Rifqi Eva Fitriani Rizky Panca K. X MIA 3 (19) (20) Rasulullah saw menyeru umat manusia di luar jazirah Arab agar memeluk agama Islam, dengan jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah kepada para penguasa atau pembesar mereka. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Heraclius (Kaisar Romawi Timur) Harits Al-Ghassani (Raja Hira) Harits Al-Himyari (Raja Yaman) Najasi (Penguasa Abesinia atau Ethiopia) Syahinsyah (Kaisar Persia) Al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain) Hudzah bin Ali (Raja Yamamah) Al-Haris (Gubernur Romawi di Syam) Al-Muqawqis (Gubernur Romawi di Mesir) Surat Dakwah Rasulullah saw kepada Heraclius yang dibawa oleh Dihyah Al-Kalbi Surat Dakwah Rasulullah saw kepada Al-Muqawqis yang dibawa oleh Hatib bin Abi Balta’ah Surat Rasulullah saw Untuk Gubernur Mesir Hatib melewati jalan yang jauh. Saat ini ia telah tiba di Laut Merah dan sedang menanti sebuah kapal untuk membawanya ke seberang lautan. Hatib bermaksud pergi ke Kota Iskandariah karena Ia membawa sebuah surat penting dari Rasulullah saw untuk Gubernur Mesir. Adakalanya, rasa kahwatir menyergap ke dalam jiwanya. Dia mengkhawatirkan kemampuannya sendiri untuk dapat menyampaikan kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah kepada Gubernur Mesir. Dia berpikir sendirian tentang cara yang harus dilakukannya dalam menyampaikan surat Rasulullah kepada Gubernur Mesir. Dia mereka-reka sendiri ucapan apa yang pertama kali harus disampaikannya dan bagaimana caranya agar ia bisa menyampaikan pesan Rasulullah tanpa ada kekurangan sedikitpun. Hatib adalah seorang lelaki mukmin yang bijaksana dan penuh keimanan. Setiap kali dia merasa ragu dan bimbang, dia akan mebaca ayat Al-Qur’an agar jiwanya menjadi tenteram. Akhirnya, sepanjang perjalanan Ia terus menerus membaca Al-Qur’an hingga akhirnya tiba di Iskandariah, Ibu Kota Mesir. Hatib langsung pergi ke Istana Gubernus dan meminta izin untuk bertemu dengannya. Gubernur Mesir yang bernama Muqawqis sebelumnya telah mendengar tentang munculnya seorang Rasul di bumi Hijaz. Saat mendengar bahwa seorang utusan Rasul telah datang untuk menemuinya, segera saja dia memerintahkan agar Hatib dibawa ke hadapannya. Hatib melangkah masuk dengan penuh ketenangan dan keyakinan. Ketika dia telah sampai ke hadapan Muqawqis, dengan penuh sopan, Ia memberikan salam dan berkata : “Aku diutus oleh Muhammad, Rasulullah. Aku membawa surat untukmu.” Muqawqis mengambil surat itu, kemudian Ia membuka, dan membacanya. “Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad, anak Abdullah kepada Muqawqis, pemimpin rakyat Mesir. Salam bagi para pengikut hidayah. Aku menyeru engkau kepada agama Islam. Engkau akan selamat dan aman jika masuk Islam. Wahai ahli kitab, kami mengundang engkau untuk kembali kepada keyakinan asal di mana antara kami dan engkau adalah sama, bahwa kita tidak menyembah selain dari Tuhan dan kita tidak menyekutukannya. Sebagian dari kami tidak menuhankan sebagian yang lain. oleh karena itu, jika ahli kitab tidak menerimanya, maka katakanlah bahwa kami adalah orang-orang Islam.” Selepas mebaca surat itu, Muqawqis tenggelam dalam pikirannya. Sebelumnya, dia telah membaca di dalam Injil dan kitab-kitab Kristen yang lain, bahwa Nabi Isa as telah memberitahu umatnya mengenai kedatangan Nabi yang terakhir. Di sisi lain, dia juga telah mendengar berita mengenai kepribadian, perilaku, dan sifat Rasulullah. Namun, kekuasaan yang dimilikinya sebagai Gubernur Mesir, membuatnya enggan untuk mengakui hakikat ini. Setelah beberapa saat merenung, Muqawqis bertanya kepada Hatib. “Jika Muhammad memang benar-benar utusan Tuhan, mengapa penentangnya berhasil mengusirnya ke luar dari Kota Makkah dan dia terpaksa tinggal di Madinah? Mengapa dia tidak melaknat mereka agar mereka hancur dan musnah?” Yang kemudian dijawab Hatib : “Nabi Isa adalah seorang Nabi dan engkau adalah pengikut ajaran Isa. Mengapa ketika orang-orang Yahudi berencana untuk mebunuhnya, Nabi Isa tidak melaknat mereka agar Tuhan menghancur leburkan mereka?” Muqawqis tercengang ketika mendengar jawaban yang sedemikian logis dan berani. Iapun memuji Hatib “Bagus, bagus, engkau adalah seorang lelaki yang berpengetahuan luas dan sesungguhnya engkau memang datang dari seorang lelaki yang berpengetahuan.” “Wahai Gubernur Mesir, sebelum engkau menjadi gubernur di sini, seorang bernama Fir’aun telah menjadi pemimpin Mesir dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Lalu Tuhan telah menghancurkan mereka supaya kehidupan mereka dijadikan pelajaran untuk kalian. Kini, berusahalah supaya kalian tidak menjadi contoh buruk kepada orang lain.” Mendengar perkataan Hatib, Muqawqis kembali tenggelam dalam pikirannya. Dia terlihat seperti orang yang bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya serta apa yang harus dikatakannya kepada Hatib. Muqawqis kemudian mengangkat kepalanya dan menatap mata Hatib. Dari cahaya mata lelaki muslim itu, Ia dapat merasakan dengan jelas keikhlasan dan kejujurannya. Kemudian, Hatib sekali lagi memecah kesunyian dengan berkata : “Para pemimpin Makkah bersikap keras terhadap Muhammad dan memeranginya. Orang-orang Yahudi dengan sikap dengki memusuhinya. Tetapi, kelompok yang paling dekat dengan Muhammad ialah orang-orang Kristen, karena Isa Al-Masih telah menyampaikan berita tentang kedatangan Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad. Kini kami menyeru kalian untuk mematuhi Muhammad dan mengikuti Al-Qur’an. Setiap bangsa yang mendengarkan seruan Nabi haruslah mengikutinya.” Perbincangan Hatib dengan Muqawqis telah berakhir. Muqawqis tidak memberikan jawaban yang diinginkan. Hatib selama beberapa hari meanti jawaban surat dari Muqawqis untuk dibawanya kepada Rasulullah saw. Akhirnya, suatu hari Muqawqis meminta Hatib untuk menemuinya. Muqawqis berkata : “Dari kata-katamu, aku memahami bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, tetapi jika aku memeluk agamamu, rakyatku akan membenciku dan menolakku sebagai pemimpin. Aku berharap semoga rakyat Mesir dapat mengambil manfaat dari kedatangan Nabi Muhammad dan agama Islam. Oleh karena itu, rahasiakanlah perbincangan antara aku dan engkau.” Kemudian, Muqawqis memerintahkan seseorang dari penulisnya yang memahami bahasa Arab untuk menulis surat untuk Rasulullah saw, yang berisi : “Kepada Nabi Muhammad putra Abdullah, dari Muqawqis Gubernur Mesir. Salam bagimu. Aku telah membaca suratmu dan aku telah memahami maksudmu dan hakikat dari seruanmu. Aku menyambut baik kedatangan utusanmu.” Muqawqis juga menulis hadiah yang diberikan bersama surat tersebut dan mengakhirinya dengan kalimat “Salam Bagimu.” Dengan demikian, Muqawqis dalam hatinya telah menerima seruan Nabi, tetapi dia menghindar untuk mengungkapkannya secara terang-terangan. Hatib pun kemudian diantarkan ke Syam oleh sebagian pengawal Muqawqis. Dari Syam, Hatib melanjutkan perjalanan ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Hatib segera menyerahkan surat Muqawqis. Setelah membaca surat Muqawqis, Rasulullah saw memandang ke kejauhan dan bersabda : “Islam akan segera menyebar di bumi Mesir.”