1 PENGELOLAAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA ANAK S DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG ANGGREK RSUD AMBARAWA Mentring Nurul Hidayah¹, Ana Puji Astuti², Siti Haryani³ ¹ ² ³ Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Pemberian Oralit dan larutan gula garam adalah salah satu manajemen penanganan untuk pasien kekurangan volume cairan yang bertujuan untuk mencegah dehidrasi serta menggantikan cairan elektrolit yang hilang sehingga cairan yang ada dalam tubuh dapat seimbang dan tidak terjadi kekurangan cairan. Tujuan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kekurangan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis di RSUD Ambarawa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, pemeriksaan penunjang serta studi literatur. Tindakan yang dilakukan salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan penanganan pasien dengan gastroenteritis serta mendemonstrasikan cara pembuatan oralit serta larutan gula garam. Hasil pengelolaan didapatkan kekurangan cairan atau dehidrasi pada anak S tidak mengalami peningkatan serta tidak terjadi komplikasi dan dapat teratasi. Saran bagi perawat di rumah sakit agar tidak hanya menerapkan terapi sesuai petunjuk namun juga libatkan keluarga dalam perawatan pasien serta penerapan manajemen terapi bermain . Kata kunci : Kekurangan Volume Cairan Kepustakaan : 26 (2004-2014) Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan atau muntah akut. Istilah ini mengacu pada terdapat proses inflamasi dalam lambung dan usus. Walaupun pada beberapa kasus tidak selalu demikian (Sodikin, 2011). Gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan sistem pencernaan, penyerapan, dan sekresi adalah pengertian dari diare. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Klasifikasikan diare sendiri ada diare akut dan kronis. Terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya di seluruh dunia. Diare dan dehidrasi merupakan penyebab dari 20% seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang (Wong, 2009). 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 Diare akut merupakan masalah umum yang terjadi diseluruh dunia. Di Amerika serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari keluhan pasien diruang praktik dokter. Sebagai contoh, Amerika serikat dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. Badan kesehatan dunia, World Health Organization, memperkirakan ada sekitar empat miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Berdasarkan data diatas, kasus diare bukanlah kasus yang ringan, melainkan memerlukan perhatian yang serius (Wijoyo, 2013). Statistik di Indonesia menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta panduduk di Indonesia, dua sepertiganya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data RSUD Ambarawa tahun 2013, angka kasus diare cenderung fluktuatif. Kasus tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Kasus diare pada anak usia 28 hari sampai 1 bln setiap bulannya cenderung fluktuatif namun tetap tinggi. Ini mungkin karena pada usia 28 hari sampai 1 bln pencernaan di usia ini belum kuat atau sempurna untuk mencerna makanan yang masuk ditubuhnya. Pada anak usia 14 tahun setiap bulannya cenderung fluktuatif namun pada bulan oktober sampai desember cenderung tinggi. Hal ini disebabkan karena pada anak usia 1-4 tahun dia cenderung aktif, pada masa ini anak sering memasukan mainan, makanan, tangan kemulutnya yang belum tentu bebersihannya. Pada bulan oktober sampai desember cenderung tinggi kemungkinan disebabkan pada bulan ini terjadi musim penghujan dimana keadaan lingkungan sekitar yang kotor akibat hujan dan orang tua kurang menyadari bahwa lingkungan yang kotor dapat menjadi salah satu penyebab gastroenteritis dimana dalam keadaan lingkungan kotor bakteri maupun virus dapat hidup melalui makan dan dapat masuk ke saluran pencernaan dan menginfeksi saluran pencernaan sehingga dapat menyebabkan gastroenteritis pada anak. Pada anak usia 5-14 tahun setiap bulannya cenderung rendah hal ini kemungkinan terjadi karena pada anak usia ini mereka sudah bisa menjaga kebersihan dirinya sendiri. METODE PENGELOLAAN Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan dan pendidikan kesehatan. Pengelolaan kekurangan volume cairan dilakukan 3 hari pada anak S dengan memberikan beberapa intervensi yang sesuai. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi. HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan didapatkan keluarga mampu memahami pendidikan kesehatan yang diberikan, terjadi perubahan perilaku keluarga sehat setelah mengenal masalah kesehatan dan mau melakukan penanganan pasien dengan kekurangan volume cairan. PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN Gastroenteritis yang dialami anak S menurut pengkajian yang dilakukan oleh penulis adalah keadaan dimana anak S mengalami BAB cair lebih dari 4 kali disebabkan oleh faktor makanan yang tidak higienis yang ditandai Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 dengan keadaan umum pasien yang lemah, ubun-ubun cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit kembali lambat, terjadi penurunan berat badan, dan balance cairan yang tidak adekuat serta terjadi peningkatan leukosit. Tanda gejala yang dialami anak S sesuai dengan batasan karakteristik kekurangan volume cairan. Maka dari itu penulis mengambil diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih. Adapun komplikasi jika diagnosa ini tidak teratasi adalah terjadinya peningkatan dehidrasi dan dehidrasi bisa menyebabkan kematian. Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang dialami anak S serta komplikasi dan akibatnya, dalam menyusun intervensi penulis lebih memperdalam pengetahuan keluarga tentang penanganan serta pencegahan diare, karena menurut penulis justru keluargalah motivator utama dalam kesembuhan pasien. Penulis tidak hanya memfokuskan pengetahuan keluarga. Penghitungan balance cairan dilakukan setiap shift, observasi tetesan infus dilakukan setiap saat serta observasi tandatanda vital dilakukan setiap shift, serta memberikan terapi sesuai program. Penulis melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah penulis susun serta tidak lupa mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan penulis, kesehatan anak S setiap harinya semakin membaik dengan ditandai frekuensi BAB tiap harinya berkurang dari 4x menjadi 2x dan di hari ketiga frekuensi diare anak S adalah 1x. Selain itu balance cairan anak S setiap sift nya mengalami peningkatan yang adekuat. Pada hari ketiga masalah kekurangan volume cairan pada anak S teratasi sesuai dengan kriteria hasil, namun penulis tetap menyarankan untuk mempertahankan kondisi. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10(Yasmin Asih,Penerjemah). Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Buletin Diare www.depkes.go.id/Buletin%20Diare _Final(1) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar. 7 April 2014. http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2 013/hasil%20riskesdas%202013.pdf. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah. http://Dinkesjatengprov.go.id/profil_ kes.Prov.JawaTengah._2012.pdf Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Semaran. Hidayat, Aziz A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz A.(2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Kimia Farma. 2010. Antibiotik. <http.//www.Kimiafarma.co.id> (diakses pada hari Senin 21 April 2014 pukul 20.00 WIB) Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 Nanda. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nursalam, (Dr. 2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (Dr. 2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Pranata Andi E. (2013). Manajemen Cairan Dan Elektrolit. Yogyakarta. Nuha Medika. Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika. Soegijanto, Soegeng. (2002). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa Dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika. Wijayaningsih Kartika Sari, S.Kep.,Ners. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.Trans Info Media. Wijoyo, Yosef. (2013). Diare Pahami Penyakit Dan Obatnya. Citra Aji Parama. Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Yongki. (2012). Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Rsud. Ambarawa. (2010). Rekam Medik Rsud. Ambarawa. Suharyono. Dr. Dr. Prof. 2012. Diare Akut Klinik Dan Laborat. Rineka Cipta. Sulaksono. (2013). Manfaat Air Kelapa Untuk Bayi dan Balit. 13 Mei 2014. http://www.carakhasiatmanfaat.com/ Manfaat/air kelapa untuk bayi dan balita. Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Suriadi & Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi II. Jakarta: Sagung Seto. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo