taman pintar, science center sebagai sarana literasi sains

advertisement
TAMAN PINTAR, SCIENCE CENTER SEBAGAI SARANA
LITERASI SAINS MASYARAKAT
A. KEMAMPUAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK DI INDONESIA
Kondisi umum pendidikan di Indonesia dapat dikatakan baik, dengan
tingkat kesadaran bersekolah yang cukup tinggi, terutama untuk usia
pendidikan dasar SD – SMA. Namun didapati kenyataan bahwa sebagian
besar peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dikarenakan adanya kecenderungan bahwa metode pembelajaran yang
diterapkan di sekolah tidak/kurang sekali melibatkan kegiatan praktik
yang mengaitkan materi pembelajaran dengan terapan aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah studi bernama PISA (Programme for International Student
Assessment), yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for
Economic Cooperation and Development), berkedudukan di Paris Perancis, setiap 3 tahun sekali, didesain untuk mendapatkan informasi
tentang prestasi belajar peserta didik dalam rangka untuk mengetahui
tingkat
kualitas
pendidikan
di
sebuah
negara
dalam
lingkup
internasional.
Hasil studi PISA terakhir pada tahun 2012 membuktikan bahwa ratarata peserta didik di Indonesia memiliki kemampuan literasi sains yang
sangat
rendah
dengan
skor
382, bandingkan
dengan
rata-rata
internasional yang mencapai skor 501. Skor tersebut menjadikan
Indonesia berada pada peringkat 63 dari 64 negara. Perlu diketahui
bahwa peringkat ini tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan dari
hasil studi PISA pada tahun-tahun putaran studi sebelumnya, di mana
pada tahun 2000 Indonesia berada pada peringkat 38 dari 41 negara,
tahun 2003 berada pada peringkat 38 dari 40 negara, pada tahun 2006
berada pada peringkat 50 dari 57 negara dan tahun 2009 berada pada
peringkat 60 dari 65 negara. (Sumber: www.oecd.org/pisa/)
Dengan
capaian
seperti
itu,
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
kemampuan sains peserta didik di Indonesia baru berada pada tahap
mampu mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi belum sampai pada
tahap mampu mengkomunikasikan dan menerapkannya pada berbagai
topik sains. Padahal pemahaman peserta didik yang lebih baik terhadap
sains, sebenarnya dapat dicapai bila mereka memiliki kemampuan
literasi sains yang baik. Literasi sains menjadi hal yang penting dikuasai
oleh peserta didik karena dengan demikian, peserta didik dapat
menghubungkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang telah mereka miliki sebelumnya.
Sains dalam konteks ini diartikan sebagai keilmuan pada umumnya,
tidak terbatas hanya meliputi ilmu-ilmu bidang eksakta. Sementara
literasi dimaknai luas sebagai melek teknologi, berpikiran kritis dan
peduli terhadap lingkungan sekitar. Sehingga literasi sains dalam
masalah ini merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan ilmiah, tidak sebatas memahami gejala dan prosesnya,
melainkan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi tidak berbeda juga dihadapi oleh pelajar di kota Yogyakarta yang
menyandang predikat Kota Pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
INAP
(Indonesia
National
Assessment
Programme)
2012
yang
diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dengan melibatkan 2 Provinsi perintis
yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Berdasarkan
skor yang didapat, terlihat bahwa tingkat literasi sains peserta didik di
DIY hanya menunjukkan hasil yang baik pada level knowing, namun
kurang baik di level applying, bahkan lebih kurang lagi di level
reasoning.
Kurangnya sarana pembelajaran di dalam maupun di luar sekolah yang
mampu membantu proses penerimaan materi pembelajaran bagi anakanak, membuat proses pemahaman ilmu tersendat. Maka penyediaan
fasilitas alat bantu ajar yang memadai sebagai sarana pembelajaran
berbasis literasi sains, kemudian menjadi sebuah urgensi.
B. INISIATIF YANG DIAMBIL PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
Untuk kepentingan penyediaan sarana pembelajaran berbasis literasi
sains, Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian mengambil inisiatif untuk
membangun
sebuah
science
center
(pusat
pembelajaran
ilmu
pengetahuan dan teknologi), yang berlokasi tepat di jantung Kota
Yogyakarta, sehingga menjadikannya mudah dijangkau. Kedekatan
letak dengan berbagai obyek wisata unggulan lainnya di Kota
Yogyakarta pun menjadi nilai tambah tersendiri bagi para wisatawan
(Keraton Yogyakarta, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, Taman
Budaya, Alun-alun, serta kawasan perbelanjaan Malioboro).
Pemerintah Kota Yogyakarta mulai membangun Taman Pintar pada
tahun 2004 serta mulai membuka Taman Pintar untuk umum pada
tahun 2006. Berawal dari gagasan untuk meningkatkan mutu sarana
pendidikan bagi masyarakat dan terutama pelajar, sejak awal Taman
Pintar sudah memiliki komitmen yang besar untuk membawakan sistem
pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi melalui cara-cara yang
menyenangkan dan bersifat interaktif. Melalui visi sebagai wahana
ekspresi, apresiasi dan kreasi sains, Taman Pintar memiliki tujuan untuk
menumbuhkembangkan minat anak terhadap sains, melalui imajinasi,
percobaan dan permainan dalam rangka pengembangan sumber daya
Indonesia yang berkualitas. Motto pembelajaran “Mencerdaskan dan
Menyenangkan” secara konsisten melekat pada seluruh alat peraga
yang ada dan menjadi kriteria penting bagi pengembangan setiap
wahana. Filosofi Ki Hajar Dewantara, salah satu tokoh pendidikan
nasional Indonesia, yaitu Niteni-Niroake-Nambahi (MemperhatikanMenirukan-Mengembangkan) juga diimplementasikan sebagai metode
pembelajaran yang dianut Taman Pintar.
Sebagai lembaga layanan publik, Taman Pintar memiliki target pasar
utama yaitu kalangan pelajar berusia 6 – 18 tahun. Untuk memberikan
tema pembelajaran yang paling tepat untuk anak-anak pada kisaran
usia ini, Taman Pintar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan pihak
swasta dalam penyelenggaraan alat peraga serta pembuatan program
kegiatan yang sesuai dengan kurikulum sekolah, namun disajikan
secara menarik dan interaktif, sesuai dengan jiwa pembelajaran
berbasis
literasi
sains
dimana
anak
didorong
untuk
menggali
pengetahuan dan pemahamannya terhadap konsep materi yang telah
dipelajarinya melalui percobaan.
Faktor kekinian merupakan hal yang sangat penting dipertimbangkan
dalam menampilkan peraga-peraga pembelajaran di Taman Pintar,
untuk menarik minat anak-anak yang menjadi sasarannya. Karenanya,
Taman Pintar memadukan unsur-unsur pengetahuan tersebut dengan
teknologi misalnya dalam bentuk penggunaan LCD screen serta software
khusus untuk menghasilkan peraga pembelajaran yang menarik dan
mudah dipahami anak-anak. Bentuk arsitektur bangunan dan desain
interior dirancang sedemikian rupa menggunakan warna-warna cerah
yang menimbulkan kesan ceria bagi anak-anak.
Sebagai sebuah science center yang berada di Kota Budaya, Taman
Pintar tidak hanya mengembangkan konten yang berkaitan dengan
sains dan teknologi, namun juga mengembangkan konten yang
berdasar pada kearifan lokal, misalkan pengetahuan tentang budaya
Jawa dan peninggalannya yang ditampilkan pada Zona Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat, Zona Gamelan, Zona Wayang, Zona Batik,
Zona Keris, juga penyelenggaraan kegiatan seperti membatik dan kreasi
gerabah. Kegiatan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga dalam
waktu yang relatif singkat, anak-anak bisa mempelajari cara membatik
dan membuat sebuah kreasi gerabah dari tanah liat, dengan biaya yang
terjangkau bagi masyarakat.
Pembelajaran budaya yang belum ditemui di science center lainnya ini,
kemudian juga menjadi nilai tambah bagi Taman Pintar karena dengan
melakukan kunjungan ke Taman Pintar, anak-anak dapat meningkatkan
wawasan dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal.
C. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN
Proses pembangunan dimulai segera setelah lahan Taman Pintar
berhasil dibersihkan dari berbagai kegiatan yang awalnya berada di
lokasi
tersebut
pada
tahun
2005.
Pemerintah
Kota
Yogyakarta
melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Propinsi
demi
keberhasilan
rencana
ini.
Apalagi
Taman
Pintar
merupakan science center pertama di Indonesia yang dikelola oleh
Pemerintah Kota.
Pembukaan lokasi untuk publik dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemajuan pembangunan yang berhasil dicapai, mulai tahun
2006 hingga akhir tahun 2008.
Selanjutnya, pengelolaan Taman Pintar meliputi pengembangan wahana
dan konten serta perencanaan program kegiatan di Taman Pintar
dilakukan secara terus-menerus hingga saat ini, hingga Taman Pintar
dapat selalu memicu minat anak-anak untuk belajar lebih intensif di luar
sekolah.
Inisiatif dicetuskan pertama kali oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. pada
tahap awal, Walikota Yogyakarta membentuk Tim Pengembangan, yang
bertugas
mengawal
proses
pembangunan
Taman
Pintar,
juga
melakukan upaya penggalangan dana serta melakukan komunikasi
dengan pihak sponsor, sampai Taman Pintar siap membuka layanannya
untuk umum.
Setelah proses pembangunan selesai, Taman Pintar dikelola oleh
manajemen Taman Pintar, dikepalai Kepala Kantor Pengelolaan Taman
Pintar, membawahi Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengembangan
Keprograman, Seksi Peralatan Peraga dan Seksi Humas & Pemasaran.
Pada masing-masing bagian/seksi memiliki peran dan tugas fungsi serta
keahlian dalam bidang tersebut, yang saling mendukung, bekerjasama
dan berkoordinasi dalam mengelola dan mengembangkan Taman Pintar.
Seluruh pegawai dalam manajemen Taman Pintar bekerja sesuai analisa
jabatan yang sudah ditentukan serta melalui uji kompetensi di
Universitas Gadjah Mada, sebuah institusi pendidikan terkemuka di Kota
Yogyakarta.
Dana pembangunan Taman Pintar, diambil dari anggaran Pemerintah
Pusat, Pemerintah Tingkat Propinsi dan Pemerintah Tingkat Kota,
selama beberapa tahun mulai tahun 2005 hingga tahun 2007. Jumlah
total biaya yang diperlukan adalah berkisar 60 miliar rupiah.
Sejak
awal
dibangunnya
Taman
Pintar,
skema
pendanaan
pembangunan gedung, serta pengadaan alat peraga dibebankan pada
instansi yang menangani bidang bangunan dan aset daerah di
Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu Dinas Bangunan Gedung dan Aset
Daerah (DBGAD), sedang biaya pengelolaan dibebankan pada Dinas
Pendidikan (pada waktu itu status kelembagaan Taman Pintar masih
berupa
unit
layanan
dibawah
naungan
Dinas
Pendidikan
Kota
Yogyakarta). Namun sejak tahun 2007, Taman Pintar melakukan
berbagai proses untuk meningkatkan status menjadi badan layanan
publik yang mempunyai kewenangan lebih besar dengan pembiayaan
mandiri yang kemudian tercapai pada tahun 2010.
Sejalan dengan upaya menuju kemandirian finansial, Taman Pintar
melakukan
kerjasama
dengan
berbagai
pihak
yang
mempunyai
kepedulian terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia,
terutama
untuk
kepentingan
pengadaan,
pengembangan
serta
pembaharuan alat peraga. Sementara untuk pembiayaan program
kegiatan keterampilan bidang budaya seperti membatik dan kreasi
gerabah, Taman Pintar menerapkan sistem pembelian tiket bagi
pengunjung yang berminat mengikuti kegiatan dengan besaran tarif
tiket yang sangat terjangkau.
Dalam perjalanannya, sejak pertama kali membuka layanan untuk
umum hingga saat ini, Taman Pintar telah menjadi acuan sarana
pembelajaran bagi hampir semua sekolah di Kota Yogyakarta. Mencapai
jumlah pengunjung 1 juta dalam setahun, yang banyak juga datang dari
daerah luar Kota Yogyakarta terutama rombongan sekolah, Taman
Pintar telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai peranan strategis
dalam mengembangkan dan memotivasi masyarakat pada umumnya
dan pelajar serta anak-anak pada khususnya, untuk mengenal,
memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka
pelajari
di
sekolah, secara
interaktif,
dengan
kemasan modern
menggunakan teknologi terbaru, namun tetap dalam koridor budaya asli
daerahnya. Unsur kearifan lokal memang menjadi salah satu perhatian
utama untuk dimasukkan dalam pembelajaran anak-anak Indonesia
karena pesatnya kemajuan teknologi memerlukan kedewasaan generasi
muda dalam menyikapinya.
Keberadaan Taman Pintar sebagai destinasi wisata unggulan di Kota
Yogyakarta,
secara
positif
dan
signifikan
tentunya
memberikan
pengaruh dan dampak yang baik bagi masyarakat, pelaku bisnis
(khususnya sektor pariwisata) dan juga ekonomi serta teknologi. Selain
memenuhi
fungsi
utamanya
sebagai
sarana
literasi
sains
bagi
masyarakat, terutama kalangan pelajar, Taman Pintar juga dapat
menggerakkan perekonomian masyarakat serta memberikan multiplier
effect bagi pengunjung yang datang baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Secara umum keberadaan Taman Pintar sebagai pusat pembelajaran
sains sudah dikenal dalam skala nasional, maupun internasional (Taman
Pintar tergabung dalam Asia Pacific Network of Science and Technology
Center (ASPAC) sejak tahun 2008) dan merupakan salah satu pendiri
Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) yang dibentuk pada tahun
2013. Sejak berdiri hingga saat ini, banyak lembaga pemerintah dari
seluruh wilayah Indonesia yang melakukan studi banding ke Taman
Pintar untuk mempelajari dan mengembangkan lembaga pembelajaran
sejenis di daerah masing-masing. Bahkan keistimewaan Taman Pintar
dalam menampilkan tema pembelajaran mengenai budaya dan nilainilai kearifan lokal, kemudian dimasukkan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) ASCI sekaligus ditetapkan menjadi
salah satu kriteria wajib bagi pemerintah daerah lain di Indonesia yang
ingin membangun fasilitas pendidikan science center. Dengan demikian
diharapkan, kekayaan keragaman budaya serta adat istiadat yang
tersebar
di
seluruh
penjuru
kepulauan
Indonesia
dapat
terus
dilestarikan oleh anak-anak Indonesia secara berkesinambungan.
Proses pemantauan serta evaluasi terhadap keberfungsian seluruh
peraga serta kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di Taman
Pintar, yang berkaitan erat dengan proses pembelajaran sains,
dilakukan secara berkala untuk mengetahui dan melakukan penanganan
terhadap permasalahan yang terjadi dengan segera. Setiap zona Taman
Pintar dijaga oleh petugas Pemandu yang bekerja dalam pembagian
shift pagi dan siang untuk membantu anak-anak dalam memahami cara
kerja serta dasar keilmuan dari suatu peraga serta memberikan
informasi lebih lengkap mengenai peraga tersebut atas permintaan
pengunjung.
bertugas
Pemandu
membimbing
yang
mengawal
anak-anak
suatu
dalam
program
kegiatan
mengerjakan
kegiatan
berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Para Pemandu ini
adalah petugas garda depan yang paling cepat mengetahui bila terjadi
masalah di lapangan. Permasalahan, benturan, kritik dan segala
hambatan yang terjadi selama mereka bertugas, disampaikan kepada
petugas Koordinator Pemandu saat sesi evaluasi di akhir jam ketugasan
mereka.
Masukan
yang
diterima
kemudian
diteruskan
kepada
manajemen Taman Pintar untuk dibahas dan dicarikan pemecahannya.
Masukan-masukan ini lah yang kemudian juga menjadi faktor-faktor
yang dipertimbangkan untuk melakukan pembenahan, pembaharuan
atau penggantian terhadap suatu zona atau sebuah program kegiatan.
Taman Pintar juga membuka berbagai saluran untuk menampung
masukan berupa kritik dan saran dari pengunjung maupun masyarakat
luas, dalam bentuk kotak saran, hotline UPIK yang dikelola oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta, serta hotline sms. Kesemuanya secara
reguler dilaporkan kepada top management untuk didiskusikan dan
ditindaklanjuti.
Kendala pada saat awal pembangunan Taman Pintar, adalah banyaknya
tentangan yang datang justru dari masyarakat di sekitar lokasi
pembangunan. Lokasi yang tadinya merupakan pasar buku tradisional,
pangkalan kendaraan umum dan dikuasai oleh preman ini, memang
merupakan kawasan yang dikenal liar dan sulit diatur. Namun dengan
serangkaian proses negoisasi yang panjang dan alot, lokasi tersebut bisa
dibersihkan dan pasar buku direlokasi sementara sampai kemudian
Pemerintah Kota Yogyakarta membangun sebuah plaza penjualan buku
yang terintegrasi dan terkoneksi dengan bangunan Taman Pintar.
Sementara dalam pengelolaannya, kendala yang dihadapi manajemen
khususnya dalam pengembangan baik program maupun kemitraan
serta promosi adalah terbatasnya gerak langkah yang dapat dilakukan,
hal ini mengingat Taman Pintar adalah instansi pemerintah yang harus
patuh dan tunduk pada peraturan yang berlaku, sehingga sedikit
menghambat inovasi dan kreativitas yang ingin diterapkan. Adapun
upaya
yang
dilakukan
adalah
senantiasa
melakukan
konsultasi,
koordinasi dan diskusi dengan instansi terkait, baik di lingkungan
Pemerintah
Kota
Yogyakarta,
Pemerintah
Propinsi
DIY
maupun
Pemerintah Pusat dalam hal rencana penerapan inovasi yang akan
dikembangkan.
D. DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN
Pembangunan
Taman
Pintar
sebagai
sarana
pendukung
proses
pembelajaran berbasis literasi sains yang dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat menarik minat belajar pada anak-anak, dengan
dilengkapi dengan pembelajaran mengenai budaya dan nilai-nilai
kearifan lokal diantara tema-tema lain seputar ilmu pengetahuan dan
teknologi, didapatkan pencapaian sebagai berikut:
a) Pelayanan Publik Berkualitas
Taman
Pintar
memiliki
fungsi
melayani
masyarakat
untuk
mengembangkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan sains dan
teknologi serta mendukung peningkatan kualitas pendidikan melalui
berbagai pembelajaran dan kegiatan sains dan teknologi.
Sebagai lembaga layanan publik, Taman Pintar memiliki komitmen
untuk menyediakan sarana pembelajaran sekaligus alternatif wisata
serta layanan masyarakat yang berkualitas, komitmen tersebut
diupayakan secara terus menerus dan pada tahun 2010 telah berhasil
meraih dan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 1900:2008,
sekaligus meraih penghargaan Citra Layanan Prima Tingkat Nasional.
b) Nilai kreativitas, Strategis, Inovatif dan Unik
Sebagai sebuah science center (pusat ilmu pengetahuan dan
teknologi), Taman Pintar Yogyakarta tidak hanya mengembangkan
wahana dan konten yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagaimana lembaga sejenis yang ada baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Namun juga mengembangkan wahana dan
konten yang berdasar pada kearifan lokal (local wisdom), yang
menjadi keunikan sekaligus mempunyai dampak jangka panjang
yang baik bagi pembentukan karakter berbudaya bagi anak-anak
Indonesia.
c) Memberikan Dampak Menguntungkan Bagi Masyarakat, Pelaku
Bisnis, Perekonomian, Teknologi.
Keberadaan Taman Pintar sebagai destinasi wisata unggulan di Kota
Yogyakarta, secara positif dan signifikan tentunya memberikan
pengaruh dan dampak yang baik bagi masyarakat, pelaku bisnis
(khususnya bisnis pariwisata) dan juga ekonomi serta teknologi.
Disamping dapat menggerakkan perekonomian masyarakat serta
memenuhi kebutuhan literasi masyarakat, pelajar dan anak-anak,
serta memberikan kesempatan bagi masyarakat dalam penyerapan
tenaga kerja maupun kesempatan multiplier effect dari pengunjung
yang datang baik langsung maupun tidak langsung.
d) Dapat Direplikasikan Pada Science Center atau Pusat Pembelajaran
Sejenis
Bentuk inovasi yang dilakukan Taman Pintar ini dapat direplikasikan
pada daerah lain di Indonesia, mengingat pentingnya penyediaan
fasilitas pendukung pembelajaran yang memadai bagi anak-anak,
terutama bila sekolah tempat mereka memiliki fasilitas yang minim
karena keterbatasan dana.
e) Memberikan Dampak Luas dalam Skala Nasional
Secara umum keberadaan Taman Pintar sudah dikenal dalam skala
nasional, maupun internasional (Taman Pintar tergabung dalam
Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) sejak tahun 2013 dan Asia
Pacific Network of Science and Technology Center (ASPAC) sejak
tahun 2008). Dan sejak berdiri sampai saat ini sudah banyak
lembaga pemerintah dari seluruh wilayah Indonesia yang melakukan
studi
banding
ke
Taman
Pintar
untuk
mempelajari
dan
mengembangkan lembaga sejenis dengan pengembangan tema
pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal di daerah
masing-masing.
Disamping itu juga, pengunjung Taman Pintar tidak hanya terbatas
dari kawasan Pulau Jawa, namun juga dari daerah di seluruh
Indonesia, mulai dari perorangan/keluarga maupun rombongan
sekolah dan perguruan tinggi.
Aspek berkeberlanjutan dari penyelenggaraan inovasi pembelajaran
berbasis literasi sains yang dilakukan Taman Pintar dalam konsep science
center dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
a) Payung Hukum
Adanya payung hukum yang menjamin keberlangsungan inovasi dan
kebebasan
Taman
Pintar
dalam
mengembangkan
tema-tema
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan jaman
dan kebutuhan akan pendidikan karakter yang bermutu bagi anakanak khususnya dan masyarakat pada umumnya, selama masih
berada dalam lingkup visi dan misi yang dimiliki Taman Pintar.
Pergantian kepemimpinan Taman Pintar tidak begitu berpengaruh
terhadap kebijakan pengembangan karena pedoman regulasi sudah
jelas dan sudah terbangun sistem serta etos kerja bagi pegawai
Taman Pintar.
b) Rencana Pengembangan
Rencana pengembangan Taman Pintar mengacu pada RJPMD Kota
Yogyakarta dan dituangkan dalam Rencana Strategi Bisnis (RSB) dan
Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Taman Pintar secara konsisten
selalu memasukkan alokasi anggaran terkait pengembangan konten
dalam perencanaan kegiatan setiap tahun.
Kunci keberhasilan dari inovasi penyelenggaraan metode pembelajaran
berbasis literasi sains ini adalah kemampuan untuk berinovasi dalam
menghasilkan cara pembelajaran yang semenarik mungkin bagi anak-
anak sesuai dengan trend teknologi yang sedang berlangsung, kemauan
yang besar untuk menyelamatkan keragaman budaya dan adat istiadat
yang menjadi dasar nilai-nilai kearifan lokal, kemitraan dengan pihakpihak yang kompeten di bidangnya, serta keseriusan niat untuk
menerapkan paradigma layanan terbaik bagi masyarakat.
Download