Rekomendasi tentang Manajemen & Penjaminan Mutu Riset KK di Lingkungan FMIPA ITB Disusun oleh GKM - FMIPA ITB I. Pendahuluan Masa yang akan datang adalah era globalisasi dimana ekonomi dunia akan lebih bertumpu pada ekonomi yang berbasis pengetahuan/kreativitas. Peningkatan nilai tambah pada bahan dasar yang berasal dari sumber daya alam akan menjadi kunci keberhasilan peningkatan nilai ke-ekonomian suatu produk atau jasa. Teknologi akan menjadi semakin penting untuk menciptakan produk-produk baru atau melakukan rekayasa ulang terhadap produk yang sudah ada agar produk tersebut bisa menjadi lebih kompetitif. Saat ini dan di masa datang, porsi produk barang dan jasa dengan sentuhan teknologi yang dibutuhkan dan dinikmati oleh masyarakat akan meningkat dibanding dengan barang/jasa dalam bentuk mentah atau setengah jadi. Perubahan menuju knowledge/creative based economy, yang didorong oleh penemuan teknologi, tidak mungkin ditunda dan ditahan-tahan. Indonesia, khususnya ITB, perlu mengembangkan diri menyambut era tersebut. Keberhasilan ekonomi berbasis pengetahuan/kreativitas bertumpu pada dua hal, yaitu kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang kompetitif. Kedua hal tersebut dapat disumbangkan oleh lembaga pendidikan tinggi seperti ITB. ITB harus berperan dalam mengembangkan pengetahuan (sain dan teknologi) dan dapat menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat berkompetisi di era ekonomi global. Lulusan ITB harus memiliki karakteristik: creative problem solver, inovatif, siap menerima tantangan, memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama yang baik. Selain itu, ITB harus menghasilkan, menyebarluaskan dan menerapkan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan pengetahuan itu sendiri dan untuk mengatasi masalah bangsa, pada saat ini dan di masa datang. II. Strategi Pengembangan Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, ITB perlu menjadi universitas riset. Dua hal, yaitu pengajaran (teaching) dan riset merupakan fokus dari universitas riset. Tidak ada dikotomi antara research & teaching. Riset sama pentingnya dengan mengajar dan sebaliknya. Untuk menjaga dan mengembangkan atmosfir/budaya riset di ITB, termasuk kepada mahasiswa, Research Based Learning perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran mahasiswa. Untuk riset yang bermutu, perlu didefinisikan program-program riset unggulan. Perlu dipilah, program riset yang akan meningkatkan reputasi ITB di tingkat internasional dan program riset yang dapat mengatasi masalah bangsa dan negara yang menjadi agenda riset nasional. Kedua program riset tersebut perlu didukung secara institusional. Program-program riset yang dapat meningkatkan reputasi di tingkat internasional hanya bisa dilakukan pada bidang-bidang riset yang spesifik/ tertentu. Untuk itu perlu diidentifikasi kekuatan utama kita dalam kompetisi riset global. Tidak jarang spin-off dari output riset dapat menghasilkan produk yang dapat menjadi katalis dalam pertumbuhan sains dan teknologi dan berkontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Namun demikian, untuk strategi jangka panjang, perlu komitmen institusi untuk tetap melakukan riset fundamental dan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk menumbuhkan aktifitas riset, jumlah mahasiswa pascasarjana perlu ditingkatkan. Mereka adalah ujung tombak dalam segala aktifitas riset di laboratorium. Selain itu, untuk menunjukkan eksistensi dan pentingnya FMIPA ITB dalam pergaulan nasional dan internasional, perlu dipromosikan penelitian yang bermutu tinggi. III. Penjaminan Mutu Riset Riset yang bermutu dapat diketahui jika ada sistem asesmen mutu yang diterapkan dan lembaga yang mengasesnya. Sistem asesmen mutu riset dapat diterapkan secara individual dan/atau institusional (KK), bergantung kepada visi-misi pengembangan riset di fakultas atau ITB. Oleh karena itu, organisasi riset menjadi penting untuk mengakomodasikan kepentingan indvidu dan kepentingan institusional dalam riset. Saat ini FMIPA ITB memiliki 15 KK, oleh karena itu pengembangan riset seyogianya bertumpu pada KK, tanpa harus menafikan kontribusi dan peran serta anggota-anggota KK. KK dirancang sebagai wadah untuk melakukan kegiatan riset. Pada dasarnya kegiatan riset di KK bertumpu kepada individu-individu yang saling bersinergi dan berkolaborasi. Sinergi antar-individu di dalam KK dapat dipengaruhi oleh sistem asesmen mutu riset. Oleh karena itu sistem asesmen mutu riset harus mendorong dan menstimulus sinergi antar-individu dalam KK. Dalam organ terkecil organisasi riset, asesmen mutu riset secara institusional berkaitan dengan asesmen mutu KK. Mutu suatu KK direpresentasikan oleh performance indicator (PI) KK tersebut. GKM FMIPA ITB merekomendasikan PI KK dikategorikan kedalam: 1. Input/Keberlanjutan a. Sumber Daya Manusia (dosen dan mahasiswa bimbingan S1-S3) i. Jumlah anggota KK yang mempunyai lisensi membimbing mahasiswa program doktor x banyak mahasiswa bimbingannya (yang pembimbing utamanya anggota KK tsb) ii. Jumlah mahasiswa S1-S2 per tahun (yang pembimbing utamanya anggota KK tsb) b. Dana & Sumber Dana Riset i. Jumlah total dana riset yang diraih oleh semua anggota KK sebagai peneliti utama. ii. Jumlah topik riset yang didanai oleh sumber dana * nasional * internasional c. Jaringan Kerjasama Jumlah kerjasama internasional yang terwujud dalam: i. Kegiatan riset bersama: dibuktikan dengan LoI atau sejenisnya (misalnya dicantumkan dalam proposal), atau joint publication sebagai output-nya. ii. Pertukaran kunjungan: kunjungan dalam rangka/mengarah ke riset bersama, dilaksanakan dalam waktu minimum 1 minggu. d. Keberadaan Roadmap Riset KK & Perwujudannya: Jumlah topik riset yang ”mengusung” roadmap KK 2. Output/Dampak a. Pendidikan i. Jumlah lulusan S1-S3 per tahun (yang pembimbing utamanya anggota KK tsb). ii. Pengembangan matakuliah yang dipicu oleh hasil riset: banyaknya matakuliah dengan materi ~50% merupakan hasil riset dosen ybs. (Biasanya matakuliah Kapita Selekta atau Topik Khusus -- tetapi tidak semua -- termasuk jenis ini. Untuk justifikasinya, dilihat seberapa banyak materi kuliah yang bersumber dari buku teks). b. Reputasi Institusi i. Jumlah publikasi yang diterbitkan. ii. Indeks sitasi (yang terekam di Scopus atau ISI Knowledge) yang diperoleh dari publikasi yang diterbitkan dalam 5 tahun terakhir. iii. Jumlah paten yang sudah diakui (approved). iv. Penghargaan (award) yang berkaitan dengan kepakarannya dan/atau prestasinya: Dosen Berprestasi Tingkat Nasional, Habibie Award, ITSF Award, ... (yang bersifat nasional atau beyond, kompetitif, reguler, diberikan oleh lembaga bergengsi) v. Bentuk pengakuan lainnya atas kepakaran/prestasi: scientific committee, invited speakers/lecturer pada konferensi/workshop internasional (yang diselenggarakan oleh institusi lain). c. Pengabdian kepada Masyarakat i. Pelatihan & transfer teknologi: workshop/short courses dengan materi >50% merupakan hasil riset anggota KK, peserta terbuka, diadakan ~1-2 minggu (bukan seperti seminar yang dilaksanakan 1-2 hari) ii. Konsultansi (termasuk magang): ”layanan” kepakaran yang resmi (ada SK, surat kontrak, atau dokumen lainya) IV. Tindak Lanjut Sebagai tindak lanjut, GKM merekomendasikan agar PI KK di atas diujicobakan pada setiap KK di FMIPA ITB, untuk mendapatkan gambaran seberapa baik PI KK tersebut mencerminkan mutu KK. Hasil ujicoba dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan PI KK dan menentukan penskoran serta bobotnya, untuk kemudian ditetapkan sebagai instrumen mutu riset KK ke depan. Bandung, 24 Februari 2009 Anggota GKM FMIPA: Hendra Gunawan (merangkap sebagai Ketua) Hakim Malasan (merangkap sebagai Sekretaris) Pepen Arifin (merangkap sebagai PIC Mutu KK) Bunbun Bunjali (merangkap sebagai PIC Mutu Prodi) Ismunandar (merangkap sebagai Pengelola Informasi) Narasumber: Pudji Astuti (selaku WDA FMIPA)