GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) BERBASIS ISLAM UNTUK MEMBANGUN PERILAKU ETIS SISWA Sri Hartati 1) Imas Kania Rahman 2) 1) 2) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto, 55281, E-mail : [email protected] Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Jl KH Soleh Iskandar Bogor Indah Plaza Km 2, Tanah Sareal, Kab. Bogor, 16161, E-mail: [email protected] Abstrak : Artikel ini mendeskripsikan tentang konsep pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy berbasis islam untuk membangun perilaku etis siswa. REBT untuk membantu mengubah cara berfikir seseorang irasional agar menjadi rasional dan mengubah perilakunya dari yang negative menjadi positif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dengan metode dokumentasi. Hasil analisis menjelaskan bahwa REBT berbasis islam esensinya sebagai upaya membantu memberdayakan kembali potensi yang ada di dalam diri individu yaitu manusia fitrah berupa aql, qolbu, nafs, ruh serta kembali mengaktifkan keimanan dan ketakwaan hingga kembali berkembang dan berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep-konsep yang digunakan merujuk pada konsep dasar yang dikemukakan Ellis, yaitu konsep A-B-C- D-E-G. Proses pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan subjek dalam membangun perilaku etis siswa yaitu menggunakan teknik kognitif, teknik imageri, dan teknik behavioristik. Muraqabah dan Muhasabah dihadirkan dalam proses terapi sebagai bagian dari teknik kognitif. Praktik pendekatan REBT berbasis islam menggunakan strategi bimbingan kelompok dan konseling individu. Intervensi yang dilakukan secara estafet dalam Rational Emotive Behavior Therapy berbasis islam yaitu dispute tingkah laku, asesmen perilaku, identifikasi masalah dan evaluasi. Perilaku etis setiap individu sebagai Abdullah adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, sedangkan sebagai khalifatullah adalah seseorang yang mampu memakmurkan bumi dan segala isinya serta memberi manfaat bagi umat manusia disertai amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat. Kata Kunci: Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) Islam, Perilaku Etis terapi ini juga mengaitkan antara pemikiran PENDAHULUAN Teori REBT dikembangkan oleh tidak rasional dengan permasalahan emosi Albert Ellis pertama kalinya pada tahun 1955 manusia, yang mulanya dikenal sebagai Terapi Rasional bahwa manusia mempunyai pilihan untuk lalu ia mengubahnya menjadi rational emotive terus menyumbang kepada permasalahan yang therapy memberikan dihadapi atau mengambil langkah untuk penekanan terhadap hubungan antara kognisi, menghentikan proses permasalahan itu (Aina emosi dan tingkah laku yang ketiganya saling Razlin, 2014). (RET). Terapi ini serta mengetengahkan pendapat mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, 13 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 Pada 1993, Ellis mengubah nama secara fisik maupun psikologis. Perkembangan rational emotive therapy (RET) menjadi secara Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). matangnya organ-organ tubuh termasuk organ Rasional disini memiliki maksud kognisi yang reproduksi. efektif dalam membantu diri daripada kognisi perkembangan ini nampak pada kematangan yang sekedar valid secara empiris maupun pribadi logis. Kata kognitif yang ia gunakan sejak awal kematangan psikologis ini ditandai dengan banyak orang membatasi secara sempit kata ketertarikan rasional yang mengandung maksud intelektual biasanya muncul dalam bentuk lebih senang atau logis-empiris (dalam Richar Nelson, bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada 2011). Terapi REB sering digunakan oleh para perilaku yang sudah menjadi konsumsi umum. konselor di Amerika Serikat dalam mengatasi Di Indonesia REBT efektif digunakan masalah individu. Sejalan dengan hal itu, studi dalam menangani permasalahan seperti self lain yang dilakukan oleh Albert Ellis sebagai efficacy pada siswa Mts Nurul Huda Demak penggagas (Hermawan, 2015), mengubah perilaku wanita pendekatan keberhasilan dalam ini menunjukkan mengatasi masalah- masalah yang dialalmi oleh konselinya. dalam fisik ditandai Sedangkan dan penyanyi dengan secara kemandirian. terhadap cafe lawan (Ahmud, semakin psikologis Ciri jenis Thohir; khas yang 2013), peningkatan harga diri pada anak enuresis Masa remaja merupakan masa transisi (Hirmaningsih, Irna Minauli; 2015), self rentang kehidupan manusia yang esteem (Rosya Linda Hasibuan, Rr. Lita menghubungkan antara masa kanak-kanak Hadiati dengan 2007). resiliensi mahasiswa (Esya Anesty Mashudi, Menurut Monks, dkk (2006) masa remaja 2016), dan masih banyak lagi penelitian secara umum berlangsung antara usia 12 dan lainnya terkait pendekatan REBT. masa dewasa (Hurlock, Wulandari; 2015), peningkatan 21 tahun, dengan pembagian 12 – 15 tahun Penelitian sebelumnya terkait Rational adalah masa remaja awal, 15 – 18 tahun adalah Emotive Behavior Therapy berbasis islam masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun diantaranya telah dilakukan oleh Hermawan adalah Aspek untuk (meningkatkan self efficacy); oleh perkembangan yang harus dicapai pada usia Muryani (untuk mengurangi perilaku agresif); remaja ini diantaranya landasan perilaku etis oleh Sismadi (pada siswa yang mengalami dan kematangan hubungan dengan teman crisis Self Esteem), dan Abdul Kodir (dalam sebaya. Kedua aspek tersebut bertujuan untuk menanggulangi perilaku bullying), konsep mengenal dalam yang digunakan dengan menggunakan nilai- berperilaku dalam pergaulan dengan teman nilai islami berupa nafs zakiyyah dan nafs sebaya yang beragam latar belakangnya. amarah. Sedangkan pada peneliti Maulida masa alasan remaja akhir. norma-norma Dalam masa perkembangannya remaja (untuk meningkatkan regulasi diri) mengalami perkembangan begitu pesat, baik 14 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 menggunakan ISSN: 2301-6671 konsep manusia sebagai abdillah dan khalifatullah. asasnya berbentuk aktif-direktif (mengarah atau membimbing) serta didaktif (mengajar). Rational Emotive Behavior Therapy Fokus terapi REBT adalah kepada pemikiran, (REBT) yang akan dituangkan dalam tulisan emosi dan tindakan. la dilihat sebagai proses ini yaitu konsep konselor membantu siswa pembelajaran dalam membangun perilaku etis. Sebagai pandanan Ellis, Rational Emotive Behavior alasan pendekatan Therapy (REBT) adalah system psikoterapi REBT bahwa pendekatan ini telah merancang yang mengajari individu bagaimana sistem dan menekankan interaksi berpikir rasional, keyakinannya menentukan yang dirasakan dan perasaan, dan tingkah laku efektif dan positif. dilakukannya Sehingga konsep REBT mampu memberikan kehidupan ( Ellis, 1998). konkrit menggunakan efek terhadap permasalahan yang diangkat (Corey, pada 2013). Menurut berbagai peristiwa Menurut Ws. Winkel (1991) dalam dalam tulisan ini. Dengan demikian, layanan bukunya pendekatan Behavior Institusi Pendidikan” mengatakan bahwa terapi Therapy (REBT) berbasis islam diasumsikan rasional emotif adalah corak konseling yang dapat memberikan pandangan bagi siswa menekankan kebersamaan dn interaksi antara dalam membangun perilaku etis. Kaitannya berfikir dengan akal sehat (Rational Thinking), dengan perilaku etis yakni pergaulan remaja berperasaan terjadi karena adanya konsep irasional dalam (acting), sekaligus menekankan bahwa suatu diri perubahan yang mendalam dalam cara berfikir Rational individu dihilangkan yang dengan Emotive semestinya cara mampu mengarahkan dan “Bimbingan dan (Emoting), berperasaan Konseling dan dapat di berperilaku mengakibatkan individu agar mengelola emosi sehat, sehingga perubahan yang berarti dalam cara berperasaan perilaku tidak etis dapat ditanggulangi. dan berperilaku. Pandangan Ellis menarik perhatian REBT menurut beberapa pengertian di penulis untuk menggali lebih dalam tentang atas terapi rasional emotif perilaku. Konsep REBT mengenal dalam tulisan ini akan dilanjutkan dengan kepercayaan yang irasional menjadi rasional, melakukan penggabungan terhadap konsep serta mendorong konseli untuk mengubah sekaligus praktik terapi REBT menjadi konsep pandangan ke arah yang lebih mendorong dan dalam praktik REBT Islam dalam membangun membantu diri. perilaku etis siswa. adalah konselor secara membantu pasti konseli pandangan atau Rational Emotive Behavior Therapy diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis Konsep Umum Terapi Rasional Emotif (1950an), seorang psikoterapis yang Perilaku Albert Ellis terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Pendekatan yang digunakan dalam Yunani, Romawi dan modern yang lebih REBT adalah psiko-pendidikan, yang pada mengarah pada teori belajar kognitif (Ellis, 15 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 1950). Asal-usul terapi rasional-emotif dapat pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di (Komalasari, 2011). Yunani kuno yang membedakan tindakan dari Landasan filosofi Terapi Rasional interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius emotif Behavior tentang manusia tergambar dalam Enchiridion”, dalam quotation dari Epictetus yang dikutip menyatakan bahwa manusia tidak begitu oleh Ellis, yaitu “Manusia terganggu bukan banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada karena sesuatu tapi karena pandangan tentang dirinya, manusia sesuatu”. Landasan filosofi tentang manusia memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada terdiri dari: Theory of Knowlegde, yaitu dirinya (People are not disturbed by things, individu diajak mencari cara yang reliable dan but by the view they take of them) (Komalasari, valid untuk mendapatkan pengetahuan dan 2011). menentukan bukunya “The melainkan bagaimana bagaimana kita mengetahui Manusia lahir dengan potensi untuk bahwa sesuatu itu benar. Secara dialektik atau berfikir secara rasional dan tidak rasional. sistem berfikir berasumsi bahwa logis itu tidak Tidak ada seorang manusia yang terkecuali mudah. Kebanyakan individu cenderung ahli dari pemikiran rasional termasuk terapis (Ellis, dalam berfikir tidak logis. Selain itu, di dalam 1976 dalam Aina Razlin, 2014). Secara khusus sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit yang pendekatan terapi rasional emotif behavior dipegang teguh oleh individu namun tidak berasumsi memiliki sering Individu bertahan hidup (survival) dan nilai kesenangan memiliki potensi yang unik untuk berfikir (enjoyment) (Komalasari, 2011). Prinsip etik rasional dan irasional, pikiran irasional berasal juga menjadi landasan filosofis, manusia dari proses belajar yang irasional yang didapat dipandang memiliki tiga tujuan fundamental, dari orang tua dan budayanya, manusia adalah yaitu: untuk bertahan hidup (to survive), untuk makhluk verbal dan berfikir melalui simbol bebas dari kesakitan (to be relatively free from dan yang pain), dan untuk mencapai kepuasan (to be (self reasonably bahwa karakteristik sebagai bahasa, disebabkan individu gangguan oleh berikut: emosional verbalisasi diri verbalizing) yang terus menerus dan persepsi diverbalkan satisfied meliputi or nilai content) untuk (Ray Colledge, 2002). serta sikap terhadap kejadian merupakan akar Ellis mengusulkan tiga hipotesis yang permasalahan, bukan karena kejadian itu fundamental dalam makalah yang berjudul sendiri, individu memiliki potensi untuk “psikoterapi rasional”. Pertama, pikiran dan mengubah arah hidup personal dan sosialnya, emosi saling berkaitan erat. Kedua, pikiran dan serta pikiran dan perasaan yang negatif dan emosi saling berkaitan sehingga biasanya merusak keduanya saling menyertai satu sama lain, dan diri dapat mengorganisasikan diserang kembali dengan persepsi dan hal-hal tertentu pada dasarnya sama, sehingga pikiran seseorang menjadi emosinya dan 16 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 emosinya menjadi pikirannya. Ketiga, pikiran Rational Emotive Behavior Therapy adalah dan emosi cenderung berbentuk self-talk atau membantu individu menyadari bahwa mereka kalimat-kalimat yang diinternalisasikan dan dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih untuk semua maksud praktis, kalimat yang produktif, selalu dikatakan orang kepada dirinya akan mengoreksi menjadi pikiran emosinya (Ray Colledge, mereduksi emosi yang tidak diharapkan, 2002). membantu mengajarkan individu untuk kesalahan berfikir untuk individu mengubah kebiasaan Selanjutnya menurut Ellis menegaskan berfikir dan tingkah laku yang merusak diri, bahwa berfikir irasional menjadi masalah bagi serta mendukung konseli untuk menjadi lebih individu karena: menghambat individu dalam toleran terhadap diri sendiri, orang lain dan mencapai tujuan-tujuan, menciptakan emosi lingkungannya (Komalasari, 2011). yang ekstrim yang mengakibatkan stres dan menghambat mobilitas dan mengarahkan pada Teori ABC Kepribadian tingkah laku yang menyakiti diri sendiri. Serta menyalahkan memahami dinamika (salah kepribadian dalam pandangan terapi rasional menginterpretasikan kejadian yang terjadi atau emotif perlu memahami konsep-konsep dasar tidak kuat). yang dikemukakan Ellis (1994), ada tiga hal Mengandung cara yang tidak logis dalam yang terkait dengan perilaku, yaitu Activating mengevaluasi diri, orang lain, dan lingkungan Event (A), Belief (B), dan Consequence (C), sekitar (dalam Komalasari, 2011). yang kemudian dikenal dengan konsep A-B-C. didukung kenyataan Untuk oleh bukti yang Albert Ellis berpendapat “keyakinan- Setelah A-B-C menyusul Disputing (D) dan keyakinan yang irasional akan menghasilkan Effective new philosophy of life (E) untuk reaksi emosional pada individu. Keyakinan memasukkan yang irasional akan berakibat pada reaksi diharapkan dari perubahan. Selain itu, huruf emosional dan perilaku yang salah (Latipun, Goal (G) dapat diletakkan terlebih dahulu 2005). Pikiran, emosi dan perilaku jarang bisa untuk benar-benar dipisahkan. Berpikir dan emosi seseorang (dalam Richar Nelson, 2011). berinteraksi dengan perilaku individu biasanya perubahan memberikan Antecedent dan konteks Event (A) hasil bagi yang ABC merupakan bertindak atas dasar pemikiran dan emosi. segenap peristiwa luar yang dialami atau Selain itu tindakan mereka mempengaruhi memapar individu. Peristiwa pendahulu yang bagaimana mereka berpikir dan berperasaan. berupa fakta, kejadian, tingkah laku,atau sikap Secara umum, pandangan rational orang lain. Pada terapi REBT therapist emotif menfokuskan diri pada cara berpikir mendorong konseli untuk berasumsi bahwa manusia. Hal inilah yang dijadikan acuan bagi critical konselor untuk mengubah tingkah lakunya. kenyataannya dengan itu konseli menderita. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam Kondisi ini dimaksudkan agar therapist dapat A adalah benar meskipun 17 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 mengidentifikasi ISSN: 2301-6671 penyebab dari konseli memiliki critical A dan mendorong konseli jika proses berpikir yang irasional maka hasil akhirnya berupa tingkah laku negatif. untuk merasa ada masalah dengan pikirannya Ellis juga menambahkan bahwa itu sehingga pemaknaan kembali terhadap setelah konsep ABC maka menyusul desputing situasi A dapat dilakukan. yang merupakan penerapan metode ilmiah Belief (B) adalah keyakinan, untuk membantu konseli menantang keyakinan pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu keyakinan irasionalnya. Desputing merupakan terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang implementasi ada dua macam, yaitu keyakinan yang dijalankan oleh konselor dan konseli melalui rasional(rational belief atau rB) dan keyakinan proses belajar mengajar, dimana konselor yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). menunjukkan berbagai prinsip prinsip logika Keyakinan rasional merupakan cara berfikir dan atau sistem yang tepat, masuk akal, bijaksana, menyanggah dan produktif. Sedangkan keyakinan yang konseli.(Namora, 2013). dapat dari diuji proses terapi kebenarannya keyakinan yang untuk irrasional irasional merupakan cara berfikir atau sistem Ellis beranggapan bahwa berbagai yang salah, tidak masuk akal, emosional dan sistem keyakinan yang ada di masyarakat karena itu tidak produktif. termasuk di antaranya agama dan mistik Emotional Consequenee (C) adalah banyak tidak membantu orang menjadi sehat, konsekuensi atau reaksi emosional seseorang tetapi sebaliknya seringkali membahayakan sebagai akibat atau reaksi individu dalam dan menghentikan terbentuknya kehidupan bentuk perasaan senang atau hambatan emosi yang dalam hubungannya dengan (A). Konsekuensi menunjukkan emosional ini bukan akibat langsung dari (A) digunakan dalam tre yang diarahkan pada satu tapi disebabkan oleh keyakinan individu (B) tujuan utama yaitu “meminimalkan pandangan baik yang rasional atau yang irasional. Setelah yang mengalahkan diri dari konseli dan ABC menyusul Desputing (D) merupakan membantu konseli untuk Membangun filsafat penerapan hidup yang realistik” (Corey, 2005). menentang prinsip-prinsip pikiran ilmiah yang untuk sehat secara bahwa psikologis.Ellis banyak jalan yang cenderung mengalahkan diri sendiri dan mengalahkan Perilaku Etis Siswa Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald nilai-nilai irasional yang tidak bisa dibuktikan (Latipun, 2005). Hasil akhir dariproses A-B-CD berupa Effect (E) perilaku kognitif dan emotif. Bilamana A-B-C-D berlangsung dalam proses berpikir yang rasional maka hasil akhirnya berupa perilaku positif, sebaliknya J. Ebert pengertian “etika” merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Nilainilai dan moral pribadi perorangan dan konteks sosial menentukan apakah suatu 18 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 perilaku tertentu dianggap sebagai perilaku Singgih D. Gunarsa (1988) yang etis atau tidak etis. Menurut Ricky W. menyebutkan bahwa masa remaja merupakan Griffin dan Ronald J. Ebert perilaku etis masa peralihan dari masa kanak-kanak ke adalah perilaku yang sesuai dengan norma- dewasa, meliputi semua perkembangan yang norma sosial yang diterima secara umum dialami sebagai persiapan memasuki masa sehubungan dengan tindakan-tindakan yang dewasa. Sedangkan menurut Zakiah Darajat benar dan baik (Arifiyani, dkk., 2012). (1991), usia remaja merupakan bergejolaknya Menurut Zubair (1987) etika dan moral lebih berbagai macam perasaan yang kadang-kadang kurang sama pengertiannya, tetapi dalam bertentangan satu sama lain. Hurlock (1980) kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu menyebutkan bahwa fase remaja berada pada moral yang masa puber dengan mempunyai beberapa praktis, tugas perkembangan, yaitu: Mencari hubungan pengkajian baru dengan teman sebaya; Mencapai peran untuk penilaian dilakukan lebih sedangkan etika banyak perbuatan bersifat adalah untuk sistem nilai-nilai yang berlaku yang lebih sosialnya; banyak bersifat teori. fisiknya secara efektif; Mengharapkan dan Perilaku etis adalah perilaku yang Menerima dan menggunakan mencapai perilaku sosial yang bertanggung sesuai dengan etika-etika yang berlaku, dengan jawab; Mencapai kemandirian kata lain perilaku etis adalah sama dengan Mempersiapkan moral. perilaku etis merupakan perilaku yang Mempersiapkan bermoral, bersusila. Dalam hal ini etis adalah nilai etis sebagai pegangan untuk berperilaku. karier sosial; ekonomi; perkawinan; Memperoleh suatu predikat yang dipergunakan untuk Selanjutnya dalam psikologi islam, membedakan dengan perbuatan-perbuatan atau fase perkembangan termasuk dalam fase orang-orang tertentu dengan yang lain. Etis baligh dimana usia anak telah sampai pada dalam arti ini sama dengan “susila” (moral) masa dewasa. Pada usia ini anak telah (Zubair , 1987). memiliki kesadaran penuh akan dirinya, Perilaku etis ini akan menentukan kualitas individu yang (taklif), terutama tanggung jawab agama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh sosial (Abdul Mujib, 2001). Masa remaja atau dari luar yang kemudian menjadi prinsip yang sering dikenal dengan masa pubertas dianggap dijalani dalam bentuk perilaku. Perilaku etis sebagai yang dijadikan fokus dalam tulisan ini yaitu pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan pergaulan individu. Periode ini ditandai dengan adanya remaja sebagai baik siswa sehingga dia diberi beban dan tanggung jawab laki-laki atau perempuan dalam menjalin interaksi periode sensitif yang memiliki perpindahan dari masa kanak-kanak mejadi masa dewasa (Hasan, 2006). Pengertian Siswa (Remaja Berusia 12-15 Tahun) Perilaku Etis Remaja 19 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 Menurut ISSN: 2301-6671 Ahmad Mudjab Mahalli dalam buku Membangun Pribadi Muslim, Tata penelitian tentang rational emotive behavior therapy dan perilaku etis remaja. aturan dalam proses interaksi antara laki-laki Sumber data yang digunakan dalam dengan perempuan yang berumur 15-18 tahun penulisan adalah salah satunya tata tertib yang harus Mukhtashar Ihya` Ulumuddin, karya al- diterapkan seseorang jika ingin mengunjungi Ghazali. dan memasuki rumah orang lain. Tata aturan Theory karya Ray Colledge. Ketiga, Ilmu Jiwa dalam proses interaksi antara laki-laki dengan Agama karya Zakiyah Darajat. perempuan yang berumur 15-18 tahun yang ini diataranya: Kedua, Mastering pertama, Counselling Untuk menganalisis data-data yang lainnya seperti yang disampaikan dalam acara diperoleh, TOP (Ta’aruf dan orientasi Pesantren) pada content analysis.analisis ini lebih ersifat pada Juli Remaja pembahasan mendalam terhadap isi atau menjauhi informasi tertulis atau tercetak dalam media 2013, diantaranya: etika berperilaku menutup aurat; perbuatan zina; menundukkan pandangan; peneliti menggunakan metode masa (Arikunto, 1983). tidak melihat aurat orang lain dan memelihara kemaluan dari berzina; baik laki-laki dan HASIL DAN PEMBAHASAN perempuan harus betul-betul bertaqwa kepada Rational Emotive Behavior Therapy Allah SWT; menjauhkan diri dari tempat- berbasis islam lahir sebagai upaya membantu tempat yang subhat; tidak melakukan khalwat memberdayakan kembali potensi yang ada di (berdua-duaan di tempat yang sepi); tidak dalam diri individu yaitu fitrah manusia yang bersuara mendesah; mengisi waktu luang telah diberikan aql, qalb, nafs, dan ruh serta dengan kegiatan yang bermanfaat; mengajak kembali untuk berbuat kebaikan (dalam TOP, 2013) ketakwaan hingga kembali berkembang dan mengaktifkan keimanan dan berfungsi sebagaimana mestinya. Pertama, Aql METODE selalu berkaitan dengan etika memberikan Sifat penelitian ini adalah deskripstifanalisis dengan menguraikan secara teratur seluruh konsep yang ada relevansinya dengan pembahasan. Kemudian data yang terkumpul sebagaimana mestinya, lalu diadakan analisis. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan dengan menggunakan studi komparasi terhadap sistem atau konsep. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode mengumpulkan dokumentasi data yang dengan sebuah makna bahwa dengan berfikir rasional individu akan konsekuensi pengontrolan menyadari perbuatan dorongan dan konsekuensipengaturan emosionalnya dipandang dari sudut tinjauan masa depan (Amin Abdullah, 2002). Kedua, qalb menurut Jalaluddin Rumi merupakan potensi berpikir yang sangat mengagumkan ( Amin Syukur, 2002), sebab qalb berfungsi sebagai penggerak dan pengontrol anggota tubuh lainnya. Hali ini mendukung 20 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Qur`an dan Hadits dan menjauhi segala Imam Bukhari dan Muslim yang artinya: bentuk larangan Allah dengan tujuan untuk “Ingatlah bahwa di dalam tubuh terdapat memperoleh keselamatan di dunia dan di sepotong daging. Apabila ia baik, maka akhirat. baiklah badan itu seluruhnya dan apabila ia Selanjutnya, Al-Ghazali (1997) nilai- rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya. nilai islam yang digunakan dalam konsep Ingatlah Rational Emotive Behavior Therapy yakni sepotong daging itu adalah hati”(Zumroh, 2011). Ketiga, nafs muraqabah (kontrol diri) dan muhasabah suatu (koreksi diri), Muraqabah (kontrol diri) adalah perasaan halus (lathifah), yaitu jiwa manusia upaya diri untuk senantiasa merasa terawasi dan substansinya, tetapi berbeda-beda sesuai oleh dengan ruhani) muhasabah (koreksi diri) adalah usaha seorang (Auliya,2005). muslim untuk menghitung, mengkalkulasi diri memaksakan seberapa banyak dosa yang telah dilakukan ahwal merupakan (kondisi-kondisi masing-masing Kecenderungan nafs adalah hasrat-hasratnya dalam upaya untuk memuaskan diri. Sedangkan akal berperan sebagai kekuatan pembatas sekaligus penasihat bagi nafs, memberikan dan Allah (muraqabatullah). kebaikan apa saja Sedangkan yang belum dilakukannya. Proses pelaksanaan dalam Rational pertimbangan Emotive Behavior Therapy berbasis islam kepada nafs tentang tindakan-tindakan positif disesuaikan dengan keadaan subjek dalam yang seharusnya dilakukan dan tindakan- membangun perilaku etis siswa yaitu dengan tindakan harus menggunakan teknik kognitif, teknik imageri, dihindari. Keempat, Ruh adalah cahaya halus dan teknik behavioristik (Komalasari, 2011), pada diri manusia yang dengannya ia dapat dengan tahap-tahap pelaksanaan secara umum mengetahui sebagaimana yaitu menggunakan tiga tahap seperti tahap fungsi kalbu dan ruh inilah merupakan hakikat awal (beginning stage), tahap tengah (middle hati. stage), dan tahap akhir. negatif dan yang mengidrak Dari Uraian di atas dapat disimpulkan Melalui konsep Rational Emotive bahwa raga pada setiap individu dikendalikan Behavior Therapy berbasis islam model A-B- oleh aql dan nafs yang keduanya terletak di C-D-E-G, dalam membangun perilaku etis dalam qalb yang dapat hidup karena adanya siswa dengan penerapan A : mengaktifkan ruh dengan kuasa Allah SWT. Fitrah manusia kembali persoalan perilaku tidak etis dalam di hadapan Allah SWT ditunjukkan melalui pergaulan remaja yang selama ini dilakukan cara manusia dalam berpikir secara rasional oleh siswa. B : menjelaskan pandangan negatif dan menyadari bahwa ia adalah abdullah dan pandangan islam terhadap perilaku tidak sekaligus khlalifatullah dengan menjalankan etis dalam pergaulan. C : dengan penjelasan segala perintah yang ditetapkan dalam ajaran dari konsep B, maka akan timbul reaksi positif 21 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 dan negatif pada siswa yang berperilaku tidak tidak rasional dengan mengaplikasikan konsep etis. D : menjauhkan pola emosi negatif pada ABC, menentang pikiran negatif tersebut siswa. dengan E : menggantikan dengan pola pertanyaan-pertanyaan yang pemikiran baru melalui proses penyesalan menantang (D), dan menggantinya menjadi yang dilanjutkan dengan pengalihan pola pikiran dan pernyataan yang positif atau emosi negatif ke pola emosi positif yaitu nilai- rasional, serta melakukan positive self talk nilai etis dalam berperilaku siswa. Sementara sehingga G : penetapan tujuan kehidupan individu di maupun perilaku yang lebih positif. Dalam dunia sebagai abd Allah dan Khalifah Allah memunculkan (yakni membangun perilaku etis siswa). menjelaskan kepada konseli peran individu Seperti halnya telah dijelaskan dalam surat an- sebagai abdi Allah sekaligus khalifah Allah Naziat ayat 37-41 bahwa seperti yang terkandung dalam surat al- menghasilkan pikiran respon rasional, perasaan konselor “Adapun orang yang melampaui batas Baqoroh ayat 30 yaitu manusia diberi tugas dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi, dan tanggung jawab untuk menggali potensi- neraka adalah tempat tinggalnya, sedangkan potensi yang terdapat dibumi sebagai sarana yang takut pada kebesaran Tuhannya dan untuk beribadah kepada Allah. mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu, sorga adalah tempat tinggalnya”. Teknik selanjutnya menggunakan teknik imageri yaitu melalui kegiatan proyeksi Dunia merupakan taman pendidikan waktu (time projection). Kegiatan proyeksi yang mesti dilalui manusia untuk mendapatkan waktu ini digunakan untuk memvisualisasikan hasilnya kelak di Akhirat. Jika hasilnyan baik kejadian yang tidak menyenangkan ketika maka kebaikan dan kebahagiaan surgalah yang kejadian itu terjadi, setelah itu konseli diperolehnya, tetapi jika hasilnya buruk maka membayangkan dampak yang terjadi seminggu keburukan nerakalah yang menjadi tempat kemudian, sebulan kemudian, enam bulan tinggalnya. kemudian, setahun kemudian dan seterusnya Teknik kognitif yang digunakan dalam dalam waktu yang berkelanjutan. Penerapan modul REBT yaitu dengan rational role teknik imageri ini didasarkan pada kandungan reversal. Rational role reversal meminta surat al-Imran ayat 119 yaitu tentang hamba konseli untuk memainkan peran yang memiliki Allah yang mampu menahan emosi negatif keyakinan dengan tindakan. rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan Selain itu, teknik behavioristik yang diwujudkan melalui kegiatan menyerang rasa irasional konselor dengan keyakinan rasional malu (shame attacking). Kegiatan ini yang diverbalisasikan. Dalam hal ini konseli mengajarkan kepada konseli untuk mengelola diharapkan dapat berlatih mengubah atau dan mengantisipasi perasaan malu dengan menghilangkan pikirannya yang negatif atau melakukan konfrontasi kekuatan untuk malu 22 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 dengan cara sengaja bertingkah laku yang memnbantu klien memahami bagaimana dan memalukan dan mengundang ketidaksetujuan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap lingkungan sekitar. Pemberian reward juga ini diberikan atas perilaku yang diinginkan dan mempunyai potensi untuk mengubah hal pemberian punishment atas perilaku yang tidak tersebut. diinginkan. Perilaku yang diharapkan konseli diajarkan bahwa mereka Kedua, Pada tahap ini dilakukan disesuaikan pada al-Qur`an surat an-Nur ayat asesmen 31 yaitu perilaku mu`minah untuk menjaga pandangan konseli pandangan, kemaluan dan menutup auratnya sebelumnya. Selanjutnya dari pandangan laki-laki. untuk meyakinkan bahwa pemikiran dan Melalui mengidentifikasi terhadap perilaku konseli dibantu perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan membangun diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi perilaku etis sebagai abdi Allah sekaligus ide-ide untuk menentukan goal. Konselor khalifah Allah serta mampu mengevaluasi mendebat pikiran irasional konseli dengan perilaku-perilaku menggunakan konseli REBT untuk islam diharapkan pendekatan perilaku mampu yang kurang sesuai pertanyaan mengenai sebelumnya dengan belajar bertanggung jawab pemahaman diri yang disesuaikan pada surat pada apa yang mereka lakukan termasuk di al-Baqarah ayat 30 tentang potensi manusia. dalamnya menerima konsekuensi dari pilihan Pada tahap ini konselor juga menggunakan dan perbuatannya. Strategi yang digunakan teknik rational role reversal untuk membantu dalam Rational konseli mengembangkan pikiran rasional. Emotive Behavior Therapy Berbasis Islam Tidak ketinggalan konseli juga diberikan yaitu pemahaman materi etika perilaku dalam pelaksanaan strategi Konseling bimbingan kelompok dan konseling secara individual. pandangan islam tentang pergaulan remaja. Tahapan intervensi yang dilakukan Selanjutnya diberikan pemahaman tentang pada praktik REBT berbasis islam ini sama muraqabah dengan tahapan pada umumnya menurut Ellis mengontrol dirinya serta muhasabah untuk (dalam Corey, 2005) meliputi: Pertama, Tahap mengoreksi perilaku apa yang pernah mereka ini merupakan diawali dengan membangun lakukan sebelumnya. hubungan antara konselor dengan konseli dan antar sesama cara remaja dalam Ketiga, Pada tahap akhir dilakukan Konselor identifikasi masalah dengan membuat daftar memperkenalkan dirinya sebagai orang yang masalah. Konselor membantu konseli untuk mampu dan bersedia membantu konseli untuk memperkuat mencapai merupakan pemberdayaan iman sehingga terhindar dari dispute tingkah laku, proses dimana konseli krisis perilaku etis, serta mengembangkan diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka fillosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak tidak terjebak pada masalah yang disebabkan tujuan. logis dan konseli. atau Selanjutnya irrasional. Proses ini keyakinan rasional lewat 23 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 oleh pemikirian irasional. Terakhir dengan perubahan dan hasil yang diharapkan dari penetapan tujuan (goal) kehidupan individu di perubahan. Selain itu, huruf Goal (G) dapat dunia sebagai abd Allah dan Khalifah Allah diletakkan terlebih dahulu untuk memberikan (yakni membangun perilaku etis siswa)yang konteks bagi ABC. Hal ini bertujuan untuk meyakini akan adanya kehidupan setelah mengubah cara berfikir seseorang irasional kematian. Seperti halnya telah dijelaskan agar dalam surat an-Naziat ayat 37-41 bahwa perilakunya dari yang negatif menjadi positif. “Adapun orang yang melampaui batas dan Proses pelaksanaannya disesuaikan dengan lebih duniawi, keadaan subjek dalam memperoleh nilai etis neraka adalah tempat tinggalnya, sedangkan perilaku yaitu menggunakan teknik kognitif, yang takut pada kebesaran Tuhannya dan teknik imageri, dan teknik behavioristik. mengutamakan kehidupan menjadi mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu, Praktik rasional dan pendekatan mengubah REBT islam sorga adalah tempat tinggalnya”. Dunia menggunakan strategi bimbingan kelompok merupakan taman pendidikan yang mesti dan dilalui manusia untuk mendapatkan hasilnya dilakukan secara estafet dalam kelak di Akhirat. Jika hasilnya baik maka Emotive Behavior Therapy berbasis islam kebaikan dan kebahagiaan surgalah yang model diperolehnya, tetapi jika hasilnya buruk maka perilaku etis siswa yaitu dispute tingkah laku, keburukan nerakalah yang menjadi tempat asesmen perilaku, identifikasi masalah dan tinggalnya. Selanjutnya dilakukan evaluasi evaluasi dengan menerapkan dari setiap tahapan dan diakhiri dengan doa keislaman berupa Muraqabah (kontrol diri) bersama. adalah upaya diri untuk senantiasa merasa konseling individu. A-B-C-D-E-G Intervensi untuk yang Rational membangun dua nilai terawasi oleh Allah (muraqabatullah). Serta SIMPULAN muhasabah (koreksi diri) adalah usaha seorang Rational Emotive Behavior Therapy berbasis islam lahir sebagai upaya membantu memberdayakan kembali potensi yang ada di dalam diri individu yaitu manusia fitrah dan kembali mengaktifkan keimanan dan ketakwaan hingga kembali berkembang dan berfungsi sebagaimana mestinya. Konsepkonsep yang digunakan merujuk pada konsep dasar yang dikemukakan Ellis (1994) terkait dengan perilaku yaitu konsep A-B-C. Setelah muslim untuk menghitung, mengkalkulasi diri seberapa banyak dosa yang telah dilakukan dan kebaikan apa saja yang belum dilakukannya. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, M. Amin. (2002). Antara AlGhazali dan Kant: Filsafat Etika Islam,cet-ke II. Bandung: Mizan. Al-Ghazali. (1997). Mukhtashar Ihya` Ulumuddin, terj. Irwan Kurniawan. Cet ke II. Bandung: Mizan A-B-C menyusul Disputing (D) dan Effective new philosophy of life (E) untuk memasukkan Arifiyani, dkk., (2012). "Pengaruh Pengendalian Intern, Kepatuhan Dan 24 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 Kompensasi Manajemen Terhadap Perilaku Etis Karyawan (Studi Kasus PT Adi Satria Abadi Yogyakarta)." Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen 1.2 Kamalasari, Gantina. (2011).Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks. Arikunto, Suharsimi. (1983). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara. Mahalli, Ahmad Mudjab. (2002). Membangun Pribadi Muslim. Yogyakarta: Menara Kudus. Auliya, M. Yaniyullah Delta. (2005). Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Mappiare, Andi. (2008). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Colledge, Ray. (2002). Mastering Counselling Theory. Palgrave Macmillan. Monks, F.J. & Knoers. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Corey, Gerald. (2005)Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Darajat, Zakiyah. (1991). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Disampaikan dalam acara TOP (Ta’aruf dan Orientasi Pesantren) di Pesantren Persis Benda, “Etika Pergaulan Remaja Muslim dan Muslimah” Juli 2013 dalam “Arena Sahabat.htm Ellis, Albert dan Maurits Kwee. The Interface Between Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) and Zen. Journal Rational Emotive & Cognitif Behavior Therapy. No. 16. Tahun 1998 Ellis, Albert. (1950). Teknik-teknik Konseling Jakarta: PT.Merdika. Gunarsa, Singgih D. (1988). Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. (1988). Hasan, Aliah B. Purwakania. (2006). Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih bahasa: Istiwidayanti). Jakarta: Penerbit Erlangga. Latipun. (2005). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakir. (2001). Nuansa-Nuansa Psikologi Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Namora, L Lumongga. (2013). Memahami Dasar – Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nelson-Jones, Richar. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, edisi ke-4. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nielsen, Stevan L., W. Brad Johnson, and Albert Ellis. (2001). Counseling and psychotherapy with religious persons: A rational emotive behavior therapy approach. Routledge. Roose, Aina Razlin Mohammad. (2014). Kenali REBT Semudah ABC: Teori & Konsep Asas Terapi Rasional Emotif Tingkah Laku. Malaysia: Unimas. Sugiyanto, Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), Universitas Negeri Yogyakarta, tidak diterbitkan. Syukur, Amin dan Masharudin. (2002).Intelektualisme Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 25 GENTA MULIA, Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 ISSN: 2301-6671 Winkel, Ws. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Zubair, Ahmad. (1987). Pengantar Kuliah Etika. Jakarta: Pradya Paramita Zumroh. (2011). Tombo Ati Upaya Membersihkan Qalbu dari Kumankuman Penyakit. cet. 1. Surabaya : Bintang Usaha Jaya 26