Aktivitas antikarsinogenik senyawa yang berasal dari

advertisement
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 216 – 225, 2003
Aktivitas Antikarsinogenik …………
Aktivitas antikarsinogenik senyawa yang
berasal dari tumbuhan
The anticarcinogenic activity of plants compounds
Sugiyanto, B. Sudarto, Edy Meiyanto, Agung Endro Nugroho dan Umar A. Jenie
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Penelitian ini menguji khasiat ekstrak daun dari tumbuhan ngokilo
(Gynura procumbens), beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan
tapak doro (Vinca alba). Dari keempat tumbuhan yang dipilih hanya ekstrak
etanol daun ngokilo yang menunjukkan aktivitas antikarsinogenik terhadap
pertumbuhan tumor paru mencit. Tahap berikutnya dilakukan isolasi dan
identifikasi senyawa berkhasiat pada ngokilo (Gynura procumbens) dan
kemudian diuji aktivitas karsinogenik terhadap kultur sel meiloma dan sel
vero.
Dari penelitian ini, fraksi non-polar ekstrak etanol daun ngokilo tidak
menunjukkan aktivitas antikarsinogenik, sedangkan fraksi polarnya
menunjukkan aktivitas antikarsinogenik. Pada fraksi polar ekstrak etanol
tersebut setidaknya ditemukan tiga flavonoid golongan flavon atau flavonol.
Di antara ketiga flavonoid tersebut, dua flavonoid terbukti mempunyai
aktivitas penghambatan pertumbuhan sel mieloma dan sel Vero.
Kata kunci : ngokilo, Gynura procumbens, antikarsinogenik, flavonoid.
Abstract
The study was conducted to observe the effect of extracts of ngokilo
(Gynura procumbens), beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan
tapak doro (Vinca alba) leaves. Showed anticarcinogenic activity on lung
tumor growth of mice. In the nex step, compounds having anticarcinogenic
effect was isolated and identified, and evaluated on the cultures of meiloma
and Vero cells.
The results showed that non-polar fraction of ethanol extract of
ngokilo leaves did not have anticarcinogenic activity, whereas the polar
fraction show anticarcinogenic activity. At least there were three flavonoids
(flavon or flavonol groups) in this polar fraction. It was only two of these
flavonoids inhibit the growth of myeloma and Vero cells.
Key words : ngokilo, Gynura procumbens, anticarcinogenic, flavonoid.
__________________________________________________________
Pendahuluan
Kanker merupakan salah satu ancaman
utama dibidang kesehatan. Di Inggris, kematian
akibat penyakit kanker menduduki peringkat
ke-2 setelah penyakit kardiovaskuler. Sedangkan
di Indonesia, kematian akibat kanker mencapai
4,3% atau menduduki peringkat ke-6 (Anonim,
1988).
Beberapa usaha pengobatan kanker
secara intensif telah dilakukan meliputi
pengobatan secara fisik, dengan pembedahan
maupun pengobatan dengan senyawa kimiawi
(khemoterapi) (Linder, 1985). Sampai saat ini
obat kanker yang benar-benar efektif belum
ditemukan. Hal ini karena rendahnya
selektivitas
obat-obat
antikanker
yang
digunakan maupun karena belum diketahuinya
dengan jelas proses karsinogenesis itu sendiri.
Usaha penyembuhan kanker dengan
obat (farmakoterapi) atau dengan senyawa
kimia (khemoterapi) pada umumnya belum
mampu memberikan hasil yang memuaskan
sehingga dijumpai cara-cara pengobatan
alternatif antara lain dengan obat tradisional.
216
Aktivitas Antikarsinogenik …………
Cara-cara pengobatan dengan menggunakan
tanaman obat tradisi tersebut umumnya belum
mempunyai dasar yang rasional baik secara
laboratoris maupun klinis.
Salah satu dari tumbuhan / bagian dari
tumbuhan yang digunakan sebagai obat kanker
adalah daun ngokilo (Gynura procumbens),
beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan
tapak doro (Vinca alba). Salah satu dari sedikit
bukti laboratoris terhadap beberapa tumbuhan
yang digunakan sebagai obat antikanker
tersebut, telah dibuktikan bahwa ekstrak etanol
daun ngokilo (Gynura procumbens) mampu
menghambat pertumbuhan tumor paru akibat
benzo(a)piren sebesar 23 % (Sugiyanto et al.,
1993). Dalam rangka memperoleh kebenaran
ilmiah tentang khasiat tumbuh-tumbuhan
tersebut dalam menghambat pertumbuhan
kanker maka perlunya diuji secara laboratoris
efek antikarsinogenik dan identifikasi senyawa
berkhasiatnya.
Metodologi
Bahan penelitian
Tumbuhan daun ngikolo (Gynura procumbens
(Lour) Merr) diperoleh dari budidaya sendiri di
kebun tanaman obat Bagian Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi UGM. Tumbuhan beluntas
(Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan tapak doro
(Vinca alba) diperoleh dari masyarakat disekitar
kampus UGM. Bahan-bahan kimia yang digunakan
adalah etanol, metanol, asam asetat, butanol, heksan,
kloroform, aluminium klorida, sitoborat dan eter
(E. Merck, Germany); benzo(a)piren atau B(a)P, dan
N’-nitro-N’’-metil-nitroso guanidin atau NTG
(Sigma Chemical Co.).
Hewan uji yang digunakan pada uji
antikarsinogenik in vivo adalah mencit (Mus
muculus) galur swiss usia 2 - 2,5 bulan (Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi
UGM). Sedangkan untuk uji karsinogenik in vitro
digunakan sel Vero yang berasal dari ginjal kera
Afrika, merupakan keturunan ke-113 (ATCC), dan
digunakan sel meiloma dari Merwin Plasma Cell
Tumor-11 (MPC-11) yang diisolasi dari mencit
balb/c, kedua jenis sel tersebut diperoleh dari
Laboratorium Ilmu Hayati UGM.
Cara Kerja
Pembuatan ekstrak daun tumbuhan
Ekstrak etanol dan eter diperoleh dengan
melakukan ekstraksi menggunakan alat Soxhlet
dengan masing-masing menggunakan pelarut etanol
80 % dan eter murni. Ekstrak air dibuat dengan cara
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
pembuatan dekok dengan kepekatan 20% b/v
bahan daun yang telah dikeringkan.
Ekstrak etanol daun yang telah dikeringkan
berturut-turut diekstraksi dengan heksan dan
etilasetat. Fraksi heksan dan etil asetat ditampung
dan dikeringkan dengan penguapan suhu rendah (<
40oc) dan dengan pengurangan tekanan. Residu yang
diperoleh disebut fraksi residu.
Uji antikarsinogenik dengan metoda Newborn mice
Metode yang digunakan mengacu pada
percobaan pendahuluan (Kapiltunik et al., 1977).
Pada percobaan ini, anak mencit yang baru lahir
dipisahkan menjadi dua kelompok, satu kelompok
segera disuntik B(a)P pada hari ke-1, ke-8 dan ke-15
dengan dosis masing-masing 0.2, 0.4, dan 0.8 mol,
sedangkan kelompok kedua disuntik dengan DMSO
sebagai kontrol. Pada usia 25 hari, anak mencit
dipisahkan dari induknya dan dipisahkan antara
jantan dengan betina. Sebagian perlakuan B(a)P
tanpa perlakuan ekstrak tumbuhan dikandangkan
sendiri disebut sub-kelompok kontrol positif kanker
demikian pula perlakuan DMSO tanpa perlakuan
ekstrak tumbuhan dinamakan kontrol negatif
kanker.
Kelompok mencit yang disuntik B(a)P,
diluar sub-kelompok kontrol positif kanker, diberi
suspensi ekstrak daun masing-masing tumbuhan
secara oral dengan dosis setara dengan 50 dan
100 mg serbuk daun kering per kg berat bada
mencit. Sebagian dari kelompok kontrol negatif juga
mendapatkan perlakuan ekstrak tersebut untuk
mengetahui apakah ada efek karsinogenik dari
tumbuhan tersebut.
Uji antimutagenesis ekstrak daun tumbuhan
Percobaan ini dilakukan dengan metoda
reversed mutation dengan menggunakan bakteri
Salmonella typhimurium JCM 6977 (Chu, 1971; Ames
et al., 1975). Bila bakteri ini di inokulasi pada media
tanpa histidin dan diberi suatu mutagen yaitu B(a)P
atau NTG, dengan enzim pengaktivasi maka akan
terjadi mutasi balik dan bakteri tersebut akan
mampu tumbuh. Apabila ekstrak daun dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut maka
ekstrak tersebut bersifat antimutagenik. Uji
antimutagenesis ini dilakukan terhadap fraksi larut
etil asetat, fraksi larut kloroform dan fraksi residu
dari ekstrak etanol daun Gynura procumbens.
Uji sitotoksisitas ekstrak
residu dan bercak hasil KLT
etanol,
fraksi
Pada
uji
sitotoksisitas,
digunakan
pembanding endoksan dan doksorubisin sebagai
obat antikanker golongan senyawa pengalkil (kontrol
positif). Pemakaian endoksan dilakukan baik
217
Sugiyanto
menggunakan enzim pengaktivasi (S9) maupun
tanpa enzim pengaktivasi. Uji sitotoksisitas bercak
kromatogram dilakukan pula terhadap sel meiloma
dan Vero.
Identifikasi
senyawa
ekstrak daun ngikolo
berkhasiat
pada
Langkah pertama yaitu menggunakan
kromatografi lapis tipis. Dalam analisis tersebut,
dicoba beberapa sistem kromatografi dengan
menggunakan fase diam selulosa tetapi berbeda
komposisi fase geraknya. Sistem lain yang digunakan
dengan fase diam silika gel G dengan beberapa
macam komposisi fase gerak yang berbeda pula.
Untuk mengidentifikasi struktur senyawa berkhasiat
tersebut digunakan analisis bercak dari kromatogram
menggunakan kromatografi gas, spektroskopi
resonansi magnetik inti (H-NMR 600 MHz) dan
spektrometri massa (GC-MS) ((Lab. Biomaterial
Chemistry, Graduate School of Biotechnology,
Osaka University Japan).
Hasil dan Pembahasan
Hasil uji antikarsinogenik ekstrak daun
Hasil percobaan antikarsinogenik in vivo
menggunakan metoda new born mice disajikan
pada tabel I-III. Dari penelitian nampak bahwa
ekstrak air dan eter tidaklah mempunyai efek
menghambat pertumbuhan tumor yang nyata.
Baik persentasi insidensi timbulnya tumor
maupun jumlah nodul tumor tiap mencit
tidaklah berbeda dengan kelompok kontrol
positif kanker.
Pada pemberian ekstrak etanol Gynura
procumbens (daun ngokilo) dosis 50 dan 100
mg/kg BB dapat menghambat pertumbuhan
tumor dengan mengurangi insidensi timbulnya
tumor maupun mengurangi jumlah nodul
tumor dibandingkan dengan kanker (P<0,05).
Sedangkan pemberian ekstrak etanol daun
Pluchea indiva, Vinca alba dan Morus alba tidak
menunjukkan penghambatan tumor (tabel III).
Tabel I. Hasil uji antikarsinogenik ekstrak air daun beberapa tanaman dengan karsinogen B(a)P.
Ekstrak air daun, dosis (mg/kg BB)
Kontrol positif kanker
G. procumbens, 100
G. procumbens, 50
P. indica, 100
P. indica, 50
Vinca alba, 100
Vinca alba, 50
Morus alba, 100
Morus alba, 50
Jumlah
mencit
Jumlah mencit
dg. tumor
15
20
20
12
10
15
13
13
14
15
20
20
12
10
14
13
13
14
Jumlah nodul
tumor/mencit
6,3  1,5
6,5  2,3
7,0  1,8
6,5  2,8
7,1  1,0
6,3  3,1
6,8  2,4
5,7  3,0
6,2  2,1
Tabel II. Hasil uji antikarsinogenik ekstrak eter daun beberapa tanaman dengan karsinogen B(a)P.
Ekstrak eter daun, dosis
(mg/kg BB)
Kontrol positif kanker
G. procumbens, 100
G. procumbens, 50
P. indica, 100
P. indica, 50
Vinca alba, 100
Vinca alba, 50
Morus alba, 100
Morus alba, 50
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
Jumlah
mencit
Jumlah mencit
dg. tumor
15
20
20
18
18
15
20
13
15
15
20
20
17
15
15
18
13
15
Jumlah nodul
tumor/mencit
6,3  1,5
7,5  1,3
7,3  0,9
6,3  2,0
7,1  1,2
6,4  2,5
6,6  2,8
6,1  2,1
6,3  2, 0
218
Aktivitas Antikarsinogenik …………
Tabel III. Hasil uji antikarsinogenik ekstrak etanol daun beberapa tanaman dengan karsinogen
B(a)P.
Ekstrak etanol daun, dosis
(mg/kg BB)
Kontrol positif kanker
G. procumbens, 100
G. procumbens, 50
P. indica, 100
P. indica, 50
Vinca alba, 100
Vinca alba, 50
Morus alba, 100
Morus alba, 50
Jumlah
mencit
Jumlah mencit
dg. tumor
16
18
15
18
18
15
20
13
15
16
11
14
17
18
15
20
13
15
Jumlah nodul
tumor/mencit
7,0  2,1
4,3  1,5*
5,8  2,0*
6,0  4,0
6,4  1,2
6,4  3,3
6,6  2,8
7,1  1,1
6,3  1,0
* Lebih rendah dibandingkan kontrol positif kanker (P<0,05)
Hasil uji mutagenesis dan antimutagenesis
fraksi ekstrak etanol daun G. procumbens
Hasil
uji
mutagenesis
dengan
Salmonella typhimurium JCM 6977 (tabel IV)
menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan
pada media minimum tanpa histidin pada
perlakuan fraksi kloroform ekstrak etanol daun
G. procumbens. Ini menunjukkan bahwa fraksi
kloroform dari ekstrak etanol tersebut
kemungkinan terdapat senyawa yang bersifat
mutagenik.
Sedangkan
uji
antimutagenesis
dimaksudkan untuk memeriksa penghambatan
proses mutagenesis pada tahap inisiasi atau
promosi. Bila ekstrak dapat menghambat atau
memutuskan ikatan antara mutagen dengan
DNA maka proses mutagenesis akan dihambat,
sehingga tidak terbentuk mutan. Tabel V
menunjukkan bahwa pada media yang
ditambahkan
fraksi-fraksi
etanol
tetap
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri.
Tabel IV. Hasil uji mutagenesis beberapa fraksi ekstrak etanol daun G. procumbens terhadap Salmonella
typhimurium JCM 6977
Perlakuan
Fraksi kloroform
Fraksi etilasetat
Fraksi residu
Inokulum+Histidin
Inokulum-Histidin
1
+++
-
2
+++
-
Pertumbuhan bakteri pada hari ke3
4
5
6
7
+++
+++
++
+



+++ +++ +++
+++
+++
-
Absorban
0.326
0.000
0.000
0.583
0.000
Keterangan : + : pertumbuhan sedikit, ++ : pertumbuhan sedang, +++ : pertumbuhan banyak,  :
pertumbuhan tidak jelas, dan - : tidak ada pertumbuhan
Tabel V. Hasil uji mutagenesis beberapa fraksi ekstrak etanol daun G. procumbens terhadap
Salmonella typhimurium JCM 6977
Perlakuan
Pertumbuhan bakteri pada hari ke1
2
3
4
5
6
7
Absorban
Fraksi kloroform + NG
++
+++ +++ +++
0.356
Fraksi etilasetat +NG
+
+
+
+
+
0.132
Fraksi residu + NG
+
+
+
+
+
0.125
Inokulum + NTG
+
+
+
+
0.130
Inokulum - NTG
0.000
Keterangan : + : pertumbuhan sedikit, ++ : pertumbuhan sedang, +++ : pertumbuhan banyak,  :
pertumbuhan tidak jelas, dan - : tidak ada pertumbuhan. Inokulum pada media tanpa
histidin
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
219
Sugiyanto
Dengan kata lain, baik fraksi larut kloroform,
fraksi larut etil asetat dan fraksi residu dari
ekstrak daun Gynura procumbens tidak
mempunyai efek antimutagenesis.
Dengan hasil uji mutagenesis di atas
dapat difahami bahwa efek penghambatan
pertumbuhan tumor tidak terjadi pada proses
mutasi material genetiknya tetapi dengan
mekanisme yang lain seperti penghambatan
aktivasi metabolik senyawa karsinogen atau
berpengaruh pada tahap promosi atau
proliferasi sel-sel tumor (Huang et al., 1995;
Sayer et al., 1989).
Kromatografi lapis tipis dan analisis bercak
kromatogramnya
Hasil percobaan ini menunjukkan
bahwa pemisahan terbaik dihasilkan dengan
fase diam selulosa dan fase gerak etanol-air
(1:4) memberikan 2 bercak pada kromatogram
(gambar 1). Dari reaksi warna serta
pemeriksaan di bawah UV mengindikasikan
bahwa
bercak-bercak
yang
dihasilkan
mengandung 5-hidroksi-flavon atau 5-hidroksi
flavonol yang tersubstitusi pada 3’-OH.
spektroskopi dilakukan terhadap bercak A1, B1
dan B2..
Identifikasi
bercak
kromatogram
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
dengan pereaksi geser terhadap senyawa
golongan flavonoid (Markham, 1988). Dari data
kromatografi yang berupa harga Rf dan warna
bercak
digabungkan
dengan
data
spektrofotometri ultraviolet (Gambar 3-6)
diusulkan suatu hipotesis bahwa flavonoid A1
merupakan derivat flavon dengan gugus OH
pada posisi 7, 3’, 4’ tanpa gugus OH pada posisi
5 dan mempunyai substitusi alkoksi pada posisi
6 dan 8. Sedangkan untuk flavonoid B1
merupakan suatu derivat flavonol yang
mempunyai gugus 3 OH bebas atau suatu
glikosida dengan molekul gula terikat pada
gugus hidroksi dari atom C3. Identifikasi
dengan pereaksi metanol, AlCl3 dan AlCl3 +
HCl, beruturut-turut menunjukkan bahwa
flavonoid B1 merupakan flavonol, tanpa orto diOH, mempunyai 3,5 di-OH. Idendifikasi
terhadap flavonoid B2 menunjukkan bahwa
senyawa tersebut mirip dengan senyawa B1
A
B
O
B1
totolan awal
Gambar1.
O
A1
A2
B2
B3
A3
totolan awal
Gambar 2.
.
Gambar 1. Hasil pemisahan senyawa dengan fase
diam selulosa dan fase gerak etanol –
air ( 1:4 v/v)
Penggunaan fase gerak n-butanol-asam asetatair (4 : 1 : 5) untuk elusidasi kromatogram I
memberikan hasil tiga bercak utama untuk
masing-masing bercak pada eluasi I seperti
disajikan pada gambar 2.
Berdasarkan intensitas fluoresensi UV,
bercak A1 merupakan bercak utama dari bercak
A dan bercak B1 dan B2 merupakan bercak
utama dari bercak B. Oleh sebab itu, identifikasi
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
Gambar 2. Hasil pemisahan senyawa dengan dari
kromatogram pada gambar 1. dengan
gerak butanol – asam - air ( 4 : 1 : 5 )
merupakan glikosida flavonol dengan molekul
gula terikat pada posisi 3. Idendifikasi dengan
pereaksi metanol, NaOAc, AlCl3 dan AlCl3 +
HCl, beruturut-turut menunjukkan bahwa
flavonoid B2 merupakan flavonol, 7-OR,
mempunyai 3’,4’ orto di-OH, dan mempunyai
3,5 di-OH. Hipotesis senyawa flavonoid A1, B1
disajikan pada gambar 7 - 9.
220
Aktivitas Antikarsinogenik …………
Gam bar 3. Spektra flavonoid A1 dalam
MeO H dan NaOH
___ = MeO H : 250, 300 S , 325
… . = MeO H + N aOH : 267, 310 S , 375
Gambar
dalam
Gam
bar 5.5 Spektra
Spektraflavonoid
flavonoidA1A1
dalam
AICI33 dan
dan A
AICI
HCI
MMeOH
eOH +AICI
ICI3 3++HCI
_____ = MeOH: 250, 300 S, 325S
___
= M eOH : 250, 300 , 325
…...
= MeOH
+ AICI
300S, 328
S
3 : 250,
…
. =
M eOH+
AICI
3 : 250, 303 , 328
----- =
= MeOH
+ AICI
3 + HCI : 250, 300 S, 325
S
----M eOH+
AICI
3 +HCI :250,300 ,325
G ambar 4 Spektra flavonoid A1 dalam MeO H,
NaO Ac dan H 3 BO 3
___ = M eOH : 250, 300 S , 325
… . = M eOH+NaO Ac : 253, 300 S , 325
----- = M eOH+NaO Ac+ H 3 BO 3 :256,303 S ,350
G am bar 6. Spektra hasil hidrolisis asam
flavonoid dalam M eOH
___
Identifikasi selanjutnya menggunakan
spektroskopi resonansi magnetik menggunakan
H-NMR 600 MHz (Lab. Biomaterial
Chemistry, Graduate School of Biotechnology,
Osaka University Japan) dan spektrometri
massa untuk memastikan identitas senyawa
aktif. Identifikasi lanjutan dengan kedua alat
tersebut hanya ditujukan pada flavonoid A.
Identifikasi lanjutan menggunakan data
spektrum massa (Gambar 10) dan spektrum
NMR (Gambar 11).
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
= M eO H : 250, 300 S , 325
R 3 = H , Alkil atau alkoksi
R 6 = Alkoksi dan R8 = H
atau
R 6 = H dan R 8 = Alkoksi
Gambar 7. Flavonoid pada bercak A1
221
Sugiyanto
R 3 = gula atau alkil
R 3’ = Alkoksi dan R 8 = H
R = Alkil
Gambar 8. Flavonoid pada bercak
Gambar 9. Flavonoid pada bercak B2
Gambar 10. Spektrum massa Flavonoid A1
Gambar 11. Spektrum NMR (proton NMR ) falvonoid A1
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
222
Aktivitas Antikarsinogenik …………
Tabel VI. Pergeseran kimia (δ) dari sampel bercak A1
Pergeseran kimia
(δ) (ppm)
3.829
3.843
3.395
3.545
3.5535
3.665
3.7805
7.603
7.619
7.40 – 7.62
Pola splitting
Kemungkinan asal proton dari:
Singlet
Singlet
Doublet
Doublet
Doublet
Triplet dari doublet
Triplet dari doublet
Singlet
Singlet
Multiplet/overlap
-OCH3
-OOCCH3
2H–6” (CH2OH)
H-3” atau H-4” (-CHOH)
2H-1” (-CH2-O-)
H-5” (-CH-O-)
H-2” (-CH-O-)
H-8 (aromatik)
H-6 (aromatik)
Proton aromatik dari cincin karbon
Gambar 12. Perkiraan flavanoid A1 setelah analisis berdasarkan spektrum 1H-NMR dan spektrum massa
Dengan
metoda
Fast
Atomic
Bombardment Mass Spectrometry (FAB-MS)
senyawa flavonoid yang diperoleh memberikan
fragmen-fragmen yang muncul sebagai ion
molekul pada m/z antara 0 – 511. Ion molekul
di daerah m/z 553 -1294 juga terdeteksi akan
tetapi ini tidak lazim. Mungkin karena adanya
noise atau enhancement. Oleh sebab itu iterpretasi
difokuskan pada ion molekul yang muncul di
bawah m/z 511.
Pada spektrum massa yang diperoleh
terlihat beberapa puncak ion molekul di daerah
m/z 265, 283, 305, 489 dan 511. Juga terekam
ion molekul dengan m/z 149. Andaikan
senyawa flavonoid terduga aglikonnya
mempunyai rumus molekul C16H12O5 dengan
bobot molekul 284, maka ion molekul dengan
m/z 283 adalah (M-H)+ dan ion molekul pada
m/z 265 adalah {(M-H) + - H2O}. Sedang m/z
305 kemungkinan adalah {(m/z283+Na) - H}.
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
Ion molekul dengan m/z 149 muncul
sebagai base peak. Ion molekul ini sangat boleh
jadi adalah merupakan fragmen ribosa (BM =
150) (Fragmentasi ribosa tidak dipaparkan).
Adanya ion molekul dengan m/z 489
memberikan dugaan bahwa ion tersebut adalah
ion induk (M+H)+. Berarti bobot molekul
senyawa adalah 488. Sehingga munculnya ion
molekul pada m/z 511 adalah (M+Na)+. Oleh
karenanya diduga rumus molekul senyawa
flavonoid adalah C24H24O11.
Dari spektrum 1H-NMR terlihat
banyak sekali puncak-puncak resonansi yang
menunjukkan bahwa senyawa yang diperoleh
belum murni benar, terdapat senyawa pengotor
atau senyawa tersebut terdiri lebih dari satu
senyawa. Akan tetapi dapat dilihat dengan jelas
puncak-puncak resonansi dari molekul ribosa
pada δ 3 – 5 ppm, bagian aromatik pada
δ 7 – 8 ppm, dan gugus alifatik, metoksi dan
223
Sugiyanto
asetil, pada δ 0 – 2 ppm. Berdasarkan perkiraan
struktur kimia seperti gambar 12 maka daerah
pergeseran
kimia
yang
terekam pada
spektrum NMR dapat diringkas seperti pada
tabel VI.
Dari data spektra MS dan 1H-NMR
tersebut dapat diperkirakan bahwa struktur
kimia senyawa flavonoid seperti tertera pada
gambar 12. Adanya gugus gula yang berupa
Hasil uji sintotoksisitas ekstrak etanol,
fraksi residu dan bercak kromatogram
Nampak pada tabel VII-VIII bahwa
kadar hambat minimum ekstrak etanol daun
dan fraksi residu terhadap sel Vero masingmasing sebesar 1735 dan 4026 g/ml. Pada sel
meiloma (hasil tidak disajikan), ekstrak etanol
kadar 1543 g/ml baru memberikan
penghambatan sebesar 86% sedangkan fraksi
residu (ekstrak etanol setelah diekstraksi lanjut
dengan pelarut non-polar) mulai kadar
1006 g/ml memberikan penghambatan
sebesar 100%, pada pengamatan selama 96 jam.
Tabel VII. Hasil pengamatan pertumbuhan sel Vero dengan penambahan ekstrak etanol berbagai
kadar.
Sumuran
Kadar ug/ml
27760 13880 6940
3470
1735
868
434 217 108
54
27
14
B
+
+
+
+



C
+
+
+
+



D
+
+
+
+



E
+
+
+
+



F
+
+
+
+



Keterangan Tabel VII :
- = pertumbuhan sel Vero dihambat secara sempurna (100 %) oleh ekstrak
 = pertumbuhan sel Vero dihambat sebagian (tidak sempurna) oleh ekstrak
+ = pertumbuhan sel Vero tidak dihambat oleh ekstrak etanol
Pengulangan 3 kali menunjukkan hasil yang reliabel
Tabel VIII. Hasil uji penghambatan pertumbuhan sel Vero oleh fraksi residu daum Gymnora procumbens
No
1.
2.
3.
4.
5.
32205
-
16103
-
8052
-
4026
-
Kadar ug/ml
2013
1007
504















252
+
+
+
+
+
126
+
+
+
+
+
63
+
+
+
+
+
32
+
+
+
+
+
16
+
+
+
+
+
Keterangan VIII:
- = pertumbuhan sel Vero dihambat secara sempurna (100 %) oleh ekstrak
 = pertumbuhan sel Vero dihambat sebagian (tidak sempurna) oleh ekstrak
+ = pertumbuhan sel Vero tidak dihambat oleh ekstrak etanol
Pengulangan 3 kali menunjukkan hasil yang reliabel
pentosa tidak lazim ditemukan di alam. Oleh
sebab itu verifikasi struktur lebih lanjut masih
diperlukan.
Fraksi residu adalah ekstrak etanol yang
sudah diekstraksi lebih lanjut dengan kloroform
dan etil asetat.
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
Ini berarti bahwa senyawa aktif yang
diharapkan tidak larut dalam pelarut non-polar.
Ekstraksi dengan pelarut non-polar terhadap
ekstrak etanol daun G. procumbens dapat
meningkatkan toksisitas selektif ekstrak etanol
yang diperoleh terhadap sel meiloma.
224
Aktivitas Antikarsinogenik …………
Uji sitotoksisitas bercak kromatogram
terhadap sel meiloma dlakukan terhadap bercak
A1 dan B1. Dari hasil menunjukkan bahwa baik
bercak A1 dan B1 memberikan efek
sitotoksisitas yang nyata terhadap sel meiloma
dan Vero. Terhadap sel meiloma, bercak A1
(flavonoid A1) dan B1 (flavonoid B1)
mempunyai harga LC50 masing-masing 5,82 dan
3,40 M. Terhadap sel Vero masing-masing
mempunyai harga LC50 23,71 dan 10,08 M.
Aktivitas penghambatan pertumbuhan sel
mamalia kedua flavonoid ini masih dibawah
doksorubisin yang mempunyai LC50 0,39 dan
0,04 M masing-masing pada sel Vero dan
meiloma. Flavonoid A1 lebih selektif aktif
terhadap sel meiloma dibandingkan flanovoid
B1 meskipun aktivitasnya lebih lemah dalam
menghambat pertumbuhan sel meiloma
dibandingkan dengan aktivitas flavonoid B1.
Kesimpulan
Ekstrak etanol daun Gynura procumbens
dapat menghambat pertumbuhan tumor paru
mencit yang diinduksi benzo(a)piren. Fraksi
polar ekstrak etanol menunjukkan aktivitas
antikarsinogenik sedang fraksi non-polarnya
tidak.
Dalam fraksi polar etanol tersebut
setidaknya ditemukan tiga flavonoid golongan
flavon dan flavonol. Dua dari tiga flavonoid
menunjukkan
aktivitas
penghambatan
pertumbuhan sel meiloma dan Vero.
Ucapan Terima kasih
Terima kasih disampaikan kepada
Pemerintah
Indonesia
atas
pendanaan
penelitian ini lewat Proyek Hibah Bersaing
V/III Perguruan tinggi 1998/1999 dan kepada
Prof. Yamada, Lab. Biomedical Chemistry,
Graduate School of Biotechnology, Osaka
University atas fasilitas FAB-MS dan 600 Mhz
1H-NMR
sehingga analisis ini dapat
dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Ames, B.M., Mc Cann, J., and Yamasaki, E., 1975, Methods for detecting carcinogens and
mutagens with the Salmonella / mammalian-microsome mutagenicity test, Mutat. Res., 31,
327.
Anonim, 1988, Profil Kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pusat data
Kesehatan, Jakarta, 14, 36.
Chu, E.H.Y., 1971, Induction and Analysis of Gene Mutations in Mutations in Mammalia Cell
Cultures, in Hollaender, A. (Ed.) : Chemical Mutagens : Principles and Methods for Their
Detection, Plenum Press, New York, 411.
Huang, M.T., Ma., W. Lou., Y.R., Lu., Y.P., Chang, R., Newmark, H. and Conney, A.H., 1995,
Inhibitory effect of curcumin on tumorigenesis in mice, Recent Development in Curcumin
Pharmacochemistry : Proceedings of The International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry,
August 1995, Yogyakarta, Indonesia, 45.
Linder, M.C., 1985, Nutrition and Cancer Prevention, dalam Linder, M.C. dan Munro, H.N., (Ed.),
Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier, London, 347-362.
Markham, K.R., 1988, Cara Identifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Dr. Kosasih Padmawinata, ITB
Bandung.
Kapitulnik, J., Levin, W., Coney, A.H., Yagi, H., Jerina, D.M., 1977, Benzo(a)pyrene-7,8dihydrodiol is More Carcinogenic Than Benzo(a)pyrene in Newborn Mice, Natural, 266,
378.
Sayer, J.M., Whalen, D.L. and Derina, D.M., 1989, Chemical strategies for the inactivation of bayregion diol epoxides, ultimate carcinogens derived from polycyclic aromatic
hydrocarbons, Drug Metabol. Rev., 20, 155.
Sugiyanto, B., Sudarto, Meiyanto, E., 1993, Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren
oleh Preparat Tradisonal tanaman Gynura procumbens dan Identifikasi Awal Senyawa yang
Berkhasiat, Laporan Penelitian, P4M Ditjen Dikti, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003
225
Download