BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Berikut ini pengertian akuntansi berkaitan dengan konsep informasi menurut Ahmed Belkaouni (1999:2), Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa. Berfungsi memberikan informasi kuantitatif, terutama bersifat finansil, tentang kesatuan ekonomi yang diharapkan akan dapat di manfaatkan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan dalam pengambilan pilihan yang beralasan diantara cara bertindak alternatif. Beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian akuntansi (Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini, 2009:1-2) sebagai berikut : Menurut American Institute Of Certified Public Accountants (AICPA), akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasikan hasil proses tersebut. Menurut American Accounting Assosiation: “......proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk 7 8 memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Menurut Niswonger, Fess Dan Warren yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga menyatakan bahwa : “Akuntansi adalah proses mengenali, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan”. 2.1.1.1 Tujuan Akuntansi Dalam tujuan akuntansi (Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini, 2009:3) adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi atau perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak didalam perusahaan maupun pihak diluar perusahaan. 2.1.1.2 Fungsi Akuntansi Fungsi akuntansi (Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini, 2009:3) adalah sebagai berikut: 1. Menghitung laba yang dicapai oleh perusahaan kemudian menilai apakah pimpinan perusahaan telah melaksanakan tugas dan kewajiban yang telah dibebankan oleh para pemilik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 9 2. Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban perusahaan khususnya dari segi keuangan. 2.1.2 Pengertian Biaya Biaya (Mulyadi, 2012:8) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 (empat) unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang, 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Biaya (Hansen, Mowen, 2006:40) adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai nilai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. 2.1.2.1 Penggolongan Biaya Berikut adalah penggolongan biaya (Mulyadi, 2012:13) antara lain : 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran. Yaitu dasar penggolongan biaya. Misalnya bahan bakar. 10 2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan yaitu dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok antara lain : a. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. b. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. c. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya yang mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3. Pengolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai yaitu sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya terdapat 2 golongan antara lain: a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung tidak akan terjdi. b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut 11 dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. 4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas. Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi : a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. c. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tersebut. d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tersebut. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi 2 golongan antara lain: a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode 12 akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. 2.1.3 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya (Mulyadi, 2012:7) adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya (Supriyono, 2011:12) adalah salah satu cadang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistimatis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. 2.1.3.1 Tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mempunyai 3 tujuan pokok antara lain (Mulyadi, 2012 : 7) : 1. Penentuan kos produk yaitu akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang di sajikan dan dikumpulkan adalah biaya yang terjadi lampau atau biaya historis. 13 2. Pengendalian biaya yaitu pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. 3. Pengambilan keputusan yaitu akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang (future cost). Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan. 2.1.3.2 Konsep Akuntansi Biaya Konsep dan termonologi akuntansi biaya diperlukan untuk dasar pembahasan akuntansi biaya dengan tujuan supaya dapat dipakai pedoman didalam penyusunan laporan biaya. Berikut ini akan dibahas beberapa konsep dan termonologi yang sering dipakai (Supriyono, 2006:16) sebagai berikut : 1. Harga perolehan atau harga pokok (cost). Harga perolehan atau harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang-dalam bentuk: a. Kas yang dibayarkan, atau b. Nilai aktiva lainnya yang diserahkan/dikorbankan, 14 c. Nilai jasa yang diserahkan /dikorbankan, atau d. Tambahan modal. 2. Biaya (expenses) Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam (revenues) dan rangka akan memperoleh dipakai sebagai penghasilan pengurang penghasilan. Biaya digolongkan kedalam harga pokok penjualan, biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga dan biaya pajak perseroan. 3. Penghasilan (revenues) Penghasilan adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk : 4. a. Kas yang diterima, atau b. Piutang yang timbul, atau c. Nilai aktiva lainnya yang diterima, atau d. Nilai jasa yang diterima, atau e. Pengurangan hutang, atau f. Pengurangan modal. Rugi dan laba (profit and loss) Rugi dan laba adalah hasil dari proses mempertemukan secara wajar antar semua penghasilan dengan semua biaya dalam periode akuntansi yang sama. Apabila semua penghasilan lebih besar dibandingkan biaya maka 15 selisihnya adalah laba bersih. Akan tetapi apabila semua penghasilan lebih kecil dibandingkan dengan biaya, selisihnya adalah rugi bersih. 5. Rugi (losses) Rugi adalah berkurangnya aktiva atau kekayaan perusahaan yang bukan karena pengambilan modal oleh pemilik, dimana tidak ada manfaat yang diperoleh dari berkurangnya aktiva tersebut. 2.1.3.3 Manfaat Akuntansi Biaya Manfaat akuntansi biaya adalah timbulnya sikap “sadar akan biaya” (cost awareness). Tidak banyak yang memahami bahwa harga pokok produk atau jasa merupakan refleksi kemampuan suatu organisasi dalam memproduksi barang dan jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola cost, maka akan semakin baik produk dan jasa yang ditawarkan pada pelanggan baik dari sisi harga maupun kuwalitas. Tolok ukur kemampuan pengelolaan cost dapat direpretasikan dengan keberadaan sistem akuntansi biaya yang mampu mengukur biaya dengan cukup akurat serta didukung kemampuan manajemen untuk memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut. 16 Manfaat lainnya sebagai berikut : 1) Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk barang dan jasa. 2) Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. 3) Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan seluruh biaya operasi, misalnya saja untuk kepentingan pajak. Point 1 dan 2 sering dibahaskan sebagai informasi untuk kepentingan manajerial (cost for managerial purposes); sedangkan yang ke 3 dibahaskan sebagai informasi untuk kepentingan pelaporan keuangan (cost for financial reporting purpose). 2.1.4 Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi (Mulyadi, 2012:17) adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Harga pokok produksi (Hansen, Mowen, 2006:53) adalah harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. 17 Dalam pembuatan produk, biaya digolongkan menjadi dua kelompok biaya : biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi adalah biayabiaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan biaya nonproduksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Perhitungan harga pokok produksi terdapat 2 (dua) pendekatan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi. Perdekatan tersebut adalah metode full costing dan metode variable costing. Metode full costing adalah metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan unsur-unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan metode variable costing adalah penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. 2.1.4.1 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Manfaat Harga Pokok produksi menurut Mulyadi (2012 ; 65) adalah sebagai berikut : 18 1. Menentukan harga jual produk. Dalam penentuan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan dipertimbangkan salah disamping satu informasi informasi yang biaya lain serta informasi nonbiaya. 2. Memantau realisasi biaya produksi. Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan memerlukan biaya dikeluarkan produksi akuntansi dilaksanakan, informasi sesungguhnya rencana untuk biaya digunakan produksi didalam tersebut. manajemen Oleh untuk yang pelaksanaan karena itu, mengumpulkan informasi biaya produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. 3. Menghitung laba atau rugi periode. Untuk mengetahui pemasaran apakah perusahaan kegiatan dalam produksi periode dan tertentu mampu menghasilkan laba atau mengakibatkan rugi, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertantu. 19 4. Menentukan dan produk harga pokok dalam persediaan proses yang produk disajikan jadi dalam neraca. Pada saat manajemen pertanggungjawaban dituntut keuangan untuk periode, membuat manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang ada tanggal neraca masih dalam proses. 2.1.4.2 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Metode pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, dalam memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam : produksi atas dasar pesanan dan produksi atas dasar proses. Penerapan 2 metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk jadi yang akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan. Adapun metode tersebut (Supriyono, 2011:36) adalah sebagai berikut : 1) Metode harga pokok pesanan (job order cost method) Metode harga pengumpulan pokok harga pesanan pokok merupakan produk dimana metode biaya 20 dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan/pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. 2) Metode harga pokok proses (process cost method) Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya : bulan, triwulan, semester, tahun. Pada metode harga pokok proses perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual kepada pembeli, oleh karena itu sifat produk homogen dan bentuknya standar maka kegiatan dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus. 2.1.4.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi Dalam memproduksi suatu produk akan diperlukan beberapa biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi siap dijual. Dalam harga pokok produksi, biaya produksi yang bersangkutan dengan pengolahan bahan mentah menjadi produk 21 jadi, biaya dalam perusahaan manufaktur dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok biaya (Rudianto, 2013:157) sebagai berikut : 1. Biaya Produksi, terdiri dari : 1) Biaya Bahan Baku. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi dalam volume tertentu. 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi. Tidak semua pekerja yang terlibat dalam proses produksi selalu dikategorikan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Hanya pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses menghasilkan produk perusahaan yang dapat dikelompokkan sebagai tenaga kerja. 3) Biaya Overhead Pabrik. Biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tetapi juga tetap dibutuhkan dalam proses produksi. Termasuk dalam kelompok biaya overhead pabrik ini adalah sebagai berikut : a. Biaya bahan penolong (bahan tidak langsung) adalah bahan tambahan menghasilkan suatu yang dibutuhkan produk tertentu. untuk Bahan 22 penolong merupakan unsur bahan baku yang tetap dibutuhkan oleh suatu produk jadi, tetapi bukan merupakan unsur utama. Tanpa bahan penolong, suatu produk tidak akan pernah menjadi produk yang siap pakai dan siap dijual. b. Biaya tenaga kerja penolong (tenaga kerja tidak langsung) adalah pekerja yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang tetapi tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi. Tenaga kerja penolong merupakan tenaga kerja yang tetap dibutuhkan, tetapi bukan merupakan unsur utama. Namun tanpa tenaga kerja penolong, proses produksi dapat terganggu. c. Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja penolong. 2. Biaya Nonproduksi, terdiri dari : 1) Biaya pemasaran adalah untuk menampung keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan demi mendistribusikan barang dagangannya hingga sampai ke tangan pelanggan. 2) Biaya administrasi dan umum adalah untuk menampung keseluruhan biaya operasi kantor. 23 2.1.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Ada dua pendekatan yang digunakan untuk perhitungan harga pokok produksi yaitu metode full costing dan metode variable costing. Metode full costing biasa disebut dengan absorption costing atau conventional, sedangkan metode variable costing biasanya dikenal dengan sebutan direct costing. 2.1.5.1 Metode Full Costing Metode full costing (Mulyadi, 2012 : 122) adalah metode harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Perhitungan Harga pokok produksi menurut metode full costing sebagai berikut : Biaya Bahan Baku xxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx Harga Pokok Produk xxx Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik (BOP) baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar BOP sesungguhnya. Oleh karena itu, BOP tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam porses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru 24 dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk tersebut telah terjual. Karena BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka dalam 1 (satu) periode BOP yang sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan BOP lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka BOP tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produknya laku dijual. Manfaat informasi metode full costing sebagai berikut : 1. Pelaporan keuangan 2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis) 3. Penentuan harga jual dalam cost-type contract 4. Penentuan harga jual normal 5. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah 25 6. Penyusunan program Adapun karakteristik dari metode full costing terdiri dari : a. Perhitungan biaya produksi dengan memasukkan biaya tetap dan biaya variabel. b. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel. c. Laporan biaya untuk memenuhi pihak Eksternal. d. Laporan Rugi Laba disajikan dengan format tradisional. e. Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perhitungan biaya persediaan, penentuan laba dan pelaporan keuangan untuk pihak Eksternal. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode full costing sebagai berikut : a) Menggolongkan penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis. b) Menggolongkan harga pokok penjualan kedalam setiap pusat laba. c) Menghitung laba kotor atas penjualan setiap pusat laba. d) Mengalokasikan biaya pemasaran setiap fungsi pada setiap pusat laba. 26 e) Menghitung laba bersih sebelum diperhitungkan biaya administrasi dan umum untuk setiap pusat laba. f) Memperhitungkan biaya administrasi dan umum. g) Menghitung laba bersih setiap pusat laba. 2.1.5.2 Metode Variable Costing Metode variable costing adalah (Mulyadi, 2010:122) adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari : Biaya Bahan Baku Rp xxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx Biaya Overhead Variabel xxx Harga Pokok Produk xxx Dimuka telah disebutkan bahwa metode variable costing ini dikenal dengan nama direct costing. Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah cost (biaya langsung). Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadi. 27 Manfaat metode variable costing sebagai berikut : 1. Perencanaan laba Bagi manajemen dapat bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan dipisahkannya semua elemen biaya produksi ke dalam biaya variabel dan biaya tetap serta perhitungan batas kontribusi, manajemen akan dapat menyusun laba melalui persamaan break-even atau hubungan biaya-volume-laba. 2. Penentuan harga jual produk Bagi manajemen bermanfaat dalam rangka penentuan harga jual produk dalam jangka pendek, dengan menggunakan hubungan biaya-volume-laba. Dan untuk menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus (special orders) yang mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut. 3. Pengambilan kesimpulan Bermanfaat bagi manajemen dalam menyajikan data relevan untuk pengambilan keputusan dalam jangka pendek. Biaya tetap dalam jangka pendek jumlah totalnya tetap konstan, sedangkan biaya variabel merupakan biaya relevan, kecuali beberapa jenis elemen biaya tetap yang dapat dihindarkan juga merupakan elemen biaya relevan. 28 Adapun Karakteristik metode variable costing terdiri dari : a. Perhitungan biaya produksi yang hanya memasukkan biaya variabel saja. b. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel. c. Laporan biaya untuk memenuhi pihak Internal. d. Laporan Laba Rugi disajikan dengan format kontribusi. e. Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perencanaan laba, penetapan harga pokok, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan Internal. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode variable costing sebagai berikut : a) Menggolongkan penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis. b) Menggolongkan harga pokok penjualan variabel untuk setiap pusat laba. c) Menghitung batas kontribusi kotor untuk setiap pusat laba. d) Mengalokasikan biaya pemasaran variabel dari setiap fungsi kedalam setiap pusat laba. e) Menghitung batas kontribusi (bersih) untuk setiap pusat laba. 29 f) Memperhitungkan biaya tetap langsung yang dapat diidentifikasikan kepada setiap pusat biaya. g) Menghitung laba bersih setiap pusat biaya sebelum dipertemukan dengan biaya tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan umum. h) Memperhitungkan biaya tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan umum. i) Menghitung laba bersih. 2.1.5.3 Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Dalam memilih dasar pembebanan yang akan dipakai, tujuan utamanya adalah untuk membebankan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti, untuk itu harus diperhatikan faktor-faktor (Supriyono, 2011:304311) sebagai berikut : a. Penyebab fluktuasi pembebanan biaya overhead pabrik Apabila perubahan biaya overhead pabrik misalnya banyak dipengaruhi jam mesin dapat digunakan dasar jam mesin, akan tetapi bila perubahan biaya banyak dipengaruhi bahan baku dapat digunakan dasar biaya bahan baku. b. Kebebasan dari dasar yang dipakai Apabila digunakan dasar pembebanan atas persentase tertentu dari biaya, atau nilai jual, kenaikan harga biaya atau harga jual yang dipakai dasar berakibat biaya overhead pabrik yang dibebankan menjadi 30 bertambah, meskipun harga biaya overhead pabrik tidak mengalami kenaikan, hal ini tidak menunjukkan kebebasan dasar yang dipakai terhadap harga yang tidak berhubungan. Penggunaan dasar pembebanan kuantitas, misalnya produk atau jam mesin atau jam kerja, dapat menghindari kelemahan diatas, karena dasar yang dipakai sifatnya lebih bebas dari pengaruh harga yang tidak berhubungan dengan biaya overhead pabrik. c. Memadai untuk pengendalian biaya Dasar yang dipakai hendaknya memadai untuk dipakai sebagai dasar pengendalian biaya overhead pabrik, oleh karena itu dasar yang dipakai harus menggambarkan tingkat variabilitas biaya. d. Mudah dan praktis untuk dipakai Apabila terdapat dua atau lebih dasar pembebanan yang memenuhi faktor-faktor tersebut diatas, dasar yang dipilih adalah yang mudah dan praktis dipakai. Berikut ini akan dibahas beberapa dasar pembebanan yang lazim dipakai : a) Satuan produksi Tarif biaya overhead pabrik yang didasarkan pda satuan produksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Tarif = Budget Biaya Overhead Pabrik Budget Produksi = Tarif biaya overhead pabrik per satuan 31 b) Biaya bahan baku Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan baku dihitung berdasarkan persentase tertentu dari biaya bahan baku, rumus perhitungan tarif sebagai berikut : Tarif = Budget Biaya Overhead Pabrik x 100 % Budget Biaya Bahan Baku yang Dipakai = Tarif biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakai c) Biaya tenaga kerja langsung Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan persentase tertentu dari biaya tenaga kerja langsung, rumus perhitungan tarif sebagai berikut : Tarif = Budget Biaya Overhead Pabrik x 100 % Budget Biaya Tenaga Kerja Langsung = Tarif biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsung d) Dasar jam kerja langsung Dasar jam kerja langsung bermanfaat untuk menghilangkan kelemahan yang dsebabkan tarif upah yang berfluktuasi dari waktu ke waktu dan perbedaan tarif upah karena tingkat keahlian karyawan. Adapun rumus tarif sebagai berikut : Tarif = Budget Biaya Overhead Pabrik x 100 % Budget Jam Kerja Langsung = Tarif biaya overhead pabrik dari jam kerja langsung e) Dasar harga pasar atau nilai pasar 32 Dasar ini hanya dipakai apabila perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk yang sifatnya merupakan produk bersama (joint product) dan cara perhitungan tarif sama dengan dasar tertimbang atau dasar nilai yang sudah diuraikan dimuka. Berikut adalah rumus tarif dengan dasar harga pasar atau nilai jual sebagai berikut : Tarif = Budget Biaya Overhead Pabrik x 100 % Budget Penjualan Semua Macam Produk = Tarif biaya overhead pabrik dari harga pasar atau nilai pasar 2.1.5.4 Perbedaan Antara Metode Full Costing Dengan Variable Costing Perbedaan antara metode full costing dengan metode variable costing terletak pada tujuan utama dari kedua konsep tersebut, konsep penentuan harga pokok metode variable costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep penentuan harga pokok metode full costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan eksternal. Adanya perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang selanjutnya mempengaruhi : 1. Penentuan besarnya harga pokok produk dan besarnya harga pokok persediaan. 2. Penggolongan dan penyajian didalam laporan laba-rugi. 33 Dalam perbedaan antara metode full costing dengan metode variable costing lebih lanjut dan lebih jelas akan diperinci sebagai berikut : a. Penentuan harga pokok produk Perbedaan penentuan harga pokok produk dengan menggunakan kedua konsep tersebut diatas dapat deperbandingkan dalam bentuk tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 PERBANDINGAN ELEMEN HARGA POKOK PRODUK ANTARA HARGA POKOK PENUH (FULL COSTING) DENGAN HARGA POKOK VARIABLE COSTING Perbandingan Elemen Harga Pokok Produk Harga Pokok Elemen Biaya Penuh Rp xxx Biaya Bahan Baku xxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx Biaya Overhead Pabrik Variable xxx Biaya Overhead Pabrik Tetap Jumlah Harga Pokok Produk Rp xxx Harga Pokok Variable Rp xxx xxx xxx Rp xxx Sumber : R.A. Supriyono (2010,289) b. Penentuan harga pokok persediaan Dengan adanya perbedaan elemen biaya produksi kepada produk antara harga pokok penuh dengan harga pokok variable, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada penentuan harga pokok penuh biaya overhead pabrik tetap dibebankan ke dalam harga pokok produk, oleh karena itu 34 apabila sebagian biaya overhead pabrik tetap masih melekat pada harga pokok persediaan. c. Penyajian laporan laba-rugi Perbedaan didalam penyajian laporan laba-rugi antara konsep penentuan harga pokok penuh dengan konsep penentuan harga pokok variabel dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 PERBANDINGAN SUSUSNAN LAPORAN LABA-RUGI KONSEP HARGA POKOK PENUH (FULL COSTING) DENGAN KONSEP HARGA POKOK VARIABEL Susunan Laporan Laba-Rugi Konsep Harga Pokok Penuh Penjualan xxx Harga pokok penjualan xxx Laba kotor atas penjualan xxx Biaya komersial: Pemasaran xxx Administrasi umum xxx xxx Laba bersih usaha xxx Biaya keuangan : Biaya bunga xxx Laba bersih xxx Sumber : R.A Supriyono (2010, 294) Susunan Laporan Laba-Rugi Konsep Harga Pokok Variabel Penjualan xxx Harga pokok penjualan Variabel xxx Batas kontribusi kotor xxx Biaya komersial variabel: Pemasaran variabel xxx Administrasi & umum variabel xxx xxx Batas kontribusi (bersih): xxx Biiaya tetap : Overhead pabrik tetap xxx Pemasaran tetap xxx Administrasi umum Tetap xxx Biaya bunga*) xxx xxx Laba bersih xxx *) = biaya bunga umumnya biaya tetap 35 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya merupakan penelitian yang sangat penting digunakan sebagai salah satu acuan atau sumber informasi yang akan dilakukan oleh peneliti selanjutnya. Ringkasan penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.3 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU Sumber Tujuan Hasil 1. Analisis 1. Untuk mengetahui Perhitungan harga pokok penentuan penentuan harga produksi perusahaan mebel CV. harga pokok pokok produksi Graha Indah Jepara adalah prpoduksi dengan metode full memproduksi suatu produk dengan costing pada mebel yaitu mulai pembelian metode full perusahaan mebel mebel setengah jadi, kemudian costing CV. Graha Indah diproses lebih lanjut menjadi pada CV. Jepara. mebel jadi. Graha Indah 2. Untuk mengetahui Dalam pembebanan biaya Jepara perbandingan harga overhead pabrik pada suatu (Prasetyo pokok produksi produk, perusahaan Nugroho, menurut perusahaan menggunakan taksiran sebesar 2005) mebel CV. Graha 75% dari biaya tenaga kerja Indah Jepara. langsung yang digunakan untuk membuat produk tersebut, dimana hasil dari perhitungan harga pokok produksi diperoleh sebesar Rp. 2.350.927.425,00 dan perhitungan menurut teori sebesar Rp. 2.293.658.120,00 dengan tarif biaya overhead pabrik sebesar 52,49%. Dari perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan di perusahaan dengan perhitungan menurut teori terjadi selisih sebesar Rp. 57.269.305,00. 2.analisis 1. Mengidentifikasi Hasil yang didapat dari perhitungan bagaimana penelitian mengenai perhitungan harga pokok pengalokasian dan harga pokok produksi, produksi perhitungan harga diperoleh dua nilai yaitu 36 sepatu dengan pokok poduksi yang metode full diterapkan pada UKM costing (Studi Galaksi. Kasus : UKM 2. Mengaalisis Galaksi bagaimana Kampung pengalokasian dan Kebandungan perhitungan harga Ciapus, pokok produksi pada Bogor). UKM Galaksi dengan (Dewi kasita metode full costing. Rachmayanti, 3. Menganalisis 2011) perbedaan dari kedua metode tersebut terhadap perhitungan harga pokok prduksi. 3.Analisis 1. Mengetahui perhitungan perhitungan harga harga pokok pokok produksi (HPP) produksi pesanan pada dengan metode perusahaan meubel full costing “Arizal Salim Jaya” pada 2. Mengetahui perusahaan perhitungan harga meubel “Arizal pokok produksi (HPP) Salim Jaya “ pesanan dengan Jepara metode Full costing pada perusahaan “Arinal Salim Jaya” menurut teori akuntansi. 3. Mengetahui perbandingan perhitungan harga pokok produksi (HPP) pesanan menurut perusahaan “Arinal Salim Jaya” dan menurut teori dengan metode full costting berdasarkan perhitungan perusahaan untuk harga pokok produksi adalah Rp 16.029,106 (Model BM01), Rp 15.185,936 (Model BM02), dan Rp 15.429,106 (Model BM03). Metode harga pokok produksi dengan full costing adalah Rp 18.191,439 (Model BM01), Rp 17.233,269 (Model BM02), dan Rp 17.476,439 (Model BM03). Perbedaan ini sangat mempengaruhi pihak perusahaan dalam menentukan harga jual produk, karena harga pokok produk merupakan unsur utama dalam penentuan harga jual produk. Perhitungan menurut metode full costing dengan menuru perusahaan terjadi perbedaan, pada tahun 2003 sebesar Rp 80.000 dan tahun 2004 sebesar Rp 95.000 dimana menurut perusahaan harga pokok produksi pesana pada tahun 2003 sebesar Rp 6.670.000 dan tahun 2004 sebesar Rp 7.800.000 sedangkan menurut teori pada tahun 2003 sebesar Rp 6.850.000 dan tahun 2004 sebesar Rp 8.075.000 maka terjadi selisish antara perhitungan harga pokok produksi tersebut dimana perhitungan perusahaan menunjukkan hasil yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perhitungan dengan teori. Setelah dilakukan perhitungan tarif BOP pada tahun 2003 sebesar 323,2% sedangkan tahun 2004 275,7%, dari hasil perolehan pada tahun 2003 didapat selisih Rp 300.000 dan tahun 2004 sebesar Rp 836.000. 37 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, kerangka penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dalam perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing. Kerangka pemikiran teoritis, sebagai berikut : Kajian Pustaka : Memasukkan seluruh unsur-unsur biaya baik variabel maupun tetap Perusahaan HaJe Furniture Jepara : Memasukkkan seluruh biaya langsung yang dikeluarkan selama produksi Analisis Data : Perhitungan Harga Pokok Produksi metode Full Costing Hasil Analisis Data Perbandingan Antara HPP Metode Full Costing Dengan HPP Menurut Perusahaan Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN