BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi kalor sisa yang sejatinya akan dilepaskan ke lingkungan tanpa digunakan lebih lanjut merupakan sumber energi yang sangat ekonomis untuk digunakan bagi tujuan tertentu. Contohnya energi kalor pada exhaust sisa hasil pembakaran mesin diesel yang digunakan para nelayan untuk berlayar. Mengingat 2 Indonesia memiliki luas perairan sebesar 5,8 juta km dengan potensi ikan yang diperkirakan sebanyak 6,26 juta ton per tahun. Nelayan merupakan salah satu jenis mata pencaharian pokok penduduk Indonesia. Tetapi dengan potensi alam tersebut, para nelayan belum bisa memanfaatkan dengan optimal hasil tangkapan yang didapat selama ini. Hal ini sangat berkaitan dengan kurangnya pengetahuan para nelayan untuk menjaga kesegaran ikan hasil tangkapannya yang selama ini hanya menggunakan pengawet sederhana dengan pendingin es. Pengetahuan yang minim dan kurangnya modal, merupakan faktor utama bagi para nelayan untuk tidak memperhatikan masalah ini. Oleh karena itu mutu ikan yang dipasarkan tidak terlalu segar. Padahal energi kalor sisa hasil pembakaran (exhaust gas) mesin diesel dapat dimanfaatkan untuk sistem refrigerasi absorpsi. Sistem refrigerasi absorpsi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan siklus kompresi uap, yang membedakan adalah pada sifat dari proses kompresinya. Pada sistem refrigerasi kompresi uap, kompresor digunakan untuk menekan uap refrigeran sehingga temperaturnya lebih tinggi dari temperatur lingkungan. Pada sistem refrigerasi absorpsi kompresor diganti dengan absorber, pompa, heat exchanger, dan generator. Untuk melakukan proses kompresi tersebut, sistem refrigerasi absorbsi memerlukan masukan energi kalor sedangkan sistem refrigerasi kompresi uap memerlukan masukan kerja mekanik. Oleh sebab itu sistem refrigerasi kompresi uap membutuhkan daya yang lebih besar dibanding dengan sistem refrigerasi absorpsi. 1 2 Pemberian energi kalor di generator dengan memanfaatkan energi kalor hasil gas buang mesin merupakan hal yang efektif, karena energi kalor tersebut memiliki temperatur gas buang dari hasil pembakaran sekitar 200oC sampai 400oC. Kalor tersebut digunakan oleh generator untuk memisahkan larutan kuat (strong solution) yang berupa refrigeran ammonia (NH3) dan absorben air (H2O), sehingga refrigeran menguap dan terpisah dari absorbennya. Absorben yang sudah terpisah tadi dikembalikan ke absorber yang berupa larutan lemah (weak solution). Di dalam absorber ini terjadi proses pendinginan, sehingga uap refrigeran yang datang dari evaporator bisa diserap oleh absorben (proses absorpsi uap refrigeran). Dengan terjadinya penyerapan uap refrigeran oleh absorben, maka di absorber terbentuklah larutan kuat (strong solution) yang selanjutnya akan dialirkan lagi menuju generator dengan menggunakan pompa. Larutan kuat yang keluar dari pompa mempunyai temperatur lebih rendah dari pada temperatur air (absorben) yang keluar dari generator menuju absorber. Adanya perbedaan temperatur ini, energi kalor dari air dapat digunakan untuk pemanasan awal (preheating) larutan kuat dengan menggunakan heat exchanger. Seluruh proses berkelanjutan dari absorber, pompa, heat exchanger, dan generator pada sistem refrigerasi absorpsi ini dapat menggantikan proses kerja kompresor pada sistem refrigerasi kompresi uap. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah merancang sistem refrigerasi absorpsi pada kapal nelayan untuk tempat penyimpanan ikan dengan memanfaatkan kalor yang dihasilkan oleh mesin diesel yang dipakai untuk menggerakkan kapal. Refrigeran yang dipakai dalam sistem refrigerasi absorpsi ini menggunakan refrigeran ammonia-air (NH3-H2O). Dari uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh energi kalor dari gas buang yang dihasilkan mesin diesel terhadap sistem refrigerasi absorpsi? 3 2. Bagaimana perancangan sitem refrigerasi absorpsi yang paling tepat untuk penyimpanan ikan? 1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang diambil dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Perancangan untuk menentukan dimensi hanya dilakukan untuk komponen heat exchanger, kondensor, generator, absorber, dan evaporator. 2. Gas buang dari mesin diesel dinggap sebagai udara. 3. Efisiensi heat exchanger dianggap sempurna. 4. Efisiensi pompa dianggap sempurna. 1.4. Tujuan Perancangan 1. Merancang sistem refrigerasi absorpsi dengan memanfaatkan energi kalor dari gas buang untuk penyimpanan produk laut. 1.5. Manfaat Perancangan 1. Mengetahui cara dalam perancangan komponen-komponen yang digunakan dalam sistem refrigerasi absorpsi. 2. Hasil perancangan dapat digunakan dalam kegiatan aktualnya dan dapat meningkatkan teknologi khususnya dalam sistem refrigerasi.