LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

advertisement
PENGEMBANGAN KURIKULUM
dengan pendekatan
- Kognitif
- Behavioristik
- humanistik
Ocip Abd. Rosyid
Zainuri
Dewi Sinta
Wulandari
Pendekatan yang diperlukan dalam pengembangan kurikulum
adalah teori belajar yaitu teori tentang bagaimana siswa
belajar.
Selama ini, orang berbicara tentang teori belajar yang
dikembangkan terutama dari psikologi. Teori belajar seperti
yang dikenal dalam literatur dikembangkan dari berbagai aliran
dan teori dalam psikologi seperti behaviorisme (stimulusresponse, conditioning, operant conditioing, modelling, dan
sebagainya), kognitif (skemata, akomodasi, dan asimilasi dari
Piaget, meaningful learning dari Ausubel, dan sebagainya).
•Pendekatan kognitif
PENDEKATAN KOGNITIF
• Di kembangkan oleh Jean Peaget (18961980)
• Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize. Piaget
membagi skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi
dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
PENDEKATAN KOGNITIF
•Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
•Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
•Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
•Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
•Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
•Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
PENDEKATAN KOGNITIF
• Periode operasional formal (usia 11 tahun
sampai dewasa)
•
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia
•
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam
bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
PENDEKATAN KOGNITIF
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
•Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya.
•Klasifikasi — kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
•Decentering — anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya.
•Reversibility — anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal
•Konservasi — memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut
•Penghilangan sifat Egosentrisme — kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
•Pendekatan behavioristik
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
•
•
•
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan
menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian
tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang
komplek (Paul, 1997).
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
– Reinforcement and Punishment;
– Primary and Secondary Reinforcement;
– Schedules of Reinforcement;
– Contingency Management;
– Stimulus Control in Operant Learning;
– The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
• Behaviorisme ”Ivan Pavlov” : meyakini bahwa semua prilaku
dikendalikan oleh faktor eksternal dari lingkungan .
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
TEORI BEHAVIORISME
• Anak tidak
membawa potensi
apapun dari
lahirnya
• Perkembangan
ditentukan oleh
faktor yang berasal
dari lingkungan
• Bersifat pasif
TEORI S-R BOND (Thorndike)
Kehidupan tunduk pada hukum stimulus –
respon
Belajar  upaya membentuk S-R
sebanyaknya
CONDITIONING (Guthrie)
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi
tertentu (pada stimulus)
REINFORCEMENT (Skinner)
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi
tertentu (melalui respon)
•Pendekatan Humanistik
PENDEKATAN HUMANISTIK
• Pendekatan humanistik atau disebut juga dengan nama
psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang
multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku
manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan
aktualisasi diri manusia.
• Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri
utama, yaitu …
• psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai
pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia
• psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah
penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia
• psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luasakan kaedahkaeah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi
• Humanistik ”Abraham Maslow ” : memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki
manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna
memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri
seseorang .
• Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia ada dua hal, yaitu;
• suatu usaha yang positif untuk berkembang
• kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
• Kesimpulan
• Ada empat hal yang harus diperhatikan guru
dalam mengembangkan kurikulum sebagai
proses, yaitu:
• posisi siswa sebagai subjek dalam belajar,
• cara belajar siswa yang ditentukan oleh latar
belakang budayanya,
• lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan
pribadi siswa adalah entry behavior kultural siswa,
• lingkungan budaya siswa adalah sumber belajar.
• Pengembangan kurikulum masa depan dapat dilakukan berdasarkan
langkah-langkah sebagai berikut:
•
•
Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini kepada filosofi yang
lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit pendidikan.
Untuk tingkat pendidikan dasar, filosofi konservatif seperti esensialisme dan perenialisme
haruslah dapat diubah ke filosofi yang lebih menekankan pendidikan sebagai upaya
mengembangkan kemampuan kemanusiaan peserta didik baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat, bangsa, dan dunia. Filosofi kurikulum yang progresif seperti
humanisme, progresivisme, dan rekonstruksi sosial dapat dijadikan landasan pengembangan
kurikulum.
Teori kurikulum tentang konten (curriculum content) haruslah berubah dari teori yang
mengartikan konten sebagai aspek substantif yang berisikan fakta, teori, generalisasi kepada
pengertian yang mencakup pula nilai, moral, prosedur, proses, dan keterampilan yang harus
mimiliki generasi muda.
•
•
•
Teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan keragaman
sosial, budaya, ekonomi, dan politik tidak boleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori
psikologi belajar yang bersifat individualistik dan menempatkan siswa dalam suatu kondisi
value free, tetapi harus pula didasarkan pada teori belajar yang menempatkan siswa sebagai
makhluk sosial, budaya, politik, dan hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa, dan
dunia.
Proses belajar yang dikembangkan untuk siswa haruslah pula berdasarkan proses yang
memiliki tingkat isomorphism yang tinggi dengan kenyataan sosial. Artinya, proses belajar yang
mengandalkan siswa belajar secara individualistis dan bersaing secara kompetitif individualistis
harus ditinggalkan dan diganti dengan cara belajar berkelompok dan bersaing secara
kelompok dalam suatu situasi positif. Dengan cara demikian maka perbedaan antar-individu
dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan kelompok dan siswa terbiasa hidup dengan
berbagai keragaman budaya, sosial, intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi politik.
Evaluasi yang digunakan haruslah meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian
peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan. Alat evaluasi yang
digunakan haruslah beragam sesuai dengan sifat tujuan dan informasi yang ingin dikumpulkan.
Penggunaan alternative assessment (portfolio, catatan observasi, wawancara) dapat
digunakan
Download