bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Corporate Sosial Responsibility (CSR)
1. Pengertian Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Corporation atau korporasi, sebagaimana sudah dipakai dalam
bahasa Indonesia, langsung dimengerti sebagai perusahaan, khususnya
perusahaan besar tetapi pengertian dari perusahaan ini lebih luas, yaitu
badan hukum “Korporasi” berasal dari bahasa latin (corpus/corpora:badan)
dan sebetulnya berarti badan hukum.1
Responsibility (tanggung jawab) yaitu terdiri dari dua suku kata yaitu
response (tanggapan) dan ability (kemampuan), sehingga pada dasarnya
tanggung jawab menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang atau
sebuah organisasi perusahaan untuk memberikan tanggapan terhadap
berbagai hal yang dimintakan tanggapannya kepada orang atau perusahaan
tersebut terhadap pihak lain.2
Tanggung jawab itu diterjemahkan dengan kata ”Responsibility:
having the character of a free moral agent, capable of determining one’s
own act; capable of deterred by consideration of sanction or
consequences”definisi ini memberikan pengertian yang menitik beratkan
1
K.Bertens, pengantar etika bisnis… hal. 289
2
Ismail Sholihin, pengantar bisnis : pengenalan praktis dan study kasus,(Jakarta
Kencana,2006), hal. 109
22
23
pada, harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu
perbuatan, harus ada kesanggupan memikul resiko dari suatu perbuatan.3
Tanggung jawab merupakan suatu prinsip yang dinamis yang
berhubungan dengan keseluruhan perilaku manusia dalam hubungannya
dengan masyarakat maupun istitusi. Suatu tanggung jawab bahkan
mempunyai
kekuatan
dinamis
untuk
mempertahankan
kualitas
keseimbangan dalam masyarakat, sehingga menjadikan kesinambuangan
antara yang satu dengan yang lainya.
Tanggung jawab sendiri memiliki tiga unsure yaitu:
1. Kesadaran (awareness). Berarti tahu atau mengetahui, mengenal, dengan
kata lain, perusahaan baru dapat dimintai pertangung jawaban, bila yang
bersangkutan sadar akan yang dilakukannya.
2. Kecintaan atau kesukaan (affiction). Berarti suka, menimbulkan rasa
kepatuhan, kerelaan dan kesediaan berkorban. Rasa cinta timbul atas
dasar kesadaran, apabila tidak ada rasa kesadaran berarti rasa kecintaan
tersebut tidak akan muncul. Jadi kesukaan atau kecintaan tumbuh atas
dasar kesadaran, dan atas dasar kesadaran inilah muncul atau lahirlah rasa
tanggung jawab.
3. Keberanian (bravery), berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa
keikhlasan, tidak ragu-ragu dan tidak takut dengan segala rintangan.
3
Burhanudin Salam, Etika Sosial (aAsas Moral Dalam Kehidupan Manusia), (Jakarta,
Rineka Cipta, 2002) hal. 28
24
Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah
organisasi untuk melindungi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat
dimana ia berada, sebuah organisasi ia mengemban tanggung jawab sosial
dalam tiga domain: pelaku organisasi, pada lingkungan alam, pada
kesejahteraan sosial secara umum.4
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab perusahaan dan
menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan.5 Dengan kata lain, hal ini merupakan
pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi
kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menghargai manusia, masyarakat
dan lingkungan.
Definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan
perusahaan tersebut) sebagai bentuk dari tanggung jawab mereka terhadap
sosial atau lingkungan sosialnya dimana perusahaan itu berada atau untuk
berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada karyawannya,
komunitas dan lingkungan sekitarnya, serta masyarakat luas.6
….hal 8
4
Rafik Isa, Etika Bisnis Islami,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004), hal. 63
5
Hendrik Budi Untung,Corporate sosial Responsibility,,,,, hal. 1
6
Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility
25
Pengertian Corporate Social Responsibility berdasarkan ISO 26000
Draft 4.1 (Maret 2008) adalah Responsibility of an organization for the
impacts of its decisions and activities on society and the environment,
through transparent and ethical behaviour that contributes to sustainable
development, health and the welfare of society; takes into account the
expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and
consistent with international norms of behaviour; and is integrated
throughout the organization and practiced in its relationships.
(Tanggung jawab sebuah organisasi atau perusahaan atas dampak
dari keputusan dan aktifitas organisasi atau perusahaan tersebut kepada
masyarakat dan lingkungan, yang transparan dan perilaku yang etis
memberikan konstribusi atau sumbangan atas pembangunan berkelanjutan,
kesehatan, dan kesejahteraan mayarakat; memperhitungkan harapan para
pemangku kepentingan; sudah sesuai dengan hukum yang berlaku,
konsisten dengan norma-norma perilaku internasional dan terintegrasi di
seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam hubungan organisasi)
Definisi CSR oleh World Bank sebagai Lembaga keuangan global,
memandang CSR : “the commitment of business to contribute to sustainable
economic development working with employees and their representative the
local community and society at large to improve quality of life, in ways that
are both good for business and good for development.” (yaitu komitmen
bisnis untuk memberikan kontribusi untuk pembangunan ekonomi
berkelanjutan bekerjasama dengan para pegawai dan melibatkan komunitas
26
lokal serta masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup, yang mana
cara- cara ini baik untuk bisnis dan pembangunan).
Corporate Social Responsibility (CSR) Forum juga memberikan
defenisi, “CSR means open and transparent business practices that are
based on ethical values and respect for employees, communities and
environment.” (Corporate Social Responsibility (CSR) berarti praktek bisnis
yang terbuka dan transparan berdasarkan nilai-nilai etis dan penghargaan
bagi para pegawai, komunitas dan lingkungan). Sementara sejumlah negara
juga mempunyai defenisi tersendiri mengenai CSR. 7
Uni Eropa (EU Green Paper on CSR) mengemukakan bahwa “CSR
is a concept whereby companies integrate social and environmental
concerns in their business operations and in their interaction with their
stakeholders on a voluntary basic.” (Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan keprihatinan
terhadap lingkungan dan sosial terhadap kegiatan bisnis dan interaksi
mereka dengan stakeholder mereka berlandaskan dasar sukarela).8
Menurut defenisi “The Jakarta Consulting Group”, tanggung jawab
sosial diarahkan baik ke dalam (internal) maupun keluar (eksternal)
perusahaan. Tanggungjawab internal (Internal Responsibilities) diarahkan
kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas yang optimal dan
….hal 9
7
Nor Hadi, Corporate Sosial Responsibility,(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011), hal. 47
8
Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility
27
pertumbuhan perusahaan, termasuk juga tanggung jawab yang diarahkan
kepada karyawan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan berupa
kompensasi yang adil dan peluang pengembangan karir.
Sedangkan tanggung jawab eksternal (External Responsibilities)
berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia
lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat,
serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Secara
umum Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan peningkatan
kualitas hidup mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai
individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang
ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan
hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya
yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik
secara internal maupun secara eksternal.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral
perusahaan terhadap masyarakat, tanggung jawab disini bisa diarahkan
mulai dari perusahaan itu sendiri, karyawan, perusahaan lain, lingkungan
sosial, dan bahkan bisa tanggung jawab dengan Negara tempat usaha
didirikan, tanggung jawab itu sendiri merupakan suatu prinsip dinamis yang
berhubungan dengan masyarakat atau institusi.
Berbicara mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) yang
harus dilaksanakan sebuah perusahaan maka kita akan melihat dua makna
yang terkadung dalam tahapan penerapan Corporate Social Responsibility
28
(CSR), yaitu tanggung jawab dalam makna responsibility atau tanggung
jawab moral dan etis dan tanggung jawab dalam makna liability atau
tanggung jawab yuridis atau hukum.
Tanggung jawab dalam makna responsibility atau tanggung jawab
moral dan etis yaitu lebih menekankan pada perbuatan yang harus atau
wajib dilakukan secara sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan
atau konsekwensi apapun dari perbuatan yang didasarkan atas moral
tersebut. Dengan kata lain responsibility merupakan tanggung jawab dalam
arti sempit yaitu tanggung jawab yang hanya disertai sanksi moral
Tanggung jawab dalam makna liability atau tanggung jawab yuridis
atau hukum, biasanya diwujudkan dengan bentuk tanggung jawab
keperdataan. Yaitu dengan melaksanakan segala sesuatunya sesuai hukum
yang berlaku, dan apabila terdapat permasalahan terkait dengan hukum
maka diselesaikan secara hukum keperdataan. Tanggung jawab hukum ini
mutlak dilakukan ketika ada ketidak sesuaian hukum dalam pelaksanaan
kegiatan lembaga.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan perbedaaan antara
tanggung jawab dalam makna responsibility dan tanggung jawab dalam
makna liability, pada dasarnya terletak pada sumber pengaturanya. Jika
tanggung jawab belum ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma
hukum, maka termasuk dalam makna responsibility dan sebaliknya jika
29
tanggung jawab itu telah diatur didalam norma hukum, maka termasuk dalam
makna liability.9
2.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) secara etik, tidak dapat
dilepaskan dari adanya konsep etika bisnis. Pemikiran yang mendasari CSR
dalam hubungannya dengan Etika Bisnis adalah bahwa perusahaan tidak
hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal tetapi juga
kewajiban-kewajiban
terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan
(stakeholders), karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan
memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan
pengambilan keputusan perusahaan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika,
dapat memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi
harkat manusia, masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial
perusahaan meliputi bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dari dua
sudut pandang yang berbeda
konsep pertama menyatakan bahwa tujuan
perusahaan adalah mencari profit semata, sehingga Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan bagian bisnis. Sedangkan konsep kedua
menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencari laba (profit),
mensejahterakan orang (people) dan menjamin keberlanjutan lingkungan
(planet), kedua konsep ini sangat berbeda.
9
Isa Wahyudi dan Bursa Azheri,Corporate Sosial Responsibility:Prinsip, Pengaturan
dan Implementasi, (Malang: Setara Press, 2011), hal. 2
30
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) melibatkan tanggung
jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya komunitas, juga
komunitas setempat (local). Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis,
kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara
stakeholder.
Konsep
kedermawanan
perusahaan
atau
(Corporate
Philanthropy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena itu
konsep itu tidak melibatkan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan
stakeholder lainya.
Kegiatan
program
yang
dilakukan
perusahaan
dalam
konteks
bertanggung jawab sosialnya dapat dikategorikan dalam tiga bentuk:
1. Public Relation (Hubungan Publik)
Usaha untuk menanam persepsi positif kepada komunitas tentang
kegiatanyang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang
tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang
perusahaan dengan perusahaan membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan
khusus sehingga tertanam dalam image komunitas bahwa perusahaan tersebut
banyak melakukan kegiatan sosial sampai anggota komunitas tidak mengetahui
produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Kegiatan atau
usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan
dengan komunitas, khususnya menanamkan persepsi yang baik tentang
perusahaan terhadap komunitas. Pekerjaan dengan model public relation ini
31
lebih banyak menjadi tugas dari unit kerja hubungan komunitas dalam sebuah
perusahaan.
2. Strategi Defensive (Pertahanan Kedudukan)
Pada public relation, pada dasarnya menjalin hubungan yang belum ada,
sedangkan pada strategi defensive mengarah pada proses melawan kejadian
yang pernah dialami, artinya anggapan komunitas terhadap perusahaan sudah
ada sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negative yang pada
umumnya bicara tentang aktivitas dari perusahaan yang bersangkutan yang
negative terhadap suatu hal, usaha Corporate Social Responsibility (CSR) yang
dilakukan adalah untuk merubah anggapan yang berkembang sebelumnya
dengan menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang
bersifat posistif.
Sehingga usaha dari perusahaan yang melakukan kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) dari bentuk ini adalah seakan merupakan
perlawanan terhadap pandangan orang luar terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Perlawanan ini tentunya harus ditunjang dengan modal yang
tidak sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan nama baik yang
telah beredar secara meluas di dalam kehidupan komunitas, sedangkan untuk
mengganti secara menyeluruh seperti mengganti logo tidak memungkinkan dan
bahkan menjadi kerugian besar.
3.
Keinginan Tulus Untuk Melakukan Kegiatan Yang Baik dan Benar-benar
Berasal dari Visi Perusahaan itu
32
Melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas
sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan atau yangb berbeda dari hasil
perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah
sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi
berusaha menanamkan kesan baik terhadap komunitas yang berkaitan
dengan perusahaan.
Biasanya untuk kegiatan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan
tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat dengan kebudayaan
perusahaan yang berlaku (Corporate cultur). Kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) dari perusahaan yang bersangkutan didorong oleh
kebudayaan yang berlaku di perusahaan sehingga secara otomatis dalam
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) peusahaan yang
bersangkutan sudah tersirat etika dari perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan merupakan bagian dari suatu system ekonomi
yang
lebih
besar.
Kelompok-kelompok
atau
individu-individu
(stakeholder) lain dapat mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan
dikelola. Kelompok atau individu-individu tersebut adalah para pemilik
perusahaan, tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, para pelanggan
yang membeli barang atau jasa, para pemasok yang menjual bahan baku,
mesin, dan peralatan pada perusahaan.
Perusahaan juga harus taat atau patuh kepada hukum dan peraturanperaturan pemerintah, menjadi perusahaan yang baik di masyarakat
sekitarnya, dan mematuhi keputusan-keputusan dari asosiasi bisnis dimana
33
perusahaan menjadi anggotanya. Apabila karyawan tidak membentuk
serikat kerja, perusahaan harus mengakui serikat kerja yang ada dan
melakukan negosiasi dengan serikat kerja tersebut.
Seorang manajer dipekerjakan untuk menjalankan suatu pekerjaan
yang secara langsung bertanggng jawab kepada dewan direktur yang
dipilih oleh para pemegang saham, yaitu orang yang memiliki perusahaan.
Apabila manajer dapat bekerja dengan baik, maka manajer akan
dipekerjakan terus, sebaliknya, apabila kinerja manajer tersebut buruk
maka dia akan diganti.10
Etika bisnis sebagai etika terapan sesungguhnya merupakan
penerapan dari prinsip-prinsip etika pada umumnya. Konsep responsibility
(tanggung jawab) dan fairness (keadilan) merupakan prinsip-prinsip etika
tersebut yang diimplementasikan dalam wujud CSR. Oleh sebab itu,
mengkaji konsep CSR berarti membicarakan konsep tanggung jawab
(responsibility) perusahaan dan perwujudan keadilan (fairness) sebagai
etika bisnis.
Responsibility, pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan
perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, di antaranya termasuk
masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja,
perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang
kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip
ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan
10
Rohmad Dwi Jadmiko,pengantar bisnis, (Malang: UMM Press, 2004) hal. 55
34
operasionalnya,
perusahaan
juga
mempunyai
peran
untuk
bertanggungjawab selain kepada shareholder juga kepada stakeholders.
Fairness, menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
shareholder dan stakeholders sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Diharapkan pula, fairness dapat menjadi faktor pendorong yang
dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan di antara beragam
kepentingan dalam perusahaan.11
3.
Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan
interelasi antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh
dampak yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat
semakin
tinggi
tingkat
peradaban
masyarakat,
khususnya
akibat
perkembangan ilmu sehingga meningkatkan kesadaran dan perhatian
lingkungan memnculkan tuntutan tanggung jawab perusahaan.
Hal itu dikarenakan peningkatan pengetahuan masyarakat meningkat
keterbukaan ekspektasi masa depan dan sustainabilitas pembangunan.
Perkembangan awal Social Responsibility dibagi menjadi tiga periode:
Periode pertama tahun 1950-1960 pada era ini perkembangan Sosial
Responsibility masih dipahami secara sederhana, Sosial Responsibility
dipahami sebagai derma perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya. Ada
11
Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial
Responsibility)… hal. 11-12
35
beberapa karakter pemicu tanggung jawab sosial pada masa ini, antara
lain:
1. Tanggung jawab sosial muncul sebagai respon kesadaran etis dalam
berbisnis (business ethic) secara personal pemilik modal, sehingga
tanggung jawab sosial merupakan bentuk sikap derma yang ditunjukan
kepada masyarakat sekitar.
2. Wujud tanggung jawab sosial bersifat karitif (charity actifity) dan
isendental, yang tergantung pada kondisi kesadaran dan keinginan
pemodal. Bentuk apa, kapan dan kepada siapa bantuan diberikan,
sangat tergantung kepada kemauan sang juragan.
3. Tipe kontrak pelaksanaan yang mendasari tanggung jawab sosial
bersifat stewardship principle. Konsep tersebut mendudukan pelaku
bisnis (businessmen) sebagai wali (steward) masyarakat, sehingga
perlu mempertimbangkan kepentingan para pelaku perusahaan.
Kedua, pada era tahun 1970-1980 semakin banyak perusahaan yang
menggeser konsep tanggung jawab sosial dari basis philatrophy kea rah
lebih
produktif
seperti
pengembangan
kerja
sama,
memberikan
ketrampilan dan pembukaan akses pasar. Di era ini ada beberapa praktik
tanggung jawab sosial perusahaan antara lain:
1.
Dimulainya berbagai kegiatan yang berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat.
2.
Masyarakat dan lingkungan sebagai sentral pertimbangan munculnya
kegiatan.
36
3.
Berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat inti plasma
4.
Kegiatan bukan hanya ditunjukan untuk derma (kebajikan juragan)
Ketiga, era tahun 1990 sekarang pada era ini suatu terobosan besar
mengenai tanggung jawab perusahaan yaitu “tripel botton line” yang
dikemukakann oleh John Elkington dalam bukunya “Canibalt With forks,
The Tripel Botton Line Of Twentieth Century Business” konsep tersebut
mengakui bahwa perusahaan ingin sustainable maka perlu diperhatikan 3P12
Konsep Tripel Bottom Line yang dikemukakan dalam buku “Canibalt With
forks, The Tripel Botton Line Of Twentieth Century Business”memberi
pandangan
bahwa
perusahaan
yang
ingin
berkelanjutan,
harus
memperhatikan 3P selain mengejar profit, perusahaan juga mesti
memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat
(people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(planet).
Sosial (people)
Lingkungan (planet)
ekonomi (profit)
Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada (single bottom line, yaitu aspek
12
Setya kusuma ningrum,NIM, 322108036. Skripsi. Muamalat. Tahun 2012 dengan judul:
Implementasi Corporate Sosial Responsibility (CSR) dan produk Qhodrul Hasal di BMT
Pahlawan Tulungagung (Studi Komparatif) hal.25-27
37
ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial nya saja, namun juga
harus memperhatikan aspek sosial bdan lingkungan.
Profit (Keuntungan)
Profit merupakan suatu unsur terpenting dan menjadi tujuan utama
dari setiap kegiatan usaha. Tak ada heran apabila focus utama dari seluruh
kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak
harga saham setinggi tingginya, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Inilah bentuk tanggng jawab ekonomi yang paling esensial
terhadap pemegang saham.
Profit sendiri pada hakekatnya merupakan tambahan pendapatan
yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Sedangkan aktifitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara
lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya,
sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat
memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.
People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi
perusahaan, karena dukungan mereka terutama masyarakat sekitar sangat
diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan
perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat
lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk memberikan manfaat
yang sebesar-besarya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari bah
operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat
38
karena pula perusahaan perlu melakukan berbagai kegiatan yang
menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis perusahaan
harus menyertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial.
Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang perlu diperhatikan juga adalah planet atau
lingkungan jika perusahaan ingin eksis maka harus disertakan pula
tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah suatu yang terkait
dengan seluruh bidang kehidupan kita semua kegiatan yang kita lakukan
dari mulai bangun tidur pagi hari hingga kita terlelap dimalam hari
berhubungan dengan yang kita minum air, udara yang kita hirup, selurh
peralatan yang kita gunakan, semua berasal dari lingkungan lingkungan
dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana kita
memperlakkanhya.
Dan sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita akan menerima
akibatnya. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan terhadap lingkungan
tempat kita tinggal pada akhirnya akan kembali kepada kita sesuai dengan
apa yang kita lakukan, apakah kita akan menerima manfaat atau justru
menderita kerugian, semuanya tergantung bagaimana kita menjaga
lingkungan.13
13
Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial
Responsibility)… hal. 32
39
4.
Prinsip- Prinsip Corporate Sosial Responsibility
Prinsip-prinsip utama tanggung jawab sosial yang berkembang di Amerika
Serikat ialah prinsip charity dan prinsip stewardship. Prinsip ini digunakan
untuk mendorong perkembangan asa tanggng jawab pengusaha terhadap
masyarakat.
1. Prinsip Charity (Amal)
Prinsip ini membawa ide bahwa anggota masyarakat yang lebih
kaya seharusnya menolong anggota masyarakat yang kurang bernasib baik
seperti orang cacat, orang tua, dan orang sakit. Pada masa kini kita dapat
melihat suatu trend perubahan telah berlaku pada konsep ini apabila pihak
corporate mulai memberi perhatian dan sumbangan kepada charity
berbanding dengan masa lalu dimana ia dibuat oleh individu-individu
tertentu.
2. Prinsip Stewardship (Kepengurusan)
Prinsip stewardship adalah suatu konsep yang diambil dari ajaran
yang menghendaki individu yang kaya, menganggap diri mereka sebagai
pemegang amanah terhadap harta benda mereka untuk kebajikan seluruh
masyarakat. Ini termasuk melaksanakan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat awam, kepada lingkungan, pekerja, konsumen, dan investor.14
14
Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis ,(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 353
40
5. Pendekatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Terdapat tiga pendekatan tanggung jawab sosial korporasi, yaitu
pendekatan kewajiban sosial (sosial obligasi), pendekatan reaksi sosial (sosial
reaction), dan pendekatan tanggapan sosial (sosial response).
1. Pendekatan kewajiban sosial (sosial obligation)
Pendekatan ini merupakan konsep yang masih konvensional dan
berpendapat bahwa laba merupakan satu-satunya tujuan yang ingin
diperoleh-oleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidak boleh
dikeluarkan untuk program-program sosial perusahaan terbatas pada
kewajiban membayar pajak atas laba yang diperoleh.
Disamping itu menurut pendekatan kewajiban sosial suatu
perusahaan sebenarnya hanya wajib memenuhi persyaratan hukum secara
minimum dalam komitmennya terhadap kelompok maupun individu dalam
lingkungan sosialnya.
2. Pendekatan Reaksi Sosial (sosial reaction)
Dalam pandangan ini, suatu perusahaan akan melakukan tanggung
jawab sosial melebihi persyaratan minimum apabila secara spesifik
mereka diminta untuk melakukannya.
3. Pendekatan Tanggapan Sosial (sosial responses)
Pendekatan ini diterapkan perusahaan secara aktif mencari peluang
untuk menetapkan kontribusinya kepada kelompok atau individu dalam
lingkungan sosialnya.15
15
Ibid,.hal. 58
41
6. Tahap-Tahap Penerapan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Umumnya,
menerapkan
perusahaan-perusahaan
Corporate
Social
yang
telah
Responsibility
(CSR)
berhasil
dalam
menggunakan
pertahapan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness
Building, Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR)
Assessement, dan
Manual Building. Awareness
Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai
arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan
antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok dan lain-lain.
Corporate Social Responsibility (CSR)
Assessement, merupakan
upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspekaspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah
yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi
penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) secara efektif. Langkah
selanjutnya adalah membangun Corporate Social Responsibility (CSR)
manual Building. Hasil assessement merupakan dasar untuk penyusunan
manual atau pedoman implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR). upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui bencmarking,
menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang memerlukan langkah
instan, penyususnan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan
tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
42
Manual ini merupakan inti dari perencanaan, karena manual inilah
pedoman yang memberikan petunjuk pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) bagi komponen perusahaan, penyusunan manual
Corporate Social Responsibility (CSR) dibuat sebagai acuan dan pedoman
bagi dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan
dan keseragaman pola piker dan pola tindak seluruh elemen peusahaan
guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap Implementasi
Perencanaan sebaaik apapun tidak akan bererti dan tidak akan
berdampak apapun apabila tidak di implementasikan dengan baik.
Akibatnya tujuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) secara
keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak akan merasakan manfaat
yang optimal, padahal, anggaran yang telah dikucurkan mungkin tidak bisa
dibilang kecil, oleh karenanya perlu disusun strategi untuk menjalankan
rencana yang telah dirancang.
Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan
yang mesti dijawab, pertama siapa yang akan menjalankanya, kedua apa
yang mesti dilakukan, ketiga bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa
yang diperlukan. Dalam istilah manajemen popular, pertanyaan tersebut
diterjemahkan menjadi :
1) Pengorganisasian (organizing) sumber daya yang diperlukan.
43
2) Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis
tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya.
3) Pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana melakukan
tindakan.
4) Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan.
5) Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.
6) Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama yakni,
sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi:
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen
perusahaan mengenai beberapa aspek yang terkait dengan Corporate
Social Responsibility (CSR) khususnya mengenai pedoman penerapan
Corporate Social Responsibility (CSR). Agar efektif, upaya ini perlu
dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung
berada di bawah pengawasan salah satu direktur atau CEO yang ditunjuk
sebagai CSR Champion di perusahaan.
Tujuan utama dari sosialisasi ini adalah agar program CSR yang
akan di implementasikan mendapat dukungan penuh dari sebuah
komponen perusahaan, sehingga dalam menjalankan tidak ada kendala
serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan
dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.
Sedang
internalisasi
adalah
tahap
jangka
panjang.
Internalisasi
44
mencangkup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh
proses bisnis perusahaan misalnya melalui system manajemen kinerja,
prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainya.
Dengan upaya ini dapat dinyatakan bahwa penerapan CSR bukan sekedar
kosmetik. Namun telah menjadi strategi perusahaan, bukan lagi sebagai
upaya untuk compliance tetapi sudah beyond compliance.
3. Tahap Evaluasi
Setelah Corporate Social Responsibility (CSR) diimplementasikan,
langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap
yang perlu dilaksanakan secara konsiten dari waktu-kewaktu untuk
mengukur sejauh mana efektifitas CSR . Kadang ada kesan evaluasi
dilakukan apabila program gagal, sedangkan jikalau program tersebut
berhasil, justru tidak dilakukan evaluasi. Padahal evaluasi mestinya tetap
dilakukan baik saat kegiatan itu berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan
atau keberhasilan dapat diketahui setelah program atau kegiatan itu
dievaluasi.
Evaluasi juga bukan tindakan mencari-cari kesalahan, atau mencari
kambing hitam. Evalusi justru dilakukan ntuk pengambilan keputusan,
misalkan keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki
dan mengembangkan aspek-apek tertentu dari program yang telah
diimplementasikan. Implementasi juga bisa dilakukan dengan meminta
pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR
yang telah dilakukan.
45
Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan
prosedur operasi standart tetapi juga mencangkup pengendalian resiko
perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau scoring juga
dapat dilakukan mandatory misalkan seperti yang diterapkan dilingkungan
BUMN, untuk beberapa aspek penerapan CSR. Evaluasi tersebut dapat
membantu perusahaan untuk mmetakan kembali kondisi dan situasi serta
capaian
perusahaan
dalam
implementasi
CSR
sehingga
dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi
yang diberikan.
4. Tahap Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi
baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan, jadi
selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholders
lainnya yang memerlukan.16
7.
Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Perspektif Islam
Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap muslim secara adil
terhadap sesama manusia.
Allah SWT berfirman: Barang siapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia
16
Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial
Responsibility)… hal . 127-131
46
akan memperoleh bagian pahala. Dan barang siapa menimbulkan akibat
yang buruk, niscaya ia akan memikul konsekwensinya.17
Dalam Al-Quran Surat Anisa’ ayat ke 85 ini menegaskan kembali
bahwasannya manusia yang menebarkan kebaikan kepada manusia lainya
suatu hari ia akan mendapat kebaikan pula dan begitu pula sebaliknya
manusia yang menebar benih keburukan kepada manusia lainya maka suatu
hari ia akan mendapat keburukan pula. Di ibaratkan perusahaan yang
mempunyai citra yang baik dimata masyarakat maka perusahaan akan dipilih
oleh masyarakat dalam hal produknya demikian pula perusahaan yang
mempunyai citra yang buruk maka produk yang dihasilkan perusahaan akan
dihindari masyarakat.
Ada perbedaan mandasar konsep CSR sekular dan Islami. CSR islami
berhubungan dengan
akhlak dalam melaksanakan business process.
Sementara CSR sekular lebih kepada program filantropi. Islam tidak melihat
apa yang dihasilkan seseorang tapi nilainya adalah bagaimana proses ia
mendapatkan hasil tersebut. Walau dia banyak berderma namun proses
mendapatkan dana dengan cara yang haram dan memberi karena riya maka
tidak ada nilainya disisi Allah SWT. Walau perusahaan tidak punya program
filantropi namun proses bisnis yang dibangun telah membuat karyawan
sejahtera, pemegang saham puas, konsumen tidak dirugikan, negara mendapat
pajak, lingkungan terpelihara dengan baik, masyarakat
manfaat. Itulah islam.
17
Q.S. Anisa’[4]:85
mendapatkan
47
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Islam secara
rinci harus memenuhi beberapa unsur yang menjadikannya ruh sehingga
dapat membedakan CSR dalam perspektif Islam dengan CSR secara universal
yaitu:
Al-Adl
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang
mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak- kontrak serta pejanjian
bisnis. Sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah ketika
korporat mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dalam
beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil yang
diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta.
Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus tetap terjaga
bersamaan dengan operasional usaha bisnis, dalam al- Quran Surat Huud
ayat 85.
Al-Ihsan
Islam hanya memerintahkan dan menganjurkan perbuatan baik bagi
kemanusiaan, agar amal yang dilakukan manusia dapat memberi nilai
tambah dan mengangkat derajat manusia baik individu maupun kelompok.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dengan semangat
ihsan akan dimiliki ketika individu atau kelompok melakukan kontribusi
dengan semangat ibadah dan berbuat karena atas ridho Allah swt.
48
Ihsan adalah melakukan perbuatan baik, tanpa adanya kewajiban
tertentu
untuk
melakukan
hal
tersebut.
Ihsan
adalah beauty dan perfection dalam sistem sosial. Bisnis yang dilandasi
unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat, sikap dan perilaku yang
baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan keuntungan lebih
kepada stakeholders.
Manfaat
Konsep ihsan yang telah di jelaskan di atas seharusnya memenuhi
unsur manfaat bagi kesejahteran masyarakat (internal maupun eksternal
perusahaan). Pada dasarnya, perbankan telah memberikan manfaat terkait
operasional yang bergerak dalam bidang jasa yaitu jasa penyimpanan,
pembiayaan dan produk atau fasilitas lain yang sangat dibutuhkan
masyarakat. Konsep manfaat dalam Corporate Social Responsibility
(CSR), lebih dari aktivitas ekonomi. Bank syariah sudah seharusnya
memberikan manfaat yang lebih luas dan tidak statis misalnya terkait
bentuk philanthropi dalam berbagai aspek sosial seperti pendidikan,
kesehatan, pemberdayaan kaum marginal, pelestarian lingkungan.
Amanah
Dalam usaha bisnis, konsep amanah merupakan niat dan iktikad
yang perlu diperhatikan terkait pengelolaan sumber daya (alam dan
manusia) secara makro, maupun dalam mengemudikan suatu perusahaan.
Bank yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), harus
49
memahami dan menjaga amanah dari masyarakat yang secara otomatis
terbebani di pundaknya misalnya menciptakan produk yang berkualitas,
serta menghindari perbuatan tidak terpuji dalam setiap aktivitas bisnis.
Amanah dalam perbankan dapat dilakukan dengan pelaporan dan
transparan yang jujur kepada yang berhak, serta amanah dalam
pembayaran pajak, pembayaran karyawan, dll. Amanah dalam skala makro
dapat direalisasikan dengan melaksanakan perbaikan sosial dan menjaga
keseimbangan lingkungan.
Dalam perspektif Islam, kebijakan perusahaan dalam mengemban
tanggung jawab sosial (CSR) terdapat tiga bentuk implementasi yang
dominan yaitu:
1.
Tangung Jawab Sosial (CSR) terhadap para pelaku dalam perusahaan
2.
Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap lingkungan alam.
3.
Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap kesejahteraan sosial secara
umum.
Islam sangat mendukung Corporate Social Responsibility (CSR)
karena tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis menciptakan banyak
permasalahan
sosial,
dan
perusahaan
bertanggung
jawab
menyelesaikannya. Bisnis membutuhkan berbagai sumber daya alam untuk
kelangsungan usaha, sehinga perusahaan bertanggung jawab untuk
memeliharanya. Islam secara tidak langsung menganggap bisnis sebagai
50
entitas yang kewajibannya terpisah dari pemiliknya, adanya CSR akan
mengembangkan kemauan baik perusahaan tersebut.18
B. Teori Kesejahteraan
1. Hakikat Kesejahteraan Masyarakat
Hakikat kesejahteraan dinyatakan dari jarak antara keinginan dan
kenyataan, untuk mengelaborisasi diskursus tentang makna sejahtera
dalam kehidupan, ada beberapa pengertian yang harus dipahami secara
saksama yaitu pandangan hidup, cita-cita, harapan, keinginan19 bahwa
dengan meningkatnya cita-cita, harapan, keinginan sudah pasti akan
meningkatkan kemakmuran rakyat karena lebih signifikan.
Kenyataannya tidak demikian, banyak perusahaan bukan hanya
makin kaya tetapi juga semakin berkuasa sementara penduduk miskin dan
lemah serta rentan secara sosial, ekonomi, politik, kesehatan dan
lingkungan makin banyak. Kemajuan perusahan juga menyumbang
ketidak-adilan dan kesenjangan sosial. Pertumbuhan ekonomi tidak selalu
sejalan dengan pemerataan atau distribusi kesejahteraan.
18
Muhammad Djakfar, Etika Bisnia dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2007). Hal. 12
19
Muhamad Abdul Ghani, The Spirituality in business (Jakarta Pena Pundi
Aksara,2005),hal. 51
51
2.
Batasan Kesejahteraan Masyarakat
Sebelum membahas perihal kesejahteraan masyarakt lebih lanjut, perlu
penulis kemukakan batasan pengertiannya sebab dengan memahami batasan
pengertianya akan memudahkan menarik kesimpulan dari pembahasan.
Dalam kalimat “Kesejahteraan Masyarakat” ada dua kata yang perlu
dijelaskan yaitu kesejahteraan dan masyarakat. Menurut pengertian etimologinya kata kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti “aman sentosa
dan makmur; kesejahteraan keamanan, keselamatan, ketentraman hidup, dan
sebagainya”.20 Sedangkan masyarakat berarti “sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama”.21 Adapun dalam keterangan lain masyarakat (community;society)
dijelaskan sebagai “suatu kehidupan bersama disuatu wilayah dan waktu
tertentu dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh anytar hubungan
dan interaksi warga masyarakat dengan lingkungan sekitar:.22
Dari keterangan secara etimologi ini bisa diambil pengertian bahwa yang
dimaksud dengan istilah kesejahteraan mayarakat adalah suatu keamanan,
ketentraman, ataupun suatu kesenangan kelompok orang dalam suatu
komunitas
atau
lingkungan
tertentu
(Masyarakat).
Dalam
tradisi
kemasyarakatan istilah sejahtera atau kesejahteraan cenderung dipergunakan
20
Anton M Moeliono, a, d, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), hal. 794
21
2222
Ibid, hal. 564
Mohhamad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Surabaya, Usaha Nasional, 1986) hal. 184
52
untuk hal-hal yang sifatnya material dan menyangkut status, misalnya
kesejahteraan karyawan berarti nilai nominal karyawan, kesejahteraan guru
berarti nilai nominal atau gaji guru dan sebagainya.23
3.
Aspek-Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Pengertian kesejahteraan masyarakat di atas bisa dikemukakan bahwa
aspek-aspek kesejahteraan masyarakat itu setidaknya menyentuh dua
dimensi yaitu dimansi jasmaniah dan dimensi rohaniah. Dibawah ini akan
dikemukakan kesejahteraan masyarakat itu dari dua kategori tersebut.
a. Kesejahteraan Jasmaniah (lahiriyah)
Dimensi jasmaniah (lahiriyah) dalam kehidupan ini sangat berarti
bagi manusia, sehingga kebanyakan orang akan mengukur tingkat
kehidupan seseorang itu dari jenis jasmaninya terlebih dahulu ukuran
ini terfokus pada tiga hal yaitu sandang, pangan, papan.
Pertama, cukup sandang, pada kehidupan ini permasalahan
sandang cukup penting artinya bagi manusia sebab dengan sandang
inilah seseorang menunjukan identitasnya, oleh karena itu sandang
merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia,
Kedua cukup pangan artinya kesejahteraan suatu masyarakat itu
bisa diukur apabila dari sudut pangan (makanan) bisa terpenuhi dengan
baik, tidak ada kekurangan makanan apalagi gizinya, bahkan perlu
sekali terpenuhi empat sehat lima sempurna.
23
Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta, Adicitra Karya
Nusa, 1998/1999) hal. 30-34
53
Masalah pangan memang begitu penting bagi masyarakat, namun
masalah pangan ini merupakan masalah klasik yang selalu mengancam
manusia. Menurut Daljoeni “disamping masalah perang sudah kita
dapatkan kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat menjurus kepada
kehancuran dunia, seperti ledakan penduduk, masalah pangan dan lain
sebagainya. 24
Ketiga, terpenuhinya papan, yaitu terpenuhinya kebutuhan untuk
hidup dan berteduh dalam suasana yang nyaman. Oleh karena itu
pentingnya hal ini Undang-undang Dasar 1945 menetapkan bahwa:fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”25anak-anak
terlantar ini identik dengan anak-anak (orang-orang) yang terlunta-lunta
akibat tidak terpenuhinya sandang, pangan, papan berdasarkan dengan
masalah ini GBHN mengamanatkan:
“Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir
miskin, dan anak-anak terlantar (orang-orang terlantar), serta kelompok
rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya
dalam rangka mensejahterahkan masyarakat).26
24
N Daljhoni, Masalah Penduduk Dalam Fakta Dan Angka,(Bandung, Alumni, 1986)
25
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang sudah
hal. xxi
diamandemenkan,(Surabaya, Apolo,II), hal. 26
26
Ketetapan MPR RI Nomor: IV/MPR/1999. Garis-garis besar haluan Negara 1999-
2004 (Surabaya: Apolo,II) hal. 25
54
Ketiga
unsur
indikator
kesejahteraan
jasmaniah
di
atas
mempunyai arti penting apabila kesemuanya bisa terpenuhi, sehingga
idealnya manusia itu cukup sandang, pangan, papan. Apabila suatu
kelompok masyarakat secara jasmaniah bisa terpenuhi ketiga hal diatas,
maka bisa dikatakan masyarakat sejahtera.
b. Kesejahteraan Ruhaniah (bathiniyah)
Ukuran Kesejahteraan Ruhaniah (bathiniyah) tentu luas sekali,
namun yang peneliti maksud yang dimaksud dengan Kesejahteraan
Ruhaniah (bathiniyah) adalah terpenuhinya kebutuhan rohani yang
berkaitann dengan pendidikan dan agama dan serta terpenuhinya
kebutuhan hiburan seperti rekreasi.
Pertama,terpenuhinya
kebutuhan
pendidikan;
masyarakat
sangat
membutuhkan pendidikan, bahkan hubungan masyarakat dengan pendidikan
sangat erat sekali,”Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang
maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. 27Pendidikan
ini sangat penting sekali sebab selain alasan diatas ketentraman dan
ketenangan masyarakat juga harus didukung oleh adanya pendidikan yang
mendukung. Bagaimana bisa hidup tenang dalam masyarakat yang bodoh
dan tidak terdidik sehingga berlaku suatu tatanan yang jauh dari nilai-nilai
moral.
27
Mohhamad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila… hal 199
55
Kedua, terpenuhinya kebutuhan agama, agama sangat penting bagi
masyarakat kedamaian dan ketenangan, akan memperoleh nilai yang
sebenarnya jika dilandasi oleh agama yang kuat, manusia (masyarakat) yang
tidak mengenal agama “akibatnya akan mengalami spiritual vacuum
(kekosongan atau kehampaan jiwa), arah atau tujuan hidupnya tidak menentu
kecuali mengejar hawa nafsu duniawi”. Mengejar hawa nafsu duniawi tanpa
landasan agama akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat, sebab akan
terjadi penghalalan segala macam cara untuk mendapatkan sesuatu. Oleh
karena itu secara individual bagi setiap orang dan secara kolektif bagi
masyarakat terpenuhinya kebutuhan agama sangat penting sekali dan sangat
menentukan bagi kesejahteraan atau tidaknya jiwa mereka.
Ketiga, terpenuhinya hiburan atau rekreasi. Rekreasi ini sangat penting
artinya bagi warga masyarakat untuk menghilangkan rasa jenuh setelah
beraktifitas, tujuan rekreasi ini untuk “mengimbangi kekakuan, kekesalan,
kecapaian setelah mereka mempergunakan tenaganya (energinya) dalam
kegiatan sehari-hari.28 Kegiatan rekreasi ini arti pentingnya ialah untuk
menghilangkan stress akibat terlalu banyak beraktifitas, sekalipun kegiatan
ini tidak bersifat primer namun kegiatan ini bagi masyarakat modern menjadi
kebutuhan penting.
28
Melly Sri Sulastri Rifai,”suatu tinjauan historis prospektif tentang perkembangan
kehidupan dan pendidikan keluarga” dalam Jalaludin Rakhmat (eds), keluarga muslim dalam
masyarakat modern,(Bandung: Remaja Rodakarya,1993), hal.12
56
C. Penelitian Terdahulu
Syera Novitama Sari, dengan judul skripsi “penerapan pertanggung
jawaban sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility) ditinjau dari
undang-undang tahun 2007 tentang penanaman modal dan undang-undang
no.40 tahun 2007 tentang perseroan terbata (Studi pada PT Wahana Pasir
Sakti) skripsi ini membahas tentang bagaimana penerapan CSR pada Pt
Wahana Pasir Sakti ditinjau dari UUPM DAN UPPT, penelitian inibersifat
deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data
skunder
Hasil penelitian : menunjukan bahwa PT Wahana Pasir Sakti adalah
perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dan atau berkaitan dengan
sumberdaya alam, perusahaan ini telah menerapkan CSR dalalam realisasinm
konsep social dan ekonomi, akan tetapi dalam lingkungan perusahaan hanya
menjalankan perbaikan dan penyiraman jalan yang dilalui truck pasir saja,
sedangkan program bina lingkungan disini atau bisa dikaitkan dengan
masyarakat belum terlalu maksimal dalam realisasinya, sehingga dapat
dikatakan bahwa perusahaan belum bisa secara maksimal menerapkan konse
CSR secara keseluruhan29
Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sekarang adalah:
29
Syera Novitama Sari, Univ Malang, skripsi th. 2009. Penerapan Tanggung Jawab
Social Perusahaan (corporate social responsibility) ditinjau dari undang-undang no. 25 tahun 2007
tentang penanaman modal dan undang-Undang no. 40 tahun 2007 tentang perseroan Terbaas
(Studi pada PT Wahana Pasir Sakti)
57
Persamaan:
1. Sama-sama membahas tentang pertanggung jawaban social yang
dilakukan sebuah lembaga.
2. Sama-sama membahas bentuk penerapan CSR kepada masyarakat sekitar
Perbedaan :
1. Dalam
penelitian
dahulu
menggunakan
tinjauan
undang-undang
sedangkan pada penelitian sekarang peneliti menggunakan tinjauan pengaruh
Corporate Social Responsibility.
2. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu jenis
penelitian hokum normative empiris dengan tipe penelitian yang bersifat
deskriptif, sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode penelitian
kuantitatif yang datanya be rupa angka-angka.
Edward
Bramono,
universitas
Indonesia
dengan judul
skripsi
“Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field
Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat sekitar”. Skripsi ini membahas tentang:
1). Bentuk-bentuk Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT.
Pertamina EP Field pangkalan susu terhadap masyarakat sekitar, 2). Realisasi
Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field
terhadap masyarakat sekitar dan 3). Pertanggungjawaban hokum yang
dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field pangkalan susu terhadap pelaksanaan
Corporate Sosial Responsibility. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian hokum normative yang didasarkan pada bahan hukum primer dan
bahan hukum skunder yaitu invebtarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan
58
dengan melakukan penelitian lapangan ke oleh PT. Pertamina EP Field
pangkalan susu untuk memperoleh data-data yang langsung berhubungan
dengan skripsi.
Hasil penelitian : pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility pada PT.
Pertamina EP Field pangkalan susu adalah dalam bentuk program kemitraan
dan program bina lingkungan (PKBL) dan program-program inisiatif
perusahaan dan bentuk-bentuk Corporate Sosial Responsibility ini di
realisasikan oleh PT. Pertamina EP Field pangkalan susu terhadap masyarakat
sekitar. Pertanggungjawaban hukum yang dilakukan PT. Pertamina EP Field
pangkalan susu, yaitu pertanggungjawaban hukum dengan membuat laporan
tertulis secara rutin ke region, laporan kegiatan Corporate Sosial
Responsibility inisiatif dan pertanggung jawaban hukum melalui media30
Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sekarang adalah:
Persamaan :
1. Sama-sama membahas tentang pertanggung jawaban social yang
dilakukan sebuah lembaga.
2. Sama-sama membahas bentuk penerapan CSR kepada masyarakat sekitar
Perbedaan :
30
Edward Bramono, UI. Skripsi, 2008. Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan
PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat sekitar
59
1. Dalam
penelitian
dahulu
menggunakan
tinjauan
undang-undang
sedangkan pada penelitian sekarang peneliti menggunakan tinjauan pengaruh
Corporate Social Responsibility.
2. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu jenis
penelitian hokum normative empiris dengan tipe penelitian yang bersifat
deskriptif, sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode penelitian
kuantitatif yang datanya be rupa angka-angka.
Edi
Syahputro,
“Implementasi
NIM.067005088
Corporate
Social
Ilmu
Hukum,
Responsibility
dengan
terhadap
judul
Masyarakat
Lingkungan PTPN (Studi Pada Unit Kebun Rokok Llir Kabupaten
Simalungun) yang dibahas dalam tesis ini adalah tentang pengaturan CSR
terhadap masyarakat lingkungan BUMN, Implementasi Corporate Social
Responsibility terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN Pada Unit Kebun
Rokok Llir Kabupaten Simalungun dan dampak implementasi corporate
sosial responsibility.
Metode yang digunakan penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis
normative, yaitu dengan mengkaji peraturan-peraturan hukum mengenai
implementasi CSR terhadap lingkungan PTPN IV unit kebun dolok llir dengan
studi dokumen, wawancara dengan informan dengan informan yang lebih
mendalam dan rinci dengan hal-hal yang di teliti.
Hasil penelitian: diketahui bahwa pengaturan tentang CSR dilingkungan
BUMN secara rinci masih dalam bentuk keputusan mentri, dengan demikian
kekuatan ada namun belum terdapat sanksinya, implementasi CSR adalah
60
PTPN IV masih bersifat karitas ketimbang flantropis, dampak implementasi
CSR belum memberikan dampak yang baik. Maka disarankan hendaklah PP
yang merupakan manivestasi dari UU No. 40 tahun 2007 dapat segera
dilakukan, implementasi CSR hendaknya berdasarkan kesinambungan bagi
masyarakat, selanjutnya dampak implementasi hendaknya benar-benar
terwujud dalam kerangka pemberdayaan ekonomi berdasarkan kemanfaatan
dan keadilan31
Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sekarang adalah:
Persamaan:
1. Sama-sama membahas tentang pertanggung jawaban social yang
dilakukan sebuah lembaga
2. Sama-sama membahas bentuk penerapan CSR kepada masyarakat sekitar
Perbedaan :
1.
Didalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edi Syaputro tentang
pengaturan corporate sosial responsibility dilingkungan BUMN dan
implementasi penerapan (CSR) terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV
sedangkan dalam penelitian ini dilakukan di Desa Tretek sebagai lokasi
penelitian
2.
Jenis penelitian terdahulu menggunakan penelitian pendekatan yuridis
normative, yaitu dengan mengkaji peraturan-peraturan hukum mengenai
31
Edi Syaputro. NIM. 067005088. Tesis. Ilmu hukum. Tahun dengan judul: Implementasi
Corporate Sosial Responsibility (CSR) Terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN (Studi Pada Unit
Kebun Dolok Llir Kabupaten Simalungun)
61
Implementasi Corporate Sosial Responsibility Terhadap Lingkungan Ptpn
Iv Unit Kebun Dolok Llir dengan melakukan studi dokumen, wawancara
dengan informan, sedangkan sekarang ini penelitian menggunakan
metode kuantitatif dengan penyebaran kuisioner de warga desa Tretek.
D. Kerangka Pemikiran
Implementasi CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan berdampak
pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi
pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya
adalah kesejahteraan berkelanjutan. peningkatan kesejahteraan masyarakat
akan dilihat dari dimensi jasmaniah, peningkatan jasmaniah di indikatorkan
dengan sandang, pangan, papan. Berikut kerangka berfikir yang di buat oleh
peneliti sebagai acuan untuk mengindikatorkan penyusunan skripsi dengan
judul “Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Kelurahan Tertek (Studi Kasus Bank JATIM Tulungagung)
Tanggung jawab (X1)
(X1)
Keadilan (X2)
Y
Ksejahteraan Masyarakat
Kelurahan Tertek,
Manfaat (X3)
Amanah (X4)
62
Pola dampak yang terdapat dalam kerangka berfikir, dalam variabel
pertama yang membahas tentang pengaruh Corporate Sosial Responsibility
yang terbagi atas variabel: Muhammad Dzakfar (2006) dalam teorinya
menyebutkan ada faktor Tanggung Jawab (X1), Keadilan (X2), Manfaat
(X3) dan Amanah (X4) dan masing-masing pengaruhnya terhadap variabel
kedua yang membahas tentang kesejahteraan masyarakat kelurahan Tertek
Tulungagung,
maka
peneliti
memilih
indikator dari kesejahteraan
masyarakat kelurahan Tertek Tulungagung di ukur dengan menggunakan
indikator kesejahteraan jasmaniah dengan sandang, pangan, dan papan yang
masing-masing terdapat dua pertanyaan diantara indikatornya.
Download