pendahuluan irigasi dan bangunan air

advertisement
I PUTU GUSTAVE S. P., ST, M.Eng.


Irigasi merupakan upaya yang dilakukan
manusia untuk mengairi lahan pertanian
Pada zaman dahulu, jika persediaan air
melimpah karena tempat yang dekat dengan
sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke
lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga
biasa dilakukan dengan membawa air dengan
menggunakan wadah kemudian menuangkan
pada tanaman satu per satu


Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan
Sungai Nil.
Di Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung
sejak nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat juga
cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan
yang ada di Indonesia antara lain :
 Dengan membendung kali secara bergantian untuk
dialirkan ke sawah.
 Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan
dan dialirkan dengan bambu yang bersambung.
 Ada juga dengan membawa dengan ember yang
terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali
yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun
pinang juga.


Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam
melaksanakan Tanam Paksa (Cultuurstelsel) pada
tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam
Paksa tersebut mengupayakan agar semua lahan yang
dicetak untuk persawahan maupun perkebunan harus
menghasilkan panen yang optimal dalam
mengeksplotasi tanah jajahannya.
Sistem irigasi yang dulu telah mengenal saluran primer,
sekunder, ataupun tersier. Tetapi sumber air belum
memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di
Amerika Serikat. Air dalam irigasi lama disalurkan
dari sumber kali yang disusun dalam sistem irigasi
terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di
mana para petani diharuskan membayar uang iuran
sewa pemakaian air untuk sawahnya.


Tennessee Valley Authority (TVA) yang
diprakasai oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt
pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk
Serba Guna yang pertama dibangun di dunia .
Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930 melanda
seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu
model dalam membangun kembali ekonomi
Amerika Serikat.
Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik,
navigasi, pengendalian banjir, pencegahan malaria,
reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian
hari, Proyek TVA menjadi salah satu model dalam
menangani hal yang mirip.

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan
Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari
pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu
dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H.
Juanda, dengan panorama danau yang luasnya
n merupakan waduk serbaguna pertama di
Indonesia.






Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di
sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake)
Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku
gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang
disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun
akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di
samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian
dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim
kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Di Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.




Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah
Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang
dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation).
Teknologi yang diterapkan di sini adalah: pemanfaatan
lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa,
di mana air diperoleh dari sungai pasang-surut di mana
pada waktu pasang air dimanfaatkan.
Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada
air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX. Pada
waktu itu, pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan
rawa sebagai kebun kelapa.
Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada
cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan
dengan pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo
untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal dengan
sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip.



Air sungai dinaikan ke tempat penampungan air
menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari
tempat penampungan dialirkan menggunakan pipapipa air bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian
di sekitarnya.
Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat
pembukaan air irigasi tersebut. Pembagian air ini
bergilir berselang sehari, yang berarti sehari keluar,
sehari tutup.
Penggunaannya sesuai dengan kebutuhan sawah
setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang
dapat dibuka tutup secara manual. Dari pintu
pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya
melalui pipa yang berada di bawah permukaan
sawahnya
sawah irigasi kuno yang berumur 2000
tahun. Terletak di gunung Ifugao Filipina,
terkenal dengan sebutan Banaue Rice
Terraces
Diperkirakan, sawah yang ‘diukir’ di
gunung Ifugo ini, dibuat dengan peralatan
yang sangat tradisional oleh nenek
moyang bangsa Filipin. Sawah petak ini
berada di 1.500 meter di atas permukaan
laut dan mengelilingi lereng gunung
sejauh 10.360 kilometer persegi.


Subak, merupakan sistem irigasi yang
berbasis petani (farmer-based irrigation
system) dan lembaga yang mandiri
(self governmet irrigation institution).
Ancaman terhadap kelestarian subak
adalah bersumber dari adanya
perubahan-perubahan dalam
berbagai segi kehidupan masyarakat
Bali yang mengiringi derasnya arus
globalisasi terutama pembangunan
pariwisata Bali
Irrigation in a field in New Jersey, United States
Center pivot with drop sprinklers
PASONA 2 URBAN UNDERGROUND FARM
Download