29 Hubungan Variasi Makanan dengan Penyakit Asam Urat di Kalangan Lansia Azizah Muharika, Mariani dan Ari Istiany e-mail:[email protected] Program Studi Pendidikan Tata Boga, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan variasi makanan dengan kadar asam urat di kalangan lansia. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Jumlah pengambilan sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, yaitu lansia berumur 60-74 tahun penderita penyakit asam urat di kelurahan rawamangun. Instrument penelitian untuk pengumpulan data tentang variasi makanan berupa kuesioner yang berisi tentang variasi makanan yang mengandung kadar purin rendah, sedang dan tinggi. Sedangkan untuk mengukur kadar asam urat digunakan alat tes asam urat digital. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia diperoleh klasifikasi variasi makanan yang mengandung purin rendah dengan tingkat konsumsi sedang sebesar 59,25% dan klasifikasi makanan dengan tingkat konsumsi rendah sebesar 40%. Klasifikasi variasi makanan yang mengandung purin sedang dengan tingkat konsumsi tinggi sebesar 5,55%, klasifikasi tingkat konsumsi sedang sebesar 44,44% dan klasifikasi makanan dengan tingkat konsumsi rendah sebesar 50%. Klasifikasi variasi makanan yang mengandung purin tinggi dengan tingkat konsumsi sedang sebesar 22,22% dan klasifikasi makanan dengan tingkat konsumsi rendah sebesar 77,78%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lansia penderita asam urat lebih banyak mengkonsumsi variasi makanan dengan kadar purin rendah. Dengan criteria pengujian: jika rhitung < rtabel, (-0,260 < 0,361) dan p value 0,083 > 0,05, maka hipotesis alternatif (H0) diterima. Yang berarti tidak terdapat hubungan antara variasi makanan dengan kadar asam urat di kalangan lansia. Kata Kunci: variasi makanan, kadar asam urat, lansia, dan kadar purin dalam darah. Abstract: Purpose of this study is analyze the relationship variety of foods with acid levels among the elderly. The research was conducted in namely sub Rawamangun, East Jakarta. The timing of the research conducted in October 2011 to January 2012. The method of research using the survey method with cross sectional study design. Data collection was conducted on 30 people, elderly aged 60-74 years that patients with gout in sub Rawamangun. This research instruments using questionnaire to collect data about variety of foods consists of variety of foods containing low, medium and high levels of purines.while to measure the levels of uric acid was used digitally uric acid assay. The results of a research was conducted of elderly which classification of variety foods that contain purines with the consumption level is lower was 59,25% and classification of foods with low consumption was 40%. Classification of variety foods tha contain purines are a high consumption was 44,44% and the classification of foods with low level consumption was 50%. Classification of variety foods tha contain high purine consumption levels was 22,22% and classification of foods with a low consumption rate was 77,78%. With testing criteria: if rh < rt, (-0,260 < 0,361) and P value 0,083 > 0,05, than the alternative hypothesis (H0) is received. Which means there is no relations between the variety of foods with uric acid levels among the elderly. Key Words: variety of food, uric acid levels, the elderly, and purine levels in foods. PENDAHULUAN Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak lansia memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Semua masalah ini berisiko menimbulkan kurang gizi. Gizi seimbang untuk lansia perlu diterapkan dengan melihat kondisinya, apakah masih dapat mengunyah dengan baik atau tidak. Jika tidak, upayakan makanan lunak yang tetap memenuhi kebutuhan gizinya. Sebaiknya ada yang mengatur menu supaya mereka tidak mengalami masalah akibat makanan yang salah. Jika menderita penyakit, sebaiknya awasi dan atur menu agar kesehatannya tetap dapat dipertahankan. Penurunan fungsi organ, fisiologi dan 30 psikologi yang sangat tajam mengakibatkan lansia mudah terkena penyakit, seperti kolesterol, asam urat, jantung koroner dan masih banyak lagi penyakit degeneratif lainnya. Salah satu penyebab terjadinya berbagai macam penyakit di kalangan lansia adalah variasi makanan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan salah satu permasalahan yang sering berhubungan dengan variasi makanan pada lansia adalah kadar asam urat. Asam urat sebenarnya merupakan zat buangan metabolisme purin dalam tubuh yang kemudian dibuang melalui urin. Kadar asam urat yang tinggi dalam darah akan menyebar ke dalam rongga-rongga sendi sehingga mengakibatkan peradangan akut/ terjadi gout. Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada sendi ibu jari kaki. Namun dapat juga menyerang sendi lain, seperti pada tumit, lutut dan siku. Serangan gout umumnya terjadinya secara mendadak ( kebanyakan menyerang pada malam hari ). Sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat dan persendian sulit digerakkan. Biasanya, serangan akut gout berkaitan dengan konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Apabila penyakitnya telah menahun/ kronis dapat timbul tofus yaitu benjolan-benjolan yang berisi cairan putih yang mengandung kristal asam urat. Peningkatan kadar asam urat dalam darah salah satunya disebabkan oleh tingginya asupan makanan yang mengandung purin. Semakin tinggi pemasukkan zat purin maka produksi asam urat juga semakin meningkat (Kertia, 2009). Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variasi makan di kalangan lansia yang berlokasi di RW 02 Pemuda, Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur dan dilihat dari kemudahan kerjasama dengan kader dikarenakan telah terbiasa melakukan penelitian, serta keaktifan lansia dalam menjawab soal-soal/ pertanyaan-pertanyaan pada proses wawancara sehingga dapat dijadikan rujukan untuk melakukan program penurunan angka kesakitan terhadap penyakit degeneratif tersebut di atas serta program pencegahannya. METODE PENELITIAN Lanjut usia (Lansia) merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas dan telah menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata. Jumlah lansia yang meningkat memberikan pengaruh terhadap permasalahan baru yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama masalah kesehatan. Disisi lain, orang yang memasuki usia lanjut akan mengalami perubahan secara fisik maupun psikisnya. Perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan proses penuaan ini mengakibatkan lansia rentan terhadap penyakit. Dan terkadang lansia cenderung memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin, sehingga mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Dengan terjadinya penurunan nafsu makan, maka dapat menyebabkan terjadinya macammacam penyakit dikalangan lansia dikarenakan variasi makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan gizi para lansia. Variasi makanan merupakan penganekaragaman pola makan untuk meningkatkan mutu asupan gizi makanan yang dikonsumsi seseorang. Variasi makanan sangatlah penting bagi tubuh, terutama bagi lansia. Apabila variasi makanan bagi lansia tidak tercukupi maka akan banyak penyakit yang timbul seperti asam urat. Asam urat adalah penyakit yang mempunyai ciri khas yaitu nyeri dan peradangan sendi. Pada umumnya penyakit ini menyerang orang yang berusia diatas 50 tahun. Adapun kadar asam urat normal bagi lansia adalah pria sebesar 3,5 – 7 mg/dl dan wanita 2,6 – 6 mg/dl. Pada penelitian ini penulis menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Quesionnaire (FFQ) dikarenakan variasi makanan lansia tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, begitu juga banyaknya/frekuensi konsumsi kecukupan gizi bagi lansia tersebut. Maka dari itu perhitungan frekuensi tentang data konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi dihitung dalam periode tertentu seperti hari, minggu atau bulan. Variasi makanan erat kaitannya dengan status kesehatan dan status gizi lansia serta mempunyai kajian yang sangat luas, dapat berdasarkan pengetahuan gizi, gender, etnik, wilayah, pendidikan, status ekonomi. 31 Sumber Data Penelitian ini dilakukan di RW 02 Pemuda, Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur. Penelitian memerlukan waktu selama 4 bulan, terhitung mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan Januari 2012. Teknik Pengumpulan Data Data primer terdiri dari karakteristik sampel (umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status pernikahan, dan pendapatan) dan variasi makanan dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara. Dan data variasi makanan dikumpulkan menggunakan metode food frequency questionnaire. Data Sekunder yang dikumpulkan terdiri dari data demografi lokasi penelitian yang diperoleh dari pihak kelurahan setempat. Analisis Data Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas (variasi makanan) dengan variabel terikat (kadar asam urat dalam darah) digunakan analisis korelasi. Langkah dalam menganalisis data adalah mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, menggunakan rumus korelasi product moment. HASIL PEMBAHASAN Dari hasil data deskriptif dan analisis data variasi makanan lansia dengan kadar asam urat bahwa variasi makanan lansia tidak ada hubungan dengan kadar asam urat. Variasi makanan lansia yang sudah cukup baik dengan rendahnya mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi dan membatasi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Apabila kadar purin yang tinggi dapat menyebabkan kadar asam urat meningkat maka dari hasil penelitian ini lansia lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin rendah sehingga tidak menyebabkan kadar asam urat meningkat. Sedangkan pada variasi makanan pada lansia dengan kadar asam urat > 9 mg/dL lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi dan diprediksikan bahwa ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar asam urat meningkat seperti faktor genetik, kurang olahraga, setres, tidak mengkonsumsi obat dan tidak menjaga berat badan sehingga purin tetap menumpuk didalam tubuh (Vitahealth, 2007). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian kadar asam urat pada lansia diperoleh pada wanita sebanyak 15 orang (50%) yang termasuk golongan kadar asam urat 6 – 6,9 mg/dL, pada golongan kadar asam urat 7 – 7,9 mg/dL diperoleh pada pria sebanyak 2 orang (6,67%) dan wanita sebanyak 5 orang (16,67%), pada golongan kadar asam urat 8 – 8,9 mg/dL diperoleh pada pria sebanyak 1 orang (3,33%) dan wanita sebanyak 2 orang (6,67%), pada golongan > 9 mg/dL diperoleh pada pria sebanyak 3 orang (10%) dan wanita sebanyak 2 orang (6,67%). Berdasarkan hasil penelitian, makanan dengan kadar purin rendah diketahui bahwa variasi makanan dengan klasifikasi frekuensi sedang sebanyak 59,25% dan klasifikasi frekuensi rendah sebanyak 40,74%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin rendah sehingga dapat mengurangi terjadinya peningkatan kadar purin dalam darah. Makanan dengan kadar purin sedang diketahui bahwa variasi makanan dengan klasifikasi frekuensi tinggi sebanyak 5,55%, klasifikasi frekuensi sedang sebanyak 44,44% dan klasifikasi frekuensi rendah sebanyak 50%. Pada makanan kadar purin sedang, lansia lebih banyak mengkonsumsi tempe dengan skor sebanyak 87,62. Makanan dengan kadar purin tinggi diketahui bahwa klasifikasi variasi makanan dengan frekuensi sedang sebanyak 22,22% dan frekuensi rendah sebanyak 77,78%. Berdasarkan hasil pengujian korelasi product Moment dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variasi makanan dengan kadar asam urat di kalangan lansia. DAFTAR PUSTAKA Abdulwahab, WB. 2002. Statistika Parametrik dan Non Parametrik untuk Penelitian. Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 32 Badiyanto, H. 2000. Mengenal Penyakit Asam Urat. Jakarta: Pustaka Jaya. Biro Hukum Departemen Sosial. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta : Departemen Sosial. Darmojo, B. 2009. GERIATRI ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik. 1999. Proyeksi Penduduk Indonesia 1990-2025. Clausen, T., Charlton, K.E., Gobotswang, K.S.M. & Holmboe-Ottesen, G. 2005. Predictors of food variety and dietary diversity among older persons in Botswana. Journal of Nutrition 21:86-95. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Bakti Husada. Gibson CC. 2005. The samaritan’s dilemma: the political economy of development aid. London: Oxford University Press. Hardinsyah dan Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. , Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Diktat Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press. Istiany A. 2007. Kesan Pendidikan Pemakanan Dan Pendekatan Sinar Matahari Keatas Status Vitamin D di Kalangan Wanita Post Menopouse Melayu.Disertasi. Fakulti Sains dan Teknologi Universiti Kebangsaan Malaysia. Kertia, N. 2009. Asam Urat: Benarkah Hanya Menyerang Laki-laki?. Yogyakarta: B Frirs. Khumaidi M. 1996. Aspek Pemertaan Gizi Dalam Meningkatkan Kualitas Manusia, Media Gizi dan Keluarga.Jurusan GMSK. IPB Kountur, R. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Jakarta: PPM. Lim Hwei Mian et al. 2003.Dietary and Other Factors Associated with Overweight Among Women Workers in Two Electronics in Selangor. Journal of Nutrition 9: 105-124 Notoatmojo, S. 2000. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jogyakarta: Andi Offset. Saraswati, S. 2009. Diet Sehat: untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi, dan Stroke.Yogyakarta: A+ Plus Books. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Supariasa, I Dewa Nyoman.dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Wahyuni, D. 2009. Hubungan Status Gizi, Gaya Hidup dan Pola Konsumsi Kalsium dan Vitamin D Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Warga > 45 tahun di Taman Wisma Asri Bekasi Utara Tahun. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Depok. UI. [WHO] World Health Organization. 2005. From the suvey of income and program participation. Household Economic Studies. US. Goverment Printing Office. Winarno, FG. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi Dan Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.