Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare

advertisement
Agus Fathul Muin Farid dan Ade yonata l Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare
Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare
Ade Yonata1, Agus Fathul Muin Farid2
1
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universtas Lampung
2
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Diare adalah sebuah gangguan pada saluran gastrointestinal dengan menempati posisi kedua setelah infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA). Diare adalah buang air besar (defekasi) encer lebih dari 3 kali per hari. Diare merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan angka kejadian tidak kurang dari satu
milyar pertahun. Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, antara lain osmolaritas intraluminal yang
meningkat, disebut diare osmotik; sekresi cairan dan elektrolit meningkat, disebut diare sekretorik; infeksi dinding
usus. Diagnosis diare akut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan diare akut terdiri dari rehidrasi, diet, pemberian zink, antibiotik selektif, dan edukasi. Penggunaan
probiotik efektif sebagai pencegahan dan pengobatan diare. Probiotik adalah bakteri hidup yang diberikan sebagai
suplemen makanan yang mampu memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada manusia dan hewan. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa probiotik memiliki efek terhadap sistem imun lokal dan spesifik, memiliki efektivitas dalam
pencegahan diare, dan terbukti dapat menurunkan intensitas dan durasi diare.
Kata kunci: diare, probiotik, traktus gastrointestinal
The Probiotics Use as Therapy in Diarrhea
Abstract
Diarrhea is a disease of the gastrointestinal tract with the highest incidence after acute respiratory infections (ARI).
Diarrhoea is a bowel movement (defecation) dilute more than 3 times per day. Diarrhea is a major cause of morbidity and
mortality in children in Asia, Africa, and Latin America with the incidence of not less than one billion per year. Diarrhea can
be caused by one or more of the pathophysiology, among other elevated intraluminal osmolarity, called osmotic diarrhea;
elevated secretion of fluids and electrolytes, called secretory diarrhea; infection of the intestinal wall. Diagnosis of acute
diarrhea is established based on history, physical examination and investigation. Management. Acute diarrhea consists of
rehydration, diet, administration of zinc, selective antibiotic, and education. Effective use of probiotics for the prevention
and treatment of diarrhea. Probiotics are live bacteria that are given as a dietary supplement that can improve the balance
of intestinal microflora in humans and animals. Some studies suggest that probiotics have an effect on the immune system
of local and specific, has efficacy in the prevention of diarrhea, and is proven to reduce the intensity and duration of
diarrhea.
Keywords: diarrhea, gastrointestinal tract, probiotics
Korespondensi: Agus Fathul Muin Farid, alamat Jl. Zaenal Pagar Alam, Perumahan Bumi Puspa Kencana C17, HP
089620368346, e-mail [email protected]
Pendahuluan
Diare merupakan suatu penyakit dengan
frekuensi kedua terbanyak di seluruh dunia
setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Perkiraan para peneliti, penyakit diare
ditemukan sekitar satu milyar kasus pertahun
dan merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak-anak di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin.1,2
Diare adalah suatu gangguan tentang
proses defekasi (Buang Air Besar) dimana
proses tersebut lebih dari 3 kali dan berbentuk
encer. Buang air besar encer tersebut dapat
atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare
akut merupakan diare yang berlangsung
kurang dari 15 hari. Diare akut disebabkan
oleh banyak penyebab antara lain infeksi
(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan,
efek obat-obatan, dan lain-lain. Diare dapat
memberikan perubahan fisiologis tubuh
akibat, adanya: 1). Kenaikan Osmolaritas
intraluminal 2). Sekresi cairan dan elektrolit
di Atas Ambang 3). Adanya Agen Infeksi d i
b a g i a n dinding usus. Yang berperan pada
terjadinya diare akut terutama karena infeksi
yaitu faktor kausal (agent) dan faktor
pejamu (host). Pemeriksaan Fisik dan
Pemeriksaan Penunjang merupakan gold
standart sehingga diagnosis dapat ditegakkan.
Dehidrasi perlu diwaspadai karena merupakan
salah satu penyebab kematian pada pasien
diare. Penentuan derajat dehidrasi sangat
Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |1
Agus Fathul Muin Farid dan Ade yonata l Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare
perlu dilakukan untuk menentukan seberapa
besar terapi cairan yang diberikan.2,3
Penatalaksanaan diare akut menurut
WHO terdiri dari rehidrasi (cairan oralit
osmolaritas rendah), diet, zink, antibiotik
selektif (sesuai indikasi), dan edukasi kepada
orang tua pasien. Selain itu, beberapa
randomized controlled trials (RCT) dan metaanalisis menyatakan bahwa probiotik efektif
untuk pencegahan primer maupun sekunder
serta untuk mengobati diare. Mekanismenya
secara singkat yaitu dengan meningkatkan
kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen
saluran cerna, sehingga seluruh epitel mukosa
usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus,
sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk
bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel
epitel usus dan akhirnya kolonisasi.4,5
Prebiotik adalah bahan makanan yang
menguntungkan bagi hostnya yang dengan
selektif merangsang pertumbuhan dan atau
aktivitas dari sejumlah bakteri di usus besar,
dan dengan demikian meningkatkan kesehatan
hostnya. probiotik penting karena diyakini
bahwa probiotik sama seperti mikrobiota usus
yang sehat, demonstrasi yang menunjukkan
bahwa prebiotik dapat mengubah komposisi
mikrobiota ke dalam bentuk yang lebih sehat,
sebagai alternatif untuk probiotik, yang dapat
sulit untuk menangani di beberapa bahan
makanan, tetapi yang manfaatnya untuk
kesehatan dalam hal pencegahan diare dan
immunomodulation yang menjadi semakin
mapan dan karena prebiotik yang sedang
digunakan, terutama inulin dan turunannya,
dan galacto-oligosakarida (GOS) relatif murah
untuk dibuat atau ekstrak dari tanaman, dan di
samping itu memiliki efek menguntungkan
pada mikrobiota usus.
Isi
Probiotik adalah bakteri hidup baik yang
membantu nutrisi di saluran gastrointestinal
dan memberikan pertahanan untuk melawan
bakteri patogen
Fungsi
probiotik
adalah
sebagai
pertahanan mukosa, fungsi proteksi dan
pertahanan imunitas saluran cerna seperti
misalnya lapisan epitel, lapisan mukus,
peristaltik, dan deskuamasi epitel, serta sekresi
imunoglobulin A (IgA), sangat berpengaruh
terhadap perlekatan kuman patogen dan juga
Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |2
untuk modulasi sistem imun lokal dan
sistemik.5
Probiotik adalah oligosakarida yang
memiliki efek yang tidak biasa di dalam usus.
Mereka
mengubah
komposisi,
atau
keseimbangan, dari mikrobiota, baik dalam
lumen dan pada permukaan mukosa. Prebiotik
juga bertindak sebagai karbon dan sumber
energi bagi bakteri yang tumbuh di usus besar,
di mana mereka difermentasi dan merupakan
sumber energi untuk usus dan jaringan tubuh
lainnya. Untuk tujuan peraturan, definisi
'prebiotik' perlu diklarifikasi, khususnya yang
berkaitan dengan konsep yang bukan tentang
saluran pencernaan dan parameter yang
merupakan modifikasi selektif dari mikrobiota
usus. 5,6
Aksi
Imunologi:
probiotik
akan
mengaktifkan
makrofag
lokal
untuk
meningkatkan presentasi antigen kepada sel T
(makrofag merupakan APC/antigen presenting
cell), kemudian sel T merilis sitokin untuk
mengaktifkan limfosit B, dan akhirnya limfosit
B mensintesis imunoglobulin, yaitu IgA. Jadi
probiotik secara tidak langsung meningkatkan
IgA. Selain efek tersebut, probiotik juga
mempunyai peran imunologik yang lain yaitu
memodulasi profil sitokin dan menginduksi
hiposensitifitas tehadap antigen makanan. 5,7,8
Aksi
non-imunologi:
probiotik
merupakan
kelompok
bakteri
yang
meproduksi asam laktat dari karbohidrat,
sehingga pH lingkungan saluran cerna
menurun, dalam suasana asam bakteri
probiotik dapat tumbuh dengan subur,
sedangkan bakteri patogen tak dapat hidup.
Selain itu, probiotik juga memproduksi
bakteriosin untuk menghambat patogen,
merangsang produksi musin epitel usus atau
MUC2 dan MUC3, adanya peningkatan
produksi musin ini akan menghambat
perlekatan kuman patogen pada mukosa
saluran cerna, serta meningkatkan fungsi
barriers intestinal (fungsi pertahanan usus).5,6,7
Uji coba 4 jenis probiotik kepada hewan coba
memberikan hasil yang menarik, yaitu:
L.acidophilus meningkatkan proliferasi limfosit
hingga 43%, sedangkan L. casei (yakult), L.
gasseri, dan L. thamnosis menghambat
proliferasi basal (14-51%) dan mitogenstimulated oleh mitogen concanavalin A (4368%) dan oleh LPS (23-63%). Berbagai temuan
penelitian juga menunjukkan kemampuan
Lactobacillus species dalam menstimulasi
Agus Fathul Muin Farid dan Ade yonata l Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare
produksi IFNᵧ (interferon gamma) dan IL-12
yang selanjutnya meningkatkan peran T Helper
cell atau Th1-type response dan memperbaiki
keseimbangan
Th1-Th2.
Temuan
lain
menunjukkan bahwa pemberian probiotik L.
rhamnosus GG menurunkan kejadian “atopic
eczema” dan alergi makanan. Nampaknya
selain efek “down regulating inflammation”
yang berhubungan dengan kejadian reaksi
hipersensitivitas, juga terjadi efek upregulate
anti-inflammtory cytokines” seperti interleukin
yaitu IL-4 dan IL- 10 pada kasus atopik anak.
Bertolak dari berbagai temuan penelitian
sebagaimana diuraikan tersebut, nampak
bahwa galur LAB mempunyai efek imun yang
berbeda dan bahwa berbagai uji coba tersebut
tidak dapat diekstrapolasi dari satu galur ke
galur yang lain meskipun masing-masing galur
tersebut berikatan sangat erat.6,7
Probiotik telah menunjukkan efikasi
dalam mencegah dan mengobati berbagai
kondisi medis, terutama yang melibatkan
saluran pencernaan pada anak-anak. Dalam
beberapa literatur yang ada menunjukkan
adanya manfaat probiotik dalam menurunkan
intensitas, durasi dan jumlah konsultasi untuk
gastroenteritis akut yang disebabkan oleh
berbagai agen infeksi, sebagian besar virus dan
penyakit parasit yang terkait.8
Pemberian probiotik dapat menurunkan
durasi diare akut pada bayi dengan usia 1-12
bulan dibandingkan dengan tanpa pemberian
probiotik. Menurut penelitian lain, pemberian
probiotik pada anak usia 6-24 bulan dapat
menurunkan lama rawat inap dibandingkan
dengan tanpa probiotik.9
Lewis et al melakukan peneliti besar
yang melibatkan 435 pasien berusia di atas 65
tahun, yang merupakan pasien dalam
perawatan di rumah sakit dan mendapatkan
terpai antibiotik spektrum luas dalam waktu 24
jam sebelum diteliti. Mereka secara acak
menerima masing-masing 12 g oligofruktosa
atau plasebo, selama 1 minggu dalam
pengobatan antibiotik. yang dinilai antara lain
adalah konsistensi feses, frekuensi terjadinya
diare dan mikrobiologi dari feses tersebut. Dua
puluh tujuh persen dari semua pasien
menunjukan adanya diare, di mana 11% nya
terdeteksi adanya toxin C. difficile pada feses.
Oligofruktosa tidak menunjukan adanya
perbedaan untuk risiko terjadinya diare, atau
aspek lain dari aktivitas usus, ataupun infeksi
dari C. difficile.7,8,1
Pada
sebuah
meta-analisis yang
dilakukan oleh H. Szajewska dan M. Kolodziej
Untuk memperbarui meta-analisis yang telah
mereka lakukan sebelumnya pada tahun 2005
tentang efektivitas S.boulardii dalam mencegah
terjadinya diare terkait antibiotik pada anakanak dan dewasa, mengatakan bahwa
S.boulardii efektif dalam mengurangi risiko
terjadinya diare terkait antibiotik pada anakanak dan dewasa.12
Beberapa strain spesifik dari probiotik,
seperti misalnya Lactobacillus GG, L. Reuteri,
Saccharomyces
boulardii,
spesies
Bifidobacteria, telah diketahui secara signifikan
berperan penting dalam mengatasi masalah
diare akut pada anak, terutama menurunkan
durasi dan parahnya diare. Secara in-vivo, juga
dibuktikan bahwa suplementasi susu dengan
probiotik jenis Lactobacillus casei strain DN114 001, secara signifikan menurunkan gejala
klinis diare. Demikian juga secara histopatologi,
probiotik juga mampu menurunkan perubahan
histopatologi yang disebabkan karena virus
rota. Pada anak tampaknya probiotik
mempunyai peran yang lebih spesifik terhadap
kasus diare yang disebabkan karena infeksi
virus. Hal ini kemungkinan karena peningkatan
sekresi IgA, serta kemampuan probiotik untuk
mencegah penyebaran virus di dalam usus
sebagai dampak efek imunitas probiotik.5,8,9,10
Penelitian
yang
membandingkan
efektifitas kombinasi suplementasi seng dan
probiotik pada anak dalam mengurangi
kejadian berulangnya diare akut belum banyak
dilakukan. Penambahan probiotik, seng, dan
plasebo pada diet bayi usia 6-12 bulan
dilakukan oleh Shamir di Israel, terbukti secara
signifikan mengurangi derajat berat dan lama
diare akut pada kelompok perlakuan. Di
Indonesia pemberian suplementasi diet berupa
susu formula mengandung probiotik, prebiotik
dan serat mikronutrien (seng dan besi) pada
anak usia 3-12 bulan dilaporkan mengalami
lama diare lebih pendek, dan penambahan
berat badan selama pengobatan meskipun
tidak signifikan.14,15
Bakteri probiotik dapat membantu
proses absorpsi nutrisi dan menjaga gangguan
dalam penyerapan air yang akan berpengaruh
pada perbaikan konsistensi feses. Mekanisme
yang sama pada zink yaitu dapat memperbaiki
atau meningkatkan absorpsi air dan elektrolit
dengan cara mengurangi kadar air dalam
lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada
Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |3
Agus Fathul Muin Farid dan Ade yonata l Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare
konsistensi feses. Perbaikan konsistensi feses
akan dapat mengurangi frekuensi Buang Air
Besar (BAB) yang timbul sehingga hal tersebut
dapat pula mempersingkat lama diare pada
anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Manopo,
yang menyatakan bahwa suplementasi zink
dan probiotik pada diare akut efektif
mengurangi keluaran tinja.16
Penyakit diare pada anak sebagian besar
merupakan diare akut yang akan sembuh
dalam waktu 3 – 5 hari. Lama rawat inap pada
pasien dengan diare akut tidak dipengaruhi
oleh derajat klinis tetapi lebih dipengaruhi
suplementasi zink, probiotik, status gizi pasien
serta tergantung pada lama diare, berat ringan
penyakit dan riwayat sakit yang berulang yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan
pengembalian fungsi mukosa usus.17
Ringkasan
Diare merupakan salah satu gangguan di
saluran gastrointestinal. Gangguan ini dapat
memberikan manifestasi darurat berupa
defekasi lebih dari 3 kali dan feses encer
(dominan air). Diare dapat dianggap fisiologis
maupun patologis sesuia dengan penyebab,
jika disebabkan karena adanya perubahan
sekretorik eletrolit dan osmoralitas osmotik
maka diare tersebut dianggap sebagai kondisi
fisiologis tubuh. Sedangkan jika diare tersebut
diakibatkan adanya agen infeksi baik dari virus
maupun bakteri maka diare tersebut dianggap
sebagai diare patologis.
Probiotik adalah bakteri baik yang
memberikan
nutrisi
tambahan
dan
menghambat pertumbuhan bakteri pathogen.
Fungsi utama probiotik adalah Fungsi probiotik
adalah sebagai pertahanan mukosa, fungsi
proteksi dan pertahanan imunitas saluran
cerna seperti misalnya lapisan epitel, lapisan
mukus, peristaltik, dan deskuamasi epitel, serta
sekresi.
Simpulan
Penggunaan probiotik efektif sebagai
pencegahan dan pengobatan diare.
Daftar Pustaka
1. Thomsen M. Probiotics enhancing health
with beneficial bacteria. Alternative &
Complementary Therapies 2006; 12(2):1420.
2. Weizman Z, Asli G, Alsheikh A. Effect of a
probiotic infant formula on infections in
Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |4
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
child care centers: comparison of two
probiotic agents. Pediatrics. 2008; 115(4):
5-9.
Kligler B, Cohrssen A. Probiotics. Am Fam
Physician. 2008; 78 (1): 1073-8.
Gill
H,
Prasad
J.
Probiotics,
immunomodulation,
and
health
benefits. Adv Exp Med Biol. 2008; 606
(1): 423-54.
Sanz Y, Nadal I, Sánchez E. Probiotics as
drugs against human gastrointestinal
infections. Recent Pat Antiinfect Drug
Discov. 2007; 2(2): 148-56.
Htwe K, Yee KS, Tin M, Vandenplas Y.
Effect of Saccharomyces boulardii in the
treatment of acute watery diarrhea in
Myanmar children: a randomized
controlled study. Am J Trop Med Hyg.
2008; 78(1): 214-6.
Canani RB, Cirillo P, Terrin G. Probiotics for
treatment of acute diarrhoea in children:
randomized clinical trial of five different
preparations. BMJ.2007; 335 (8):340-5.
Sylvia C. The use of probiotics in pediatric
gastroenterology: review of the literature
and recommendations by latin-american
experts. Pediatric Drugs. 2015; 17(6):
199–216.
Putra, I G.N.S., Suraatmaja, S. and Aryasa,
I
K.N.
Effect
of
probiotics
supplementation on acute diarrhea in
infants: a randomized double blind
clinical trial. Pediatric Indonesia. 2007;
47(4):172-8.
Pattani R. Probiotics for the prevention of
antibiotic-associated
diarrhea
and
Clostridium difficile infection among
hospitalized patients: systematic review
and meta-analysis. Open Medicine.
2013;7(2): 56.
Lewis S. Failure of dietary oligofructose to
prevent antibiotic-associated diarrhoea.
Aliment Pharmacol Ther. 2005; 21(7):
469–77.
H. Szajewska. Systematic review with
meta-analysis: accharomyces in the
prevention
of
antibiotic-associated
diarrhea. Aliment Pharmacol Ther. 2015;
42(5): 793–801.
Chin J, Turner B, Barchia I, Mullbacher A.
Immune response to orally consumed
antigens and probiotic bacteria. Immunol
Cell Biol. 2007;78(1): 55-66.
Agus Fathul Muin Farid dan Ade yonata l Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare
14. Sha Shamir R, Makhoul IR, Etzioni A,
Shehadeh N. Evaluation of a diet
containing probiotics and zinc the
treatment of mild diarrheal illness in
children younger than one year of age. J
Am Coll Nutr. 2005; 18 (9): 370-5.
15. Agustina R. The effect of early nutritional
supplementation with a mixture of
probiotic,
prebiotic,
fiber
and
micronutrients in infant with acute
diarrhea in Indonesia. Asia Pac J Clin
Nutr. 2007;16(4):435-42.
16. Manoppo, Christie. Dampak pemberian
seng dan probiotik terhadap lama diare
akut di rumah sakit prof. dr. rd. kandou
manado. Sari Pediatri. 2010 ;12(1) : 1720.
17. Poerwati, E. Determinan lama rawat inap
pasien balita dengan diare Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta. jurnal
kedokteran brawijaya. 2013; 27(4) : 2530.
Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |5
Download