4108

advertisement
1
PENGELOLAAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA ANAK S
DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG ANGGREK RSUD
AMBARAWA
Mentring Nurul Hidayah¹, Ana Puji Astuti², Siti Haryani³
¹ ² ³ Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Pemberian Oralit dan larutan gula garam adalah salah satu manajemen
penanganan untuk pasien kekurangan volume cairan yang bertujuan untuk
mencegah dehidrasi serta menggantikan cairan elektrolit yang hilang sehingga
cairan yang ada dalam tubuh dapat seimbang dan tidak terjadi kekurangan cairan.
Tujuan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kekurangan volume
cairan pada pasien dengan gastroenteritis di RSUD Ambarawa.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, pemeriksaan penunjang serta studi
literatur. Tindakan yang dilakukan salah satunya adalah dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan penanganan pasien dengan
gastroenteritis serta mendemonstrasikan cara pembuatan oralit serta larutan gula
garam.
Hasil pengelolaan didapatkan kekurangan cairan atau dehidrasi pada anak
S tidak mengalami peningkatan serta tidak terjadi komplikasi dan dapat teratasi.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar tidak hanya menerapkan terapi
sesuai petunjuk namun juga libatkan keluarga dalam perawatan pasien serta
penerapan manajemen terapi bermain .
Kata kunci
: Kekurangan Volume Cairan
Kepustakaan : 26 (2004-2014)
Istilah gastroenteritis digunakan
secara luas untuk menguraikan
pasien
yang
mengalami
perkembangan diare dan atau muntah
akut. Istilah ini mengacu pada
terdapat proses inflamasi dalam
lambung dan usus. Walaupun pada
beberapa kasus tidak selalu demikian
(Sodikin, 2011). Gejala yang terjadi
karena kelainan yang melibatkan
sistem pencernaan, penyerapan, dan
sekresi adalah pengertian dari diare.
Diare disebabkan oleh transportasi
air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Klasifikasikan diare
sendiri ada diare akut dan kronis.
Terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita diare setiap tahunnya
di seluruh dunia. Diare dan dehidrasi
merupakan
penyebab dari 20%
seluruh kematian pada anak yang
hidup di negara berkembang (Wong,
2009).
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
2
Diare
akut
merupakan
masalah umum yang terjadi diseluruh
dunia. Di Amerika serikat keluhan
diare menempati peringkat ketiga
dari keluhan pasien diruang praktik
dokter. Sebagai contoh, Amerika
serikat dengan penduduk sekitar 200
juta diperkirakan 99 juta episode
diare diare akut pada dewasa terjadi
setiap tahunnya. Badan kesehatan
dunia, World Health Organization,
memperkirakan ada sekitar empat
miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Berdasarkan data diatas, kasus diare
bukanlah kasus
yang ringan,
melainkan memerlukan perhatian
yang serius (Wijoyo, 2013).
Statistik
di
Indonesia
menunjukkan bahwa setiap tahun
diare menyerang 50 juta panduduk di
Indonesia, dua sepertiganya adalah
balita dengan korban meninggal
sekitar 600.000 jiwa (Depkes RI,
2010). Berdasarkan data RSUD
Ambarawa tahun 2013, angka kasus
diare cenderung fluktuatif. Kasus
tertinggi terjadi pada bulan Oktober.
Kasus diare pada anak usia 28 hari
sampai 1 bln setiap bulannya
cenderung fluktuatif namun tetap
tinggi. Ini mungkin karena pada usia
28 hari sampai 1 bln pencernaan di
usia ini belum kuat atau sempurna
untuk mencerna makanan yang
masuk ditubuhnya. Pada anak usia 14 tahun setiap bulannya cenderung
fluktuatif namun pada bulan oktober
sampai desember cenderung tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada anak
usia 1-4 tahun dia cenderung aktif,
pada masa ini anak sering
memasukan
mainan,
makanan,
tangan kemulutnya yang belum tentu
bebersihannya. Pada bulan oktober
sampai desember cenderung tinggi
kemungkinan disebabkan pada bulan
ini terjadi musim penghujan dimana
keadaan lingkungan sekitar yang
kotor akibat hujan dan orang tua
kurang menyadari bahwa lingkungan
yang kotor dapat menjadi salah satu
penyebab gastroenteritis dimana
dalam keadaan lingkungan kotor
bakteri maupun virus dapat hidup
melalui makan dan dapat masuk ke
saluran pencernaan dan menginfeksi
saluran pencernaan sehingga dapat
menyebabkan gastroenteritis pada
anak. Pada anak usia 5-14 tahun
setiap bulannya cenderung rendah
hal ini kemungkinan terjadi karena
pada anak usia ini mereka sudah bisa
menjaga kebersihan dirinya sendiri.
METODE PENGELOLAAN
Metode yang digunakan
adalah memberikan pengelolaan
berupa perawatan dan pendidikan
kesehatan. Pengelolaan kekurangan
volume cairan dilakukan 3 hari pada
anak S dengan memberikan beberapa
intervensi yang sesuai. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik dan observasi.
HASIL PENGELOLAAN
Hasil pengelolaan didapatkan
keluarga
mampu
memahami
pendidikan
kesehatan
yang
diberikan, terjadi perubahan perilaku
keluarga sehat setelah mengenal
masalah
kesehatan
dan
mau
melakukan
penanganan
pasien
dengan kekurangan volume cairan.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAN
Gastroenteritis yang dialami
anak S menurut pengkajian yang
dilakukan oleh penulis adalah
keadaan dimana anak S mengalami
BAB cair lebih dari 4 kali
disebabkan oleh faktor makanan
yang tidak higienis yang ditandai
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
3
dengan keadaan umum pasien yang
lemah, ubun-ubun cekung, mukosa
bibir kering, turgor kulit kembali
lambat, terjadi penurunan berat
badan, dan balance cairan yang tidak
adekuat serta terjadi peningkatan
leukosit.
Tanda gejala yang dialami anak
S sesuai dengan batasan karakteristik
kekurangan volume cairan. Maka
dari itu penulis mengambil diagnosa
kekurangan
volume
cairan
berhubungan dengan output berlebih.
Adapun komplikasi jika diagnosa ini
tidak teratasi adalah terjadinya
peningkatan dehidrasi dan dehidrasi
bisa menyebabkan kematian.
Sesuai
dengan
diagnosa
keperawatan yang dialami anak S
serta komplikasi dan akibatnya,
dalam menyusun intervensi penulis
lebih memperdalam pengetahuan
keluarga tentang penanganan serta
pencegahan diare, karena menurut
penulis justru keluargalah motivator
utama dalam kesembuhan pasien.
Penulis tidak hanya memfokuskan
pengetahuan keluarga. Penghitungan
balance cairan dilakukan setiap shift,
observasi tetesan infus dilakukan
setiap saat serta observasi tandatanda vital dilakukan setiap shift,
serta memberikan terapi sesuai
program.
Penulis melakukan tindakan
sesuai dengan intervensi yang telah
penulis susun serta tidak lupa
mendokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan. Evaluasi yang
dilakukan penulis, kesehatan anak S
setiap harinya semakin membaik
dengan ditandai frekuensi BAB tiap
harinya berkurang dari 4x menjadi
2x dan di hari ketiga frekuensi diare
anak S adalah 1x. Selain itu balance
cairan anak S setiap sift nya
mengalami
peningkatan
yang
adekuat. Pada hari ketiga masalah
kekurangan volume cairan pada anak
S teratasi sesuai dengan kriteria hasil,
namun penulis tetap menyarankan
untuk mempertahankan kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2007). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan Edisi
10(Yasmin
Asih,Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (2010). Buletin Diare
www.depkes.go.id/Buletin%20Diare
_Final(1)
Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia. (2013). Riset kesehatan
dasar. 7 April 2014.
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2
013/hasil%20riskesdas%202013.pdf.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. (2012). Profil Kesehatan
Jawa Tengah. Semarang: Dinas
Kesehatan
Jawa
Tengah.
http://Dinkesjatengprov.go.id/profil_
kes.Prov.JawaTengah._2012.pdf
Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang. (2013). Profil Kesehatan
Kabupaten Semaran.
Hidayat, Aziz A. (2005). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, Aziz A.(2008). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Kimia Farma. 2010. Antibiotik.
<http.//www.Kimiafarma.co.id>
(diakses pada hari Senin 21 April
2014 pukul 20.00 WIB)
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
4
Nanda.
(2011).
Diagnosis
Keperawatan
Definisi
Dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak
Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta.
Rineka Cipta.
Nursalam, (Dr. 2005). Asuhan
Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk
Perawat Dan Bidan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (Dr. 2013). Asuhan
Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk
Perawat Dan Bidan. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Pranata Andi E. (2013). Manajemen
Cairan Dan Elektrolit. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Sodikin.
(2011).
Asuhan
Keperawatan Anak Gangguan Sistem
Gastrointestinal Dan Hepatobilier.
Jakarta: Salemba Medika.
Soegijanto, Soegeng. (2002). Ilmu
Penyakit Anak Diagnosa Dan
Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wijayaningsih
Kartika
Sari,
S.Kep.,Ners.
(2013).
Asuhan
Keperawatan Anak. Jakarta.Trans
Info Media.
Wijoyo, Yosef. (2013). Diare
Pahami Penyakit Dan Obatnya. Citra
Aji Parama.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC.
Yongki.
(2012).
Asuhan
Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan
Neonatus,
Bayi
dan
Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rsud. Ambarawa. (2010). Rekam
Medik Rsud. Ambarawa.
Suharyono. Dr. Dr. Prof. 2012. Diare
Akut Klinik Dan Laborat. Rineka
Cipta.
Sulaksono. (2013). Manfaat Air
Kelapa Untuk Bayi dan Balit. 13 Mei
2014.
http://www.carakhasiatmanfaat.com/
Manfaat/air kelapa untuk bayi dan
balita.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar
Konsep Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta: EGC.
Suriadi & Yuliani. (2010). Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Edisi II.
Jakarta: Sagung Seto.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download