RINGKASAN INTI PERTIWI NASHWARI. Analisis Kemiskinan Petani Tanaman Pangan di Provinsi Jambi dan Jawa Barat menggunakan Geographically Weighted Regression. Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI, HERMANTO SIREGAR dan BAMBANG JUANDA. Subsektor tanaman pangan mendominasi usaha pertanian di Indonesia, dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 17,73 juta rumah tangga dan merupakan salah satu penyumbang angka kemiskinan. Kemiskinan petani tanaman pangan diduga disebabkan oleh fluktuasi harga gabah, land tenure, akses petani terhadap pusat ekonomi, infrastruktur yang rendah, tidak banyaknya sektor nonpertanian sebagai alternatif usaha, kurangnya akses terhadap kelembagaan, dan tingkat kerentanan yang tinggi terhadap kekeringan dan banjir. Kemiskinan yang dialami oleh petani tanaman pangan dapat menyebabkan penurunan minat petani untuk bertani tanaman pangan karena tidak adanya insentif petani dalam berusahatani. Kondisi ini pada akhirnya akan menghambat produksi tanaman pangan nasional sehingga mengancam ketahanan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan pada masyarakat perdesaan dan petani sudah cukup diketahui melalui hasil-hasil penelitian sebelumnya. Namun keragaman pengaruh faktor-faktor tersebut secara spasial/lokasional belum cukup diketahui. Pengambilan kebijakan hanya berdasarkan pertimbangan permasalahan agregat (non spasial) dapat menyebabkan tidak efektifnya kebijakan-kebijakan yang diterapkan di lapangan. Pendekatan penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dengan kebijakankebijakan melalui pendekatan sektoral melainkan memerlukan juga pendekatan-pendekatan spasial atau lokalitas. Penggunaan teknik disagregasi geografis atau pendekatan spasial dibutuhkan untuk memberikan gambaran mengenai variasi kemiskinan secara geografis, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih baik agar upaya variasi pendekatan penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan pada tingkat yang terendah. Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menguraikan sebaran spasial kemiskinan petani tanaman pangan di Provinsi Jambi dan Jawa Barat secara spesifik lokasi; (2) menguraikan karakteristik setiap variabel yang berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan petani tanaman pangan di Provinsi Jambi dan Jawa Barat spesifik lokasi; dan (3) menjelaskan alternatif kebijakan yang dapat dipertimbangkan dalam upaya pengurangan kemiskinan petani tanaman pangan di Provinsi Jambi dan Jawa Barat. Metode spasial dengan pendekatan titik yang dipilih adalah Geographically Weighted Regression (GWR) yang dapat menghasilkan analisis yang lebih fokus dan terarah dalam menemukan keragaman faktorfaktor penyebab kemiskinan petani tanaman pangan secara spesifik lokasi. Penelitian ini menggunakan data 131 kecamatan di Provinsi Jambi dan 626 kecamatan di Jawa Barat. Aspek spasial/lokasional memberikan pengaruh terhadap penyebaran kemiskinan petani tanaman pangan di Jambi dan Jawa Barat. Petani tanaman pangan miskin lebih banyak berada di wilayah Barat Jambi dan wilayah Utara-Selatan Jawa Barat. Pengaruh konteks spasial ditentukan oleh kondisi fisik wilayah pegunungan dataran tinggi di Barat Jambi dan pesisir di wilayah Selatan dan Utara Jawa Barat dengan infrastruktur yang relatif kurang baik dan akses yang kurang terjangkau kepada pusat ekonomi. Pengaruh keragaman wilayah ditemukan dalam kemiskinan petani tanaman pangan. Wilayah penghasil pangan mempunyai variabel yang lebih berpengaruh terhadap kemiskinan petani tanaman pangan dibandingkan wilayah bukan penghasil pangan. Kemiskinan petani tanaman pangan lebih sensitif terhadap perubahan luas tanam padi di wilayah penghasil pangan (Jawa Barat) dibandingkan dengan wilayah bukan penghasil pangan (Jambi). Alternatif penghasilan nonpertanian berpengaruh nyata terhadap kemiskinan di kedua wilayah, di wilayah dataran tinggi Jambi bagian Barat dan di Jawa Barat sepanjang pantai Selatan, bagian Timur dan Utara. Kegiatan pemberdayaan masyarakat, keberadaan koperasi dan usaha produktif yang lebih fokus kepada pertanian tanaman pangan lebih berpengaruh di wilayah penghasil pangan (Jawa Barat) dibandingkan di Jambi. Sedangkan irigasi dapat meningkatkan produktivitas namun belum mampu mengurangi kemiskinan petani tanaman pangan di Jambi maupun Jawa Barat. Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kabupaten di Jambi bagian Barat dan Jawa Barat bagian Selatan dan Utara perlu melakukan pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang perekonomian di wilayah pedesaan untuk mendukung diversifikasi usaha dan pendapatan rumah tangga yang diharapkan dapat memacu peningkatan pendapatan petani tanaman pangan. Pemerintah Pusat perlu segera memberlakukan land reform instrument dan menahan laju konversi lahan pertanian di wilayah Utara, Selatan dan Timur Jawa Barat. Kata kunci : kemiskinan petani tanaman pangan, analisis spasial, Geographically Weighted Regression