Slide 1

advertisement
Di ekosistem hutan, biasanya konflik konservasi
muncul antara satwa endemik dan pengusaha HPH
(Hak Pengusahaan Hutan). Karena habitatnya
menciut dan kesulitan mencari sumber makanan,
akhirnya satwa tersebut keluar dari habitatnya
dan menyerang manusia. Konflik konservasi
muncul karena:
Penciutan lahan & kekurangan SDA (Sumber Daya
Alam)
Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat & permintaan pada SDA meningkat (sebagai contoh,
penduduk Amerika butuh 11 Ha lahan per orang,
jika secara alami)
SDA diekstrak berlebihan (over exploitation) menggeser keseimbangan alami.
Masuknya/introduksi jenis luar yang invasif, baik
flora maupun fauna, sehingga mengganggu atau
merusak keseimbangan alami yang ada.
Kemudian, konflik semakin parah jika :
SDA berhadapan dengan batas-batas politik mis:
daerah resapan dikonversi utk HTI, HPH (kepentingan politik ekonomi)
Pemerintah dgn kebijakan tata ruang (program
jangka panjang) yg tdk berpihak pada prinsip
pelestarian SDA dan lingkungan.
Perambahan dgn latar kepentingan politik utk
mendapatkan dukungan suara dari kelompok
tertentu & juga sebagai sumber keuangan ilegal.
Kawasan konservasi mempunyai karakteristik
sebagaimana berikut:
Karakteristik, keaslian/keunikan ekosistem (hutan hujan
tropis/'tropical rain forest' yg meliputi pegunungan, dataran
rendah, rawa gambut, pantai)
Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.
Lansekap (bentang alam) atau ciri geofisik yg bernilai estetik/
scientik.
Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global.
Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies
(flora dan fauna) khusus: endemik (hanya terdapat di suatu
tempat di seluruh muka bumi), langka, atau terancam punah
(seperti harimau, orangutan, badak, gajah, beberapa jenis burung
seperti elang garuda/elang jawa, serta beberapa jenis tumbuhan
seperti ramin). Jenis-jenis ini biasanya dilindungi oleh peraturan
perundang-undangan.
Pengusahaan wisata alam yg alami (danau, pantai, keberadaan
satwa liar yg menarik).
Di
Indonesia,
kebijakan
konservasi
diatur
ketentuannya dalam UU 5 Tahun 1990 ttg
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. UU ini memiliki beberpa turunan
Peraturan Pemerintah (PP), diantaranya:
PP 68 Tahun 1998 terkait Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
PP 7 Tahun 1999 terkait Pengawetan/Perlindungan
Tumbuhan dan Satwa
PP 8 Tahun 1999 terkait Pemanfaatan Tumbuhan dan
Satwa Liar/TSL
PP 36 Tahun 2010 terkait Pengusahaan Pariwisata Alam di
Suaka Margasatwa (SM), Taman Nasional (TN), Taman
Hutan Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam (TWA).
Pelestarian dpt dilakukan secara sengaja/
alami utk menjaga kelangsungan hidup satwa
tsb. Adanya suaka margasatwa & cagar alam
menjadi media & sarana bagi pelestarian
serta perlindungan jenis flora dan fauna
khas di Indonesia. Melalui adanya upaya
konservasi diharapkan keberadaan flora &
fauna tsb tetap terjaga dari ambang kepunahan shg kelestarian keanekaragaman hayati
flora & fauna Indonesia tetap terjaga pd
masa yg akan datang
Download