pengungkapan CSR tidak menjadi pemoderasi hubungan antara Value Based Mangement dengan Nilai Ekuitas Perusahaan diindikasikan karena: 1) Investor sudah tidak perlu lagi melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena CSR bukan lagi bersifat sukarela namun sudah bersifat wajib. Kewajiban CSR sudah diatur dalam Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang- undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2) Investor di Indonesia memiliki tujuan utama memperoleh Return yang semaksimal mungkin dari investasi mereka. Mereka memiliki pandangan bahwa Nilai ekonomis suatu perusahaan komersial hanya terlegitimasi oleh keuntungan yang dicapai. Perusahaan yang baik harus memastikan bahwa pelanggan puas, karyawan diperhatikan dengan baik tetapi intinya selalu profit. Hal ini sesuai dengan prinsip yang dikeluarkan oleh Paul A. Sharman (1999) bahwa Value Based Management memberikan penilaian yang dinamis serta hasil kinerja organisasi yang tinggi berdasarkan pada kekuatan financial dan profit. 3) Investor di Indonesia diindikasikan mengikuti pendapat Friedman (1980), pandangan bahwa perusahaan harus melakukan tanggung jawab sosial merupakan kesalahan konsep fundamental dari sifat dan 62 karakter ekonomi bebas. Dalam ekonomi bebas, hanya ada satu tanggung jawab sosial perusahaan sebagai pelaku bisnis, yaitu: menggunakan sumber daya dan melakukan aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan selama mungkin. Dalam teori ekonomi modern, hal tersebut dikenal sebagai konsep Value Based Management (VBM) yaitu suatu penciptaan nilai dalam jangka panjang bagi perusahaan. 4) Investor di Indonesia diindikasikan mengikuti pendapat (Arnold dan Davies, 1999) bahwa dalam konsep VBM, untuk bertahan dalam jangka panjang, maka seluruh strategi perusahaan haruslah berpaku pada peningkatan kesejahteraan pemegang saham, yang merupakan pemilik perusahaan. Sekilas tampak bahwa ide mengenai maksimalisasi kesejahteraan pemegang saham dan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan dua hal yang sangat bertentangan, perusahaan tidak mungkin dapat melayani para pemegang saham dan masyarakat dalam waktu yang bersamaan. 6.4 Size, Profile dan Nilai Ekuitas Perusahaan Dalam penelitian ini digunakan variabel kontrol yaitu Size dan Profile. Perusahaan dengan ukuran yang besar dikatakan akan lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan yang lebih kecil sehingga nilai perusahaannya juga semakin baik. Demikian pula dengan perusahaan high 63 profile memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan perusahaan low profile sehingga nilai perusahaan juga akan semakin baik. Hasil penelitian ini menunjukkan SIZE dengan tingkat signifikansi 0,437 dan PROFILE dengan tingkat signifikansi 0,457 masing-masing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap MBR. Hal ini berarti bahwa baik Size dan Profile perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai ekuitas perusahaan. Hal ini diindikasikan karena investor dalam mengambil keputusan investasi mereka lebih cenderung memperhatikan Value Based Management perusahaan. Mereka berpandangan bahwa tujuan utama berinvestasi adalah memperoleh return yang semaksimal mungkin. Dengan melihat EVA yang baik mereka tidak perlu lagi melihat Size dan Profile perusahaan. Nilai perusahaan dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari total modal yang diinvestasikan ditambah dengan nilai sekarang dari total EVA perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi EVA berarti semakin tinggi kinerja perusahaan dan sebaliknya semakin rendah EVA berarti semakin rendah kinerja perusahaan. EVA merupakan pengukuran yang didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (residual income) Young, O‟Byrne,(2001). EVA memiliki kaitan dengan penciptaan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan sekarang mencerminkan total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut. Dengan EVA yang baik investor tidak perlu lagi memperhatikan Size dan Profile perusahaan dalam berinvestasi di pasar modal. 64 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak terbukti secara signifikan sebagai variabel pemoderasi hubungan antara Value Based Mangement dengan nilai ekuitas perusahaan. Hal ini diindikasikan karena investor sudah tidak perlu lagi melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena bukan lagi bersifat sukarela namun sudah bersifat wajib. Dengan indikator Value Based Management yang diukur dengan Economic Value Added maka investor tidak memperhatikan Corporate Social Responsibility dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini sesuai dengan konsep Value-based Management utama memperoleh return bahwa investor cenderung memiliki tujuan semaksimal mungkin dari investasi dengan berpandangan bahwa nilai ekonomis suatu perusahaan komersial hanya terlegitimasi oleh keuntungan yang dicapai. 7.2 Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat menimbulkan kurang sempurnanya hasil penelitian, untuk itu maka saran yang dapat diberikan untuk mengatasi keterbatasan dari penelitian ini diantaranya: 1) Penelitian ini hanya menggunakan masa pengamatan selama 2 tahun setelah penerapan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman 65 Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal ini menyebabkan jumlah sampel penelitian menjadi terbatas. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan masa pengamatan yang lebih lama lagi. 2) Data yang digunakan adalah data skunder yang bersumber dari Annual Report, akibatnya dalam penelitian ini hanya menggunakan proksi EVA untuk mengukur Value Based Management. Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengkombinasikan metoda pengumpulan data dengan menambahkan penggunaan data primer melalui kuisioner. Kombinasi penggunaan data skunder dan data primer diharapkan dapat digunakan untuk menghitung proksi lain dari Value Based Management seperti Cash Value Added (CVA) dan Market Value Added (MVA). Dengan penggunaan proksi lain dari Value Based Management diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang lebih bervariasi dalam mewakili Value Based Management. 66 DAFTAR PUSTAKA Alexander dan Buchlor. 1978. A Reason for Differences in Corporate Social Reporting. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 10, p. 521-547. Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar, 26 – 28 Juli. Anggraini, Fr. R.R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan keuangan Tahunan (Studi Emperis pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus Anita Ardiani, 2007. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada perusahaan Perbankan di BEJ. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Arlow, Peter, Gannon, Martin J. 1982. Social Responsiveness, Corporate Structure, and Economic Performance, Academy of Management Review, Vol.7, No.2, 235-241. Aupperle, K. E., A. B. Carroll dan J. D. Hatfield.1985. An Empirical Examination of the Relationship Between Corporate Social Responsibility and Profitability. Academy of Management Journal, 28 (2): 446–463. Balabanis, George, Phillips, Hugh C., Lyall, Jonathan (1988), Corporate Social Responsibility & Economic Performance in the Top British Companies: Are They Linked, European Business Review, Vol. 98, No.1, 1988, pp. 25-44. Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to Disclose Sosial Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 2, No. 1, p. 36- 51. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston (2001). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi ke 8, Jakarta : Salemba Empat. Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. 67 Collins, D.W. and S.P. Kothari. 1989. An analysis of intertemporal and crosssectional determinants of earnings response coeficients. Journal of Accounting and Economics 11, 143-181. Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15 Desember. Davis K. 1960. Can Business Afford to Ignore Corporate Social Responsibilities? California Management Review, 2: 70-76. Dodd, James L., and Shimin Chen. 1996. EVA: A New Panacea. B&E Review, July-September. pp. 26-28. Dwi Hartanti dan Elsa Rumiris Monika. 2008. Analisis Hubungan Value Based Management dengan Corporate Social Responsibility dalam Iklim Bisnis Di Indonesia . Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak Dwi Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Epstein, Marc J. dan Martin Freedman. 1994. Social Disclosure and The Individual Investor. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 7 (4): 94-109 Etty Murwaningsari. 2008. Pengujian Simultan: beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak Finch, Nigel.2005. The Motivations for Adopting Sustainability Disclosure. MGSM Working Papers in Management, Macquarie University, Australia. Ghozali, Iman. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gray, R et al. 2001. Social And Enviromental Disclosure, And Corporate Characteristic. A Reseach Note And Extension. Jurnal of Business Financial and Accounting, Vol 28 No. 3, pp 327-356 Hackston,D. and Milne, M.J. 1996. Some Determinets of Social And Environmental Disclosure In New Zaeland Compenies. Accounting and Auditing jurnal, Vol 9. No.1, pp. 77-108 68 Haniffa, R.M dan T.E Cooke (2005), The Impact of Culture and Governance on Corporate Soscial Reporting. Journal of Accounting and Public Policy 24, pp.391-430 Harmoni, Ati dan Andriyani, Ade. 2008. Pengungkapan Corporate Social Responsiblity (CSR) pada Official Website Perusahaan studi pada PT. Unilever Indonesia Tbk. Seminar Ilmiah Nasional Komputer danSistem Intelijen. Depok, 20-21 Agustus Hartono J. 1999. An Agency-Cost Explanation for Dividend Payments. Working Paper. Gadjah Mada University Heal, Geoffrey, dan Garret, Paul. 2004. Corporate Social Responsibility, An Economic and Financial Framework, Columbia Business School. Henny dan Murtanto.2002. Analisis Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1, No.2, hl. 21-48 Iramani dan Erie Febrian. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 7 (1): 1-10. Johnny Jerry.2008. Analisis Ratio Fundamental, Kinerja Keuangan dan Resiko Pasar Pada Industri Perbankan di BEI terhadap Perubahan IHSG. Fakultas Ekonomi Gunadarma Jogiyanto.2007. Metodelogi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman– Pengalaman. FE UGM: BPFE Yogyakarta Jones, Stewart and Rohit Sharma. 2001. The Association Between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing and Dividend Decision: Some Asutralian Evidence. Managerial Finance, 48-64. Kallapur, Sanjay and Mark A. Trombley. 1999. The Association between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of Business Finance and Accounting, 505-519. Kiryanto, Edy Suprianto. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan Laba Konservatisma Dengan Neraca Konservatisma. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang Lehn, Kenneth, and Anil K. Makhija. 1996. EVA & MVA as Performance Measures and Signals for Strategic Change. Strategy and Leadership, May/ June. pp. 34-38. 69 Lely Dahlia, Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh CSR Terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak Makelainen, Esa.2007. Economic Value Added as a Management Tool. Mallen Baker, 2002. Corporate Social Responsibility: What Does It Mean?. News and Resources, San Francisco. The United States Of America Margolis, J. D. dan J. P. Walsh. 2003. Misery Loves Companies: Rethinking Social Initiatives by Business. Administrative Science Quarterly, 48: 268– 305. McGuire, J. B., A. Sungren, dan T. Schneeweis. 1988. Corporate Social Responsibility and Firm Performance. Academy of Management Journal, 31: 854-872. Ninna Daniati, Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang Novita, Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Emperis Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi XI Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI Paranita, E. S. 2007. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. ASET. Volume 9 Nomor 2. Agustus : 464-493. Paul A. Sharman. 1999. Value Based Management. Focused Mangement Information. Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 6: 2. Rakhiemah, A. N. dan Agustia, D. 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang 70 Retno, Reni anggraini Fr. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus Rustiariani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Corporate Responsibility dengan Nilai Perusahaan. Tesis, Program Magister Akuntansi Universitas Udayana Saepudin. 2008. Pengaruh Antara Ratio Profitabilitas dan Investment Opportunity Set Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2005 sampai 2007. Simposium Nasional Akuntansi XI Sayekti, Yosafa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclousure Terhadap ERC. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar 26-28 Juli 2007 Sembiring, E.R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Emperis Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, 15-16 September Siegel, Donald S., dan Paul, Catherine J. M.2006. Corporate Social Responsibility and Economic Performance, Springer Science and Business Media, LLC, (J Prod Anal 26, p. 207-211). Smith, C.W. Jr., and R.L. Watts. 1992. The investment opportunity set and corporate financing dividend, and compensation policies. Journal of Accounting & Economics 32, 263-292. Sri Rahayu, 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi, Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta Supranto,J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi, Jakarta : Erlangga Suranta dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. “Income Smoothing, Tobin‟s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3 Desember. Sze „Kely, Fransisco, dan Knirsch, Marianna. 2005. Responsible Leadership and Corporate Social Responsibility: Metric for Sustainable Development. European Management Journal, Vol.23, No.6, pp. 628–647. 71 Udayasankar, K. 2007. Corporate Social Responsibility an Firm Size. Journal of Business Ethics. Ullman, A. E. 1985. Data in Search of a Theory: A Critical Examination of the Relationships Among Social Performance, Social Disclosure and Economic Performance of U.S. Firms. Academy of Management Review, 10(3): 540–557. Ulupui, I. G. K. A, 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. www.castleasia.com Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. www.legalitas.org/incl-php/buka.php Utomo, Lisa Linawati. 1999. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (1): 28 – 42 Utomo.2000. Praktik Pengungkapan Sosial Pada Laporan keuangan Tahunan Perusahaan di Indonesia. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 3, hal 99-122 Vance, S.C. 1975. Are Socially Responsible Corporations Good Investment Risk? Management Review, 64 (8): 18-24. Walsh, Ciaran. 2003. “Key Management Ratios: Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis.” Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Watts, R.L, 2003. “A Proposal for Research on Conservatism, Working paper,” University of Rochester. Wibowo, Lucky Bani, 2005, Pengaruh Economi Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Wolk, H.I., Tearney M.G., dan James L. Dodd, 2001. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South Western College Publishing, 5th Edition. 72 Young, David. 1997. Economic Value Added: A Primer for European Managers. European Management Journal, 15 (4): 335-343. Young, S. David, dan Stephen F. O‟Byrne. 2001. EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. New York: McGrawHill. Yuniasih, Wirakusuma. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan Good Corporate Govemnance Sebagai variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XII Yunina, Nazir dan Gazali Syamni.2009. Pengaruh ROA dan ROE Terhadap EPS pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XII Zeghal, Daniel and Sadrudin A. Ahmed. 1990. Comparison of Social Responsibility Information Disclosure Media Used by Canadian Firms. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 3, No. 1, p. 38-53 Zuhroh, Naimah dan Siddharta Utama. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI. 73 Lampiran 1 DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Tahun 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 Kode DEWA ELSA RMBA BIPP BKSL BSDE ELTY KPIG LPCK LPKR SIIP BLTA CMNP FREN INDY PGAS ZBRA TLKM AMAG ASDM BBKP BBLD BBRI BDMN BKSW BMRI BSWD CFIN LPGI MEGA PNBN ACES AKRA ALFA Nama Perusahaan PT Darma Henwa Tbk. PT Elnusa Tbk. PT Bentoel Internasional Tbk. PT Bhuanatala Indah PT Sentul City PT Bumi Serpong Damai PT Bakrieland PT Global Land PT Lippo Cikarang PT Lippo Karawaci PT Suryainti Permata PT Berlian Maju Tanker PT Citra Marga Nusaphala PT Mobile-8 Telecom PT Indika Energy PT Perusahaan Gas Negara PT Zebra Nusantara PT Telekomunikasi PT Asuransi Multi Artha Guna PT Asuransi Dayin Mitra PT Bank Bukopin PT Buana Finance PT Bank Rakyat Indonesia PT Bank Danamon PT Bank Kesawan PT Bank Mandiri PT Bank Swadesi PT Clipan Finance PT Lippo General Insurance PT Bank Mega PT Bank Pan Indonesia PT Ace Hardware Indonesia PT Akr Corporindo PT Alfa Retailindo 74 No. 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 Tahun 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 Kode ASGR BMTR EPMT FAST HEXA INTA MICE MTDL PANR PJAA SCMA TGKA TIRA TURI UNTR ELSA RMBA BIPP BSDE ELTY KIJA KPIG LPCK LPKR PWON SIIP DUTI GMTD CMNP FREN PGAS JSMR EXCL AMAG ASDM BBKP BBLD Nama Perusahaan PT Astra Graphia PT Global Mediacom PT Enseval Putera M. PT Fast Food PT Hexindo Adi Perkasa PT Intraco Penta PT Multi Indo Citra PT Metrodata Electronics PT Panorama Sentrawisata PT Pembangunan Jaya Ancol PT Surya Citra Media PT Tigaraksa Satria PT Tira Austenite PT Tunas Ridean PT United Tractors PT Elnusa Tbk. PT Bentoel Internasional Tbk. PT Bhuanatala Indah PT Bumi Serpong Damai PT Bakrieland PT Jabeka PT Global Land PT Lippo Cikarang PT Lippo Karawaci PT Pakuwon PT Suryainti Permata PT Duta Pertiwi PT Gowa Makasar Tourism PT Citra Marga Nusaphala PT Mobile-8 Telecom PT Perusahaan Gas Negara PT Jasa Marga PT XL Axiata PT Asuransi Multi Artha Guna PT Asuransi Dayin Mitra PT Bank Bukopin PT Buana Finance 75 No. 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 Tahun 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 Kode BBRI BKSW BMRI BSWD LPGI PNBN BACA BBCA BFIN MFIN PNLF TRIM ACES AKRA ASGR BMTR EPMT FAST HEXA INTA JSPT MICE MTDL PANR PJAA TGKA TIRA TURI UNTR AMRT FORU RALS Nama Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia PT Bank Kesawan PT Bank Mandiri PT Bank Swadesi PT Lippo General Insurance PT Bank Pan Indonesia PT Bank Capital PT Bank Central Asia PT BFI Finance PT Mandala Multi Finance PT Panin Life PT Trimegah Securities PT Ace Hardware Indonesia PT Akr Corporindo PT Astra Graphia PT Global Mediacom PT Enseval Putera M. PT Fast Food PT Hexindo Adi Perkasa PT Intraco Penta PT Jakarta Setiabudi PT Multi Indo Citra PT Metrodata Electronics PT Panorama Sentrawisata PT Pembangunan Jaya Ancol PT Tigaraksa Satria PT Tira Austenite PT Tunas Ridean PT United Tractors PT Sumber Alfaria Trijaya PT Fortune Indonesia PT Ramayana Lestari Sentosa 76 Lampiran 2 ITEM-ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 1. Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi 3. Pernyataan yang menunujukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi. 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi. 5. Konservasi sumber daya alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan kertas. 6. Penggunaan material daur ulang. 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11. Pengolahan limbah 12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 13. Perlindungan lingkungan hidup. 2. Energi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. Peningkatan efisiensi energi dari produk. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. Kebijakan energi perusahaan. 3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. 2. 3. 4. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental Statistik kecelakaan kerja. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja. 77 5. 6. 7. 8. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan tenaga kerja. 4. Lain-lain Tenaga Kerja 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita orang cacat 2. Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial. 3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 8. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11. Presentase gaji untuk pensiun 12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14. Tingkatan managerial yang ada 15. Disposisi staff – dimana staff ditempatkan 16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 20. Rencana pembagian keuntungan lain 21. Informasi hub manajemen dengan tenaga kerja dlm meningkatkan kepuasan & motivasi kerja 22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja & masa depan perusahaan 23. Laporan tenaga kerja yg terpisah 24. Hubungan perusahaan dgn serikat buruh 25. Gangguan dan aksi tenaga kerja 26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 27. Kondisi kerja secara umum 28. Re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29. Statistik perputaran tenaga kerja 5. Produk 1. 2. 3. 4. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk Produk memenuhi standar keselamatan 78 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan 9. Informasi mutu produk yg dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 10. Informasi yg dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000) 6. Keterlibatan Masyarakat 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan & seni 2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4. Membantu riset medis 5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 6. Membiayai program beasiswa 7. Ada fasilitas perusahaan untuk masyarakat 8. Sponsor kampanye nasional 9. Mendukung pengembangan industri lokal 7. Umum 1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas Sumber: Sembiring (2005) 79 Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif N LN_MBR LN_EVA CSRI LN_SIZE PROFILE Valid N (listwise) Minimum 103 103 103 103 103 103 -3.51 19.13 0.03 25.06 0 Maksimum 4.47 29.33 0.44 33.61 1 Mean .9831 24.4100 0.1402 28.8035 0.17 Std. Deviasi 1.71656 2.15714 0.07666 1.81443 0.373 80 Lampiran 4 Tampilan Grafik Histogram Sebelum Transformasi Data 81 82 Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters a,,b 103 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Most Extreme Differences 0.0000000 1.53234418 0.079 0.051 -0.079 0.805 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.535 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Beta (Constant) -1.975 2.146 LN_EVA -0.065 0.077 CSRI -1.729 EVA*CSRI a. Std. Error Standardized Coefficients t Sig. -0.921 0.360 -0.139 -0.848 0.398 1.414 -0.132 -1.223 0.224 -1.248E-12 0.000 -0.204 -1.490 0.139 LN_SIZE 0.175 0.098 0.315 1.789 0.077 PROFILE -0.062 0.290 -0.023 -0.212 0.832 Dependent Variable: AbsUt b Model Summary Model R 1 0.451 R Square a Adjusted R Square 0.203 0.162 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1.57134 a. Predictors: (Constant), PROFILE, EVA*CSRI, CSRI, LN_EVA, LN_SIZE b. Dependent Variable: LN_MBR a Coefficients Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF LN_EVA 0.361 2.767 CSRI 0.841 1.189 EVA*CSRI 0.521 1.918 LN_SIZE 0.314 3.180 PROFILE 0.844 1.184 a. Dependent Variable: LN_MBR 1.796 83 Lampiran 6 Hasil Regresi (Uji Interaksi) Variables Entered/Removed Model 1 Variables Entered Variables Removed PROFILE, EVA*CSRI, CSRI, LN_EVA, a LN_SIZE Method . Enter a. All requested variables entered. b Model Summary Model R 1 0.451 Adjusted R Square R Square a 0.203 Std. Error of the Estimate 0.162 Durbin-Watson 1.57134 1.796 a. Predictors: (Constant), PROFILE, EVA*CSRI, CSRI, LN_EVA, LN_SIZE b. Dependent Variable: LN_MBR b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 61.047 5 12.209 Residual 239.504 97 2.469 Total 300.551 102 F Sig. 4.945 0.000 a a. Predictors: (Constant), PROFILE, EVA*CSRI, CSRI, LN_EVA, LN_SIZE b. Dependent Variable: LN_MBR Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 2.886 0.005 2.213 -0.011 -0.111 0.912 1.512E-12 0.000 0.145 1.154 0.251 LN_SIZE -0.119 0.153 -0.126 -0.781 0.437 PROFILE 0.339 0.454 0.074 0.747 0.457 a. Dependent Variable: LN_MBR 0.120 -0.245 Sig. 0.435 EVA*CSRI 0.346 t 0.221 CSRI 3.359 Beta -1.231 LN_EVA -4.133 Standardized Coefficients