Perubahan Kandungan Protein Bahan Baku Lokal - E

advertisement
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Perubahan Kandungan Protein Bahan Baku Lokal Melalui Fermentasi
Substrat Padat Menggunakan Aspergillus niger
Neltje N. Palinggi
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka no 129 Maros 90512
email: [email protected]
Abstract
Protein Content of Local Raw Material Changes Through Solid Substrate Fermentation Using
Aspergillus niger. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. The purpose of this activity is to determine the
effect of the use of A. niger in fermentation solid substrate to changes in the protein content of some local
raw materials consisting of coconut meal, ricebran and blood meal. Protein is an essential nutrient to maintain
fish life and spur growth. Increased protein content in raw materials may occur in the process of fermentation
as a result of microbial activity (A. niger). A. niger is a safe type of microbes used in feed raw materials, can
synthesize protein by taking the carbon and nitrogen sources and minerals from the substrate The use of A.
niger in local raw materials is done by means of fermentation. A. niger cultivated on medium potato dextrose
agar (PDA) and then reproduced using the medium rice. Then dried in an oven at 40oC, then used as flour
and then mixed into the local raw materials that have been sterilized beforehand. After that is placed on a
plastic tray with a thickness of ±3 cm perforated plastic and then covered incubated for 3 days. Then dried
and used as a flour then analyzed the protein content by micro-Kjeldahl. Further analysis using the
digestibility of fiber glass conical tank container volume 200 L is equipped with aeration and water exchange
system. Is inserted into the fish tank test, test feed and feed controls added chromium oxide (Cr 2O3) as an
indicator of respectively 1%. Fish fed the satiation test with a frequency of 2 times a day. Once it is done then
analyzed based on faecal collection Takeuchi procedure. From the results obtained by the fermentation of
protein analysis using A.niger provide increased protein content copra meal, palm meal, ricebran and blood
meal respectively 9.62%, 47.37% - 48.25%, 18.38%; and 18.89%. From the analysis of protein digestibility
obtained using A.niger provides enhanced fermentation on protein digestibility of copra meal, palm meal,
ricebran and blood meal respectively 20.77%, 4.63%, 2.1%, and 5.87%.
Keywords: A. niger; Local raw materials; Protein; Solid fermentation
Abstrak
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan A. niger dalam fermentasi
substrat padat terhadap perubahan kandungan protein beberapa bahan baku lokal yang terdiri dari bungkil
kelapa, dedak halus dan tepung darah. Protein merupakan nutrien esensial untuk mempertahankan kehidupan
dan memacu pertumbuhan ikan. Peningkatan kandungan protein pada bahan baku dapat terjadi dalam proses
fermentasi sebagai akibat adanya aktivitas mikroba (A. niger). A. niger adalah jenis mikroba yang aman
digunakan dalam bahan baku pakan, dapat mensintesa protein dengan mengambil sumber karbon dan
nitrogen serta mineral dari substratnya. Penggunaan A. niger dalam bahan baku lokal dilakukan dengan cara
fermentasi. A. niger dikembangbiakkan pada media potato dextrose agar (PDA) kemudian diperbanyak
menggunakan media nasi. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC, lalu ditepungkan kemudian
dicampurkan ke dalam bahan baku lokal yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Sesudah itu diletakkan pada
nampan plastik dengan ketebalan ± 3 cm kemudian ditutup plastik berlubang lalu diinkubasi selama 3 hari.
Selanjutnya dikeringkan lalu ditepungkan kemudian dianalisis kandungan proteinnya dengan micro-Kjeldahl.
Selanjutnya dilakukan analisis kecernaan menggunakan wadah tanki conical fibre glass bervolume 200 L
yang dilengkapi dengan sistim aerasi dan pergantian air. Kedalam tanki ini dimasukkan ikan uji, Pakan uji
dan pakan kontrol ditambahkan krom oksida (Cr 2O3) sebagai indikator masing-masing sebanyak 1%. Ikan
diberi pakan uji secara satiasi dengan frekuensi 2 kali sehari. Setelah itu dilakukan pengumpulan feses lalu
dianalisis berdasarkan prosedur Takeuchi. Dari hasil analisis protein diperoleh fermentasi menggunakan
A.niger memberikan peningkatan kandungan protein bungkil kopra, bungkil kelapa sawit, dedak halus dan
tepung darah masing-masing sebesar 9,62%;
47,37%-48,25%; 18,38%; dan 18,89%. Dari hasil analisis
kecernaan protein diperoleh fermentasi menggunakan A.niger memberikan peningkatan terhadap kecernaan
protein bungkil kopra, bungkil kelapa sawit, dedak halus dan tepung darah masing-masing sebesar 20,77%;
4,63%; 2,1%; dan 5,87%.
Kata kunci : A. niger; Bahan baku local; Protein; Fermentasi padat
315
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Pendahuluan
A. niger adalah mikroorganisme dari salah satu jenis kapang yang dipandang aman dan oleh
Lembaga FDA (Food dan Drug Administration) di Amerika menggolongkannya sebagai mikroba
GRAS (Generally Recognized As Safe). A. niger merupakan kapang penghasil amilase,
glukoamilase, protease, laktase, katalase, glukosa oksidase, lipase, selulase, hemiselulase dan
pektinase (Suhartono, 1989). A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan secara langsung dengan
zat-zat makanan yang terdapat dalam substrat. Molekul-molekul sederhana seperti gula dan
komponen lain yang larut disekeliling hifa dapat langsung diserap sedang molekul yang lebih
komplek seperti selulosa, pati dan protein harus dipecah terlebih dahulu sebelum diserap ke dalam
sel. A. niger dikenal sebagai salah satu jenis mikroorganisme yang berkemampuan baik dalam
menghasilkan enzim. Menurut Fardiaz (1989) A. niger dapat mensintesa protein dengan mengambil
sumber karbon dari karbohidrat (misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa), sumber nitrogen dari
bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya. A. niger menghasilkan beberapa enzim
ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase (Madigan dan Martinko,
2006). Bahan organik dari substrat digunakan oleh A. niger untuk aktivitas transport molekul,
pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel (Madigan dan Martinko, 2006 serta Samson et al.,
2001)
A. niger merupakan fungi dari filum Ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa
berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam (Madigan dan Martinko, 2006). Kepala konidia
dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung berpisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar
seiring dengan bertambahnya umur (Baker, 2006 dan Samson et al., 2001). Selanjutnya Madigan
and Martinko (2006) mengemukakan A. niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37°C, dengan
suhu minimum 6-8°C, dan suhu maksimum 45-47°C, dalam proses pertumbuhannya fungi ini
memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar berwarna putih atau
kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.
Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehingga fungi ini banyak
digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga
tidak membahayakan (Gray, 1970 serta Sari dan Purwadaria, 2004). A. niger dapat tumbuh dengan
cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat,
asam glukonat, dan pembuatan beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan
selulase (Ikram et al., 2005; Narasimha et al., 2006; Villena et al., 2007; Spring, 2008; Omojasola
et al., 2008; Zulfatus et al., 2010 dan Anwar et al., 2011).
Fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi
produk yang bernilai lebih tinggi (Hartoto, 1992). Menurut Kompiang et al., (1994) dan Sinurat,
et al. (1998a,b), teknologi untuk dapat meningkatkan mutu bahan pakan adalah dengan fermentasi.
Fermentasi berfungsi sebagai salah satu cara pengolahan dalam rangka pengawetan bahan dan cara
untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat racun yang dikandung suatu bahan. Berbagai jenis
mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi protein dengan
penambahan nitrogen anorganik ini melalui fermentasi. Secara umum semua hasil akhir fermentasi
biasanya mengandung senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna daripada bahan asalnya
sehingga dapat meningkatkan nilai gizinya (Purwadaria et al., 1995; Sinurat et al., 1996 dan
Supriyati et al., 1998). Kapang yang sering digunakan dalam teknologi fermentasi antara lain
A. niger.
Sistem fermentasi substrat padat umumnya diidentikkan dengan pertumbuhan
mikroorganisme dalam partikel pada substrat dalam berbagai variasi kadar air. Substrat padat
bertindak sebagai sumber karbon, nitrogen, mineral, dan faktor-faktor penunjang pertumbuhan,
serta memiliki kemampuan menyerap air untuk pertumbuhan mikroba (Tanyildizi et al., 2007).
Selanjutnya dikatakan mikroorganisme yang tumbuh melalui sistem fermentasi padat berada pada
kondisi pertumbuhan di bawah habitat alaminya, mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan
enzim dan metabolisme yang lebih efisien dibandingkan dengan sistem fermentasi cair. Sistem
fermentasi padat memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan dengan sistem fermentasi cair,
diantaranya tingkat produktivitasnya tinggi, tekniknya sederhana, biaya investasi rendah,
kebutuhan energi rendah, jumlah air yang dibuang sedikit, produknya lebih baik, dan busa yang
316
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
terbentuk sedikit. Sistem fermentasi padat ini dilaporkan lebih cocok digunakan di negara-negara
berkembang. Manfaat lain dari sistem fermentasi padat adalah murah dan substratnya mudah
didapat,
Materi dan Metode
A.niger dikembangbiakkan pada media potato dextrose agar (PDA) miring, kemudian
dilanjutkan pada petridisch. Untuk memperbanyak mikroba A niger digunakan media nasi. Setelah
ditanami isolat A. niger, nasi diperam (difermentasi) secara aerobik selama 5 hari pada suhu kamar.
Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC, lalu ditepungkan, dan siap digunakan pada
bahan baku lokal. Bahan baku lokal yang terdiri dari bungkil kopra, dedak halus, tepung kedelai,
bungkil kelapa sawit dan tepung darah.
Bahan baku lokal yang sudah ditepungkan, disterilkan terlebih dahulu dalam autoclave
kemudian didinginkan lalu ditambahkan biakan A.niger sebanyak 8 g/kg bahan baku lokal dan
diaduk sampai homogen. Adonan ini diletakkan pada nampan plastik dengan ketebalan 3 cm
kemudian ditutup dengan plastik yang sudah dilubangi dan inkubasikan secara aerob pada suhu
kamar selama 3 hari. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40ºC, lalu ditepungkan dan
dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisinya yang terdiri dari protein kasar, lemak
kasar, serat kasar, dan kadar abu. Analisis proksimat dilakukan berdasarkan metode AOAC
International (1999): bahan kering (DM) dikeringkan dengan oven pada suhu 105ºC selama 16 jam
protein kasar dianalisis dengan micro-Kjeldahl, lemak dideterminasi secara gravimetric dengan
extraksi chloroform : methanol pada sampel, serat kasar dengan ekstraksi ether, dan abu dengan
pembakaran dalam muffle furnace pada suhu 550ºC selama 24 jam.
Untuk mengetahui tingkat kecernaan dari pakan uji, dilakukan analisis kecernaan dengan
metode tidak langsung menggunakan krom oksida (Cr2O3) sebanyak 1% yang ditambahkan dalam
pakan uji (Takeuchi, 1988). Pakan uji berkrom diberikan pada ikan uji selama 6 hari secara satiasi
dalam keramba. Pengumpulan feses dilakukan mulai pada hari ke-7 seterusnya sampai jumlah feses
cukup untuk analisis. Feses yang sudah terkumpul dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC
kemudian didinginkan dalam desicator untuk siap dianalisis kecernaannya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 350 nm (Watanabe, 1988).
Koefisien kecernaan bahan kering (ADDM) :
  MD
AD DM (%)  100  1 - 
  MF



dimana, MD dan MF berturut-turut adalah konsentrasi indikator Cr2O3 dalam pakan dan feses.
Koefisien kecernaan nutrient (protein, lemak) (AD) :
  MD  AF
AD (%)  100  1 - 
  MF  AD



dimana, AD and AF adalah konsentrasi nutrient (bobot kering) dalam pakan dan feses.
Hasil dan Pembahasan
Penggunaan A.niger dalam fermentasi bungkil kopra memberikan peningkatan kandungan
protein bungkil kopra sebesar 9,62% dan total asam amino esensial 12,78% (Palinggi, 2008a dan
Palinggi et al., 2012). Bungkil kopra yang sudah difermentasi dengan A. niger lalu ditambahkan
dengan bahan pakan lainnya seperti tepung ikan, bungkil kedelai, dedak halus, tepung terigu,
limbah pollard, vitamin mix. dan mineral mix. menghasilkan protein, lemak, serat kasar dan kadar
abu masing-masing sebesar 26,09%; 12,56%; 25,70% dan 10,12%. Pakan ini bila diberikan pada
ikan bandeng dapat meningkatkan nilai koefisien kecernaan protein sebesar 20,77% dibandingkan
dengan bungkil kopra tanpa fermentasi. Selain itu bungkil kopra yang sudah difermentasi dengan
A.niger dapat menurunkan bilangan peroksidanya sebesar 9,92% dibandingkan bungkil kopra tanpa
317
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
fermentasi (Palinggi et al., 2012). Penurunan bilangan peroksida yang terjadi menjelaskan bahwa
fermentasi dengan A.niger dapat menghambat munculnya ketengikan pada bungkil kopra. Hasil ini
ditunjang oleh pendapat Purwadaria et al. (1995) bahwa fermentasi bungkil kelapa dengan A. niger
dapat meningkatkan kadar protein serta daya cerna bahan kering dan daya cerna proteinnya.
Menurut Hamid et al. (1999) proses fermentasi bungkil kelapa dengan A.niger dapat menurunkan
nilai peroksidanya sebesar 82,8%.
Bungkil kelapa sawit yang difermentasi dengan A.niger dapat meningkatkan kandungan
protein bungkil kelapa sawit 48,41% (Palinggi et al., 2008b) sampai 80,06% (Supriyati et al.,
1998). Bungkil kelapa sawit yang difermentasi dengan A.niger kemudian ditambahkan dengan bahan
pakan lainnya seperti ikan rucah, tepung ikan, tepung terigu, dedak halus, tepung kedelai, tepung kepala
udang, minyak ikan lemuru, minyak kedelai, mineral mix., vitamin mix. dan vitamin C menghasilkan
kadar protein, lemak, serat kasar, dan kadar abu masing-masing sebesar 45,68%; 11,90%; 2,21% dan
16,17%. Pakan ini bila diberikan pada ikan kerapu macan dapat meningkatkan nilai koefisien kecernaan
protein sebesar 4,63% dibandingkan bungkil kelapa sawit tanpa fermentasi (Palinggi et al., 2008b).
Penggunaan A.niger dalam dedak halus dapat meningkatkan kandungan protein dedak halus
18,38% (Palinggi, 2003) sementara Rahma (1996) memperoleh peningkatan kandungan protein
kasar dedak halus yang difermentasi dengan A.niger sebesar 4,62%. Dedak halus yang difermentasi
dengan A.niger kemudian ditambahkan dengan bahan pakan lainnya seperti tepung ikan, tepung
rebon, tepung gluten, tepung terigu, tepung kedelai, dedak halus (A.niger), minyak ikan, minyak
kedelai, mineral mix., vitamin mix. dan vitamin C menghasilkan kadar protein, kadar lemak, serat
kasar dan kadar abu masing-masing sebesar 50,38%; 9,00%; 2,38% dan 14,03%. Pakan ini bila
diberikan pada ikan kerapu bebek dapat meningkatkan nilai koefisien kecernaan protein sebesar
2,10% dibandingkan bungkil kelapa sawit tanpa fermentasi (Palinggi et al., 2009a).
Fermentasi tepung darah menggunakan A. niger dapat meningkatkan kandungan protein
tepung darah 18,89% (Palinggi, 2004). Tepung darah yang difermentasi dengan A.niger kemudian
ditambahkan dengan bahan pakan lainnya seperti tepung ikan, ikan rucah, tepung bungkil kedelai,
tepung darah fermentasi A.niger, wheat gluten , tepung terigu, dedak halus, minyak ikan, minyak
cumi, vitamin mix., mineral mix. dan vitamin C menghasilkan kadar protein, kadar lemak, serat
kasar dan kadar abu masing-masing sebesar 53,19; 6,71; 3,74 dan 13,92. Pakan ini diberikan pada
ikan kerapu macan dapat meningkatkan nilai koefisien kecernaan protein sebesar 5,87% (Palinggi,
2004). Tepung darah yang sudah difermentasi dengan A. niger dapat meningkatkan substitusi tepung
ikan dengan tepung darah dari 10% menjadi 20% dalam pakan ikan kerapu macan (Palinggi, 2009b).
Empulur sagu yang difermentasi dengan A.niger dapat meningkatkan kandungan protein dari
1,65% menjadi 16,25% (Hanifah, 1995). Kulit buah markisa yang difermentasi dengan A.niger
dapat meningkatkan kandungan proteinnya 38,19% (Supriatna, 2005)
Terjadinya peningkatan protein kasar pada bahan pakan yang difermentasi dengan A. niger
disebabkan adanya kenaikan jumlah massa sel mikroba dan kehilangan bahan kering selama
fermentasi berlangsung (Wang et al., 1979 dan Halid, 1991). Kenaikan kadar protein pada substrat
fermentasi padat sebagai akibat adanya penambahan protein yang diperoleh dari perubahan
nitrogen inorganik menjadi protein sel selama pertumbuhan mikroba. Meningkatnya kadar protein
ini ada hubungannya dengan pertumbuhan kapang A. niger. Makin subur pertumbuhan kapang
makin tinggi pula kadar proteinnya, karena sebagian besar sel kapang merupakan protein. Hal ini
dijelaskan oleh Supriatna (2005) bahwa peningkatan kadar protein diduga karena adanya
penambahan protein oleh sel mikroba akibat pertumbuhannya (protein enrichment) yang
menghasilkan produk Protein Sel Tunggal (PST) atau biomassa sel yang mengandung sekitar
40-65% protein. Menurut Hanifah (1995) A. niger mampu memanfaatkan sumber pati menjadi
sumber protein sehingga dalam proses fermentasi terjadi peningkatan kadar protein murni sejalan
dengan penurunan kadar pati.
Kesimpulan
Penggunaan A. niger dalam fermentasi meningkatkan kandungan protein bungkil kopra
sebesar 9,62%, bungkil kelapa sawit 48,41%-80,06%; dedak halus 4,62%-18,38%; tepung darah
18,89%; empulur sagu 884,84% dan kulit buah markisa 38,19%
318
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Daftar Pustaka
Anwar N., A. Widjaja dan S. Winardi. 2011. Optimasi Produksi Enzim Selulase untuk Hidrolisis Jerami
Padi. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Surabaya. 5 hlm.
Baker, S.E. 2006. Aspergillus niger genomics: past, present and into the future. Medic Mycol, 44: 17-21.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. 268 hlm.
Gray, W.D. 1970. The Use of Fungi as Food and in Food Processing. Ohio: CRC Press.
Halid, I. 1991. Perubahan nilai nutrisi onggok yang diperkaya nitrogen bukan protein selam proses
fermentasi dengan biakan kapang. Tesis Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor .
113 hlm.
Hamid, H., T. Purwadaria, T. Haryati, dan A.P. Sinurat. 1999. Perubahan nilai bilangan peroksida
bungkil kelapa dalam proses penyimpanan dan fermentasi dengan Aspergillus niger. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner, 4 (2):101-106.
Hanifah, A.I. 1995. Peningkatan nilai nutrisi empulur sagu (Metroxylon sp.) sebagai bahan pakan
monogastrik melalui teknologi fermentasi menggunakan Aspergillus niger. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 hlm.
Hartoto L. 1992. Teknologi fermentasi. Petunjuk Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,
Dirjen Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi, IPB, Bogor. 178 hlm.
Ikram-ul-haq, M.M. Javed, T.S. Khan and Z. Siddiq. 2005. Cotton Saccharifying Activity of Cellulases
Produced by Co-culture of Aspergillus niger and Trichoderma viride. Res. J. Agric & Biol. Sci.,
1(3):241-245.
Kompiang, I.P., A.P. Sinurat, S. Kompiang, T. Purwadaria, and J.Darma. 1994. Nutrition value of
protein enriched cassava: Cassapro. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 7 (2): 22-25.
Madigan, M.T., J.M. Martinko. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed. New Jersey : Pearson
Education. Hlm. 178-185.
Narasimha, G., A. Sridevi, V. Buddolia, M.C. Subbosh and B.R. Rajashekar, 2006. Nutrien Effects on
Production of Cellulolytic Enzymes by Aspergillus niger. African Journal of Biotechnology,
5 (5): 472-476.
Omojasola, P. Folakemi, J.P. Omowumi and S.A. Ibiyemi. 2008. Cellulase Production by some Fungi
Cultured on Pineapple Waste. Nature & Science, 6 (2): 64-75.
Palinggi, N.N. 2003. Pengaruh penambahan Aspergillus niger dalam dedak halus terhadap kecernaan pakan
ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Prosiding Aplikasi Teknologi Pakan dan Perannya Bagi
Perkembangan Usaha Budidaya Ikan. Bogor. 7 hlm.
Palinggi, N.N. 2004. Pengaruh fermentasi tepung darah oleh Aspergillus niger dalam pakan ikan kerapu
macan, Cromileptes altivelis. Laporan Hasil Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.
Maros, Sulawesi Selatan. 6 hlm.
Palinggi, N.N. 2008a. Studi pendahuluan perubahan kandungan protein dan lemak dalam bungkil kopra yang
difermentasi dengan fungi. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan. 5 hlm.
Palinggi, N. N., Kamaruddin dan Makmur. 2008b. Penambahan mikroba Aspergillus niger dalam bungkil
kelapa sawit sebagai bahan baku pakan untuk pembesaran ikan kerapu macan. Jurnal Riset
Akuakultur 3 (3):385-394.
Palinggi, N.N. 2009a. Penambahan Aspergillus niger dalam Dedak Halus sebagai Bahan Pakan pada
Pembesaran Ikan Kerapu Bebek, Cromileptes altivelis. Prosiding Seminar Nasional Perikanan.
Teknologi Budidaya Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Sekolah Tinggi
Perikanan. Hlm. 231-237.
Palinggi, N.N. 2009b. Substitusi tepung ikan dengan tepung darah dalam pakan pembesaran ikan kerapu
macan, Epinephelus fuscoguttatus. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2009, 7 hlm.
Palinggi, N.N., Usman, Kamaruddin dan A. Laining. 2012. Perbaikan mutu bungkil kopra melalui
bioprosessing (fermentasi) untuk bahan pakan ikan bandeng, Laporan Hasil Penelitian Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros, Sulawesi Selatan. 13 hlm.
Purwadaria, T., T. Haryati, I. Darma and O.I. Munazat. 1995. In vitro digestibility evaluation of
fermented coconut meal using Aspergillus niger NRRL 337. Bul.Anim. Sci. Special edition. p.
375-382.
Rahma, S.N. 1996. Evaluasi kandungan zat makanan dedak halus yang difermentasi dengan Aspergillus
niger, Aspergillus oryzae dan Rhizopus oryzae. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. 51 hlm.
Samson, R.A., J. Houbraken, R.C. Summerbell, B. Flannigan, J.D. Miller. 2001. Common and important
species of fungi and actinomycetes in indoor environments. In: Microogranisms in Home and
Indoor Work Environments. New York: Taylor & Francis. Hlm. 287–292.
319
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Sari , L. dan T. Purwadaria. 2004. Pengkajian nilai gizi hasil fermentasi mutan Aspergillus niger pada
substrat bungkil kelapa dan bungkil inti sawit. Biodiversitas, 5(2): 48-51.
Sinurat, A.P., P. Setiadi, T. Purwadaria, A.R. Setioko dan J. Darma. 1996. Nilai gizi bungkil kelapa
yang difermentasi dan pemanfaatannya dalam ransum itik jantan. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner, 1 (3): 161-168.
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, A. Habibie, T. Pasaribu, H. Hamid, J. Rosida, T. Haryati dan I. Sutikno.
1998a. Nilai gizi bungkil kelapa terfermentasi dalam ransum itik petelur dengan kadar fosfor yang
berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 3 (1): 15-21.
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, J. Rosida, H. Surachman, H. Hamid dan I.P. Kompiang. 1998b. Pengaruh
suhu ruang fermentasi dan kadar air substrat terhadap nilai gizi produk fermentasi lumpur sawit.
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 3 (4): 225-229.
Spring, M. 2008. An Overview of Aspergillus niger. http://www.brighthub.com/health/technology/articles/
9543.aspx
Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. 322 hlm.
Supriyati, T. Pasaribu, H. Hamid dan A. Sinurat. 1998. Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat
padat dengan menggunakan Aspergillus niger. Jurnal Ilmu Ternak danVeteriner, 3 (3): 165-170.
Supriatna, 2005. Peningkatan kualitas gizi kulit buah markisa melalui proses fermentasi dengan Aspergillus
niger sebagai bahan pakan ternak. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.
Hlm.117-121
Takeuchi, T. 1988. Laboratory Work: Chemical evaluation of dietary nutrients. p:179-233. In. T. Watanabe
(Eds). Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Biosciences, Tokyo University of
Fisheries.
Tanyildizi, M. Saban, D. Özer and M. Elibol. 2007. Production of bacterial α-amylase by B.
myloliquefaciens Under Solid Substrate Fermentation. Biochemical Engineering Journal Volume
37, Issue 3, 15 December 2007, Pages 294-297
Villena, K. Gretty and M.G. Correa. 2007. Production of lignocellulolytic enzymes by Aspergillus niger
biofilms at variable water activities. Electronic Journal of Biotechnology Chile: 10 No.1, pp. 124140
Wang, D.I.C., C.L. Cooney, A.L. Demain, P. Dunnill, A.E. Humphrey and M.D. Lilley. 1979. Fermentation
and enzymes Technology. John Wiley and Sons Ltd, Chichester and New York. 374 pp.
Watanabe. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA Textbook. The General Aquaculture Course.
Kanagawa International Fisheries Training Centre. Japan International Cooperation Agency
(JICA). 233p.
Zulfatus, S., I.S. Noviana dan Abdullah. 2010. Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus niger
Menggunakan Substrat Jerami dengan Sistem Fermentasi Padat. Fakultas Teknik UNDIP
Semarang. 10 hlm.
320
Download