PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI PROTEASE DARI MIKROORGANISME PERAIRAN RAWA INDRALAYA SUMATERA SELATAN1 (Purification and Characterization a Protease from Microorganism Isolated from Indralaya Swamp South Sumatera) Oleh: Ace Baehaki2), Rinto2) ABSTRAK Tujuan penelitan ini adalah untuk melakukan purifikasi dan karakterisasi protease dari bakteri perairan rawa Indralaya. Isolat A6S3 dipilih karena memiliki aktivitas protease tertinggi. Hasil purifikasi dengan kolom gel sephadex G-100 menunjukkan peningkatan derajat kemurnian enzim protease bakteri isolat A6S3. Untuk fraksi 5 terjadi peningkatan kemurnian menjadi 3,3 kali, untuk fraksi 10 terjadi peningkatan kemurnian menjadi 3,8, sedangkan fraksi 46 derajat kemurniannya 3,5. Protease ini mempunyai pH optimum 8 dan suhu optimum sekitar 50 oC, Inhibitor ion logam yang kuat terhadap protease dari bakteri A6S3 adalah Fe2+ (1 mM), K+ dan Zn2+ dan dapat dihambat oleh EDTA. Analisis SDS-PAGE dan zimogram pada protease ekstrak kasar didapatkan protease untuk isolat A6S3 memiliki 2 pita dengan berat molekul 106 kD dan 121 kD. Kata Kunci: Purifikasi, Karakterisasi, Protease, Rawa Indralaya 1) Makalah pada Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 2) Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Palembang-Prabumulih Km32 Indaralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan, E-mail: [email protected] Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 1 ABSTRACT The purpose of the research was to study the purification and characterization of extracellular protease produced from microorganism isolated from Indralaya Swamp South Sumatera. The A6S3 isolate was selected due to its high protease activity The was purified in sephadex G-100 gel permeation chromatography showed that increased degree of purified this enzyme. The fraction 5, 10 and 46 were purified 3,3; 3,8 and 3,5 fold, respectively. The optimum pH and temperature of proteases from A6S3 were 8 and 500C, respectively. Effect of metal ions, Fe2+, K+ and Zn2+ showed strong inhibited protease A6S3. Effect of specific inhibitor (EDTA) showed EDTA inhibited protease A6S3. Moleculer weights were determinited by using SDS-PAGE and zymogram technique. Moleculer weight protease isolate A6S3 was 106 kD and 120 kD. Keywords: Purification, Characterization, Protease, Indralaya Swamp PENDAHULUAN Protease adalah enzim yang mengkatalisasi pemecahan ikatan peptida dalam peptida, polipeptida dan protein dengan menggunakan reaksi hidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana seperti peptida rantai pendek dan asam amino (Naiola dan Widyastuti 2002). Protease merupakan kelompok enzim-enzim yang kompleks yang menduduki posisi sentral dalam aplikasinya pada bidang fisiologis dan produk-produk komersial. Protease ekstraseluler sebagian besar berperan dalam hidrolisis substrat polipetida besar. Enzim proteolitik intraseluler memainkan peran penting dalam Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 2 metabolisme dan proses regulasi pada sel hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, seperti mengganti protein, memelihara kesetimbangan antara degradasi dan sintesis protein. Protease intraseluler juga berperan dalam fungsi fisiologis lainnya seperti pencernaan, maturasi hormon, perakitan virus, respon imun, inflamasi, fertilisasi, koagulasi darah, fibrinolisis, kontrol tekanan darah, sporulasi, germinasi dan patogenesis (Rao et al 1989). Protease juga diimplikasikan dalam peran regulasi ekspresi gen, perbaikan DNA dan sintesis DNA (Kalisz 1988). Protease merupakan enzim penting yang digunakan secara luas pada aplikasi industri melalui reaksi sintesis dan reaksi is, yang hampir mencapai 65% dari total penjualan enazim di dunia (Huang 2006). Protease digunakan pada beberapa aplikasi industri seperti detergen, farmasi, produk-produk kulit, pengempukan daging, hidrolisat protein, produk-produk makanan dan proses pengolahan limbah industri. Salah satu sumber enzim protease adalah dari mikroba. Pemilihan mikroba sebagai sumber enzim mempunyai keuntungan bila dibandingkan dengan yang diisolasi dari tanaman ataupun hewan. Antara lain adalah sel mikroba relatif lebih mudah ditumbuhkan, kecepatan pertumbuhan relatif lebih cepat, skala produksi sel lebih mudah ditingkatkan bila dikhendaki produksi yang lebih besar, biaya produksinya relatif rendah, kondisi selama produksi tidak tergantung oleh adanya pergantian musim dan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi lebih pendek (Meyrath dan Volvasek 1975 dalam Pakpahan 2009). Penelitian mikroba sebagai sumber alami penghasil enzim ini sudah banyak dilakukan akan tetapi penelitian mikroba dengan habitat tertentu seperti dari rawa masih sedikit. Sehingga penelitian enzim protease dari mikroba rawa penting untuk dilakukan sebagai alternatif baru sebagai sumber penghasil enzim mengingat daerah Sumatera Selatan termasuk daerah Indralaya memiliki daerah rawa yang sangat luas yang Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 3 tentunya terdapat mikroba yang memiliki keanekaragaman yang tinggi sebagai penghasil protease ini. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap meliputi : produksi protease ekstrak kasar, purifikasi dengan kromatografi filtrasi gel dan karakterisasi terhadap protease ekstrak kasar. Produksi Protease Ekstrak Kasar Mikroba diinokulasi sebanyak 1-2 lup pada media Luria Broth (LB) dengan komposisi tripton 1%, NaCl 1% dan yeast extract 0,5%. Proses diawali dengan penentuan umur prekultur (dalam media LB) yang tepat untuk keperluan produksi enzim. Pengamatan dilakukan dengan mengukur optical density (OD) sampai nilai OD = 0,8 pada λ = 620 nm. Media LB yang sudah mempunyai OD = 0,8 diambil 10% kemudian ditambahkan pada media LB yang baru sebagai media untuk memproduksi protease. Pada media LB ini diukur nilai OD, aktivitas protease dan kadar protein setiap 8 jam selama 56 jam. Untuk memisahkan sel dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit pada suhu 4 0C. Pengukuran Aktivitas Protease dan Kadar Protein Aktivitas protease diukur dengan metode menggunakan substrat kasein Hammerstein 2% (b/v). Bergmeyer (1983) dengan Satu unit aktivitas protease didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat menghasilkan satu μmol produk tirosin per menit pada kondisi pengukuran. Kadar protein ditentukan dengan metode Bradford (1976) menggunakan Bovine Serum Albumin Fraction V sebagai standar protein. Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 4 Purifikasi Protease Purifikasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi filtrasi gel menggunakan Sephadex G-100. Sebelum dilakukan pemurnian terlebih dahulu dilakukan pengendapan dengan amonium sulfat teknis dengan konsentrasi amonium sulfat 20-90% yang dilanjutkan dengan dialisis menggunakan kantong dialisis cut-off 10 kD (Sigma). Sebanyak 0,75 gram Sephadex G-100 (Sigma) dibasahkan dengan 75 ml air bebas ion kemudian dipanaskan 900C sambil diaduk perlahan selama 90 menit dan dibiarkan sampai dingin, kemudian simpan dalam ruangan 40C semalam. Larutan didekantasi lalu supernatan diganti dengan buffer Tris-HCl 0,1 M pH 8 sambil diaduk perlahan. Larutan protease sebanyak 1 ml dimasukan dengan pipet secara perlahan ke dalam kolom tepat di atas permukaan gel. Kolom diisi dengan pengelusi yaitu buffer Tris-HCl 10 mM pH 8. Diambil setiap fraksi masing-masing 70 (2 ml) tetes ditampung dalam fraction collector (Redifrac, Pharmacia-Biotech). Karakterisasi protease Uji karakterisasi protease yang meliputi pengaruh pH (6,5; 7; 7,5; 8; 8,5; 9) menggunakan buffer Tris-HCl, suhu (30 0C, 40 0C, 50 0C, 60 0C, 70 0C), ion logam (K+, Mn2+, Zn2+ dan Fe2+) dan inhibitor spesifik (EDTA). Konsentrasi ion logam dan inhibitor spesifik yang digunakan masing-masing adalah 1 mM dan 5 mM. SDS PAGE dan Zimogram Penentuan berat molekul dilakukan menggunakan SDS PAGE (Laemmli 1970). Sedangkan zimogram menggunakan modifikasi metode Choi et al, (2001). Gel akrilamid 8% dikopolimerisasi dengan substrat kasein 2%. Setelah gel dilakukan elektroforesis, gel Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 5 direndam dengan Triton X-100 2,5% selama 1 jam dan dilakukan inkubasi dalam buffer Tris-Cl 10 mM, pH 8 selama 24 jam. Pewarnaan dengan silver staining yaitu : gel direndam dalam larutan fikasasi (25% metanol dan 12% asam asetat) selama 1 jam kemudian direndam dalam 50% etanol selama 20 menit, kemudian diganti dengan 30% etanol selama 2 x 20 menit, larutannya diganti dengan enhancer kemudian dicuci dengan akuadestilata, setelah dicuci ditambahkan larutan silver nitrat selama 30 menit kemudian dicuci lagi dengan akuadestilata 2 x 20 detik dan ditambahkan larutan campuran Na2CO3 dan formaldehida dan terakhir dengan larutan fiksasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi protease ekstrak kasar Isolat yang digunakan untuk produksi protease ekstrak kasar dan selanjutnya dilakukan pemurnian adalah isolat dari A6S3. Pemilihan isolat ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu memiliki aktivitas protease tertinggi dibandingkan dengan isolat lainnya. Produksi protease dilakukan dengan cara bakteri isolat A6S3 diinokulasi sebanyak 1-2 lup pada media Luria Bertani Broth (LB) dengan komposisi tripton 1%, NaCl 1%, yeast extract 0,5% dan skim milk Proses diawali dengan penentuan umur prekultur (dalam media LB) yang tepat untuk keperluan produksi enzim. Pengamatan dilakukan dengan mengukur optical density (OD) sampai nilai OD = 0,8 pada λ = 620 nm. Media LB yang sudah mempunyai OD = 0,8 diambil 10% kemudian ditambahkan pada media LB yang baru sebagai media untuk memproduksi protease. Media yang baru sebanyak 3 liter selanjutnya diinkubasi selama 48 jam (waktu optimum produksi protease isolat A6S3). Untuk memisahkan sel dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit pada suhu 4 0C. Dengan teknik ini, sel akan mengendap oleh adanya gaya Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 6 gravitasi sedangkan enzim tetap terdapat pada supernatan. Sentrifugasi dilakukan pada suhu rendah untuk mencegah terjadinya kerusakan struktur enzim, selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas protease. Pengendapan dengan ammonium sulfat dan dialisis Pengendapan protease dilakukan bertujuan untuk mengendapkan protein protease. Pengendapan dilakukan dengan menggunakan ammonium sulfat dengan beberapa perlakuan yaitu 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80% dan 90%. Penambahan ammonium sulfat dilakukan secara perlahan-lahan sambil larutan enzim distirer pada kondisi suhu 4 0C. Selanjutnya didiamkan semalam dan dilakukan sentrifugasi. Endapan dan filtrat masing-masing perlakuan diuji aktivitasnya. Aktivitas tertinggi pada endapan dan aktivitas terendah pada filtrat yang selanjutnya dipilih. Hasil pengendapan dapat dilihat pada Gambar 1. Aktivitas protease (U/ml) 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 20 30 40 50 60 70 80 90 % pengendapan Endapan Filtrat Gambar 1. Pengendapan dengan ammonium sulfat Figure 1. Ammonium sulfate precipitation Hasil pengendapan dengan ammonium sulfat menunjukkan aktivitas protease tertinggi pada endapan adalah dengan pengendapan ammonium sulfat 70%. Sedangkan Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 7 aktivitas terendah pada filtrat adalah 60%, akan tetapi pada filtrat 70% memiliki aktivitas yang rendah sehingga pengendapan selanjutnya adalah dengan ammonium sulfat 70%. Hasil pengendapan ammonium sulfat 70% selanjutnya dilakukan dialisis dengan menggunakan kantong dialisis untuk menghilangkan garam-garam ammonium sulfat. Purifikasi dengan kromatografi kolom Sephadex G-100 Purifikasi atau pemurnian protease isolat A6S3 dengan kromatografi filtrasi gel menggunakan Sephadex G-100 sebagai matriks, dan bufer Tris-HCl 0,05 M, pH 8 sebagai pengelusinya. Sebelum dilakukan pemurnian dengan kromatografi gel, terlebih dahulu dilakukan pengendapan amonium sulfat 70% yang dilanjutkan dengan dialisis. Setiap fraksi yang keluar dari kolom diukur aktivitas protease dan kadar protein, hasil tertera pada Gambar 2. Hasil kromatografi menunjukkan terdapat 3 (tiga) puncak fraksi yang memiliki aktivitas tertinggi yaitu fraksi 6, 10 dan 46. Absorbansi 280 nm dan Aktivitas Protease(Unit/ml) 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 0 50 100 150 200 Nomor Fraksi Protein Aktivitas Protease Gambar 2. Kromatogram protease isolat A6S3 dengan Sephadex G-100 Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 8 Figure 2. Kromatogram of isolate A6S3 protease with Sephadex-G-100 Hasil purifikasi protease bakteri isolat A6S3 dilakukan dengan kolom Sephadex G-100 tertera pada Tabel 1. Dibandingkan dengan crude protease hasil ekstraksi dengan ammonium sulfat terjadi peningkatan derajat kemurnian enzim dengan kromatografi kolom ini. Untuk fraksi 5 terjadi peningkatan kemurnian menjadi 3,3 kali, untuk fraksi 10 terjadi peningkatan kemurnian menjadi 3,8, sedangkan fraksi 46 derajat kemurniannya 3,5. Tabel 1. Tahapan purifikasi protease isolat A6S3 Table 1. Purification steps of isolate A6S3 protease Tahapan pemurnian Aktivitas Kadar Volume Total Total Aktivitas Derajat (ml) Protease protein aktivitas protein spesifik kemurnian (IU/ml) (mg) (IU) (mg) (IU/mg) relatif Pengendapan 0,0261 0,14 1600 41,76 224 0,186 1 0,0273 0,0306 0,013 3 3 3 0,0507 0,066 0,0258 0,0819 0,0918 0,039 0,619 0,719 0,662 3,3 3,8 3,5 (NH4)2SO4 Sephadex G100 Fraksi 5 Fraksi 10 Fraksi 46 0,0169 0,022 0,0086 Protease yang telah dimurnikan dengan filtrasi gel menggunakan Sephadex G-100 mempunyai aktivitas spesifik dan tingkat kemurnian yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sephadex G-100 dapat digunakan untuk memisahkan protein yang dikhendaki yaitu enzim dari senyawasenyawa lain sebagai pengotor. Ekstrak kasar protein tercampur dengan asam nukleat, karbohidrat dan garam organik. Logam berat dan asam nukleat biasanya mengganggu Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 9 kerja enzim, sehingga dapat menghilangkan kontaminan tersebut terjadi peningkatan aktivitas enzim (Haris dan Angal 1989). Karakterisasi Protease ekstrak kasar Pengaruh pH Perubahan pH pada skala deviasi kecil dapat menyebabkan turunnya aktivitas enzim karena dengan perubahan ionisasi gugus-gugus fungsionilnya. Gugus ionik berperan penting dalam menjaga konformasi sisi aktif enzim untuk mengikat dan mengubah substrat menjadi produk. Pada perubahan skala deviasi besar, perubahan pH akan mengakibatkan enzim mengalami denaturasi karena adanya gangguan terhadap berbagai interaksi nonkovalen yang menjaga kestabilan struktur tiga dimensi enzim (Hames dan Hopper 2000) Aktivitas Protease 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 6.5 7 7.5 8 8.5 9 pH Gambar 3. Pengaruh pH pada protease isolate A6S3 Figure 3. Effect of pH on isolate A6S3 protease pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas protease bakteri A6S3 (Gambar 3). pH optimum aktivitas protease berkisar 8. Protease bakteri Pseudomonas aeruginosa Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 10 memiliki pH yang sama dengan isolat A6S3 yaitu pada pH 8 (Baehaki et al 2008). Semakin jauh dari pH optimal enzim semakin tidak stabil sehingga aktivitasnya semakin rendah. Hal ini karena enzim merupakan protein yang tersusun atas asam amino, pengaruh pH berhubungan dengan sifat asam basa yang dimiliki oleh protein. PH ekstrim dapat menyebabkan denaturasi protein enzim yang mengubah susunan ruang tiga dimensi molekul protein enzim. Menurut Naz (2002) perubahan keaktifan enzim akibat perubahan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan ionisasi enzim. Wong (1995) menambahkan, pH ekstrim berpengaruh terhadap struktur enzim dan muatan substrat. Kelebihan atau kekurangan ion H+ menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif enzim, sehingga substrat tidak lagi berikatan dengan enzim, selanjutnya berakibat pula pada pembentukan produk. Pengaruh Suhu Pada umumnya setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu sampai suhu optimum tercapai. Setelah itu kenaikan lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim menurun. Pengaruh suhu terhadap aktivitas protease ekstrak kasar bakteri isolat air rawa terdapat pada Gambar 4. Aktivitas Protease 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 30 40 50 60 70 Suhu Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 11 Gambar 4. Pengaruh suhu pada protease isolate A6S3 Figure 4. Effect of temperature on isolate A6S3 protease Dari hasil pengukuran aktivitas enzim pada berbagai suhu, suhu optimum protease bakteri isolat A6S3 dengan suhu inkubasi 500C. Penelitian protease bakteri lain menujukkan bakteri yang berasal dari perairan memiliki suhu optimum yang cukup tinggi, yaitu protease bakteri laut Alteromonas sp strain O7 memiliki suhu optimum 60 0C (Miyamoto et al 2002) dan protease Pseudoalteromonas sp strain P96-47 dari laut Artartik yang memiliki suhu optimum 45 0C (Vazquez et al 2008). Suhu mempengaruhi laju reaksi katalisis enzim dengan dua cara. Pertama, kenaikan suhu akan meningkatkan energi molekul substrat dan pada akhirnya meningkatkan laju reaksi enzim. Peningkatan suhu juga berpengaruh terhadap perubahan konformasi substrat sehingga sisi aktif substrat mengalami hambatan untuk memasuki sisi aktif enzim dan menyebabkan turunnya aktivitas enzim. Kedua, peningkatan energi termal molekul yang membentuk struktur protein enzim itu sendiri akan menyebabkan rusaknya interaksi-interaksi non kovalen (ikatan hidrogen, ikatan van der walls, ikatan hidrofobik dan interaksi elektrostatik) yang menjaga struktur 3D enzim secara bersama-sama sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi menyebabkan struktur lipatan enzim membuka pada bagian permukaannya sehingga sisi aktif enzim berubah dan mengakibatkan terjadi penurunan aktivitas enzim (Hames dan Hooper 2000). Pengaruh ion logam dan inhibitor spesifik Beberapa enzim membutuhkan ion logam sebagai kofaktor untuk mendukung efisiensi katalitik enzim. Logam tersebut membantu reaksi katalitik dengan cara mengikat substrat pada sisi pemotongan. Selain berperan dalam pengikatan enzim dengan substrat, beberapa logam juga dapat mengikat enzim secara langsung untuk menstabilkan Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 12 konformasi aktifnya atau menginduksi formasi situs pengikatan atau situs aktif suatu enzim. Gambar 6 memperlihatkan pengaruh ion logam terhadap aktivitas protease bakteri isolat A6S3. 0.600 aktivitas protease 0.500 0.400 1 mM 0.300 5 mM 0.200 0.100 0.000 aktivitas jam ke-48 Gambar 5. FeCl2 KCl MnCl2 ZnCl2 Pengaruh ion logam pada protease isolate A6S3 Figure 5. Effect metal ions on isolate A6S3 protease Inhibitor ion logam yang kuat terhadap protease dari bakteri A6S3 adalah Fe2+, K+ dan Zn2+ (Gambar 5). Adanya penghambatan ion logam terhadap aktivitas protease pada konsentrasi tertentu berkaitan dengan kekuatan ion, dimana kekuatan ion itu sendiri mempengaruhi konformasi atau struktur tiga dimensi dari protein enzim atau protein substrat (Suhartono 1989). Pada konsentrasi tertentu ion logam tertentu dapat bertindak sebagai inhibitor, tetapi dapat juga bertindak sebagai aktivator pada konsentrasi lain (Richardson dan Hyslop 1985). Berdasarkan mekanisme reaksi yang dikatalisis, endopeptidase dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: protease serin, protease aspartat, protease sistein dan protease logam. Dalam penelitian ini penggolongan protease hasil produksi dilakukan Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 13 dengan cara mereaksikan dengan senyawa-senyawa inhibitor spesifik. Adapun pengaruh inhibitor spesifik EDTA pada protease tanah rawa terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh inhibitor spesifik pada protease isolate A6S3 Table 2. Effect specific inhibitor on isolate A6S3 protease Jenis bakteri A6S3 Aktivitas residu (%) EDTA 1 mM 5 mM 19,6 18,9 Tabel 2 menunjukkan EDTA (1mM dan 5 mM) dapat menghambat protease isolat A6S3 hal ini dimungkinkan karena EDTA mengkelat logam-logam yang berperan penting menjaga stabilitas serta logam yang berperan sebagai kofaktor enzim protease. Karena protease ini dihambat oleh EDTA sehingga protease ini digolongkan sebagai metaloprotease (protease logam). Protease bakteri lain dari perairan yang termasuk metalloprotease adalah Alteromonas sp O-7 (Miyamoto et al 2002). Penentuan berat molekul dengan SDS PAGE dan Zimogram protease ekstrak kasar Penentuan berat molekul dilakukan dengan teknik SDS-PAGE (Sodium dodesil sulfat-Poliakrilamida gel elektroforesis) dan Zimogram merupakan metode yang sudah digunakan secara luas. Pada penelitian ini ada dua macam gel yang digunakan yaitu gel penahan (resolving gel) dan gel pemisah (stacking gel) yang mengandung akrilamid, SDS, APS dan TEMED. Gel poliakrilamid diperoleh dengan cara polimerisasi akrilamid dengan sejumlah cross linking agent metilena bis akrilamid dan amonium persulfat (APS) sebagai katalisator. Radikal bebas yang terbentuk dari pelarutan ammonium persulfat dalam air akan bereaksi dengan akrilamid membentuk akrilamid aktif yang Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 14 dapat bereaksi satu sama lain membentuk polimer. Hasil SDS-PAGE dan Zimogram protease isolat bakteri air rawa dapat dilihat pada Gambar 6. M A6S3 M A6S3 120 kD 106 kD 97 KDa 66 KDa 45 KDa 24 KDa Gambar 6. SDS-PAGE dan Zimogram protease isolat A6S3 (M=marker) Figure 6. SDS-PAGE and Zymogram of isolate A6S3 protease (M=marker) Analisis SDS-PAGE pada protease ekstrak kasar didapatkan protease isolat A6S3 memiliki 12 pita dengan BM sekitar antara 19 kD sampai dengan 153 kD. Analisis Zimogram pada protease ekstrak kasar didapatkan protease untuk isolat A6S3 memiliki 2 pita dengan BM 106 kD dan 120 kD. Bakteri TPS-2 yang diisolasi dari kawah Tangkupan Perahu juga memiliki 2 pita dengan berat molekul 80 kD dan 45 kD (Wahyuntari et al 2000). KESIMPULAN Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 15 Hasil purifikasi dengan kolom gel sephadex G-100 menunjukkan peningkatan derajat kemurnian enzim protease bakteri isolat A6S3. Untuk fraksi 5 terjadi peningkatan kemurnian menjadi 3,3 kali, untuk fraksi 10 terjadi peningkatan kemurnian menjadi 3,8, sedangkan fraksi 46 derajat kemurniannya 3,5. Protease ini mempunyai pH optimum 8, suhu optimum sekitar 50 oC, Inhibitor ion logam yang kuat terhadap protease dari bakteri A6S3 adalah Fe2+ (1 mM), K+ dan Zn2+ dan dapat dihambat oleh EDTA. Analisis SDSPAGE pada protease ekstrak kasar didapatkan protease isolat A6S3 memiliki 12 pita dengan BM sekitar antara 19 kD sampai dengan 153 kD. Analisis Zimogram pada protease ekstrak kasar didapatkan protease untuk isolat A6S3 memiliki 2 pita dengan BM 106 kD dan 120 kD. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti berterima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas yang telah membiayai penelitian ini melalui program Hibah Bersaing XVI tahun 2008. DAFTAR PUSTAKA Baehaki, A., Suhartono, M.T., Palupi, N.S. dan Nurhayati, T. 2008. Purifikasi dan karakterisasi protease dari bakteri patogen Psudomonas aeruginosa. Jurnal Teknol dan Industri Pangan 19: 80-86. Bergmeyer, H.U., Bergmeyer, J., and Graβl, M. 1983. Methods of Enzymatic Analysis. Vol 2. Verlag Chemie., Weinheim. Bradford, M.M. 1976. A rapid and sensitive methodfor quantitation of microgram quantities of protein utilizing the principle of protein dye-binding. Anal Biochem 72:234-254. Choi, N.S., Yoon, K.S., Lee, J.Y., Han, K.Y., and Kim, S.H. 2001. Comparision of three substrates (casein, fibrin, and gelatin) in zimographic gel. J Biochim Mol Biol 34:531-536. Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 16 Hames, B.D., and Hooper, N.M. 2000. Springer-Verlag., Hongkong. Biochemistry: The Instant Notes. Ed.ke-2. Harris, E.L.V., S, Angal. 1989. Protein Purification Methods.A Practical approach. IRL Press., Oxford. Huang, G., Ying, T., Huo, P., and Jiang, J. 2006. Purification and characterization of a protease from thermophilic Bacillus strain HS08. African Biotecnol 5:2433-2438. Kalisz, H.K. 1988. Microbial proteinases. Adv Biochim Eng Biotechnol 36; 1-65. Laemmli, U.K. 1970. Cleavage of structural protein during the assembly of the heat of bacteriophag T4. Nature 227:680-685. Miyamoto, K., Tsujibo, H., Nukui, E., Itoh, H., Kaidzu, Y., and Inamori, Y. 2002. Isolation and characterization of the genes encoding two metalloproteases (MprI and MprII) from a marine bacterium, Alteromonas sp. strain O-7. Biosci Biotecnol Biochem 66:416-21 Naiola, E., dan Widhyastuti, N. 2002. Isolasi, seleksi dan optimasi produksi protease dari beberapa isolat bakteri. Hayati 6:467-473. Naz, S. 2002. Enzymes and Food. Oxford University Press., Pakistan. Pakpahan R. 2009. Isolasi bakteri dan uji aktivitas protease termofilik dari sumber air panas Sipoholon Tapanuli Utara Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Rao, M.M., Tanksale, A.M., Gatge, M.S., and Desphande, V.V. 1998. Molecular and biotechnological aspects of microbial proteases. Microbiol And Mol Biol Rev 62:597-635. Richardson, T., and Hyslop, D.B. 1985. Enzyme. In Fennema, O.R (Eds). Food Chemistry. Mac Kerel Bekker, New York. Suhartono MT. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB-Depdikbud. Bogor. Vázquez, S.C., Hernández, E., and Cormack, W.P.M. 2008. Extracellular proteases from the Antarctic marine Pseudoalteromonas sp. P96-47 strain. Revista Argentina Microbiologia 40:63-71. Wahyuntari, B., Suhartono, M.T., and Pyun, Y. 2000. Properties of extracelullar protease from an extreme thermophilic microorganism isolated from Tangkupan Prahu crater. Hayati 7: 6-10. Wong, D.W.S. 1995. Food Enzymes: structure and mechanism. Chapman & Hall., New York. Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II, Jakarta 9 Agustus 2010 17