1 PENDAHULUAN Meningkatnya minat masyarakat terhadap tanaman hias menjadi daya tarik untuk mencari spesies dan varietas baru yang berpotensi sebagai tanaman hias. Begonia merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman hias yang memiliki bentuk daun asimetris, batang berair, dan bunga majemuk. Genus Begonia termasuk ke dalam familia Begoniaceae bersama dengan dua genus lain, Hillebrandia dan Symbegonia (Tebbitt 2005). Berdasarkan struktur tubuhnya, Begonia dapat dikelompokkan menjadi Begonia alam dan Begonia budidaya. Begonia budidaya memiliki penampilan yang lebih menarik daripada Begonia alam, karena memiliki bentuk daun yang unik dengan warna bervariasi (Siregar 2005). Begonia tersebar hampir di seluruh belahan dunia yang memiliki iklim tropis sampai dengan subtropis. Genus Begonia termasuk ke dalam kelompok lima besar yang memiliki lebih dari 1600 spesies yang tersebar di seluruh dunia (Sands 2001, diacu dalam Hoover et. al 2004). Indonesia memiliki 200 spesies Begonia yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Siregar 2005). Begonia alam dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian rendah sampai sedang, dan dapat merupakan spesies endemik pada daerah tertentu (Hoover et al. 2004) Karakter morfologi dan anatomi dapat digunakan untuk identifikasi, klasifikasi, dan analisis hubungan kekerabatan tumbuhan. Karakter morfologi merupakan ciri yang umum digunakan untuk mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan kesamaan ciri morfologi tumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam kelompok taksa tertentu. Ciri morfologi yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan genus Begonia antara lain bentuk dan warna daun, inflorescence, bentuk dan warna tepal, bentuk benang sari dan putik, bentuk dan posisi bakal buah, serta bentuk buah dan biji (Tebbitt 2005). Karakter anatomi dapat digunakan sebagai bukti dalam taksonomi untuk memisahkan jenis tumbuhan pada tingkat spesies, ataupun pada tingkatan yang lebih tinggi dalam genus atau familia (Dickison 2000). Begonia mempunyai beberapa ciri anatomi yang menjadi ciri khas yaitu stomata hanya terdapat pada epidermis bagian bawah daun, terdapat stomata berkelompok, dan memiliki epidermis multiseriat (Mauseth 1988; Hoover 1986). Sosef (1994) melaporkan beberapa ciri anatomi lain yang dapat digunakan untuk membedakan spesies Begonia pada beberapa subspesies di Afrika. Ciri-ciri tersebut adalah ada tidaknya kutikula pada trikoma daun, adanya sklerenkima pada seludang pembuluh, dan perbandingan ukuran sel epidermis dengan sel palisade. Penelitian ini bertujuan mempelajari karakter morfologi dan anatomi beberapa spesies Begonia yang terdapat di wilayah Bogor serta melakukan analisis hubungan kekerabatannya. BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman Tanaman Begonia yang digunakan terdiri atas satu spesies Begonia alam yang diperoleh dari Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung, Sukabumi dan 10 spesies dan kultivar Begonia budidaya dari beberapa nursery di wilayah Bogor. Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Pengamatan karakter morfologi tumbuhan dilakukan berdasarkan karakter morfologi menurut Tjitrosoepomo (2007) dan beberapa karakter tambahan lainnya. Karakter yang diamati adalah habitus, tipe pertumbuhan, ada tidaknya rhizoma; warna, percabangan, dan ada tidaknya rambut pada batang; ada tidaknya stipula, bentuk dan ukuran stipula, warna dan panjang tangkai daun; kedudukan daun, warna, bentuk, ukuran, pertulangan, tipe ujung, pangkal, dan tepi daun; inflorescence; bentuk, ukuran, dan warna tepal bunga, jumlah, susunan, dan pelekatan benang sari pada bunga jantan; bentuk kepala putik, dan percabangan pada tangkai putik pada bunga betina. Identifikasi tanaman dilakukan berdasarkan hasil pengamatan 31 karakter morfologi dan studi pustaka (Tebbitt 2005; Siregar 2005). Pengamatan Struktur Anatomi Daun Struktur anatomi daun diamati melalui sayatan paradermal dan transversal. Sediaan mikroskopis sayatan paradermal daun dibuat dengan cara berikut: daun yang sudah berkembang sempurna difiksasi di dalam alkohol 70%. Selanjutnya daun dicuci dengan air dan disayat dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Selanjutnya lapisan epidermis diwarnai dengan safranin 2%, kemudian diletakkan di atas gelas objek yang telah diberi larutan gliserin 30%. Enam ulangan dari tiga daun dilakukan untuk setiap spesies. Parameter yang diamati yaitu pola, 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal daun dibuat dengan menggunakan metode parafin menurut Nakamura (1995). Potongan daun berukuran 1.0 x 0.5 cm, difiksasi di dalam larutan FAA (formaldehid 37% : asam asetat glasial : alkohol 50% = 5:5:90) selama 24 jam. Sampel daun kemudian didehidrasi bertingkat dengan larutan dehidran tahap dua sampai tujuh yang merupakan campuran larutan n-Butanoletanol-akuades. Sampel direndam selama 1 jam pada setiap tahapan dehidrasi. Setelah dehidrasi dilakukan infiltrasi parafin secara bertahap. Kemudian blok parafin yang terbentuk dipotong setebal 10 µm dengan mikrotom putar (Yamato RV-240). Pita parafin diwarnai dengan pewarnaan ganda safranin 2% dan fastgreen 0.05%. Karakter anatomi yang diamati adalah tebal daun, tebal jaringan epidermis atas dan bawah, tebal jaringan palisade, tebal jaringan bunga karang, keberadaan hipodermis pada jaringan epidermis, dan diferensiasi jaringan mesofil. Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan enam ulangan untuk masing-masing karakter. Analisis Hubungan Kekerabatan Begonia Data karakter morfologi dan anatomi ditabulasikan dalam bentuk matriks, kemudian dilakukan analisis hubungan kekerabatan menggunakan teknik hirarki kluster agglomerative dengan metode average linkage (between-group linkage) pada program SPSS 15. Hasil analisis hubungan kekerabatan ditampilkan dalam bentuk dendrogram. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Morfologi Tanaman Begonia Berdasarkan hasil pengamatan ciri morfologi terlihat adanya perbedaan struktur tubuh antara Begonia alam dan budidaya. Begonia alam umumnya memiliki ciri fisik kurang menarik seperti bentuk daun dan warna daun yang kurang bervariasi. Berbeda dengan Begonia alam, Begonia budidaya memiliki daya tarik sebagai tanaman hias karena perawakan tanaman yang menarik dan memiliki bentuk dan warna daun bervariasi. Daun Begonia budidaya memiliki bentuk membulat, lanset, atau angel wing. Warna daunnya cerah seperti hijau, perak, merah, atau terdiri atas perpaduan warna hasil persilangan. Menurut Siregar (2005), Begonia budidaya umumnya tanaman hias yang berasal dari luar negeri seperti Brazil, Meksiko, dan Cina. Tanaman Begonia yang diamati berjumlah 11, sembilan spesies dan kultivar berhasil diidentifikasi, sedangkan dua spesies (Begonia sp. 1 dan sp. 2) belum berhasil diidentifikasi (Gambar 1). Sembilan tanaman yang berhasil diidentifikasi terdiri atas 6 spesies Begonia budidaya (B. acetosa, B. bowerae, B. listada, B. thelmae, B. semperflorens, dan B. maculata), dan 2 kultivar Begonia budidaya (B. Argenteo-Gutata “Fanfare” dan B. “Orpha C. Fox”), serta 1 spesies Begonia alam (B. lepida). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui empat spesies Begonia yaitu B. acetosa, B. bowerae, B. listada, B. thelmae sesuai dengan deskripsi Tebbitt (2005) dan Siregar (2005), serta dua spesies yaitu B. semperflorens, B. maculata, dan dua kultivar yaitu B. Argenteo-Gutata “Fanfare”, dan B. “Orpha C. Fox” sesuai dengan deskripsi Siregar (2005). Identifikasi satu spesies Begonia alam yaitu B. lepida dilakukan di Herbarium LIPI Cibinong. Sebagian Begonia budidaya yang diamati bukan tumbuhan asli Indonesia tetapi dapat berasal dari Brazil (B. acetosa dan B. thelmae), Argentina (B. listada), dan Meksiko (B. bowerae) (Siregar 2005). Pengamatan terhadap 11 spesies dan kultivar Begonia yang diteliti memperlihatkan beberapa kesamaan ciri yaitu tipe daun tunggal, kedudukan daun berseling, bentuk pangkal daun berlekuk asimetris, letak bunga aksilar, dan kelamin bunga uniseksual. Disamping itu beberapa perbedaan karakter morfologi antar spesies dan kultivar tanaman juga ditemukan. Karakter tersebut adalah tipe pertumbuhan, ada tidaknya stipula, bentuk daun, jumlah tepal pada bunga jantan dan betina, susunan benang sari dan bentuk kepala putik. Menurut Tebbit (2005) dapat terjadi variasi ciri morfologi pada spesies Begonia seperti kelamin bunga biseksual, dan letak bunga terminal. Adanya bunga biseksual pada dua kelompok Begonia asal Afrika juga dilaporkan oleh Sosef (1994). Deskripsi Tanaman Begonia acetosa Herba, menjalar, perennial, tinggi 35-40 cm, membentuk rhizoma. Rhizoma hijau, berambut, tidak bercabang. Daun