BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu management, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan mengatur”. Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaa, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal (Griffin, 2008:51). Menurut Sudarwan dan Yunan Danim (2010:18) mengemukakan bahwa: “Manajemen sebagai sebuah proses yang khas, yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain untuk mencapai tujuan tertentu.” Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Untuk mencapai efisiensi serta efektivitas dalam manajemen, maka segala tindakan dan kegiatan baru sebaiknya dilaksanakan dengan pertimbangan dan perhitungan yang rasional. Untuk itu diperlukan langkahlangkah kegiatan dengan perumusannya secara jelas dan tegas, agar tujuan program yang dimaksudkan dapat berjalan dengan sebaik mungkin. Menurut Robbins dan Coulter (2009:22) manajemen adalah : “Kegiatan mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga kegiatan mereka selesai secara efisiensi dan efektif. Efiseinsi mengacu pada untuk mendapatkan output secara maskimal 12 13 dengan input yang minimal. Efektif dideskripsikan “doing the right things”- melakukan pekerjaan yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya.” Fungsi manajemen menurut David (2014:190) terdiri atas lima aktivitas pokok: “Perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan.” Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen mengandung arti optimalisasi sumber-sumber daya atau pengelolaan dan pengendalian. Sumber-sumber daya yang dioptimalkan, dikelola, dan dikendalikan tersebut meliputi sumber daya manusia dan sumber pendukung lainnya. Proses tersebut mencakup langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat berperan penting dalam segala aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Berikut beberapa pengertian dari manajemen keuangan menurut para ahli, menurut Sutrisno (2003:3) : “Semua aktivitas perusahaan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Menurut Keown, dkk (2005:4) : “Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value wealth.” Artinya manajemen keuangan berhubungan dengan pemeliharaan dan penciptaan nilai ekonomi atau kemakmuran. Menurut Martono & Harjito (2007:4) manajemen keuangan adalah : “Manajemen keuangan (financial management) atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan adalan segala aktivis perusahaan yang 14 berhubungan memperoleh dana, menggunakan dana dan aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Menurut Sutrisno (2007:3) manajemen keuangan adalah : “Sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan manajemen keuangan adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola dana sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan Manajer keuangan perlu mengambil keputusan-keputusan yang benar dalampenentuan tujuan perusahaan serta dalam usaha pencapaian tujuan tersebut. Keputusan yang diambil haruslah dengan prinsip memaksimumkan nilai perusahaan, yang identik dengan memaksimumkan laba, serta meminimumkan tinhgkat resiko. Agar keseimbangan tersebut dapat diperoleh, maka perusahaan harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap aliran dana. Berdasarkan uraian tersebut menurut pendapat Eugene F. Brigham dan Joel F. Houstom (2001:6) yang di ahli bahasakan oleh Robinson Tarigan mengenai tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut: a. Laba yang maksimal b. Resiko yang minimal c. Melakukan pengawasan aliran dana, dimaksudkan agar penggunaan dan pencarian dana dapat diketahui segera d. Menjaga fleksibilitas perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tujuan manajemen keuangan tak lepas dari peranan atau fungsi manajer keuangan. Adapun fungsi atau peranan dari seorang manajer keuangan menurut Lukman Syamsudin (2002:8), yaitu sebagai berikut: 15 a. Menganalisa dan merencanakan pembelanjaan perusahaan, sehingga dapat digunakan untuk memonitor keadaan keuangan perusahaan, perrencanaan kebutuhan-kebutuhan modal pada masa yang akan datang, menilai kemungkinan-kemungkinan modal pada masa yang akan datang, mewnilai kemungkinan peningkatan produktivitas dan penentuan atau jenis-jenis modal yang akan ditarik. b. Mengelola penanaman modal dalam aktiva, sehingga dapat menganalisa keadaan pada masa lalu, serta kemungkinan-kemungkinan pada masa yang akan datang yang dihubungkan dengan tujuan jangka panjang perusahaan. c. Mengatur struktur finansial dan struktur modal perusahaan. Hal ini dilakukan sehubungan dengan struktur finansial perusahaan yaitu sebagai berikut: 1) Penentuan alokasi yang terbaik anatara hutang lancar dengan modal jangka panjang. 2) Penentuan jenis hutang lancar dan modal jangka panjang yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan dalam hubungannya dengan struktur modal, maka tekanan yang diberikan adalah pada penentuan komposisi modal jangka panjang, yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan pendapat diatas mengenai fungsi atau peranan seorang manajer keuangan yang sudah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa peranan seorang manajer keuangan sangat dibutuhkan keberadaannya untuk memonitor keadaan keuangan perusahaan, menemukan masalah-masalah yang dihadapi kemudian mencoba untuk mencari pemecahan masalah tersebut, sehingga tujuan perusahaan secara keseluruhan akan mudah dicapai. 2.2.3 Fungsi Manajemen Keuangan Dalam kegiatan manajemen keuangan, banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankannya. Meskipun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokan menjadi 2 kegiatan utama, yaitu kegiatan penggunaaan dana dan pencarian dana. Dua hal 16 itulah yang disebut sebagai fungsi manajemen keuangan. Adapun beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2003:5), antara lain : 1. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatannya. 3. Keputusan dividen, dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Selanjutnya menurut Riyanto (2008:6) seorang manajer keuangan harus mengetahui tiga tugas utama, yaitu : 1. Menyangkut tentang keputusan alokasi dana, baik yang berasal dari perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan atau bentuk investasi yang bagaimana yang baik bagi perusahaan. 2. Menyangkut tentang pengambilan keputusaan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Hal ini menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan dan penggunaan modal dari dalam atau dari luar. 3. Menyangkut tentang kebijakan dividen. Pada prinsipnya kebijakan dividen itu menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Manajemen keuangan (keuangan perusahaan) memiliki kesempatan kerja yang terluas karena setiap perusahaan membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fngsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, disamping fungsi-fungsi lainnya yaitu fungsi pemasaran, fungsi operasional, fungsi sumber 17 daya manusia, dan lain senbagainya. Walaupun dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. 2.3 Investasi 2.3.1 Pengertian Investasi Investasi berkaitan dengan keputusan untuk mengalokasikan sejumlah dana, dalam suatu waktu tertentu, pada aset tertentu, sehingga investor akan mendapatkan pengembalian di masa yang akan datang. Menurut Jogiyanto (2003:5) mendifinisikan investasi sebagai berikut : “Penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.” Menurut Jonas (2004:3) definisi investasi adalah : “An investment can be defined as the commitment of funds to one or more assets that will be held over some future time periode.” Artinya investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen untuk penundaan pada satu aset atau lebih, yang dilakukan selama beberapa periode mendatang. Selanjutnya, Gitman dan Joehnk (2005:3) mendefinisikan investasi sebagai berikut : “Investment is any vehicle into which funds can be placed with expectation that it will generate positive income and/or preserve or increase its value.” Artinya investasi adalah suatu saran dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan hal tersebut akan menghasilkan pendapatan positif dan/atau menjaga atau meningkatkan nilainya. Kemudian menurut Bodie, Kane, Marcus (2007:2) mendefinisikan investasi sebagai berikut : “An investment is the current commitment of money or other resources in the expectation or reaping future benefits.” Artinya investasi adalah komitmen atau sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh pendapatan di masa depan. 18 Jadi, dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu aktivitas, berupa penundaan konsumsi pada saat ini dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu tertentu pada suatu aset yang efisien oleh investor dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan di masa mendatang yang lebih baik daripada mengkonsumsi di masa sekarang. 2.3.2 Tujuan Investasi Tujuan investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih khusus ada beberapa alasan megapa seseorang melakukan investasi, antara lain Tandelilin (2010:7): 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akang datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, maka seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nlai kekayaan atau hak miliknya adanya pengaruh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasiitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu 2.3.3 Risiko Investasi Aktivitas investasi di bidang apapun, investor akan dihadapkan kepada dua sisi kemungkinan atas investasi yang dilakukannya. Pertama adalah investasi yang berisiko kecil dan pada umumnya akan menghasilkan return kecil pula, dan investasi yang berisiko besar mempunyai peluang memperoleh return yang besar 19 pula, sehingga yang dapat dilakukan oleh para investor adalah memperkirakan berapa return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan, seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Menurut Husnan (2005:52): “Kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan.” Menurut Tandelilin (2010:103): 1. Risiko Suku Bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. 2. Risiko Pasar Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik. 3. Risiko Inflasi Inflasi yang menigkat akan mengurangi kekuatan daya beli yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya. 4. Risiko Bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil akan sangat dipengaruhi oleh karakterisik industri kecil itu sendiri. 5. Risiko Finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko Likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu 20 sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. 8. Risiko Negara Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. 2.3.4 Sikap Investor Terhadap Risiko Sikap investasi selalu dihadapkan dengan risiko ketidaksesuaian dengan yang diharapkan oleh investor. Perlu untuk mengetahui berbagai preferensi risiko dasar menurut Sudjaja dan Berlian (2003:67) sebagai berikut : 1. Mengabaikan risiko. Perilaku terhadap risiko dimana tidak ada perubahan pengembalian yang diperlukan untuk peningkatan risiko. 2. Menghindari risiko. Perilaku terhadap risiko dimana peningkatan pengambilan akan diperlukan untuk peningkatan risiko. 3. Mencari risiko. Perilaku terhadap risiko dimana penurunan pengembalian dapat diterima untuk peningkatan risiko. 2.3.5 Tipe-Tipe dalam Investasi Jika memiliki kelebihan dana dan ingin berinvestasi maka dapat memilih dan memutuskan tipe aktiva keuangan seperti apa yang akan dipilihnya. Menurut Fahmi (2012:5-6), ada dua tipe investasi, yaitu : 1. Direct Investment Direct Investment (investasi langsung) adalah mereka yang memiliki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui para perantara atau berbagai cara lainnya. 21 2. Indirect Investment Indirect Investment (investasi tidak langsung) adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja. Biasanya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada suatu perusahaan. 2.3.6 Kriteria Investasi Dalam berinvestasi, investor mempertimbangkan beberapa kriteria investasi, biasanya pemodal menginginkan return investment secepat mungkin. Investor mempertimbangkan nilai uang sekarang dengan investasi yang akan datang. Untuk memahami hal tersebut dijelaskan dalam Sunariyah (2011:99-100), biasanya pemodal menginginkan return investment secepat mungkin maka adanya beberapa kriteria investasi untuk mencapat karakteristik tersebut yaitu : 1. Pay-back Period. Dalam hal ini jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi, guna menutup semua biaya investasi yang telah dikeluarkan. Periode yang diperlukan dapat harian, bulanan, atau tahunan tergantung pada sifat sekuritas. Suatu sekuritas dengan periode periode pay back yang lebih pendek akan dipilih daripada periode pay back yang lebih lama. Investor menerima uang atau hasil dari suatu sekuritas lebih cepat berarti lebih baik. 2. Net Present Value. Kriteria ini berhubungan dengan metode discounted cashflow. Yaitu suatu metode yang digunakan untuk membandingkan perbedaan aliran kas masuk untuk investasi yang berbeda melalui tingkat diskonto yang telah diketahui. Dengan demikian, dalam metode ini menghitung jumlah total pendapatan dan mempertimbangkan jangka waktu investasi. 22 2.4 Pasar Modal 2.4.1 Pengertian Pasar Modal Ketika seorang investor akan menginvestasikan finansial asetnya berupa sekuritas, maka dikatakan investor tersebut turut berkecimpung dalam pasar modal. Menurut Sutrisno (2009:300) pengertian pasar modal adalah : “Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.” Menurut Tendelilin (2010:26) pengertian pasar modal adalah : “Pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.” Definisi pasar modal menurut Gumati (2011:77) sebagai berikut : “Suatu jaringan yang kompleks dari individu, lembaga, dan pasar yang timbul sebagai upaya dalam mempertemukan mereka yang memiliki uang (dana) untuk melakukan pertukaran efek dan surat berharga.” Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah tempat, fasilitas atau wadah yang mempertemukan pembeli dengan penjual, yang memperjualbelikan aset-aset finansial jangka panjang atau long-term financial assets yang berfungsi sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan merupakan alternatif untuk melakukan investasi bagi masyarakat. 2.4.2 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yag memiliki dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal dapat mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Bila di suatu negara tidak ada pasar modal kemugkinan besarakan terjadi capital flight 23 karena adanya sarana investasi bagi para pemilik dana. Oleh karena itu pasar modal mempunyai beberapa fungsi antar lain adalah : 1. Sebagai sumber penghimpun dana. Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. 2. Sebagai sarana investasi. Pada umumnya perusahaan menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa. Sementara , pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. 3. Pemerataan pendapatan. Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri yang bersangkutan. Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. 4. Sebagai pedorong investasi. Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan meningkatkan pembangunan pertumbuhan dan perekonomian ekonomi dan negaranya. memajukan Untuk pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing, menurut Sutrisno (2009:300). 2.4.3 Peran Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang ada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian 24 sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan. Beberapa peran pasar modal dalam suatu negara menurut Sunariyah (2009:9-10), yaitu : 1. Sebagai Fungsi Tabungan (Savings Function) Metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata uang, inflasi, risikio hilang, dan lain-lain dan perlu mempertimbangkan juga agar kerugian yang bakal diderita tetap minimal sehingga perlu memikirkan alternatif menabung ke wilayah yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu mudah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dana. 2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunakan. Kekayaan ini tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. Semakin bertambah umur kekayaan tersebut akan semakin besar nilai penyusutannya. 3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyaraskat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah. 25 2.4.4 Macam-macam Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada mayarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Beberapa macam jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:13-14) : 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah : “Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkann oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Pasar sekunder juga merupakan pasar yang memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga hasil penjualan saham biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan, melainkan masuk dalam kas para pemegang saham. 3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau pengalihan saham dari satu pemegang ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. 26 2.4.5 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klain keuangan. Sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham baik saham biasa maupun saham preferen serta bukti right dan waran. Dari keempat sekuritas ini, saham biasa yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia. 2.5 Saham Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perushaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikannya yang tertera pada saham. Sundjaja dan Barlian (2003:381) mengatakan bahwa : “Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan itu.” Sedangkan menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:293) mendifinisikan saham adalah : “ Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharaga.” Dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan perusahaan itu dan proporsinya sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham tersebut. Saham sebagai tanda bukti penyertaan atas modal, untuk itu kepada pemegang saham dikeluarkan surat saham. Seseorang yang memiliki saham perusahaan tertentu, maka dia juga merupakan bagian dari pemiik perusahaan tersebut. 27 2.5.1 Saham Biasa Menurut Jones (2004:38), definisi saham biasa adalah : “Commen stock respresent ownership interest of corporations, or the equity of the stockholders, and we can the term equity security interchangeably.” Artinya bahwa saham biasa mewakili kepemilikan perusahaan, atau ekuitas pemegang saham, dan kita dapat menggunakan masa keamanan modal yang dapat diubah. Menurut Martono dan Harjito (2005:42) saham adalah : “Surat bukti kepemilikan atau surat bukti penyertaan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya (emiten).” Menurut Tandelilin (2010:32) saham adalah : “Saham biasa (common stock) menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat berharga sebagai tanda penyertaan kepemilikan atas suatu perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa saham biasa merupakan surat berharga sebagai tanda penyertaan kepemilikan investor atas suatu perusahaan. Investor juga mewakilkan oprasionalisasi perusahaan kepada manajemen. Investor yang memiliki saham biasa berarti turut serta dalam kepemilikan perusahaan, sebesar modal yang disertakan dalam bentuk saham dan ikut menikmati keuntungan serta kerugian perusahaan dari hasil operasionalnya. 2.5.1.1 Jenis-jenis Saham Biasa Menurut Fahmi (2012:82-83), saham biasa memiliki beberapa jenis, yaitu: 1. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan) adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memilik sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. Saham-saham IBM dan Du Pont merupakan contoh Blue Chip. Jika di Indonesia kita bisa melihat pada 5 besar saham 28 yang termasuk kategori LQ45. LQ45 adalah liquiditas empat puluh lima buah perusahaan yang dianggap memiliki tingkat likuiditas yang baik dan sesuai dengan penghargaan pasar modal. 2. Growth Stock. Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi. 3. Defensive Stock (Saham-saham defensive). Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan dan kinerja pasar. Contoh perusahaan yang masuk kategori ini biasanya perusahaan yang produknya memang dibutuhkan oleh publik seperti perusahaan yang masuk kategori food and beverage. 4. Cylical Stock. Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. Contohnya saham pabrik mobil dan real estate. Sebaliknya saham non siklis mencakup saham-saham perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan umum yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, misalnya makanan dan obat-obatan. 5. Seasonal Stock. Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan. Sebagai contoh pabrik mainan memiliki penjualan musiman yang khusus pada saat musim natal. 6. Specuatif Stock. Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak. 2.5.1.2 Hak Pemegang Saham Biasa Hak-hak yang dimiliki pemegang saham menurut Jogiyanto (2003:73-77), adalah sebagai berikut : 1. Hak kontrol saham biasa, yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan. Hak menerima pembagian keuntungan, yaitu hak 29 pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. 2. Hak prefentif, yaitu hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. 3. Hak klaim sisa, yaitu bila perusahaan dinyatakan pailit, maka pemegang saham biasa mempunyai hak atas kekayaan perusahaan. 2.5.2 Saham Preferen Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa.seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam likuiditas, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang bond. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakterikstik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa. Menurut Fahmi (2012:81) mendefinisikan saham preferen adalah : “Suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan).” Menurut Sunariyah (2011:130) mendefinisikan saham preferen yaitu : “Saham preferen adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa. Disebut preferen karena pemegang saham preferensi mempunyai hak keistimewaan di atas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham. Keistimewaan ini bervariasi antara satu emiten dengan emiten yang lain. Keistimewaan tersebut adalah kesepakatan antara pemodal dengan emiten.” Maka, dapat disimpulkan bahwa perusahaan (emiten) yang menerbitkan saham preferen, mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keistimewaan pemegang saham preferen tersebut. Di samping mempunyai beberapa 30 keistimewaan dalam kesepakatan, pemegang saham preferensi mempunyai kesempatan untuk melakukan kontrak supaya manajemen dapat memenuhi keistimewaan sesuai dengan perjanjian kontrak. Keistimewaan tersebut tidak dapat digeneralisasi, dan tidak akan sama pada tiap saham preferen. Tetapi ada beberapa kesamaan yang berlaku pada tiap saham preferen yaitu bahwa setiap pemegang saham preferen menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. 2.5.2.1 Karakteristik Saham Preferen Saham preferen memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan saham biasa. Menurut Martalena dan Malinda (2011:60), karakteristik saham preferen yaitu : 1. Preferen terhadap saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa : a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahuntahum sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. 2. Preferen pada Waktu Likuidasi Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif. 2.5.2.2 Jenis-Jenis Saham Preferen Untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen, ada beberapa jenis saham 31 preferen yang dapat dikonvirmasikan ke saham biasa. Menurut Martalena dan Malinda (20011:61-62), jenis-jenis saham preferen yaitu : 1. Convertible Preferred Stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk keluar menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. 2. Callable Preferred Stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. 3. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP) Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas Treasury bill. Saham preferen tipe baru ini cukup popular sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan kas. 2.5.2.3 Hak Pemegang Saham Preferen Pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak-hak tertentu sesuai dengan perjanjian saat emisi saham tersebut. Disamping hak-hak tertentu yang disetujui dengan suatu kontrak dengan manajemen, ada pula hak-hak keistimewaan yang secara umum dimiliki oleh pemegang saham preferen. Hakhak keistiewaan saham preferen dapat mengenai pembagian dividen, hak suara, dan pembagian aktiva pada saat likuidasi. Menurut Sunariyah (2011:131), hakhak saham referen sebagai berikut : 1. Masing-masing pemegang saham preferen mempunyai dividen yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu pemegang saham dan manajemen. Dividen ini dinyatakan pada bentuk nilai. 32 2. Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dibayarkan. Pemegang saham preferen didahulukan dalam hal pembayaran dividen sebelum pemegang saham biasa, sepanjang hal itu dinyatakan dalam emisi saham. 3. Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferen mempunyai hak klaim terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk dibayarkan sesudah kewajiban dari kreditur berhasil dilunasi perusahaan. Pemegang saham preferen dibayar sesuai nilai investasinya. Sisa kekayaan perusahaan setelah digunakan untuk membayar kepada pemegang saham biasa. Jadi, dalam kasus likuidasi pemegang saham preferen lebih diistimewakan dibandingkan pemegang saham biasa. 4. Pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara (voting). Walaupun pemegang saham preferen diperbolehkan hadir dalam rapat umum pemegang saham akan tetapi pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara apapun untuk mempengaruhi segala kebijakan perusahaan. 2.5.3 Nilai Saham Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public. Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan tersebut akan menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pemberian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk memebeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Menurut Martalena dan Malinda (2011:57), nilai dari suatu saham dibagi atas : 1. Nilai Intristik, yaitu harga yang diharapkan dari saham pada setap akhir tahun pertama dari saham hari ini sebagaimana dilihat oleh investor tertentu pada waktu melakukan analisis. 33 2. Nilai Par (Par Value), digunakan untuk menunjukan nilai nominal, yakni nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham. 3. Nilai Buku (Book Value), menunjukan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholder’s equity) di perusahaan. Nilai buku perlembar saham diperoleh dengan membagi nilai buku ekuitas dengan jumlah lembar saham yang ada. 4. Nilai Pasar (Market Value), yaitu harga pasar yang berlaku dari suatu emisi saham, dan merupakan petunjuk bagaimana para pelaku pasar secara keseluruhan mengukur nilai dari saham itu. 2.5.4 Index Harga Saham Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai berbagai kejadian di masa lalu. Semakin detail dan terinci data yang diperoleh, pengambiln keputusan dapat merumuskan kebijakannya dengan lebih tepat. Keputusan investor memilih suatu saham sebagai suatu objek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa, baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi dan bersifat spesifik. Meurut Sunariyah (2011:136), merupakan : “Catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak dimulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu. Sehingga indks harga saham memberikan harga-harga saham pada suatu saaat tertentu maupun dalam periodisasi tertentu pula.” Dalam kondisi perekonomian yang wajar secara teoritis indeks harga saham selalu berada di atas harga dasarnya. Tetapi data yang terjadi dalam suatu perekonomian yang mengalami depresi harga saham berada di bawah harga dasarnya. Dengan kata lain, indeks harga saham berada di bawah angka 100. Perubahan-perubahan angka indeks tersebut maupun global yang mempengaruhi perilaku investor di bursa. Sunariyah (2011:137-142), menyebutkan bahwa jenisjenis harga saham sebagai berikut : 34 1. Indeks Harga Saham Individual Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkain informasi historis mengenai pergerakan harga masing-masing saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Yang dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfugsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek. Indeks individual saham merupakan suatu nilai yang berfungsi untuk mengukur kinerja suatu saham tertentu di bursa efek. Harga dasar suatu saham pada waktu pertama kalinya ditentukan sebesar harga perdana, sehingga indeks saham individu pada awalnya sebesar 100%. 2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham gabungan seluru saham menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan haraga saham gabungan seluruh saham sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di efek. 3. Indeks Harga Saham Sektoral Indeks harga sektoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lainlain. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor, yaitu pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastuktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. 4. Indeks LQ-45 Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ-45 ini. Penggantian saham akan 35 dilakukan setiap enam bulan sekali. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi LQ-45 maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. 5. Indeks Syaria atau JII (Jakarta Islamic Index) JII terdiri dari 30 saham yang dipilih kriteria dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. JII dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan bisnis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah. 6. Indeks Kompas 100 Indeks yang terdiri dari saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan sekali. 7. Indeks Bisnis-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indoesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham perusahaan tercatat dan akuntabilitas, dan tata kelola perusahaan. 8. Indeks PEFINDO 25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia denga lembaga rating PEFINDO meluncurkan harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO 25. Indeks yang dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham kecil dan menengah (Small Medium Enterprisesi) SME. Ideks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti : total aset, ROE, dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperlihatkan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 36 9. Indeks Sri-Kehati Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanearagaman Hayati (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustanable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi informasi tambahan kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti : total aset, PER, dan Free Float. 10. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembang Merupakan indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembang. 2.6 Dividen 2.6.1 Pengertian Dividen Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Pengertian dividen menurut Brealy, Myers, dan Mercus (2004:143) adalah : “Periodic cash distribution from the firm it’s shareholders.” Artinya, bahwa dividen adalah distribusi laba tunai berkala dari perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Menurut Sunariyah (2011:129) menyatakan bahwa : “Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity).” Menurut Marcus (2007:44), dividen adalah : “Pembayaran dari perseroan kepada para pemegang saham yang dilakukan dalam bentuk tunai atau saham.” 37 Menurut Ross, Werterfield, dan Jordan (2009:358) dividen adalah: “Dividen tunai adalah pembayaran tunai oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan sebagian dari laba perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham yang memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. 2.6.2 Jenis Dividen dan Pembayarannya Pembayaran dividen dapat dilakukan dalam bentuk tunai (cash) namun ada juga pembayaran deviden dilakukan dalam bentuk pemberian saham, bahkan juga dalam bentuk pemberian property. Menurut Sunariyah (2011:128-129), ada beberapa jenis dividen yang merupakan realisasi dari pembayaran dividen, yaitu: 1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu “Declarated and paid at regular intervals from legally available funds.” Dividen yang dinyatakan dan dibayar pada jangka waktu tertentu dan dividen tersebut berasal dari dana yang diperoleh secara legal. Dividen ini dapat bervariasi dalam jumlah bergantung kepada perusahaan. 2. Dividen Saham, yaitu terjadi apabila Dewan Komisaris memutuskan untuk membayar dividen pemegang saham dengan cara menambah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang lama dalam suatu perusahaan. 3. Dividen Properti, yaitu “Adistribution of earnings in the from of property.” Suatu distribusi keuntungan perusahaan dalam bentuk property atau barang. 4. Dividen Likuidasi, yaitu “A distributor of capital assets to shareholder is referred to as liquidating dividends.” Distribusi kekayaan perusahaan kepada pemegang saham dalam hal perusahaan tersebut likuidasi. 2.6.3 Prosedur Pembayaran Dividen Mengumpulkan daftar pemegang saham yang menerima dividen bukanlah hal yang mudah karena di banyak perusahaan, daftar pemegang saham senantiasa berubah karena jual beli saham. Ada beberapa prosedur pembayaran dividen 38 menurut Sudjaja dan Barlian (2003:380) membagi dalam 3 (tiga) kategori prosedur pembaran dividen, yaitu : 1. Tanggal tercatatnya pemegang saham (Holder of record date) Adalah dimana perusahaan menutup buku transfer saham dan menyusun daftar tentang nama para pemegang saham menurut keadaan ini. Jika perusahaan diberi tahu tentang adanya penjualan data transfer yang terjadi sebelum tanggal terdaftarnya pemegang saham maka pemilik baru akan menerima dividen. Jika transfer itu terjadi sesudahnya maka pemilik baru yang akan menerima dividen. Jika transfer itu terjadi sesudahnya maka yang akan menerima dividen adalah pemilik lama. 2. Tanggal tanpa dividen (Ex-dividend date) Tanggal dimana hak atas dividen terlepas dari sahamnya, untuk mencegah terjadinya kekacauan maka para pemegang pialang sudah mempunyai suatu peraturan yang menyatakan bahwa pemegang saham berhak atas dividen sampai empat hari sebelum tanggal terdaftarnya pemegang saham, ha katas dividen itu sudah terlempar dari sahamnya. 3. Tanggal pembayaran dividen (Dividend payment) Merupakan tanggal nyata dimana perusahaan dalam kenyataannya mengirim cek kepada nama-nama yang tercatat itu pada tanggal pembayaran. 2.6.4 Teori Kebijakan Dividen Ada beberapa teori dalam kebijakan dividen, diantaranya yaitu : 1. Teori Residu Dividen (The Residual Theory of Dividend) Titik tolak teori : Para investor lebih suka apabila perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali daripada jika keuntungan tersebut itu dibayarkan berupa dividen dimana re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan saham-saham lain yang resikonya kira-kira seimbang. Teori tersebut menjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas kesempatan peluang investasi yang dilaksanakan. Dengan menggunakan metode pendekatan 39 tersebut, perusahaan mencoba membuat keputusan dividen dengan tiga tahap sebagai berikut : Tahap 1 : Gunakan proporsi sruktur modal optimum dari pengeluaran modal, yang tingkatnya dihasilkan dari titik perpotongan Skedul Kesempatan Investasi/SKI (Investment Schedule/IOS) dan Biaya Modal Marjinal Tertimbang/BMMT (Weighted Marginal Cost of Capital/WMCC). Tahap 2 : Gunakan proporsi sruktur modal optimal, perkirakan total jumlah dari pembiayaan ekuitas yang diperlukan untuk mendukung pengeluaran pada tahap 1. Tahap 3 : Karena laba ditahan lebih kecil dari biaya saham biasa baru. Gunakan laba ditahan untuk memperoleh modal yang diperlukan pada tahap ke2. Jika laba ditahan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dapat menjual saham biasa baru. Jika laba ditahan melebihi dari yang diperlukan, maka kelebihannya dibagikan sebagai dividen. 2. Teori Irrelevansi Dividen Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen tidak relevan, dividen hanya menunjukan sisa pendapatan dan bukan variabel keputusan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan ini sesuai dengan teori irelevansi dividen yang kemukakan oleh H. Miller dan Franco Modigliani yang biasa disebut teori “M dan M”. Teori ini menjukan bahwa dalam dunia yang sempurna (ada kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pasar lain yang sempurna) maka nilai dari perusahaan tidak dipengaruhi oleh distribusi dividen. 3. Teori Relevansi Dividen Myron J.Gordon, John Lintner menyatakan bahwa pemegang saham menyukai dividen sekarang dan ada hubungannya langsung antara kebijakan dividen dan nilai pasarnya. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari risiko dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang (Sundjaja dan Berlin, 2002:335). 40 4. Tax Preference Theory Pertama harus disadari bagi investor yang dikenai pajak pendapatan perorangan, pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan setelah pajak. Pendapat yang keempat setelah pendapat Myron J.Gordon, John Lintner adalah pendapat dari kelompok para akademisi yang cenderung menyatakan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout yang rendah bahkan tidak membagikan dividen. Kesimpulan dari teori ini adalah investastor lebih memilih laba ditahan daripada dengan dividen karena keuntungan dari pajak capital gain. Teori ini menyatakan perusahaan harus menahan pembayaran dividennya pada tingkat yang rendah jika mereka ingin memaksimalkan harga sahamnya. 2.6.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: Dalam kebijakan dividen, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peraturan hukum a. Peraturan mengenai laba bersih mementukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya. c. Peraturan mengenai tak mampu bayar. Pesusahan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu (bangkrut jumlah hutang yang lebih besar dari pada jumlah harta). 2. Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barangbarang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang 41 sedang tumbuh biasanya betul-betul kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk uang. 3. Membayar pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi maka biasanya harus ada laba ditahan. 4. Kontrak pinjaman Kontrak pinjaman, jika menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan-pembatasan itu dimaksudkan untuk melindungi para kreditur. 5. Pengembalian aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar pula kebutuhannya untuk membayar pengembangan aktiva perusahaan. 6. Tingkat pengembalian Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. 7. Stabilitas keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur dapat diperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan yang seperti ini akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. 8. Pasar modal Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan probabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Karena itu perusahaan yang sudah intern maka pembayaran akan berkurang. 42 9. Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. 10. Keputusan kebijakan dividen Hampir semua perusahan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dibaikan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan ini benar-benar mantap dan cukup permanen. Sekali dividen sudah naik, maka segala daya dan upaya akan dikerahkan, supaya tingkatan yang baru itu dapat terus-menerus diperhatikan. Jika keuntungan kemudian merosot, tingkat dividen yag baru akan itu sementara akan tetap dipertahankan, sampai betul-betul menjadi jelas bahwa keuntungan tak mungkin pulih kembali. (Sudjaya dan Berlin, 1. 2003:209-339) 2.6.6 Jenis-jenis Kebijakan Dividen Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan : 1. Memaksimalkan kekayaan dari pemilik perusahaan 2. Pembiayaan yang cukup Kedua tujuan tersebut saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan dengan pemilik, hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan. Ada tiga jenis kebijakan dividen, yaitu : 1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (Constant-payout-ratiodividend policy) Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam persentase dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. 43 2. Kebijakan dividen teratur Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. 3. Kebijakan dividen rendah teratur dan tambah ekstra Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low dividend-payout ratio), adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil. Jika pendapatannya lebih tinggi dari normal pada periode tertentu, perusahaan boleh bayar tambahan dividen tersebut, dimana disebut ekstra (Sudjaja dan Barlian, 2002:341). 2.7 Harga Saham 2.7.1 Pengertian Harga Saham Menurut Sularso (2003:6) harga saham adalah: “Harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham.” Menurut Winarto (2012:25) harga saham adalah : “Harga per lembar saham yang diperjual-belikan.” Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga per lembar saham pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk atas mekanisme permintaan dan penawaran di bursa. 2.7.2 Proses Terbentuknya Harga Saham Proses terbentuknya haraga saham dpat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1. Demand to Buy Schedule Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. 44 2. Supply to Sell Schedule Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut dapat menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor. 3. Introduction of Schedule Pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan suatu titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibirium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk diperdagangkan. Saat di pasaran, harga saham tersebut akan berubah karena permintaan dari para investor. Ekspektasi harga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal. 2.7.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah : 1. Faktor Internal (Lingkungan Mikro) Ada beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. b. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan sruktur organisasi. c. Pengumuman pengembalian divertifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. d. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti mendahulukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya. e. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. 45 f. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividend per share (DPS), price earning ratio (PER), net profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan lain-lain. g. Pengumuman pembagian dividen. 2. Faktor Eksternal (Lingkungan Makro) a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman Hukum (legal announcement), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Pengumuman industry sekuritas (securities announcement), seperti laporan pertemuan tahunan insider trading, volume atau harga saham perdagangan, perbatasan/ penundaan trading. d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu Negara. e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. 2.8 Abnormal Return Menurut Sularso (2003 : 6), abnormal return adalah : “Selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.” Menurut Mulyati (2003 : 241), abnormal return adalah : “Selisih antara return realisasi dengan return ekspektasi.” Untuk mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi sebagai berikut : 46 1. Mean-adjusted model Model disesuaikan rata – rata (mean adjusted returns) ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata – rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi Jogianto (2003 : 434). Formulanya adalah sebagai berikut Tandelilin (2010 : 225) : Keterangan : E (Rit) = return saham ke-i yang diharapkan pada periode peristiwa ke-t Rit = return realisasi saham ke-i pada periode estimasi ke-t T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1-t2. 2. Market adjusted model Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa dugaan yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut Jogianto (2003 : 445). Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena return sekuritas yang di estimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Formulanya adalah sebagai berikut Tandelilin (2010 : 225) : ARi,t = Ri,t – Rm,t Dimana : ARi,t : return tak normal sekuritas i pada hari t Ri,t: return actual sekuritas i pada hari t Rm,t : return pasar pada hari t 47 3. Market model Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) yang dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1). Perhitungan return ekspektasi ke-i pada periode estimasi 2). Menggunakan model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan sebagai berikut : Ri,j = αi + βi . Rm,j + εi,j Keterangan : Ri,j = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j αi = intercept untuk sekuritas ke-i βi = koefisien slope yang merupakan beta sekuritas ke-i Rm,j = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j εi,j = kesalahan residu ke-i pada periode estimasi ke-j 2.9 Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian 1. Pengaruh Pengumuman ExDividend date pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2011 Annasyah Samja Dewi Variabel Penelitian Return, abnormal return, dan ex-dividend date. Metode Penelitian Event study, uji statistik deskriptif, uji normalitas Kolmogorov smirnov, uji paired sampel t- Hasil Penelitian Terdapat reaksi yang signifikan dari investor yaitu pada H-1 dan saat pengumuman exdividend naik dilakukan. 48 No. Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian test. Analisis Harga Saham dan Rata-Rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date (Studi pada Emiten Indeks Kompas-100) Alvin Mulya Hidayati (2014) Analisis Dampak Pengumuman Dividen Terhadap Reaksi Pasar Mirdah dan Solikhim (2010) Ex-dividend date, abnormal return saham, harga saham. 4. Market Reaction to Dividend Announcement: Evidence from Turkish Stock Market (Eyüp Kadıoğlu1, Niyazi Telçeken1& Nurcan Öcal1) tahun 2015 Cash dividend, announcement effect, market reaction, tax. 5. Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah ExDividend Date di BEI. Siaputra dan Atmaja (2006) Harga saham, dan nilai nominal dividen kas per lembar saham. Event Study Nilai rata-rata harga saham sebelum exdividend date dan nilai rata-rata harga saham sesudah exdividend date secara statistik berbeda signifikan. 6. Effect of Dividend on Stock Price in Emerging Stock Market: A Study on the Listed Private Commercial Banks in DSE Mohammad Bayezid Ali (2010) Cash dividend,abnormal return. Event Study Didapatkan hasil reaksi harga saham untuk pengumuman dividen tidak ada perubahan signifikan secara statistik. 2. 3. Abnormal Return Uji paired sampel ttest, deskriptif komparatif, marked adjusted model. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap harga saham maupun rata-rata abnormal return antara 15 hari sebelum dan 15 hari sesudah pengumuman pembagian dividen. Event Study, Hasil uji hipotesis uji kandungan informasi normalitas dividen, menghasilkan Kolmogorov average abnormal smirnov, uji return yang positif paired sebelum pengumuman, sampel tnamun setelah test. pengumuman berdampak negatif. Event Ada perbedaan yang study,Panel signifikan, hubungan regression negatif antara dividen analysis. tunai per saham dan abnormal return setelah pengumuman dividen. 49 No. Judul Penelitian 7. The Ex-Dividend-Day Price Behaviour of Blue-Chip Stocks: International Evidence Anders Isaksson Ph.D. (2013) Variabel Penelitian Return, abnormal return, stock price. Metode Penelitian Event Study, uji normalitas Kolmogorov smirnov, uji paired sampel ttest. Hasil Penelitian Bahwa harga saham jatuh tidak berbeda dari jumlah dividen pada hari ex-dividend Di Bursa Efek Tokyo, harga saham jatuh. kurang dari jumlah dividen, yang berbeda dengan London Stock Exchange, di mana harga saham jatuh lebih dari jumlah dividen. Sumber : Olahan peneliti 2015 2.10 Kerangka Pemikiran Penelitian Setiap perusahaan selalu berupaya menjaga kestabilan dan meningkatkan kinerja perusahaan masing–masing. Salah satu strategi yang biasa dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dengan melakukan pembayaran deviden kepada para pemegang saham perusahaan untuk menarik investor supaya ingin menanamkan modalnya dalam meningkatkan kinerja perusahaan serta meningkatkan kualitas perusahaan. Dengan hal ini, para investor akan menilai kinerja perusahaan dan mengharapkan pembagian dividen maupun dari capital gain. Menurut John R. Graham dan Scott B. Smart (2012:434) : “Pengumuman deviden adalah hari di mana perusahaan memberikan informasi kepada publik mengenai pembagian deviden, perusahaan juga menetapkan tanggal tertentu yang menentukan pemegang saham yang akan menerima deviden.” Secara teori, meningkatnya pembayaran dividen sering di tafsirkan sebagai tanda meningkatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan di masa mendatang, sedangkan menurunnya pembayaran deviden sering di tafsirkan penurunan keuntungan di masa mendatang. Motif perusahaan melakukan kebijakan dividen berharap dapat meningkatkan kinerja perusahaan serta dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya, serta meningkatkan nilai perusahaan dengan 50 memberikan dividen tunai untuk para investor supaya merasa sejahtera berinvestasi di perusahaan. Biasanya para investor selalu melihat laporan keuangan perusahaan tersebut terlebih dahulu sebelum melakukan investasi. Menurut Irham Fahmi (2012 : 22) : “Laporan keuangan adalah merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan”. Suatu laporan keuangan (financial statement) akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis tren, akan diperoleh prediksi tentang apa yang munkin akan terjadi di masa mendatang, sehingga disinilah laporan keuangan tersebut begitu diperlukan. Yang nanti hasilnya akan membantu dalam memberikan pertimbangan mengenai kondisi perusahaan/ badan usaha di masa mendatang. Selain itu, untuk mengetahui naiknya harga saham perusahaan ataupun menurunnya harga saham perusahaan dapat diketahui oleh sebuah laporan keuangan perusahaan, serta bagaimana pengumuman dividen yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam pasar yang efisien, nilai yang diharapkan dari sebuah pengumuman dividen akan di estimasi dengan menganalisis perubahan pasar segera sesudah pengumuman dividen. Pada pengujian seperti ini biasa menggunakan pengukuran Abnormal Return. Menurut Jogiyanto (2010 : 580) : “Abnormal return merupakan selisih antara return actual dan expected return”. Dengan demikian Abnormal Return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sedangkan return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Pada saat pasar dalam keadaan efisien, sehingga membuat nilai yang diharapkan oleh investor pada sebuah pengumuman dividen akan bereaksi positif terhadap perusahaan. 51 Dari uraian diatas, dapat disederhanakan pada bagan kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Emiten Laba yang diperoleh RUPS Laba ditahan Dividen Tanggal pengumuman dividen tunai Reaksi pasar Abnormal Return Harga Saham Sebelum Sebelum Sesudah Sesudah Apakah ada perbedaan harga saham, abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman ex-dividen date ? Kesimpulan Keterangan : : Tidak diteliti : Diteliti