Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus Suatu Pemikiran Eklesiologi dan Eskhatologi Kontekstual di Indonesia Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo Satya Wacana University Press 2013 Katalog Dalam Terbitan 232 Tim m Nuban Timo, Ebenhaizer I Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia / Ebenhaizer I Nuban Timo.-Salatiga : Satya Wacana University Press, 2013. 247 p. ; 21 cm. ISBN 978-979-8154-53-9 1. Eschatology 2. Doctrinal theology 3. Indonesia-Church history I. Title Cetakan pertama: 2013 ISBN 978-979-8154-53-9 Setting/Layout: Raras © Ebenhaizer I Nuban Timo All rights reserved. Save Exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, sotred in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author. Diterbitkan oleh: Satya Wacana University Press Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga Telp. (0298) 321212 Ext. 229, Fax. (0298) 311995 Komentar Pembaca Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI 2004-2014) Suatu buku yang baik, usaha yang patut didukung sekaligus untuk melengkapi buku-buku dogmatika di Indonesia yang sudah ada dan ditulis oleh para teolog Indonesia (Kupang, 28 Januari 2013). Pdt. Dr. Solarso Sopater (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia 1999) Saya menyatakan penghargaan tinggi untuk usaha Sdr. Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo menulis buku Dogmatika baru, sebagai pengayaan terhadap khazanah buku Dogmatika yang telah ditulis lebih dulu. Usaha yang mulia dari seorang warga generasi penerus, sudah dimulai dan patut didukung kelanjutannya. Saya juga ikut bergembira, karena usaha penulisan Saudara dipicu oleh suatu dorongan yang muncul dalam Festschrift 70 tahun usia saya. Mengenai isi karangan, saya menghormati authentisitas karya pengarangnya, yang tentu telah bergumul lama dalam persiapan penulisannya. Penggunaan kata kontekstual, juga menariknya pada ranah method berteologi. Sebagai methode yang lahir paling akhir, nampaknya tidak terlalu mudah i melakukan kombinasi antara Teologi Sistematika (yang mempunyai perspektif menyeluruh dan universal) dengan dengan Teologi Kontekstual (yang mempunyai perspektif khusus: lokal atau partikular). Mengenai Indonesia dengan keanekaagaman etnis, budaya dan agama. Khusus di kalangan Kristen keanekaragaman denominasi! Saya kira akan ada ”beberapa” teologia kontekstual di Indonesia. Usaha yang dilakukan Pdt. Nuban Timo karena itu adalah salah satu ”Dogmatika Kontekstual di Indonesia.” Semoga ada dogmatika-dogmatika kontekstual lain yang menyusul. (Jakarta, 6 Juni 2012). Pdt. Lis Sigilipun (Dosen dogmatika di STT Tentena – Sulawesi Tengah) Buku ini membalik paradigma klasik tentang dogmatika sebagai buku yang berat, tidak menarik, kaku, berisi ajaran-ajaran yang tidak bisa diubah, gaya bertutur naratif, sederhana, dengan contoh-contoh konkret, keibuan karena kebanyakan dogmatika sangat kebapakan, mendorong saya terus membaca sampai selesai. Penulis mencerna persoalan-persoalan teologi yang mendalam dalam kemasan yang sederhana dan menarik. Bagian tulisan singkat, Allah sekaligus ibu dan bapa dan gereja sebagai ibu orang-orang percaya memuaskan dahaga saya tentang kebenaran-kebenaran teologi yang selalu terkubur dalam baju dogma laki-laki. ii Gambaran Allah sebagai ibu dan bapa serta gereja yang ditekankan dengan kuat dalam buku ini membuat luka lama yang masih membekas dalam kalbu saya disapu bersih dan hilang dalam sekejap. Seusai studi S1 di UKSW saya berkhotbah dalam persidangan sinode tentang Allah sebagai ibu dan bapa. Banyak laki-laki dalam gereja yang mengecam saya sebagai pembawa ajaran sesat. Saya menyimpan tuduhan itu dengan rapih dalam laci-laci iman dan terus dihantui rasa bersalah. Lama sesudah itu ada tulisan tentang itu, dengan jelas dan meyakinkan. Lucunya tulisan itu muncul dari seorang pendeta laki-laki, (Tentena, 12 Maret 2013). Pdt. Salu (dosen Dogmatik di Fak. Teologi GPI Papua di Fak-Fak). Selama ini buku-buku dogmatika di Indonesia kebanyakan hanya menggumuli masalah-masalah kemasyarakatan dan kegerejaan di Jawa dan Sumatra. Penulis memperlihatkan bahwa masalah kemasyarakatan, kebudayaan dan kegerejaan di daerahdaerah bagian Timur Indonesia juga dapat menjadi bahan diskursus dogmatika (Tomohon, 29 Nopember 2013). iii Yosafat Manu, M.Si (Pendeta Jemaat GMIT Oenali – TTS). Setelah membaca buku ini saya mendapat kesan bahwa ada corak baru dari wajah dogma selama ini, terutama ketika penulis menggunakan pengalaman iman komunitas sebagai referensi dalam merumuskan dogma. Dalam buku ini ada banyak hal baru yang menambah pemahaman. Saya senang dengan buku ini juga karena melunturkan pemahaman saya selama ini yang beranggapan bahwa dogmatika itu ilmu yang kaku. Ternyata tidak ketika mulai membaca buku ini. – (So‟e 20 Agustus 2012). Drs. Aleks Babys (Pensiunan PNS - Warga GMIT Kupang). Selaku warga gereja yang awam dalam teologi buku ini membuat saya mengerti dan memahami banyak hal mengenai iman saya. Saya menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama menggelisahkan hati saya. Hal yang kurang memuaskan saya, dan memang pak pedenta tidak memberikan kejelasan tentangnya, adalah mengenai neraka. Saya harap hal itu bisa diperjelas (Percakapan per telepon, 7 Maret 2013). iv Kata Pengantar dari Dr. Sri Damayanty Manullang Bidang Ilmu Competitive Intelligence adalah bidang Ilmu “actionable knowledge” di mana konsep, metoda, dan tools modern yang dipergunakan memiliki objectif final pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. Ilmu pluridisiplin, transdisiplin ini telah menjadi ilmu yang dipergunakan di oleh berbagai negara untuk menghadapi era globalisasi. Buku yang ditulis oleh Pendeta Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo dalam beberapa bab membahas tentang umat keselamatan sebagai komunitas berbagi makanan bersama-sama adalah merupakan ilmu actionable knowledge. Apa yang telah dibahas di dalamnya merupakan pemikiran dan analisis yang mendalam, sesuai dengan cara berpikir dan pribadi penulis yang berpenampilan bersahaja, rendah hati dan demokratis, melalui pengalaman, pengamatan dan praktek, buku ini merupakan hasil pemikiran tentang bagaimana pembangunan perekonomian rakyat adalah suatu prioritas. Saya telah banyak bertukar pikiran dengan penulis, dua aktor yang berbeda bidang ilmu, ahli Teologia dan ahli Competitive Intelligence, tapi dua bidang yang mempunyai tujuan dan visi yang sama v “pembangunan ekonomi, pemikiran yang modern pada era modern. Ilmu Theologia dan Competitive Intelligence adalah ilmu aplikasi, actionable knowledge yang bekerja dengan otak dan hati. Pemikiran untuk pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat, bagaimana melalui kearifan local, aktor-aktor local bersatu untuk memikirkan perekonomian daerah “ your feet in your region and your eyes turn to the world.” Mengenali kekayaan yang ada di daerah, mengembangkannya dengan dan mengunakan kemampuan yang ada dibantu dan ditambah dengan kemampuan yang ada di dunia internasional. Saya mengucapkan terima kasih mendapat kesempatan berpartisipasi untuk memberikan kata sambutan dalam buku ini. Semoga buku ini mengingatkan kita kembali kepada nilai-nilai iman, agama dan kultur bangsa kita untuk mengembangkan etos kehidupan berbagi makanan dengan sesama anak bangsa demi terwujudnya cita-cita Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dr. Sri Damayanty Manullang Peneliti dan Pengajar Universitas Aix Marseille Marseille - Perancis vi Kata Pengantar Ini buku ketiga dari trilogi dogmatika kontekstual di Indonesia (buku pertama dan kedua berjudul: Allah Yang Mengulang Diri Tiga Kali dan Allah Dalam Perjalanan Menjumpai Manusia Berdosa). Kami patut bersyukur kepada Tuhan karena berkat pemeliharaanNya, setidak-tidaknya karena kehidupan, kesehatan dan kecukupan makan dan minum yang dikaruniakanNya kami berhasil menyelesaikan buku ketiga ini. Kami memberi judul untuk buku ini: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus. Sesuai dengan judul itu, isi buku ini memfokuskan perhatian kepada manusia yang menjadi penerima karya pendamaian Allah, yakni bagaimana keselamatan itu diterima dan dirayakan manusia. Buku ini terdiri atas empat bab. Pendamaian yang dikerjakan Allah dalam Kristus, sebagaimana yang kami uraikan dalam buku yang kedua dari trilogi ini adalah inisiatif Allah. Itulah yang dimaksud dengan sisi obyektif dari karya Allah. Allah mengerjakan itu bagi manusia, tetapi tanpa persetujuan manusia. Tentu saja itu tidak Allah maksudkan untuk mengabaikan manusia. Tidak! Sisi obyektif ini dikerjakan Allah bagi manusia tanpa persetujuan manusia karena karya itu adalah porsi yang dilakukan Allah untuk mematahkan kuasa dan dan vii menebus kembali manusia dari belenggu maut yang menjadi upah manusia akibat pemberontakan terhadap Allah yang dibuatnya. Karya ini sama sekali tidak dimaksud untuk mengabaikan karya dan peran manusia. Terbukti, pendamaian yang sudah sempurna dikerjakan Allah dalam Kristus, ternyata belum selesai jika manusia belum menyatakan persetujuan dan penerimaan terhadap karya itu. Persetujuan dan penerimaan manusia inilah yang menjadi pokok bahasa dalam buku ketiga dari trilogi ini, yang kami beri judul di atas. Dalam bab satu buku ketiga ini kami mengajak pembaca melihat bagaimana pendamaian yang disediakan Allah di dalam hidup dan karya Yesus Kristus disambut oleh manusia. Menjadi nyata bahwa sambutan manusia terhadap keselamatan itu ternyata tidak berlangsung secara acak atau serampangan. Ada orde yang ditetapkan Allah, maksudnya supaya keselamatan itu benar-benar menjadi milik manusia. Orde itu kami gambarkan dalam skema berikut: Allah – Persekutuan dan Individu. Orde ini adalah ketetapan dari Allah. Memang manusia adalah pribadi yang mau dirangkul Allah, tetapi supaya hal itu menjadi nyata, maka manusia itu harus lebih dahulu ditarik masuk ke dalam persekutuan. Roh Kuduslah yang melakukan itu. Dialah yang menarik manusia masuk ke dalam persekutuan keselamatan itu. Jadi, pada buku ketiga ini kita mulai masuk pada domain kerja Roh Kudus, pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Dialah yang memimpin manusia ambil viii bagian dalam keselamatan, yakni menarik masuk manusia ke dalam persekutuan. Tanpa hidup dalam persekutuan, manusia tidak dapat ambil bagian di dalam keselamatan. Jadi individu adalah penting, tetapi individu itu bukanlah pribadi yang bebas. Ia baru menjadi individu yang penuh kalau ia hidup di dalam persekutuan. Dalam bab pertama kami memberi perhatian pada ajaran tentang keselamatan, yang tidak lain adalah sisi subyetif dari pendamaian. Kami mulai dengan membahas persoalan klasik mengenai dogma keselamatan. Bab kedua dan ketiga buku ini membahas aspek pertama dari perayaan keselamatan (aspek persekutuan) dan aspek keduanya (aspek individu). Dalam dogmatika klasis, Israel dan Gereja ditunjuk sebagai persekutuan yang dimaksudkan sebagai tempat manusia menerima keselamatan. Dengan tetap menghargai paham tradisional ini, karena prinsip berpikir thinking together our fellow believers, kami toh mengatakan hal-hal yang melampaui pemahaman klasik ini. Hal itu kami buat dengan memperhatikan juga prinsip berpikir thinking after the Bible dan thinking inside-out our cultural context. Aspek yang kami sebut sebagai melampuai pemahaman klasik dalam dogmatika tradisional gereja ialah tekanan yang kami berikan kepada pemahaman Israel dan Gereja bukan pertama-tama sebagai sebuah pengertian institusional melainkan dalam pengertian ethos kehidupan. Ethos hidup yang kami maksudkan adalah persekutuan makan bersama, kesediaan berbagi ix roti di antara sesama orang percaya, sebagaimana yang disinyalir dengan kuat dalam kesaksian Alkitab baik mengenai Israel maupun Gereja perdana. Ethos kehidupan berbagi makanan adalah tanda dari orangorang yang merayakan pendamaian yang dikerjakan Allah di dalam Kristus. Kondisi terkini kehidupan bersama yang ditandai dengan praktek korupsi yang tergolong pada extra ordinary crime merupakan salah satu latar belakang dari upaya pemaknaan baru dari ethos kehidupan orang-orang yang menyetujui dan menerima kaselamatan Allah. Latar belakang lain dari pemaknaan baru ini adalah ritus-ritus makan bersama sebagaimana yang diperagakan secara kasat mata dalam berbagai liturgi keagamaan masyarakat pra-kristen yang ada di Indonesia. Pemaknaan baru ini membuka cakrawala kita bagi satu pemahaman yang lebih luas, komprehensi bahkan juga kosmis mengenai hakikat Israel dan gereja. Kedua persekutuan ini bukan sekedar sebuah organisasi yang statis yang kita definisikan dalam pengertian agama Yahudi dan agama Kristen. Keduanya, Israel dan Gereja lebih dilihat sebagai sebuah ethos hidup lintas agama. Pemaknaan baru ini juga memberi ruang bagi penemuan Israel dan Gereja dalam agama-agama berkitab lainnya. Jadi umat yang memberikan persetujuan dan menerima karya keselamatan Allah yang kami namakan Israel dan Gereja ternyata lebih luas dari agama Yahudi dan Agama Kristen. Ini berarti juga individu-individu x penerima keselamatan Allah tidak melulu orang-orang yang secara statistik dan nominal tersebut sebagai pemeluk agama Yahudi atau Kristen. Mereka bisa saja berada dalam agama-agama selain dua agama ini, tetapi yang laku hidup pribadi dan laku sosialnya menerapkan ethos berbagi makanan dengan sesama sebagai respons atas keselamatan yang sudah dikaruniakan Allah kepada mereka. Bab empat dari buku ini mengajak pembaca beranjangsana ke dalam ajaran dogma atau ajaran Kristen mengenai eskatologi. Kami lebih memilih memaknai ajaran ini bukan sebagai ajaran Kristen mengenai hal-hal terakhir, melainkan mengenai tujuan dari semua karya Allah dalam sejarah dan respons manusia terhadap karya itu. Berbagai tema kami bicarakan secara mendalam dan menantang, seperti: arti sejarah, wujud akhir dunia dan manusia, asal usul, keberadaan dan nasib yang akan diterimanya di akhir sejarah, transformasi dunia, penghakiman manusia sorga dan neraka. Kalau judul-judul dari tiap buku trilogi ini sekarang kita satukan, buku pertama: Allah Yang Mengulang DiriNya Tiga Kali, buku kedua: Allah Dalam Perjalanan Menjumpai Manusia Berdosa, dan buku ketiga: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus, beberapa hal menjadi jelas. Pertama, dogmatika adalah sebuah percakapan yang dinamis dan aktual. Dogmatika bukan kumpulan ajaran usang yang tanpa relevansi apapun dengan pergumulan sehari-hari gereja dan orang percaya, bahkan manusia. xi Kedua, dogmatika sebagaimana kami nyatakan melalui pemberian judul untuk tiap buku dari trilogi ini tidak lagi adalah karya dari umat yang berada dalam perjalanan mengikuti Allah yang menjadi pemimpin rombongan, atau panglima dari orang-orang yang melakukan ziarah itu. Panglima itu tidak selalu berada di depan, di kepala barisan. Ada kalanya dia tidak terlihat karena berada di antara, di tengah-tengah rombongan dan ada juga ketika di mana dia undur ke belakang atau menyingkir ke sisi kiri atau kanan dari kawanan yang sedang bergerak maju. Hal-hal yang dikatakan dalam dogmatika tidak lain dari refleksi iman atas hal-hal yang dilihat sepanjang perjalanan itu, tentu saja sambil berusaha menemukan di mana beradanya Allah pada saat refleksi itu dilakukan. Ketiga, dogmatika bukan saja berbicara tentang credenda, yakni hal-hal yang kita yakini dan imani. Ia juga berbicara tentang agenda, hal-hal yang harus kita lakukan bertolak dari yang kita yakini. Dogmatika bukan sekedar sebuah orthodoksi tetapi juga adalah orthopraksis. Salatiga, Paskah 2013 xii Daftar Isi Komentar Pembaca i Kata Pengantar dari Dr. Sri Damayanty Manullang v Kata Pengantar vii Bab I Dogma Tentang Penyelamatan Isi Subyektif dari Karya Pendamaian Tempat Dogma Keselamatan dalam Credo Partisipasi Manusia dalam Pendamaian Roh Kudus Sebagai yang Mempersekutukan Jalan Masuk kepada Keselamatan Orde Keselamatan Persekutuan dan Individu Kerajaan Allah: Persekutuan Keselamatan Gereja dan Israel: Perwujudan Sementara dari Kerajaan Allah Israel Tersembunyi dalam Gereja Gereja sebagai Ibu Orang-Orang Percaya Keselamatan Juga Ada di Luar Gereja? Bab II Aspek Pertama Perayaan Keselamatan Pengantar Aspek Persekutuan Tafelgemeenschap Tafelgemeenschap dan Bruiloftmaal 1 1 3 6 10 14 17 21 25 30 34 37 41 49 49 49 51 65 xiii Persekutuan yang Inklusif Sakramen Perjamuan Kudus Yesus Menampakkan Diri Sebagai yang Hidup Penutup 68 72 79 83 Bab III Aspek Kedua Perayaan Keselamatan Aspek Individual Pengampunan Dosa Kebangkitan Daging Pandangan Kristen tentang Kematian Keberadaan Manusia Pada Saat Kematian Alkitab Tentang Jiwa Pada Saat Kematian Wujud Kehidupan Baru Pada Saat Kematian Tempat Tinggal Jiwa Sebelum Kebangkitan Perang Terhadap Penyembahan Roh Leluhur Penghormatan Kepada Si Mati Kesurupan Roh Si Mati Pengalaman Berjumpa Si Mati Kesimpulan Hidup Yang Kekal Arti Etika Ajaran Pendamaian dan Penyelamatan 85 85 87 92 96 104 116 124 128 131 135 142 146 147 149 152 Bab IV Dogma Tentang Hal-Hal Terakhir Nama Eskatologi Allah Selalu di Depan Kita Tiga Periodisasi Waktu Konstruksi Dogmatis terhadap Waktu Tiga Babakan Eskatologi Penundaan Eskatologi 157 157 160 163 166 170 172 xiv Corporate dan Personal Eskatologi Iblis Jatuh dari Langit Arti Sejarah Wujud Akhir Israel dan Gereja Transformasi Dunia Penghakiman Manusia Proses Penghakiman Terakhir Sorga dan Neraka Keberatan Terhadap Neraka Protologi dan Eskatologi Eskatologi dan Primal History Arti Etis Dogma Eskatologi 174 175 182 188 191 197 202 205 214 218 219 222 Catatan Penutup 225 Daftar Pustaka Curriculum vitae 231 247 xv