TAMAN PINTAR, SCIENCE CENTER SEBAGAI SARANA LITERASI SAINS MASYARAKAT A. KEMAMPUAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK DI INDONESIA Kondisi umum pendidikan di Indonesia dapat dikatakan baik, dengan tingkat kesadaran bersekolah yang cukup tinggi, terutama untuk usia pendidikan dasar SD – SMA. Namun didapati kenyataan bahwa sebagian besar peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah tidak/kurang sekali melibatkan kegiatan praktik yang mengaitkan materi pembelajaran dengan terapan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah studi bernama PISA (Programme for International Student Assessment), yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), berkedudukan di Paris Perancis, setiap 3 tahun sekali, didesain untuk mendapatkan informasi tentang prestasi belajar peserta didik dalam rangka untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan di sebuah negara dalam lingkup internasional. Hasil studi PISA terakhir pada tahun 2012 membuktikan bahwa ratarata peserta didik di Indonesia memiliki kemampuan literasi sains yang sangat rendah dengan skor 382, bandingkan dengan rata-rata internasional yang mencapai skor 501. Skor tersebut menjadikan Indonesia berada pada peringkat 63 dari 64 negara. Perlu diketahui bahwa peringkat ini tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan dari hasil studi PISA pada tahun-tahun putaran studi sebelumnya, di mana pada tahun 2000 Indonesia berada pada peringkat 38 dari 41 negara, tahun 2003 berada pada peringkat 38 dari 40 negara, pada tahun 2006 berada pada peringkat 50 dari 57 negara dan tahun 2009 berada pada peringkat 60 dari 65 negara. (Sumber: www.oecd.org/pisa/) Dengan capaian seperti itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan sains peserta didik di Indonesia baru berada pada tahap mampu mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi belum sampai pada tahap mampu mengkomunikasikan dan menerapkannya pada berbagai topik sains. Padahal pemahaman peserta didik yang lebih baik terhadap sains, sebenarnya dapat dicapai bila mereka memiliki kemampuan literasi sains yang baik. Literasi sains menjadi hal yang penting dikuasai oleh peserta didik karena dengan demikian, peserta didik dapat menghubungkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Sains dalam konteks ini diartikan sebagai keilmuan pada umumnya, tidak terbatas hanya meliputi ilmu-ilmu bidang eksakta. Sementara literasi dimaknai luas sebagai melek teknologi, berpikiran kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Sehingga literasi sains dalam masalah ini merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan ilmiah, tidak sebatas memahami gejala dan prosesnya, melainkan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tidak berbeda juga dihadapi oleh pelajar di kota Yogyakarta yang menyandang predikat Kota Pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil INAP (Indonesia National Assessment Programme) 2012 yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan melibatkan 2 Provinsi perintis yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Berdasarkan skor yang didapat, terlihat bahwa tingkat literasi sains peserta didik di DIY hanya menunjukkan hasil yang baik pada level knowing, namun kurang baik di level applying, bahkan lebih kurang lagi di level reasoning. Kurangnya sarana pembelajaran di dalam maupun di luar sekolah yang mampu membantu proses penerimaan materi pembelajaran bagi anakanak, membuat proses pemahaman ilmu tersendat. Maka penyediaan fasilitas alat bantu ajar yang memadai sebagai sarana pembelajaran berbasis literasi sains, kemudian menjadi sebuah urgensi. B. INISIATIF YANG DIAMBIL PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA Untuk kepentingan penyediaan sarana pembelajaran berbasis literasi sains, Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian mengambil inisiatif untuk membangun sebuah science center (pusat pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi), yang berlokasi tepat di jantung Kota Yogyakarta, sehingga menjadikannya mudah dijangkau. Kedekatan letak dengan berbagai obyek wisata unggulan lainnya di Kota Yogyakarta pun menjadi nilai tambah tersendiri bagi para wisatawan (Keraton Yogyakarta, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, Taman Budaya, Alun-alun, serta kawasan perbelanjaan Malioboro). Pemerintah Kota Yogyakarta mulai membangun Taman Pintar pada tahun 2004 serta mulai membuka Taman Pintar untuk umum pada tahun 2006. Berawal dari gagasan untuk meningkatkan mutu sarana pendidikan bagi masyarakat dan terutama pelajar, sejak awal Taman Pintar sudah memiliki komitmen yang besar untuk membawakan sistem pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi melalui cara-cara yang menyenangkan dan bersifat interaktif. Melalui visi sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan kreasi sains, Taman Pintar memiliki tujuan untuk menumbuhkembangkan minat anak terhadap sains, melalui imajinasi, percobaan dan permainan dalam rangka pengembangan sumber daya Indonesia yang berkualitas. Motto pembelajaran “Mencerdaskan dan Menyenangkan” secara konsisten melekat pada seluruh alat peraga yang ada dan menjadi kriteria penting bagi pengembangan setiap wahana. Filosofi Ki Hajar Dewantara, salah satu tokoh pendidikan nasional Indonesia, yaitu Niteni-Niroake-Nambahi (MemperhatikanMenirukan-Mengembangkan) juga diimplementasikan sebagai metode pembelajaran yang dianut Taman Pintar. Sebagai lembaga layanan publik, Taman Pintar memiliki target pasar utama yaitu kalangan pelajar berusia 6 – 18 tahun. Untuk memberikan tema pembelajaran yang paling tepat untuk anak-anak pada kisaran usia ini, Taman Pintar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan pihak swasta dalam penyelenggaraan alat peraga serta pembuatan program kegiatan yang sesuai dengan kurikulum sekolah, namun disajikan secara menarik dan interaktif, sesuai dengan jiwa pembelajaran berbasis literasi sains dimana anak didorong untuk menggali pengetahuan dan pemahamannya terhadap konsep materi yang telah dipelajarinya melalui percobaan. Faktor kekinian merupakan hal yang sangat penting dipertimbangkan dalam menampilkan peraga-peraga pembelajaran di Taman Pintar, untuk menarik minat anak-anak yang menjadi sasarannya. Karenanya, Taman Pintar memadukan unsur-unsur pengetahuan tersebut dengan teknologi misalnya dalam bentuk penggunaan LCD screen serta software khusus untuk menghasilkan peraga pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami anak-anak. Bentuk arsitektur bangunan dan desain interior dirancang sedemikian rupa menggunakan warna-warna cerah yang menimbulkan kesan ceria bagi anak-anak. Sebagai sebuah science center yang berada di Kota Budaya, Taman Pintar tidak hanya mengembangkan konten yang berkaitan dengan sains dan teknologi, namun juga mengembangkan konten yang berdasar pada kearifan lokal, misalkan pengetahuan tentang budaya Jawa dan peninggalannya yang ditampilkan pada Zona Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Zona Gamelan, Zona Wayang, Zona Batik, Zona Keris, juga penyelenggaraan kegiatan seperti membatik dan kreasi gerabah. Kegiatan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga dalam waktu yang relatif singkat, anak-anak bisa mempelajari cara membatik dan membuat sebuah kreasi gerabah dari tanah liat, dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat. Pembelajaran budaya yang belum ditemui di science center lainnya ini, kemudian juga menjadi nilai tambah bagi Taman Pintar karena dengan melakukan kunjungan ke Taman Pintar, anak-anak dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi serta menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal. C. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN Proses pembangunan dimulai segera setelah lahan Taman Pintar berhasil dibersihkan dari berbagai kegiatan yang awalnya berada di lokasi tersebut pada tahun 2005. Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi demi keberhasilan rencana ini. Apalagi Taman Pintar merupakan science center pertama di Indonesia yang dikelola oleh Pemerintah Kota. Pembukaan lokasi untuk publik dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemajuan pembangunan yang berhasil dicapai, mulai tahun 2006 hingga akhir tahun 2008. Selanjutnya, pengelolaan Taman Pintar meliputi pengembangan wahana dan konten serta perencanaan program kegiatan di Taman Pintar dilakukan secara terus-menerus hingga saat ini, hingga Taman Pintar dapat selalu memicu minat anak-anak untuk belajar lebih intensif di luar sekolah. Inisiatif dicetuskan pertama kali oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. pada tahap awal, Walikota Yogyakarta membentuk Tim Pengembangan, yang bertugas mengawal proses pembangunan Taman Pintar, juga melakukan upaya penggalangan dana serta melakukan komunikasi dengan pihak sponsor, sampai Taman Pintar siap membuka layanannya untuk umum. Setelah proses pembangunan selesai, Taman Pintar dikelola oleh manajemen Taman Pintar, dikepalai Kepala Kantor Pengelolaan Taman Pintar, membawahi Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengembangan Keprograman, Seksi Peralatan Peraga dan Seksi Humas & Pemasaran. Pada masing-masing bagian/seksi memiliki peran dan tugas fungsi serta keahlian dalam bidang tersebut, yang saling mendukung, bekerjasama dan berkoordinasi dalam mengelola dan mengembangkan Taman Pintar. Seluruh pegawai dalam manajemen Taman Pintar bekerja sesuai analisa jabatan yang sudah ditentukan serta melalui uji kompetensi di Universitas Gadjah Mada, sebuah institusi pendidikan terkemuka di Kota Yogyakarta. Dana pembangunan Taman Pintar, diambil dari anggaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Tingkat Propinsi dan Pemerintah Tingkat Kota, selama beberapa tahun mulai tahun 2005 hingga tahun 2007. Jumlah total biaya yang diperlukan adalah berkisar 60 miliar rupiah. Sejak awal dibangunnya Taman Pintar, skema pendanaan pembangunan gedung, serta pengadaan alat peraga dibebankan pada instansi yang menangani bidang bangunan dan aset daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah (DBGAD), sedang biaya pengelolaan dibebankan pada Dinas Pendidikan (pada waktu itu status kelembagaan Taman Pintar masih berupa unit layanan dibawah naungan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta). Namun sejak tahun 2007, Taman Pintar melakukan berbagai proses untuk meningkatkan status menjadi badan layanan publik yang mempunyai kewenangan lebih besar dengan pembiayaan mandiri yang kemudian tercapai pada tahun 2010. Sejalan dengan upaya menuju kemandirian finansial, Taman Pintar melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai kepedulian terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, terutama untuk kepentingan pengadaan, pengembangan serta pembaharuan alat peraga. Sementara untuk pembiayaan program kegiatan keterampilan bidang budaya seperti membatik dan kreasi gerabah, Taman Pintar menerapkan sistem pembelian tiket bagi pengunjung yang berminat mengikuti kegiatan dengan besaran tarif tiket yang sangat terjangkau. Dalam perjalanannya, sejak pertama kali membuka layanan untuk umum hingga saat ini, Taman Pintar telah menjadi acuan sarana pembelajaran bagi hampir semua sekolah di Kota Yogyakarta. Mencapai jumlah pengunjung 1 juta dalam setahun, yang banyak juga datang dari daerah luar Kota Yogyakarta terutama rombongan sekolah, Taman Pintar telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai peranan strategis dalam mengembangkan dan memotivasi masyarakat pada umumnya dan pelajar serta anak-anak pada khususnya, untuk mengenal, memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah, secara interaktif, dengan kemasan modern menggunakan teknologi terbaru, namun tetap dalam koridor budaya asli daerahnya. Unsur kearifan lokal memang menjadi salah satu perhatian utama untuk dimasukkan dalam pembelajaran anak-anak Indonesia karena pesatnya kemajuan teknologi memerlukan kedewasaan generasi muda dalam menyikapinya. Keberadaan Taman Pintar sebagai destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta, secara positif dan signifikan tentunya memberikan pengaruh dan dampak yang baik bagi masyarakat, pelaku bisnis (khususnya sektor pariwisata) dan juga ekonomi serta teknologi. Selain memenuhi fungsi utamanya sebagai sarana literasi sains bagi masyarakat, terutama kalangan pelajar, Taman Pintar juga dapat menggerakkan perekonomian masyarakat serta memberikan multiplier effect bagi pengunjung yang datang baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum keberadaan Taman Pintar sebagai pusat pembelajaran sains sudah dikenal dalam skala nasional, maupun internasional (Taman Pintar tergabung dalam Asia Pacific Network of Science and Technology Center (ASPAC) sejak tahun 2008) dan merupakan salah satu pendiri Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) yang dibentuk pada tahun 2013. Sejak berdiri hingga saat ini, banyak lembaga pemerintah dari seluruh wilayah Indonesia yang melakukan studi banding ke Taman Pintar untuk mempelajari dan mengembangkan lembaga pembelajaran sejenis di daerah masing-masing. Bahkan keistimewaan Taman Pintar dalam menampilkan tema pembelajaran mengenai budaya dan nilainilai kearifan lokal, kemudian dimasukkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) ASCI sekaligus ditetapkan menjadi salah satu kriteria wajib bagi pemerintah daerah lain di Indonesia yang ingin membangun fasilitas pendidikan science center. Dengan demikian diharapkan, kekayaan keragaman budaya serta adat istiadat yang tersebar di seluruh penjuru kepulauan Indonesia dapat terus dilestarikan oleh anak-anak Indonesia secara berkesinambungan. Proses pemantauan serta evaluasi terhadap keberfungsian seluruh peraga serta kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di Taman Pintar, yang berkaitan erat dengan proses pembelajaran sains, dilakukan secara berkala untuk mengetahui dan melakukan penanganan terhadap permasalahan yang terjadi dengan segera. Setiap zona Taman Pintar dijaga oleh petugas Pemandu yang bekerja dalam pembagian shift pagi dan siang untuk membantu anak-anak dalam memahami cara kerja serta dasar keilmuan dari suatu peraga serta memberikan informasi lebih lengkap mengenai peraga tersebut atas permintaan pengunjung. bertugas Pemandu membimbing yang mengawal anak-anak suatu dalam program kegiatan mengerjakan kegiatan berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Para Pemandu ini adalah petugas garda depan yang paling cepat mengetahui bila terjadi masalah di lapangan. Permasalahan, benturan, kritik dan segala hambatan yang terjadi selama mereka bertugas, disampaikan kepada petugas Koordinator Pemandu saat sesi evaluasi di akhir jam ketugasan mereka. Masukan yang diterima kemudian diteruskan kepada manajemen Taman Pintar untuk dibahas dan dicarikan pemecahannya. Masukan-masukan ini lah yang kemudian juga menjadi faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk melakukan pembenahan, pembaharuan atau penggantian terhadap suatu zona atau sebuah program kegiatan. Taman Pintar juga membuka berbagai saluran untuk menampung masukan berupa kritik dan saran dari pengunjung maupun masyarakat luas, dalam bentuk kotak saran, hotline UPIK yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, serta hotline sms. Kesemuanya secara reguler dilaporkan kepada top management untuk didiskusikan dan ditindaklanjuti. Kendala pada saat awal pembangunan Taman Pintar, adalah banyaknya tentangan yang datang justru dari masyarakat di sekitar lokasi pembangunan. Lokasi yang tadinya merupakan pasar buku tradisional, pangkalan kendaraan umum dan dikuasai oleh preman ini, memang merupakan kawasan yang dikenal liar dan sulit diatur. Namun dengan serangkaian proses negoisasi yang panjang dan alot, lokasi tersebut bisa dibersihkan dan pasar buku direlokasi sementara sampai kemudian Pemerintah Kota Yogyakarta membangun sebuah plaza penjualan buku yang terintegrasi dan terkoneksi dengan bangunan Taman Pintar. Sementara dalam pengelolaannya, kendala yang dihadapi manajemen khususnya dalam pengembangan baik program maupun kemitraan serta promosi adalah terbatasnya gerak langkah yang dapat dilakukan, hal ini mengingat Taman Pintar adalah instansi pemerintah yang harus patuh dan tunduk pada peraturan yang berlaku, sehingga sedikit menghambat inovasi dan kreativitas yang ingin diterapkan. Adapun upaya yang dilakukan adalah senantiasa melakukan konsultasi, koordinasi dan diskusi dengan instansi terkait, baik di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Propinsi DIY maupun Pemerintah Pusat dalam hal rencana penerapan inovasi yang akan dikembangkan. D. DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN Pembangunan Taman Pintar sebagai sarana pendukung proses pembelajaran berbasis literasi sains yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat belajar pada anak-anak, dengan dilengkapi dengan pembelajaran mengenai budaya dan nilai-nilai kearifan lokal diantara tema-tema lain seputar ilmu pengetahuan dan teknologi, didapatkan pencapaian sebagai berikut: a) Pelayanan Publik Berkualitas Taman Pintar memiliki fungsi melayani masyarakat untuk mengembangkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan sains dan teknologi serta mendukung peningkatan kualitas pendidikan melalui berbagai pembelajaran dan kegiatan sains dan teknologi. Sebagai lembaga layanan publik, Taman Pintar memiliki komitmen untuk menyediakan sarana pembelajaran sekaligus alternatif wisata serta layanan masyarakat yang berkualitas, komitmen tersebut diupayakan secara terus menerus dan pada tahun 2010 telah berhasil meraih dan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 1900:2008, sekaligus meraih penghargaan Citra Layanan Prima Tingkat Nasional. b) Nilai kreativitas, Strategis, Inovatif dan Unik Sebagai sebuah science center (pusat ilmu pengetahuan dan teknologi), Taman Pintar Yogyakarta tidak hanya mengembangkan wahana dan konten yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana lembaga sejenis yang ada baik di Indonesia maupun di luar negeri. Namun juga mengembangkan wahana dan konten yang berdasar pada kearifan lokal (local wisdom), yang menjadi keunikan sekaligus mempunyai dampak jangka panjang yang baik bagi pembentukan karakter berbudaya bagi anak-anak Indonesia. c) Memberikan Dampak Menguntungkan Bagi Masyarakat, Pelaku Bisnis, Perekonomian, Teknologi. Keberadaan Taman Pintar sebagai destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta, secara positif dan signifikan tentunya memberikan pengaruh dan dampak yang baik bagi masyarakat, pelaku bisnis (khususnya bisnis pariwisata) dan juga ekonomi serta teknologi. Disamping dapat menggerakkan perekonomian masyarakat serta memenuhi kebutuhan literasi masyarakat, pelajar dan anak-anak, serta memberikan kesempatan bagi masyarakat dalam penyerapan tenaga kerja maupun kesempatan multiplier effect dari pengunjung yang datang baik langsung maupun tidak langsung. d) Dapat Direplikasikan Pada Science Center atau Pusat Pembelajaran Sejenis Bentuk inovasi yang dilakukan Taman Pintar ini dapat direplikasikan pada daerah lain di Indonesia, mengingat pentingnya penyediaan fasilitas pendukung pembelajaran yang memadai bagi anak-anak, terutama bila sekolah tempat mereka memiliki fasilitas yang minim karena keterbatasan dana. e) Memberikan Dampak Luas dalam Skala Nasional Secara umum keberadaan Taman Pintar sudah dikenal dalam skala nasional, maupun internasional (Taman Pintar tergabung dalam Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) sejak tahun 2013 dan Asia Pacific Network of Science and Technology Center (ASPAC) sejak tahun 2008). Dan sejak berdiri sampai saat ini sudah banyak lembaga pemerintah dari seluruh wilayah Indonesia yang melakukan studi banding ke Taman Pintar untuk mempelajari dan mengembangkan lembaga sejenis dengan pengembangan tema pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal di daerah masing-masing. Disamping itu juga, pengunjung Taman Pintar tidak hanya terbatas dari kawasan Pulau Jawa, namun juga dari daerah di seluruh Indonesia, mulai dari perorangan/keluarga maupun rombongan sekolah dan perguruan tinggi. Aspek berkeberlanjutan dari penyelenggaraan inovasi pembelajaran berbasis literasi sains yang dilakukan Taman Pintar dalam konsep science center dapat dilihat dari beberapa aspek berikut: a) Payung Hukum Adanya payung hukum yang menjamin keberlangsungan inovasi dan kebebasan Taman Pintar dalam mengembangkan tema-tema pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan akan pendidikan karakter yang bermutu bagi anakanak khususnya dan masyarakat pada umumnya, selama masih berada dalam lingkup visi dan misi yang dimiliki Taman Pintar. Pergantian kepemimpinan Taman Pintar tidak begitu berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan karena pedoman regulasi sudah jelas dan sudah terbangun sistem serta etos kerja bagi pegawai Taman Pintar. b) Rencana Pengembangan Rencana pengembangan Taman Pintar mengacu pada RJPMD Kota Yogyakarta dan dituangkan dalam Rencana Strategi Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Taman Pintar secara konsisten selalu memasukkan alokasi anggaran terkait pengembangan konten dalam perencanaan kegiatan setiap tahun. Kunci keberhasilan dari inovasi penyelenggaraan metode pembelajaran berbasis literasi sains ini adalah kemampuan untuk berinovasi dalam menghasilkan cara pembelajaran yang semenarik mungkin bagi anak- anak sesuai dengan trend teknologi yang sedang berlangsung, kemauan yang besar untuk menyelamatkan keragaman budaya dan adat istiadat yang menjadi dasar nilai-nilai kearifan lokal, kemitraan dengan pihakpihak yang kompeten di bidangnya, serta keseriusan niat untuk menerapkan paradigma layanan terbaik bagi masyarakat.