BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Corporate Sosial Responsibility (CSR) 1. Pengertian Corporate Sosial Responsibility (CSR) Corporation atau korporasi, sebagaimana sudah dipakai dalam bahasa Indonesia, langsung dimengerti sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar tetapi pengertian dari perusahaan ini lebih luas, yaitu badan hukum “Korporasi” berasal dari bahasa latin (corpus/corpora:badan) dan sebetulnya berarti badan hukum.1 Responsibility (tanggung jawab) yaitu terdiri dari dua suku kata yaitu response (tanggapan) dan ability (kemampuan), sehingga pada dasarnya tanggung jawab menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang atau sebuah organisasi perusahaan untuk memberikan tanggapan terhadap berbagai hal yang dimintakan tanggapannya kepada orang atau perusahaan tersebut terhadap pihak lain.2 Tanggung jawab itu diterjemahkan dengan kata ”Responsibility: having the character of a free moral agent, capable of determining one’s own act; capable of deterred by consideration of sanction or consequences”definisi ini memberikan pengertian yang menitik beratkan 1 K.Bertens, pengantar etika bisnis… hal. 289 2 Ismail Sholihin, pengantar bisnis : pengenalan praktis dan study kasus,(Jakarta Kencana,2006), hal. 109 22 23 pada, harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan, harus ada kesanggupan memikul resiko dari suatu perbuatan.3 Tanggung jawab merupakan suatu prinsip yang dinamis yang berhubungan dengan keseluruhan perilaku manusia dalam hubungannya dengan masyarakat maupun istitusi. Suatu tanggung jawab bahkan mempunyai kekuatan dinamis untuk mempertahankan kualitas keseimbangan dalam masyarakat, sehingga menjadikan kesinambuangan antara yang satu dengan yang lainya. Tanggung jawab sendiri memiliki tiga unsure yaitu: 1. Kesadaran (awareness). Berarti tahu atau mengetahui, mengenal, dengan kata lain, perusahaan baru dapat dimintai pertangung jawaban, bila yang bersangkutan sadar akan yang dilakukannya. 2. Kecintaan atau kesukaan (affiction). Berarti suka, menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesediaan berkorban. Rasa cinta timbul atas dasar kesadaran, apabila tidak ada rasa kesadaran berarti rasa kecintaan tersebut tidak akan muncul. Jadi kesukaan atau kecintaan tumbuh atas dasar kesadaran, dan atas dasar kesadaran inilah muncul atau lahirlah rasa tanggung jawab. 3. Keberanian (bravery), berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa keikhlasan, tidak ragu-ragu dan tidak takut dengan segala rintangan. 3 Burhanudin Salam, Etika Sosial (aAsas Moral Dalam Kehidupan Manusia), (Jakarta, Rineka Cipta, 2002) hal. 28 24 Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah organisasi untuk melindungi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dimana ia berada, sebuah organisasi ia mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain: pelaku organisasi, pada lingkungan alam, pada kesejahteraan sosial secara umum.4 Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.5 Dengan kata lain, hal ini merupakan pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menghargai manusia, masyarakat dan lingkungan. Definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk dari tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sosialnya dimana perusahaan itu berada atau untuk berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada karyawannya, komunitas dan lingkungan sekitarnya, serta masyarakat luas.6 ….hal 8 4 Rafik Isa, Etika Bisnis Islami,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004), hal. 63 5 Hendrik Budi Untung,Corporate sosial Responsibility,,,,, hal. 1 6 Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility 25 Pengertian Corporate Social Responsibility berdasarkan ISO 26000 Draft 4.1 (Maret 2008) adalah Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical behaviour that contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization and practiced in its relationships. (Tanggung jawab sebuah organisasi atau perusahaan atas dampak dari keputusan dan aktifitas organisasi atau perusahaan tersebut kepada masyarakat dan lingkungan, yang transparan dan perilaku yang etis memberikan konstribusi atau sumbangan atas pembangunan berkelanjutan, kesehatan, dan kesejahteraan mayarakat; memperhitungkan harapan para pemangku kepentingan; sudah sesuai dengan hukum yang berlaku, konsisten dengan norma-norma perilaku internasional dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam hubungan organisasi) Definisi CSR oleh World Bank sebagai Lembaga keuangan global, memandang CSR : “the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representative the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development.” (yaitu komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan bekerjasama dengan para pegawai dan melibatkan komunitas 26 lokal serta masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup, yang mana cara- cara ini baik untuk bisnis dan pembangunan). Corporate Social Responsibility (CSR) Forum juga memberikan defenisi, “CSR means open and transparent business practices that are based on ethical values and respect for employees, communities and environment.” (Corporate Social Responsibility (CSR) berarti praktek bisnis yang terbuka dan transparan berdasarkan nilai-nilai etis dan penghargaan bagi para pegawai, komunitas dan lingkungan). Sementara sejumlah negara juga mempunyai defenisi tersendiri mengenai CSR. 7 Uni Eropa (EU Green Paper on CSR) mengemukakan bahwa “CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basic.” (Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan keprihatinan terhadap lingkungan dan sosial terhadap kegiatan bisnis dan interaksi mereka dengan stakeholder mereka berlandaskan dasar sukarela).8 Menurut defenisi “The Jakarta Consulting Group”, tanggung jawab sosial diarahkan baik ke dalam (internal) maupun keluar (eksternal) perusahaan. Tanggungjawab internal (Internal Responsibilities) diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas yang optimal dan ….hal 9 7 Nor Hadi, Corporate Sosial Responsibility,(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011), hal. 47 8 Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility 27 pertumbuhan perusahaan, termasuk juga tanggung jawab yang diarahkan kepada karyawan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan berupa kompensasi yang adil dan peluang pengembangan karir. Sedangkan tanggung jawab eksternal (External Responsibilities) berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan peningkatan kualitas hidup mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal maupun secara eksternal. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat, tanggung jawab disini bisa diarahkan mulai dari perusahaan itu sendiri, karyawan, perusahaan lain, lingkungan sosial, dan bahkan bisa tanggung jawab dengan Negara tempat usaha didirikan, tanggung jawab itu sendiri merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan masyarakat atau institusi. Berbicara mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) yang harus dilaksanakan sebuah perusahaan maka kita akan melihat dua makna yang terkadung dalam tahapan penerapan Corporate Social Responsibility 28 (CSR), yaitu tanggung jawab dalam makna responsibility atau tanggung jawab moral dan etis dan tanggung jawab dalam makna liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum. Tanggung jawab dalam makna responsibility atau tanggung jawab moral dan etis yaitu lebih menekankan pada perbuatan yang harus atau wajib dilakukan secara sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan atau konsekwensi apapun dari perbuatan yang didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain responsibility merupakan tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung jawab yang hanya disertai sanksi moral Tanggung jawab dalam makna liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum, biasanya diwujudkan dengan bentuk tanggung jawab keperdataan. Yaitu dengan melaksanakan segala sesuatunya sesuai hukum yang berlaku, dan apabila terdapat permasalahan terkait dengan hukum maka diselesaikan secara hukum keperdataan. Tanggung jawab hukum ini mutlak dilakukan ketika ada ketidak sesuaian hukum dalam pelaksanaan kegiatan lembaga. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan perbedaaan antara tanggung jawab dalam makna responsibility dan tanggung jawab dalam makna liability, pada dasarnya terletak pada sumber pengaturanya. Jika tanggung jawab belum ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam makna responsibility dan sebaliknya jika 29 tanggung jawab itu telah diatur didalam norma hukum, maka termasuk dalam makna liability.9 2. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) secara etik, tidak dapat dilepaskan dari adanya konsep etika bisnis. Pemikiran yang mendasari CSR dalam hubungannya dengan Etika Bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan pengambilan keputusan perusahaan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, dapat memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi harkat manusia, masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan meliputi bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda konsep pertama menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencari profit semata, sehingga Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bagian bisnis. Sedangkan konsep kedua menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencari laba (profit), mensejahterakan orang (people) dan menjamin keberlanjutan lingkungan (planet), kedua konsep ini sangat berbeda. 9 Isa Wahyudi dan Bursa Azheri,Corporate Sosial Responsibility:Prinsip, Pengaturan dan Implementasi, (Malang: Setara Press, 2011), hal. 2 30 Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya komunitas, juga komunitas setempat (local). Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis, kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholder. Konsep kedermawanan perusahaan atau (Corporate Philanthropy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena itu konsep itu tidak melibatkan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholder lainya. Kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam konteks bertanggung jawab sosialnya dapat dikategorikan dalam tiga bentuk: 1. Public Relation (Hubungan Publik) Usaha untuk menanam persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatanyang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan perusahaan membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan khusus sehingga tertanam dalam image komunitas bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial sampai anggota komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan komunitas, khususnya menanamkan persepsi yang baik tentang perusahaan terhadap komunitas. Pekerjaan dengan model public relation ini 31 lebih banyak menjadi tugas dari unit kerja hubungan komunitas dalam sebuah perusahaan. 2. Strategi Defensive (Pertahanan Kedudukan) Pada public relation, pada dasarnya menjalin hubungan yang belum ada, sedangkan pada strategi defensive mengarah pada proses melawan kejadian yang pernah dialami, artinya anggapan komunitas terhadap perusahaan sudah ada sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negative yang pada umumnya bicara tentang aktivitas dari perusahaan yang bersangkutan yang negative terhadap suatu hal, usaha Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan adalah untuk merubah anggapan yang berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang bersifat posistif. Sehingga usaha dari perusahaan yang melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari bentuk ini adalah seakan merupakan perlawanan terhadap pandangan orang luar terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perlawanan ini tentunya harus ditunjang dengan modal yang tidak sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan nama baik yang telah beredar secara meluas di dalam kehidupan komunitas, sedangkan untuk mengganti secara menyeluruh seperti mengganti logo tidak memungkinkan dan bahkan menjadi kerugian besar. 3. Keinginan Tulus Untuk Melakukan Kegiatan Yang Baik dan Benar-benar Berasal dari Visi Perusahaan itu 32 Melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan atau yangb berbeda dari hasil perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha menanamkan kesan baik terhadap komunitas yang berkaitan dengan perusahaan. Biasanya untuk kegiatan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat dengan kebudayaan perusahaan yang berlaku (Corporate cultur). Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang bersangkutan didorong oleh kebudayaan yang berlaku di perusahaan sehingga secara otomatis dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) peusahaan yang bersangkutan sudah tersirat etika dari perusahaan tersebut. Suatu perusahaan merupakan bagian dari suatu system ekonomi yang lebih besar. Kelompok-kelompok atau individu-individu (stakeholder) lain dapat mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan dikelola. Kelompok atau individu-individu tersebut adalah para pemilik perusahaan, tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, para pelanggan yang membeli barang atau jasa, para pemasok yang menjual bahan baku, mesin, dan peralatan pada perusahaan. Perusahaan juga harus taat atau patuh kepada hukum dan peraturanperaturan pemerintah, menjadi perusahaan yang baik di masyarakat sekitarnya, dan mematuhi keputusan-keputusan dari asosiasi bisnis dimana 33 perusahaan menjadi anggotanya. Apabila karyawan tidak membentuk serikat kerja, perusahaan harus mengakui serikat kerja yang ada dan melakukan negosiasi dengan serikat kerja tersebut. Seorang manajer dipekerjakan untuk menjalankan suatu pekerjaan yang secara langsung bertanggng jawab kepada dewan direktur yang dipilih oleh para pemegang saham, yaitu orang yang memiliki perusahaan. Apabila manajer dapat bekerja dengan baik, maka manajer akan dipekerjakan terus, sebaliknya, apabila kinerja manajer tersebut buruk maka dia akan diganti.10 Etika bisnis sebagai etika terapan sesungguhnya merupakan penerapan dari prinsip-prinsip etika pada umumnya. Konsep responsibility (tanggung jawab) dan fairness (keadilan) merupakan prinsip-prinsip etika tersebut yang diimplementasikan dalam wujud CSR. Oleh sebab itu, mengkaji konsep CSR berarti membicarakan konsep tanggung jawab (responsibility) perusahaan dan perwujudan keadilan (fairness) sebagai etika bisnis. Responsibility, pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, di antaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan 10 Rohmad Dwi Jadmiko,pengantar bisnis, (Malang: UMM Press, 2004) hal. 55 34 operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada shareholder juga kepada stakeholders. Fairness, menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak shareholder dan stakeholders sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan pula, fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.11 3. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan interelasi antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat semakin tinggi tingkat peradaban masyarakat, khususnya akibat perkembangan ilmu sehingga meningkatkan kesadaran dan perhatian lingkungan memnculkan tuntutan tanggung jawab perusahaan. Hal itu dikarenakan peningkatan pengetahuan masyarakat meningkat keterbukaan ekspektasi masa depan dan sustainabilitas pembangunan. Perkembangan awal Social Responsibility dibagi menjadi tiga periode: Periode pertama tahun 1950-1960 pada era ini perkembangan Sosial Responsibility masih dipahami secara sederhana, Sosial Responsibility dipahami sebagai derma perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya. Ada 11 Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility)… hal. 11-12 35 beberapa karakter pemicu tanggung jawab sosial pada masa ini, antara lain: 1. Tanggung jawab sosial muncul sebagai respon kesadaran etis dalam berbisnis (business ethic) secara personal pemilik modal, sehingga tanggung jawab sosial merupakan bentuk sikap derma yang ditunjukan kepada masyarakat sekitar. 2. Wujud tanggung jawab sosial bersifat karitif (charity actifity) dan isendental, yang tergantung pada kondisi kesadaran dan keinginan pemodal. Bentuk apa, kapan dan kepada siapa bantuan diberikan, sangat tergantung kepada kemauan sang juragan. 3. Tipe kontrak pelaksanaan yang mendasari tanggung jawab sosial bersifat stewardship principle. Konsep tersebut mendudukan pelaku bisnis (businessmen) sebagai wali (steward) masyarakat, sehingga perlu mempertimbangkan kepentingan para pelaku perusahaan. Kedua, pada era tahun 1970-1980 semakin banyak perusahaan yang menggeser konsep tanggung jawab sosial dari basis philatrophy kea rah lebih produktif seperti pengembangan kerja sama, memberikan ketrampilan dan pembukaan akses pasar. Di era ini ada beberapa praktik tanggung jawab sosial perusahaan antara lain: 1. Dimulainya berbagai kegiatan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. 2. Masyarakat dan lingkungan sebagai sentral pertimbangan munculnya kegiatan. 36 3. Berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang bersifat inti plasma 4. Kegiatan bukan hanya ditunjukan untuk derma (kebajikan juragan) Ketiga, era tahun 1990 sekarang pada era ini suatu terobosan besar mengenai tanggung jawab perusahaan yaitu “tripel botton line” yang dikemukakann oleh John Elkington dalam bukunya “Canibalt With forks, The Tripel Botton Line Of Twentieth Century Business” konsep tersebut mengakui bahwa perusahaan ingin sustainable maka perlu diperhatikan 3P12 Konsep Tripel Bottom Line yang dikemukakan dalam buku “Canibalt With forks, The Tripel Botton Line Of Twentieth Century Business”memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, harus memperhatikan 3P selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Sosial (people) Lingkungan (planet) ekonomi (profit) Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada (single bottom line, yaitu aspek 12 Setya kusuma ningrum,NIM, 322108036. Skripsi. Muamalat. Tahun 2012 dengan judul: Implementasi Corporate Sosial Responsibility (CSR) dan produk Qhodrul Hasal di BMT Pahlawan Tulungagung (Studi Komparatif) hal.25-27 37 ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial bdan lingkungan. Profit (Keuntungan) Profit merupakan suatu unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak ada heran apabila focus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggng jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri pada hakekatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktifitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan) Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka terutama masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari bah operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat 38 karena pula perusahaan perlu melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial. Planet (Lingkungan) Unsur ketiga yang perlu diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan jika perusahaan ingin eksis maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah suatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita semua kegiatan yang kita lakukan dari mulai bangun tidur pagi hari hingga kita terlelap dimalam hari berhubungan dengan yang kita minum air, udara yang kita hirup, selurh peralatan yang kita gunakan, semua berasal dari lingkungan lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana kita memperlakkanhya. Dan sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita akan menerima akibatnya. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan terhadap lingkungan tempat kita tinggal pada akhirnya akan kembali kepada kita sesuai dengan apa yang kita lakukan, apakah kita akan menerima manfaat atau justru menderita kerugian, semuanya tergantung bagaimana kita menjaga lingkungan.13 13 Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility)… hal. 32 39 4. Prinsip- Prinsip Corporate Sosial Responsibility Prinsip-prinsip utama tanggung jawab sosial yang berkembang di Amerika Serikat ialah prinsip charity dan prinsip stewardship. Prinsip ini digunakan untuk mendorong perkembangan asa tanggng jawab pengusaha terhadap masyarakat. 1. Prinsip Charity (Amal) Prinsip ini membawa ide bahwa anggota masyarakat yang lebih kaya seharusnya menolong anggota masyarakat yang kurang bernasib baik seperti orang cacat, orang tua, dan orang sakit. Pada masa kini kita dapat melihat suatu trend perubahan telah berlaku pada konsep ini apabila pihak corporate mulai memberi perhatian dan sumbangan kepada charity berbanding dengan masa lalu dimana ia dibuat oleh individu-individu tertentu. 2. Prinsip Stewardship (Kepengurusan) Prinsip stewardship adalah suatu konsep yang diambil dari ajaran yang menghendaki individu yang kaya, menganggap diri mereka sebagai pemegang amanah terhadap harta benda mereka untuk kebajikan seluruh masyarakat. Ini termasuk melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat awam, kepada lingkungan, pekerja, konsumen, dan investor.14 14 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis ,(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 353 40 5. Pendekatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Terdapat tiga pendekatan tanggung jawab sosial korporasi, yaitu pendekatan kewajiban sosial (sosial obligasi), pendekatan reaksi sosial (sosial reaction), dan pendekatan tanggapan sosial (sosial response). 1. Pendekatan kewajiban sosial (sosial obligation) Pendekatan ini merupakan konsep yang masih konvensional dan berpendapat bahwa laba merupakan satu-satunya tujuan yang ingin diperoleh-oleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidak boleh dikeluarkan untuk program-program sosial perusahaan terbatas pada kewajiban membayar pajak atas laba yang diperoleh. Disamping itu menurut pendekatan kewajiban sosial suatu perusahaan sebenarnya hanya wajib memenuhi persyaratan hukum secara minimum dalam komitmennya terhadap kelompok maupun individu dalam lingkungan sosialnya. 2. Pendekatan Reaksi Sosial (sosial reaction) Dalam pandangan ini, suatu perusahaan akan melakukan tanggung jawab sosial melebihi persyaratan minimum apabila secara spesifik mereka diminta untuk melakukannya. 3. Pendekatan Tanggapan Sosial (sosial responses) Pendekatan ini diterapkan perusahaan secara aktif mencari peluang untuk menetapkan kontribusinya kepada kelompok atau individu dalam lingkungan sosialnya.15 15 Ibid,.hal. 58 41 6. Tahap-Tahap Penerapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Umumnya, menerapkan perusahaan-perusahaan Corporate Social yang telah Responsibility (CSR) berhasil dalam menggunakan pertahapan sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Perencanaan terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) Assessement, dan Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok dan lain-lain. Corporate Social Responsibility (CSR) Assessement, merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspekaspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) secara efektif. Langkah selanjutnya adalah membangun Corporate Social Responsibility (CSR) manual Building. Hasil assessement merupakan dasar untuk penyusunan manual atau pedoman implementasi Corporate Social Responsibility (CSR). upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui bencmarking, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang memerlukan langkah instan, penyususnan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. 42 Manual ini merupakan inti dari perencanaan, karena manual inilah pedoman yang memberikan petunjuk pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi komponen perusahaan, penyusunan manual Corporate Social Responsibility (CSR) dibuat sebagai acuan dan pedoman bagi dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola piker dan pola tindak seluruh elemen peusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap Implementasi Perencanaan sebaaik apapun tidak akan bererti dan tidak akan berdampak apapun apabila tidak di implementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) secara keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak akan merasakan manfaat yang optimal, padahal, anggaran yang telah dikucurkan mungkin tidak bisa dibilang kecil, oleh karenanya perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dirancang. Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang mesti dijawab, pertama siapa yang akan menjalankanya, kedua apa yang mesti dilakukan, ketiga bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa yang diperlukan. Dalam istilah manajemen popular, pertanyaan tersebut diterjemahkan menjadi : 1) Pengorganisasian (organizing) sumber daya yang diperlukan. 43 2) Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya. 3) Pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana melakukan tindakan. 4) Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan. 5) Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana. 6) Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama yakni, sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi: Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai beberapa aspek yang terkait dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya mengenai pedoman penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan salah satu direktur atau CEO yang ditunjuk sebagai CSR Champion di perusahaan. Tujuan utama dari sosialisasi ini adalah agar program CSR yang akan di implementasikan mendapat dukungan penuh dari sebuah komponen perusahaan, sehingga dalam menjalankan tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Sedang internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi 44 mencangkup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui system manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainya. Dengan upaya ini dapat dinyatakan bahwa penerapan CSR bukan sekedar kosmetik. Namun telah menjadi strategi perusahaan, bukan lagi sebagai upaya untuk compliance tetapi sudah beyond compliance. 3. Tahap Evaluasi Setelah Corporate Social Responsibility (CSR) diimplementasikan, langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilaksanakan secara konsiten dari waktu-kewaktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas CSR . Kadang ada kesan evaluasi dilakukan apabila program gagal, sedangkan jikalau program tersebut berhasil, justru tidak dilakukan evaluasi. Padahal evaluasi mestinya tetap dilakukan baik saat kegiatan itu berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan atau keberhasilan dapat diketahui setelah program atau kegiatan itu dievaluasi. Evaluasi juga bukan tindakan mencari-cari kesalahan, atau mencari kambing hitam. Evalusi justru dilakukan ntuk pengambilan keputusan, misalkan keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan mengembangkan aspek-apek tertentu dari program yang telah diimplementasikan. Implementasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. 45 Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standart tetapi juga mencangkup pengendalian resiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau scoring juga dapat dilakukan mandatory misalkan seperti yang diterapkan dilingkungan BUMN, untuk beberapa aspek penerapan CSR. Evaluasi tersebut dapat membantu perusahaan untuk mmetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan. 4. Tahap Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan, jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholders lainnya yang memerlukan.16 7. Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Perspektif Islam Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap muslim secara adil terhadap sesama manusia. Allah SWT berfirman: Barang siapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia 16 Yusuf Wibisono, membedah konsep dan aplikasi CSR (Corporate Sosial Responsibility)… hal . 127-131 46 akan memperoleh bagian pahala. Dan barang siapa menimbulkan akibat yang buruk, niscaya ia akan memikul konsekwensinya.17 Dalam Al-Quran Surat Anisa’ ayat ke 85 ini menegaskan kembali bahwasannya manusia yang menebarkan kebaikan kepada manusia lainya suatu hari ia akan mendapat kebaikan pula dan begitu pula sebaliknya manusia yang menebar benih keburukan kepada manusia lainya maka suatu hari ia akan mendapat keburukan pula. Di ibaratkan perusahaan yang mempunyai citra yang baik dimata masyarakat maka perusahaan akan dipilih oleh masyarakat dalam hal produknya demikian pula perusahaan yang mempunyai citra yang buruk maka produk yang dihasilkan perusahaan akan dihindari masyarakat. Ada perbedaan mandasar konsep CSR sekular dan Islami. CSR islami berhubungan dengan akhlak dalam melaksanakan business process. Sementara CSR sekular lebih kepada program filantropi. Islam tidak melihat apa yang dihasilkan seseorang tapi nilainya adalah bagaimana proses ia mendapatkan hasil tersebut. Walau dia banyak berderma namun proses mendapatkan dana dengan cara yang haram dan memberi karena riya maka tidak ada nilainya disisi Allah SWT. Walau perusahaan tidak punya program filantropi namun proses bisnis yang dibangun telah membuat karyawan sejahtera, pemegang saham puas, konsumen tidak dirugikan, negara mendapat pajak, lingkungan terpelihara dengan baik, masyarakat manfaat. Itulah islam. 17 Q.S. Anisa’[4]:85 mendapatkan 47 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Islam secara rinci harus memenuhi beberapa unsur yang menjadikannya ruh sehingga dapat membedakan CSR dalam perspektif Islam dengan CSR secara universal yaitu: Al-Adl Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak- kontrak serta pejanjian bisnis. Sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah ketika korporat mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil yang diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta. Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus tetap terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis, dalam al- Quran Surat Huud ayat 85. Al-Ihsan Islam hanya memerintahkan dan menganjurkan perbuatan baik bagi kemanusiaan, agar amal yang dilakukan manusia dapat memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik individu maupun kelompok. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dengan semangat ihsan akan dimiliki ketika individu atau kelompok melakukan kontribusi dengan semangat ibadah dan berbuat karena atas ridho Allah swt. 48 Ihsan adalah melakukan perbuatan baik, tanpa adanya kewajiban tertentu untuk melakukan hal tersebut. Ihsan adalah beauty dan perfection dalam sistem sosial. Bisnis yang dilandasi unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat, sikap dan perilaku yang baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan keuntungan lebih kepada stakeholders. Manfaat Konsep ihsan yang telah di jelaskan di atas seharusnya memenuhi unsur manfaat bagi kesejahteran masyarakat (internal maupun eksternal perusahaan). Pada dasarnya, perbankan telah memberikan manfaat terkait operasional yang bergerak dalam bidang jasa yaitu jasa penyimpanan, pembiayaan dan produk atau fasilitas lain yang sangat dibutuhkan masyarakat. Konsep manfaat dalam Corporate Social Responsibility (CSR), lebih dari aktivitas ekonomi. Bank syariah sudah seharusnya memberikan manfaat yang lebih luas dan tidak statis misalnya terkait bentuk philanthropi dalam berbagai aspek sosial seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan kaum marginal, pelestarian lingkungan. Amanah Dalam usaha bisnis, konsep amanah merupakan niat dan iktikad yang perlu diperhatikan terkait pengelolaan sumber daya (alam dan manusia) secara makro, maupun dalam mengemudikan suatu perusahaan. Bank yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), harus 49 memahami dan menjaga amanah dari masyarakat yang secara otomatis terbebani di pundaknya misalnya menciptakan produk yang berkualitas, serta menghindari perbuatan tidak terpuji dalam setiap aktivitas bisnis. Amanah dalam perbankan dapat dilakukan dengan pelaporan dan transparan yang jujur kepada yang berhak, serta amanah dalam pembayaran pajak, pembayaran karyawan, dll. Amanah dalam skala makro dapat direalisasikan dengan melaksanakan perbaikan sosial dan menjaga keseimbangan lingkungan. Dalam perspektif Islam, kebijakan perusahaan dalam mengemban tanggung jawab sosial (CSR) terdapat tiga bentuk implementasi yang dominan yaitu: 1. Tangung Jawab Sosial (CSR) terhadap para pelaku dalam perusahaan 2. Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap lingkungan alam. 3. Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap kesejahteraan sosial secara umum. Islam sangat mendukung Corporate Social Responsibility (CSR) karena tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis menciptakan banyak permasalahan sosial, dan perusahaan bertanggung jawab menyelesaikannya. Bisnis membutuhkan berbagai sumber daya alam untuk kelangsungan usaha, sehinga perusahaan bertanggung jawab untuk memeliharanya. Islam secara tidak langsung menganggap bisnis sebagai 50 entitas yang kewajibannya terpisah dari pemiliknya, adanya CSR akan mengembangkan kemauan baik perusahaan tersebut.18 B. Teori Kesejahteraan 1. Hakikat Kesejahteraan Masyarakat Hakikat kesejahteraan dinyatakan dari jarak antara keinginan dan kenyataan, untuk mengelaborisasi diskursus tentang makna sejahtera dalam kehidupan, ada beberapa pengertian yang harus dipahami secara saksama yaitu pandangan hidup, cita-cita, harapan, keinginan19 bahwa dengan meningkatnya cita-cita, harapan, keinginan sudah pasti akan meningkatkan kemakmuran rakyat karena lebih signifikan. Kenyataannya tidak demikian, banyak perusahaan bukan hanya makin kaya tetapi juga semakin berkuasa sementara penduduk miskin dan lemah serta rentan secara sosial, ekonomi, politik, kesehatan dan lingkungan makin banyak. Kemajuan perusahan juga menyumbang ketidak-adilan dan kesenjangan sosial. Pertumbuhan ekonomi tidak selalu sejalan dengan pemerataan atau distribusi kesejahteraan. 18 Muhammad Djakfar, Etika Bisnia dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2007). Hal. 12 19 Muhamad Abdul Ghani, The Spirituality in business (Jakarta Pena Pundi Aksara,2005),hal. 51 51 2. Batasan Kesejahteraan Masyarakat Sebelum membahas perihal kesejahteraan masyarakt lebih lanjut, perlu penulis kemukakan batasan pengertiannya sebab dengan memahami batasan pengertianya akan memudahkan menarik kesimpulan dari pembahasan. Dalam kalimat “Kesejahteraan Masyarakat” ada dua kata yang perlu dijelaskan yaitu kesejahteraan dan masyarakat. Menurut pengertian etimologinya kata kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti “aman sentosa dan makmur; kesejahteraan keamanan, keselamatan, ketentraman hidup, dan sebagainya”.20 Sedangkan masyarakat berarti “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama”.21 Adapun dalam keterangan lain masyarakat (community;society) dijelaskan sebagai “suatu kehidupan bersama disuatu wilayah dan waktu tertentu dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh anytar hubungan dan interaksi warga masyarakat dengan lingkungan sekitar:.22 Dari keterangan secara etimologi ini bisa diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan istilah kesejahteraan mayarakat adalah suatu keamanan, ketentraman, ataupun suatu kesenangan kelompok orang dalam suatu komunitas atau lingkungan tertentu (Masyarakat). Dalam tradisi kemasyarakatan istilah sejahtera atau kesejahteraan cenderung dipergunakan 20 Anton M Moeliono, a, d, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 794 21 2222 Ibid, hal. 564 Mohhamad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya, Usaha Nasional, 1986) hal. 184 52 untuk hal-hal yang sifatnya material dan menyangkut status, misalnya kesejahteraan karyawan berarti nilai nominal karyawan, kesejahteraan guru berarti nilai nominal atau gaji guru dan sebagainya.23 3. Aspek-Aspek Kesejahteraan Masyarakat Pengertian kesejahteraan masyarakat di atas bisa dikemukakan bahwa aspek-aspek kesejahteraan masyarakat itu setidaknya menyentuh dua dimensi yaitu dimansi jasmaniah dan dimensi rohaniah. Dibawah ini akan dikemukakan kesejahteraan masyarakat itu dari dua kategori tersebut. a. Kesejahteraan Jasmaniah (lahiriyah) Dimensi jasmaniah (lahiriyah) dalam kehidupan ini sangat berarti bagi manusia, sehingga kebanyakan orang akan mengukur tingkat kehidupan seseorang itu dari jenis jasmaninya terlebih dahulu ukuran ini terfokus pada tiga hal yaitu sandang, pangan, papan. Pertama, cukup sandang, pada kehidupan ini permasalahan sandang cukup penting artinya bagi manusia sebab dengan sandang inilah seseorang menunjukan identitasnya, oleh karena itu sandang merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia, Kedua cukup pangan artinya kesejahteraan suatu masyarakat itu bisa diukur apabila dari sudut pangan (makanan) bisa terpenuhi dengan baik, tidak ada kekurangan makanan apalagi gizinya, bahkan perlu sekali terpenuhi empat sehat lima sempurna. 23 Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta, Adicitra Karya Nusa, 1998/1999) hal. 30-34 53 Masalah pangan memang begitu penting bagi masyarakat, namun masalah pangan ini merupakan masalah klasik yang selalu mengancam manusia. Menurut Daljoeni “disamping masalah perang sudah kita dapatkan kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat menjurus kepada kehancuran dunia, seperti ledakan penduduk, masalah pangan dan lain sebagainya. 24 Ketiga, terpenuhinya papan, yaitu terpenuhinya kebutuhan untuk hidup dan berteduh dalam suasana yang nyaman. Oleh karena itu pentingnya hal ini Undang-undang Dasar 1945 menetapkan bahwa:fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”25anak-anak terlantar ini identik dengan anak-anak (orang-orang) yang terlunta-lunta akibat tidak terpenuhinya sandang, pangan, papan berdasarkan dengan masalah ini GBHN mengamanatkan: “Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin, dan anak-anak terlantar (orang-orang terlantar), serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka mensejahterahkan masyarakat).26 24 N Daljhoni, Masalah Penduduk Dalam Fakta Dan Angka,(Bandung, Alumni, 1986) 25 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang sudah hal. xxi diamandemenkan,(Surabaya, Apolo,II), hal. 26 26 Ketetapan MPR RI Nomor: IV/MPR/1999. Garis-garis besar haluan Negara 1999- 2004 (Surabaya: Apolo,II) hal. 25 54 Ketiga unsur indikator kesejahteraan jasmaniah di atas mempunyai arti penting apabila kesemuanya bisa terpenuhi, sehingga idealnya manusia itu cukup sandang, pangan, papan. Apabila suatu kelompok masyarakat secara jasmaniah bisa terpenuhi ketiga hal diatas, maka bisa dikatakan masyarakat sejahtera. b. Kesejahteraan Ruhaniah (bathiniyah) Ukuran Kesejahteraan Ruhaniah (bathiniyah) tentu luas sekali, namun yang peneliti maksud yang dimaksud dengan Kesejahteraan Ruhaniah (bathiniyah) adalah terpenuhinya kebutuhan rohani yang berkaitann dengan pendidikan dan agama dan serta terpenuhinya kebutuhan hiburan seperti rekreasi. Pertama,terpenuhinya kebutuhan pendidikan; masyarakat sangat membutuhkan pendidikan, bahkan hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat erat sekali,”Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. 27Pendidikan ini sangat penting sekali sebab selain alasan diatas ketentraman dan ketenangan masyarakat juga harus didukung oleh adanya pendidikan yang mendukung. Bagaimana bisa hidup tenang dalam masyarakat yang bodoh dan tidak terdidik sehingga berlaku suatu tatanan yang jauh dari nilai-nilai moral. 27 Mohhamad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila… hal 199 55 Kedua, terpenuhinya kebutuhan agama, agama sangat penting bagi masyarakat kedamaian dan ketenangan, akan memperoleh nilai yang sebenarnya jika dilandasi oleh agama yang kuat, manusia (masyarakat) yang tidak mengenal agama “akibatnya akan mengalami spiritual vacuum (kekosongan atau kehampaan jiwa), arah atau tujuan hidupnya tidak menentu kecuali mengejar hawa nafsu duniawi”. Mengejar hawa nafsu duniawi tanpa landasan agama akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat, sebab akan terjadi penghalalan segala macam cara untuk mendapatkan sesuatu. Oleh karena itu secara individual bagi setiap orang dan secara kolektif bagi masyarakat terpenuhinya kebutuhan agama sangat penting sekali dan sangat menentukan bagi kesejahteraan atau tidaknya jiwa mereka. Ketiga, terpenuhinya hiburan atau rekreasi. Rekreasi ini sangat penting artinya bagi warga masyarakat untuk menghilangkan rasa jenuh setelah beraktifitas, tujuan rekreasi ini untuk “mengimbangi kekakuan, kekesalan, kecapaian setelah mereka mempergunakan tenaganya (energinya) dalam kegiatan sehari-hari.28 Kegiatan rekreasi ini arti pentingnya ialah untuk menghilangkan stress akibat terlalu banyak beraktifitas, sekalipun kegiatan ini tidak bersifat primer namun kegiatan ini bagi masyarakat modern menjadi kebutuhan penting. 28 Melly Sri Sulastri Rifai,”suatu tinjauan historis prospektif tentang perkembangan kehidupan dan pendidikan keluarga” dalam Jalaludin Rakhmat (eds), keluarga muslim dalam masyarakat modern,(Bandung: Remaja Rodakarya,1993), hal.12 56 C. Penelitian Terdahulu Syera Novitama Sari, dengan judul skripsi “penerapan pertanggung jawaban sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility) ditinjau dari undang-undang tahun 2007 tentang penanaman modal dan undang-undang no.40 tahun 2007 tentang perseroan terbata (Studi pada PT Wahana Pasir Sakti) skripsi ini membahas tentang bagaimana penerapan CSR pada Pt Wahana Pasir Sakti ditinjau dari UUPM DAN UPPT, penelitian inibersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data skunder Hasil penelitian : menunjukan bahwa PT Wahana Pasir Sakti adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dan atau berkaitan dengan sumberdaya alam, perusahaan ini telah menerapkan CSR dalalam realisasinm konsep social dan ekonomi, akan tetapi dalam lingkungan perusahaan hanya menjalankan perbaikan dan penyiraman jalan yang dilalui truck pasir saja, sedangkan program bina lingkungan disini atau bisa dikaitkan dengan masyarakat belum terlalu maksimal dalam realisasinya, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan belum bisa secara maksimal menerapkan konse CSR secara keseluruhan29 Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah: 29 Syera Novitama Sari, Univ Malang, skripsi th. 2009. Penerapan Tanggung Jawab Social Perusahaan (corporate social responsibility) ditinjau dari undang-undang no. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dan undang-Undang no. 40 tahun 2007 tentang perseroan Terbaas (Studi pada PT Wahana Pasir Sakti) 57 Persamaan: 1. Sama-sama membahas tentang pertanggung jawaban social yang dilakukan sebuah lembaga. 2. Sama-sama membahas bentuk penerapan CSR kepada masyarakat sekitar Perbedaan : 1. Dalam penelitian dahulu menggunakan tinjauan undang-undang sedangkan pada penelitian sekarang peneliti menggunakan tinjauan pengaruh Corporate Social Responsibility. 2. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu jenis penelitian hokum normative empiris dengan tipe penelitian yang bersifat deskriptif, sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode penelitian kuantitatif yang datanya be rupa angka-angka. Edward Bramono, universitas Indonesia dengan judul skripsi “Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat sekitar”. Skripsi ini membahas tentang: 1). Bentuk-bentuk Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field pangkalan susu terhadap masyarakat sekitar, 2). Realisasi Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field terhadap masyarakat sekitar dan 3). Pertanggungjawaban hokum yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field pangkalan susu terhadap pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility. Metode yang digunakan adalah metode penelitian hokum normative yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum skunder yaitu invebtarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan 58 dengan melakukan penelitian lapangan ke oleh PT. Pertamina EP Field pangkalan susu untuk memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan skripsi. Hasil penelitian : pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility pada PT. Pertamina EP Field pangkalan susu adalah dalam bentuk program kemitraan dan program bina lingkungan (PKBL) dan program-program inisiatif perusahaan dan bentuk-bentuk Corporate Sosial Responsibility ini di realisasikan oleh PT. Pertamina EP Field pangkalan susu terhadap masyarakat sekitar. Pertanggungjawaban hukum yang dilakukan PT. Pertamina EP Field pangkalan susu, yaitu pertanggungjawaban hukum dengan membuat laporan tertulis secara rutin ke region, laporan kegiatan Corporate Sosial Responsibility inisiatif dan pertanggung jawaban hukum melalui media30 Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah: Persamaan : 1. Sama-sama membahas tentang pertanggung jawaban social yang dilakukan sebuah lembaga. 2. Sama-sama membahas bentuk penerapan CSR kepada masyarakat sekitar Perbedaan : 30 Edward Bramono, UI. Skripsi, 2008. Corporate Sosial Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat sekitar 59 1. Dalam penelitian dahulu menggunakan tinjauan undang-undang sedangkan pada penelitian sekarang peneliti menggunakan tinjauan pengaruh Corporate Social Responsibility. 2. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu jenis penelitian hokum normative empiris dengan tipe penelitian yang bersifat deskriptif, sedangkan penelitian sekarang menggunakan metode penelitian kuantitatif yang datanya be rupa angka-angka. Edi Syahputro, “Implementasi NIM.067005088 Corporate Social Ilmu Hukum, Responsibility dengan terhadap judul Masyarakat Lingkungan PTPN (Studi Pada Unit Kebun Rokok Llir Kabupaten Simalungun) yang dibahas dalam tesis ini adalah tentang pengaturan CSR terhadap masyarakat lingkungan BUMN, Implementasi Corporate Social Responsibility terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN Pada Unit Kebun Rokok Llir Kabupaten Simalungun dan dampak implementasi corporate sosial responsibility. Metode yang digunakan penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis normative, yaitu dengan mengkaji peraturan-peraturan hukum mengenai implementasi CSR terhadap lingkungan PTPN IV unit kebun dolok llir dengan studi dokumen, wawancara dengan informan dengan informan yang lebih mendalam dan rinci dengan hal-hal yang di teliti. Hasil penelitian: diketahui bahwa pengaturan tentang CSR dilingkungan BUMN secara rinci masih dalam bentuk keputusan mentri, dengan demikian kekuatan ada namun belum terdapat sanksinya, implementasi CSR adalah 60 PTPN IV masih bersifat karitas ketimbang flantropis, dampak implementasi CSR belum memberikan dampak yang baik. Maka disarankan hendaklah PP yang merupakan manivestasi dari UU No. 40 tahun 2007 dapat segera dilakukan, implementasi CSR hendaknya berdasarkan kesinambungan bagi masyarakat, selanjutnya dampak implementasi hendaknya benar-benar terwujud dalam kerangka pemberdayaan ekonomi berdasarkan kemanfaatan dan keadilan31 Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah: Persamaan: 1. Sama-sama membahas tentang pertanggung jawaban social yang dilakukan sebuah lembaga 2. Sama-sama membahas bentuk penerapan CSR kepada masyarakat sekitar Perbedaan : 1. Didalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edi Syaputro tentang pengaturan corporate sosial responsibility dilingkungan BUMN dan implementasi penerapan (CSR) terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV sedangkan dalam penelitian ini dilakukan di Desa Tretek sebagai lokasi penelitian 2. Jenis penelitian terdahulu menggunakan penelitian pendekatan yuridis normative, yaitu dengan mengkaji peraturan-peraturan hukum mengenai 31 Edi Syaputro. NIM. 067005088. Tesis. Ilmu hukum. Tahun dengan judul: Implementasi Corporate Sosial Responsibility (CSR) Terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN (Studi Pada Unit Kebun Dolok Llir Kabupaten Simalungun) 61 Implementasi Corporate Sosial Responsibility Terhadap Lingkungan Ptpn Iv Unit Kebun Dolok Llir dengan melakukan studi dokumen, wawancara dengan informan, sedangkan sekarang ini penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan penyebaran kuisioner de warga desa Tretek. D. Kerangka Pemikiran Implementasi CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan berdampak pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah kesejahteraan berkelanjutan. peningkatan kesejahteraan masyarakat akan dilihat dari dimensi jasmaniah, peningkatan jasmaniah di indikatorkan dengan sandang, pangan, papan. Berikut kerangka berfikir yang di buat oleh peneliti sebagai acuan untuk mengindikatorkan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Tertek (Studi Kasus Bank JATIM Tulungagung) Tanggung jawab (X1) (X1) Keadilan (X2) Y Ksejahteraan Masyarakat Kelurahan Tertek, Manfaat (X3) Amanah (X4) 62 Pola dampak yang terdapat dalam kerangka berfikir, dalam variabel pertama yang membahas tentang pengaruh Corporate Sosial Responsibility yang terbagi atas variabel: Muhammad Dzakfar (2006) dalam teorinya menyebutkan ada faktor Tanggung Jawab (X1), Keadilan (X2), Manfaat (X3) dan Amanah (X4) dan masing-masing pengaruhnya terhadap variabel kedua yang membahas tentang kesejahteraan masyarakat kelurahan Tertek Tulungagung, maka peneliti memilih indikator dari kesejahteraan masyarakat kelurahan Tertek Tulungagung di ukur dengan menggunakan indikator kesejahteraan jasmaniah dengan sandang, pangan, dan papan yang masing-masing terdapat dua pertanyaan diantara indikatornya.