Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 216 – 225, 2003 Aktivitas Antikarsinogenik ………… Aktivitas antikarsinogenik senyawa yang berasal dari tumbuhan The anticarcinogenic activity of plants compounds Sugiyanto, B. Sudarto, Edy Meiyanto, Agung Endro Nugroho dan Umar A. Jenie Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Abstrak Penelitian ini menguji khasiat ekstrak daun dari tumbuhan ngokilo (Gynura procumbens), beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan tapak doro (Vinca alba). Dari keempat tumbuhan yang dipilih hanya ekstrak etanol daun ngokilo yang menunjukkan aktivitas antikarsinogenik terhadap pertumbuhan tumor paru mencit. Tahap berikutnya dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa berkhasiat pada ngokilo (Gynura procumbens) dan kemudian diuji aktivitas karsinogenik terhadap kultur sel meiloma dan sel vero. Dari penelitian ini, fraksi non-polar ekstrak etanol daun ngokilo tidak menunjukkan aktivitas antikarsinogenik, sedangkan fraksi polarnya menunjukkan aktivitas antikarsinogenik. Pada fraksi polar ekstrak etanol tersebut setidaknya ditemukan tiga flavonoid golongan flavon atau flavonol. Di antara ketiga flavonoid tersebut, dua flavonoid terbukti mempunyai aktivitas penghambatan pertumbuhan sel mieloma dan sel Vero. Kata kunci : ngokilo, Gynura procumbens, antikarsinogenik, flavonoid. Abstract The study was conducted to observe the effect of extracts of ngokilo (Gynura procumbens), beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan tapak doro (Vinca alba) leaves. Showed anticarcinogenic activity on lung tumor growth of mice. In the nex step, compounds having anticarcinogenic effect was isolated and identified, and evaluated on the cultures of meiloma and Vero cells. The results showed that non-polar fraction of ethanol extract of ngokilo leaves did not have anticarcinogenic activity, whereas the polar fraction show anticarcinogenic activity. At least there were three flavonoids (flavon or flavonol groups) in this polar fraction. It was only two of these flavonoids inhibit the growth of myeloma and Vero cells. Key words : ngokilo, Gynura procumbens, anticarcinogenic, flavonoid. __________________________________________________________ Pendahuluan Kanker merupakan salah satu ancaman utama dibidang kesehatan. Di Inggris, kematian akibat penyakit kanker menduduki peringkat ke-2 setelah penyakit kardiovaskuler. Sedangkan di Indonesia, kematian akibat kanker mencapai 4,3% atau menduduki peringkat ke-6 (Anonim, 1988). Beberapa usaha pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan meliputi pengobatan secara fisik, dengan pembedahan maupun pengobatan dengan senyawa kimiawi (khemoterapi) (Linder, 1985). Sampai saat ini obat kanker yang benar-benar efektif belum ditemukan. Hal ini karena rendahnya selektivitas obat-obat antikanker yang digunakan maupun karena belum diketahuinya dengan jelas proses karsinogenesis itu sendiri. Usaha penyembuhan kanker dengan obat (farmakoterapi) atau dengan senyawa kimia (khemoterapi) pada umumnya belum mampu memberikan hasil yang memuaskan sehingga dijumpai cara-cara pengobatan alternatif antara lain dengan obat tradisional. 216 Aktivitas Antikarsinogenik ………… Cara-cara pengobatan dengan menggunakan tanaman obat tradisi tersebut umumnya belum mempunyai dasar yang rasional baik secara laboratoris maupun klinis. Salah satu dari tumbuhan / bagian dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat kanker adalah daun ngokilo (Gynura procumbens), beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan tapak doro (Vinca alba). Salah satu dari sedikit bukti laboratoris terhadap beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai obat antikanker tersebut, telah dibuktikan bahwa ekstrak etanol daun ngokilo (Gynura procumbens) mampu menghambat pertumbuhan tumor paru akibat benzo(a)piren sebesar 23 % (Sugiyanto et al., 1993). Dalam rangka memperoleh kebenaran ilmiah tentang khasiat tumbuh-tumbuhan tersebut dalam menghambat pertumbuhan kanker maka perlunya diuji secara laboratoris efek antikarsinogenik dan identifikasi senyawa berkhasiatnya. Metodologi Bahan penelitian Tumbuhan daun ngikolo (Gynura procumbens (Lour) Merr) diperoleh dari budidaya sendiri di kebun tanaman obat Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM. Tumbuhan beluntas (Pluchea indica), murbei (Morus alba) dan tapak doro (Vinca alba) diperoleh dari masyarakat disekitar kampus UGM. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah etanol, metanol, asam asetat, butanol, heksan, kloroform, aluminium klorida, sitoborat dan eter (E. Merck, Germany); benzo(a)piren atau B(a)P, dan N’-nitro-N’’-metil-nitroso guanidin atau NTG (Sigma Chemical Co.). Hewan uji yang digunakan pada uji antikarsinogenik in vivo adalah mencit (Mus muculus) galur swiss usia 2 - 2,5 bulan (Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi UGM). Sedangkan untuk uji karsinogenik in vitro digunakan sel Vero yang berasal dari ginjal kera Afrika, merupakan keturunan ke-113 (ATCC), dan digunakan sel meiloma dari Merwin Plasma Cell Tumor-11 (MPC-11) yang diisolasi dari mencit balb/c, kedua jenis sel tersebut diperoleh dari Laboratorium Ilmu Hayati UGM. Cara Kerja Pembuatan ekstrak daun tumbuhan Ekstrak etanol dan eter diperoleh dengan melakukan ekstraksi menggunakan alat Soxhlet dengan masing-masing menggunakan pelarut etanol 80 % dan eter murni. Ekstrak air dibuat dengan cara Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 pembuatan dekok dengan kepekatan 20% b/v bahan daun yang telah dikeringkan. Ekstrak etanol daun yang telah dikeringkan berturut-turut diekstraksi dengan heksan dan etilasetat. Fraksi heksan dan etil asetat ditampung dan dikeringkan dengan penguapan suhu rendah (< 40oc) dan dengan pengurangan tekanan. Residu yang diperoleh disebut fraksi residu. Uji antikarsinogenik dengan metoda Newborn mice Metode yang digunakan mengacu pada percobaan pendahuluan (Kapiltunik et al., 1977). Pada percobaan ini, anak mencit yang baru lahir dipisahkan menjadi dua kelompok, satu kelompok segera disuntik B(a)P pada hari ke-1, ke-8 dan ke-15 dengan dosis masing-masing 0.2, 0.4, dan 0.8 mol, sedangkan kelompok kedua disuntik dengan DMSO sebagai kontrol. Pada usia 25 hari, anak mencit dipisahkan dari induknya dan dipisahkan antara jantan dengan betina. Sebagian perlakuan B(a)P tanpa perlakuan ekstrak tumbuhan dikandangkan sendiri disebut sub-kelompok kontrol positif kanker demikian pula perlakuan DMSO tanpa perlakuan ekstrak tumbuhan dinamakan kontrol negatif kanker. Kelompok mencit yang disuntik B(a)P, diluar sub-kelompok kontrol positif kanker, diberi suspensi ekstrak daun masing-masing tumbuhan secara oral dengan dosis setara dengan 50 dan 100 mg serbuk daun kering per kg berat bada mencit. Sebagian dari kelompok kontrol negatif juga mendapatkan perlakuan ekstrak tersebut untuk mengetahui apakah ada efek karsinogenik dari tumbuhan tersebut. Uji antimutagenesis ekstrak daun tumbuhan Percobaan ini dilakukan dengan metoda reversed mutation dengan menggunakan bakteri Salmonella typhimurium JCM 6977 (Chu, 1971; Ames et al., 1975). Bila bakteri ini di inokulasi pada media tanpa histidin dan diberi suatu mutagen yaitu B(a)P atau NTG, dengan enzim pengaktivasi maka akan terjadi mutasi balik dan bakteri tersebut akan mampu tumbuh. Apabila ekstrak daun dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut maka ekstrak tersebut bersifat antimutagenik. Uji antimutagenesis ini dilakukan terhadap fraksi larut etil asetat, fraksi larut kloroform dan fraksi residu dari ekstrak etanol daun Gynura procumbens. Uji sitotoksisitas ekstrak residu dan bercak hasil KLT etanol, fraksi Pada uji sitotoksisitas, digunakan pembanding endoksan dan doksorubisin sebagai obat antikanker golongan senyawa pengalkil (kontrol positif). Pemakaian endoksan dilakukan baik 217 Sugiyanto menggunakan enzim pengaktivasi (S9) maupun tanpa enzim pengaktivasi. Uji sitotoksisitas bercak kromatogram dilakukan pula terhadap sel meiloma dan Vero. Identifikasi senyawa ekstrak daun ngikolo berkhasiat pada Langkah pertama yaitu menggunakan kromatografi lapis tipis. Dalam analisis tersebut, dicoba beberapa sistem kromatografi dengan menggunakan fase diam selulosa tetapi berbeda komposisi fase geraknya. Sistem lain yang digunakan dengan fase diam silika gel G dengan beberapa macam komposisi fase gerak yang berbeda pula. Untuk mengidentifikasi struktur senyawa berkhasiat tersebut digunakan analisis bercak dari kromatogram menggunakan kromatografi gas, spektroskopi resonansi magnetik inti (H-NMR 600 MHz) dan spektrometri massa (GC-MS) ((Lab. Biomaterial Chemistry, Graduate School of Biotechnology, Osaka University Japan). Hasil dan Pembahasan Hasil uji antikarsinogenik ekstrak daun Hasil percobaan antikarsinogenik in vivo menggunakan metoda new born mice disajikan pada tabel I-III. Dari penelitian nampak bahwa ekstrak air dan eter tidaklah mempunyai efek menghambat pertumbuhan tumor yang nyata. Baik persentasi insidensi timbulnya tumor maupun jumlah nodul tumor tiap mencit tidaklah berbeda dengan kelompok kontrol positif kanker. Pada pemberian ekstrak etanol Gynura procumbens (daun ngokilo) dosis 50 dan 100 mg/kg BB dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan mengurangi insidensi timbulnya tumor maupun mengurangi jumlah nodul tumor dibandingkan dengan kanker (P<0,05). Sedangkan pemberian ekstrak etanol daun Pluchea indiva, Vinca alba dan Morus alba tidak menunjukkan penghambatan tumor (tabel III). Tabel I. Hasil uji antikarsinogenik ekstrak air daun beberapa tanaman dengan karsinogen B(a)P. Ekstrak air daun, dosis (mg/kg BB) Kontrol positif kanker G. procumbens, 100 G. procumbens, 50 P. indica, 100 P. indica, 50 Vinca alba, 100 Vinca alba, 50 Morus alba, 100 Morus alba, 50 Jumlah mencit Jumlah mencit dg. tumor 15 20 20 12 10 15 13 13 14 15 20 20 12 10 14 13 13 14 Jumlah nodul tumor/mencit 6,3 1,5 6,5 2,3 7,0 1,8 6,5 2,8 7,1 1,0 6,3 3,1 6,8 2,4 5,7 3,0 6,2 2,1 Tabel II. Hasil uji antikarsinogenik ekstrak eter daun beberapa tanaman dengan karsinogen B(a)P. Ekstrak eter daun, dosis (mg/kg BB) Kontrol positif kanker G. procumbens, 100 G. procumbens, 50 P. indica, 100 P. indica, 50 Vinca alba, 100 Vinca alba, 50 Morus alba, 100 Morus alba, 50 Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 Jumlah mencit Jumlah mencit dg. tumor 15 20 20 18 18 15 20 13 15 15 20 20 17 15 15 18 13 15 Jumlah nodul tumor/mencit 6,3 1,5 7,5 1,3 7,3 0,9 6,3 2,0 7,1 1,2 6,4 2,5 6,6 2,8 6,1 2,1 6,3 2, 0 218 Aktivitas Antikarsinogenik ………… Tabel III. Hasil uji antikarsinogenik ekstrak etanol daun beberapa tanaman dengan karsinogen B(a)P. Ekstrak etanol daun, dosis (mg/kg BB) Kontrol positif kanker G. procumbens, 100 G. procumbens, 50 P. indica, 100 P. indica, 50 Vinca alba, 100 Vinca alba, 50 Morus alba, 100 Morus alba, 50 Jumlah mencit Jumlah mencit dg. tumor 16 18 15 18 18 15 20 13 15 16 11 14 17 18 15 20 13 15 Jumlah nodul tumor/mencit 7,0 2,1 4,3 1,5* 5,8 2,0* 6,0 4,0 6,4 1,2 6,4 3,3 6,6 2,8 7,1 1,1 6,3 1,0 * Lebih rendah dibandingkan kontrol positif kanker (P<0,05) Hasil uji mutagenesis dan antimutagenesis fraksi ekstrak etanol daun G. procumbens Hasil uji mutagenesis dengan Salmonella typhimurium JCM 6977 (tabel IV) menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan pada media minimum tanpa histidin pada perlakuan fraksi kloroform ekstrak etanol daun G. procumbens. Ini menunjukkan bahwa fraksi kloroform dari ekstrak etanol tersebut kemungkinan terdapat senyawa yang bersifat mutagenik. Sedangkan uji antimutagenesis dimaksudkan untuk memeriksa penghambatan proses mutagenesis pada tahap inisiasi atau promosi. Bila ekstrak dapat menghambat atau memutuskan ikatan antara mutagen dengan DNA maka proses mutagenesis akan dihambat, sehingga tidak terbentuk mutan. Tabel V menunjukkan bahwa pada media yang ditambahkan fraksi-fraksi etanol tetap menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Tabel IV. Hasil uji mutagenesis beberapa fraksi ekstrak etanol daun G. procumbens terhadap Salmonella typhimurium JCM 6977 Perlakuan Fraksi kloroform Fraksi etilasetat Fraksi residu Inokulum+Histidin Inokulum-Histidin 1 +++ - 2 +++ - Pertumbuhan bakteri pada hari ke3 4 5 6 7 +++ +++ ++ + +++ +++ +++ +++ +++ - Absorban 0.326 0.000 0.000 0.583 0.000 Keterangan : + : pertumbuhan sedikit, ++ : pertumbuhan sedang, +++ : pertumbuhan banyak, : pertumbuhan tidak jelas, dan - : tidak ada pertumbuhan Tabel V. Hasil uji mutagenesis beberapa fraksi ekstrak etanol daun G. procumbens terhadap Salmonella typhimurium JCM 6977 Perlakuan Pertumbuhan bakteri pada hari ke1 2 3 4 5 6 7 Absorban Fraksi kloroform + NG ++ +++ +++ +++ 0.356 Fraksi etilasetat +NG + + + + + 0.132 Fraksi residu + NG + + + + + 0.125 Inokulum + NTG + + + + 0.130 Inokulum - NTG 0.000 Keterangan : + : pertumbuhan sedikit, ++ : pertumbuhan sedang, +++ : pertumbuhan banyak, : pertumbuhan tidak jelas, dan - : tidak ada pertumbuhan. Inokulum pada media tanpa histidin Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 219 Sugiyanto Dengan kata lain, baik fraksi larut kloroform, fraksi larut etil asetat dan fraksi residu dari ekstrak daun Gynura procumbens tidak mempunyai efek antimutagenesis. Dengan hasil uji mutagenesis di atas dapat difahami bahwa efek penghambatan pertumbuhan tumor tidak terjadi pada proses mutasi material genetiknya tetapi dengan mekanisme yang lain seperti penghambatan aktivasi metabolik senyawa karsinogen atau berpengaruh pada tahap promosi atau proliferasi sel-sel tumor (Huang et al., 1995; Sayer et al., 1989). Kromatografi lapis tipis dan analisis bercak kromatogramnya Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemisahan terbaik dihasilkan dengan fase diam selulosa dan fase gerak etanol-air (1:4) memberikan 2 bercak pada kromatogram (gambar 1). Dari reaksi warna serta pemeriksaan di bawah UV mengindikasikan bahwa bercak-bercak yang dihasilkan mengandung 5-hidroksi-flavon atau 5-hidroksi flavonol yang tersubstitusi pada 3’-OH. spektroskopi dilakukan terhadap bercak A1, B1 dan B2.. Identifikasi bercak kromatogram dilakukan dengan menggunakan teknik analisis dengan pereaksi geser terhadap senyawa golongan flavonoid (Markham, 1988). Dari data kromatografi yang berupa harga Rf dan warna bercak digabungkan dengan data spektrofotometri ultraviolet (Gambar 3-6) diusulkan suatu hipotesis bahwa flavonoid A1 merupakan derivat flavon dengan gugus OH pada posisi 7, 3’, 4’ tanpa gugus OH pada posisi 5 dan mempunyai substitusi alkoksi pada posisi 6 dan 8. Sedangkan untuk flavonoid B1 merupakan suatu derivat flavonol yang mempunyai gugus 3 OH bebas atau suatu glikosida dengan molekul gula terikat pada gugus hidroksi dari atom C3. Identifikasi dengan pereaksi metanol, AlCl3 dan AlCl3 + HCl, beruturut-turut menunjukkan bahwa flavonoid B1 merupakan flavonol, tanpa orto diOH, mempunyai 3,5 di-OH. Idendifikasi terhadap flavonoid B2 menunjukkan bahwa senyawa tersebut mirip dengan senyawa B1 A B O B1 totolan awal Gambar1. O A1 A2 B2 B3 A3 totolan awal Gambar 2. . Gambar 1. Hasil pemisahan senyawa dengan fase diam selulosa dan fase gerak etanol – air ( 1:4 v/v) Penggunaan fase gerak n-butanol-asam asetatair (4 : 1 : 5) untuk elusidasi kromatogram I memberikan hasil tiga bercak utama untuk masing-masing bercak pada eluasi I seperti disajikan pada gambar 2. Berdasarkan intensitas fluoresensi UV, bercak A1 merupakan bercak utama dari bercak A dan bercak B1 dan B2 merupakan bercak utama dari bercak B. Oleh sebab itu, identifikasi Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 Gambar 2. Hasil pemisahan senyawa dengan dari kromatogram pada gambar 1. dengan gerak butanol – asam - air ( 4 : 1 : 5 ) merupakan glikosida flavonol dengan molekul gula terikat pada posisi 3. Idendifikasi dengan pereaksi metanol, NaOAc, AlCl3 dan AlCl3 + HCl, beruturut-turut menunjukkan bahwa flavonoid B2 merupakan flavonol, 7-OR, mempunyai 3’,4’ orto di-OH, dan mempunyai 3,5 di-OH. Hipotesis senyawa flavonoid A1, B1 disajikan pada gambar 7 - 9. 220 Aktivitas Antikarsinogenik ………… Gam bar 3. Spektra flavonoid A1 dalam MeO H dan NaOH ___ = MeO H : 250, 300 S , 325 … . = MeO H + N aOH : 267, 310 S , 375 Gambar dalam Gam bar 5.5 Spektra Spektraflavonoid flavonoidA1A1 dalam AICI33 dan dan A AICI HCI MMeOH eOH +AICI ICI3 3++HCI _____ = MeOH: 250, 300 S, 325S ___ = M eOH : 250, 300 , 325 …... = MeOH + AICI 300S, 328 S 3 : 250, … . = M eOH+ AICI 3 : 250, 303 , 328 ----- = = MeOH + AICI 3 + HCI : 250, 300 S, 325 S ----M eOH+ AICI 3 +HCI :250,300 ,325 G ambar 4 Spektra flavonoid A1 dalam MeO H, NaO Ac dan H 3 BO 3 ___ = M eOH : 250, 300 S , 325 … . = M eOH+NaO Ac : 253, 300 S , 325 ----- = M eOH+NaO Ac+ H 3 BO 3 :256,303 S ,350 G am bar 6. Spektra hasil hidrolisis asam flavonoid dalam M eOH ___ Identifikasi selanjutnya menggunakan spektroskopi resonansi magnetik menggunakan H-NMR 600 MHz (Lab. Biomaterial Chemistry, Graduate School of Biotechnology, Osaka University Japan) dan spektrometri massa untuk memastikan identitas senyawa aktif. Identifikasi lanjutan dengan kedua alat tersebut hanya ditujukan pada flavonoid A. Identifikasi lanjutan menggunakan data spektrum massa (Gambar 10) dan spektrum NMR (Gambar 11). Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 = M eO H : 250, 300 S , 325 R 3 = H , Alkil atau alkoksi R 6 = Alkoksi dan R8 = H atau R 6 = H dan R 8 = Alkoksi Gambar 7. Flavonoid pada bercak A1 221 Sugiyanto R 3 = gula atau alkil R 3’ = Alkoksi dan R 8 = H R = Alkil Gambar 8. Flavonoid pada bercak Gambar 9. Flavonoid pada bercak B2 Gambar 10. Spektrum massa Flavonoid A1 Gambar 11. Spektrum NMR (proton NMR ) falvonoid A1 Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 222 Aktivitas Antikarsinogenik ………… Tabel VI. Pergeseran kimia (δ) dari sampel bercak A1 Pergeseran kimia (δ) (ppm) 3.829 3.843 3.395 3.545 3.5535 3.665 3.7805 7.603 7.619 7.40 – 7.62 Pola splitting Kemungkinan asal proton dari: Singlet Singlet Doublet Doublet Doublet Triplet dari doublet Triplet dari doublet Singlet Singlet Multiplet/overlap -OCH3 -OOCCH3 2H–6” (CH2OH) H-3” atau H-4” (-CHOH) 2H-1” (-CH2-O-) H-5” (-CH-O-) H-2” (-CH-O-) H-8 (aromatik) H-6 (aromatik) Proton aromatik dari cincin karbon Gambar 12. Perkiraan flavanoid A1 setelah analisis berdasarkan spektrum 1H-NMR dan spektrum massa Dengan metoda Fast Atomic Bombardment Mass Spectrometry (FAB-MS) senyawa flavonoid yang diperoleh memberikan fragmen-fragmen yang muncul sebagai ion molekul pada m/z antara 0 – 511. Ion molekul di daerah m/z 553 -1294 juga terdeteksi akan tetapi ini tidak lazim. Mungkin karena adanya noise atau enhancement. Oleh sebab itu iterpretasi difokuskan pada ion molekul yang muncul di bawah m/z 511. Pada spektrum massa yang diperoleh terlihat beberapa puncak ion molekul di daerah m/z 265, 283, 305, 489 dan 511. Juga terekam ion molekul dengan m/z 149. Andaikan senyawa flavonoid terduga aglikonnya mempunyai rumus molekul C16H12O5 dengan bobot molekul 284, maka ion molekul dengan m/z 283 adalah (M-H)+ dan ion molekul pada m/z 265 adalah {(M-H) + - H2O}. Sedang m/z 305 kemungkinan adalah {(m/z283+Na) - H}. Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 Ion molekul dengan m/z 149 muncul sebagai base peak. Ion molekul ini sangat boleh jadi adalah merupakan fragmen ribosa (BM = 150) (Fragmentasi ribosa tidak dipaparkan). Adanya ion molekul dengan m/z 489 memberikan dugaan bahwa ion tersebut adalah ion induk (M+H)+. Berarti bobot molekul senyawa adalah 488. Sehingga munculnya ion molekul pada m/z 511 adalah (M+Na)+. Oleh karenanya diduga rumus molekul senyawa flavonoid adalah C24H24O11. Dari spektrum 1H-NMR terlihat banyak sekali puncak-puncak resonansi yang menunjukkan bahwa senyawa yang diperoleh belum murni benar, terdapat senyawa pengotor atau senyawa tersebut terdiri lebih dari satu senyawa. Akan tetapi dapat dilihat dengan jelas puncak-puncak resonansi dari molekul ribosa pada δ 3 – 5 ppm, bagian aromatik pada δ 7 – 8 ppm, dan gugus alifatik, metoksi dan 223 Sugiyanto asetil, pada δ 0 – 2 ppm. Berdasarkan perkiraan struktur kimia seperti gambar 12 maka daerah pergeseran kimia yang terekam pada spektrum NMR dapat diringkas seperti pada tabel VI. Dari data spektra MS dan 1H-NMR tersebut dapat diperkirakan bahwa struktur kimia senyawa flavonoid seperti tertera pada gambar 12. Adanya gugus gula yang berupa Hasil uji sintotoksisitas ekstrak etanol, fraksi residu dan bercak kromatogram Nampak pada tabel VII-VIII bahwa kadar hambat minimum ekstrak etanol daun dan fraksi residu terhadap sel Vero masingmasing sebesar 1735 dan 4026 g/ml. Pada sel meiloma (hasil tidak disajikan), ekstrak etanol kadar 1543 g/ml baru memberikan penghambatan sebesar 86% sedangkan fraksi residu (ekstrak etanol setelah diekstraksi lanjut dengan pelarut non-polar) mulai kadar 1006 g/ml memberikan penghambatan sebesar 100%, pada pengamatan selama 96 jam. Tabel VII. Hasil pengamatan pertumbuhan sel Vero dengan penambahan ekstrak etanol berbagai kadar. Sumuran Kadar ug/ml 27760 13880 6940 3470 1735 868 434 217 108 54 27 14 B + + + + C + + + + D + + + + E + + + + F + + + + Keterangan Tabel VII : - = pertumbuhan sel Vero dihambat secara sempurna (100 %) oleh ekstrak = pertumbuhan sel Vero dihambat sebagian (tidak sempurna) oleh ekstrak + = pertumbuhan sel Vero tidak dihambat oleh ekstrak etanol Pengulangan 3 kali menunjukkan hasil yang reliabel Tabel VIII. Hasil uji penghambatan pertumbuhan sel Vero oleh fraksi residu daum Gymnora procumbens No 1. 2. 3. 4. 5. 32205 - 16103 - 8052 - 4026 - Kadar ug/ml 2013 1007 504 252 + + + + + 126 + + + + + 63 + + + + + 32 + + + + + 16 + + + + + Keterangan VIII: - = pertumbuhan sel Vero dihambat secara sempurna (100 %) oleh ekstrak = pertumbuhan sel Vero dihambat sebagian (tidak sempurna) oleh ekstrak + = pertumbuhan sel Vero tidak dihambat oleh ekstrak etanol Pengulangan 3 kali menunjukkan hasil yang reliabel pentosa tidak lazim ditemukan di alam. Oleh sebab itu verifikasi struktur lebih lanjut masih diperlukan. Fraksi residu adalah ekstrak etanol yang sudah diekstraksi lebih lanjut dengan kloroform dan etil asetat. Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 Ini berarti bahwa senyawa aktif yang diharapkan tidak larut dalam pelarut non-polar. Ekstraksi dengan pelarut non-polar terhadap ekstrak etanol daun G. procumbens dapat meningkatkan toksisitas selektif ekstrak etanol yang diperoleh terhadap sel meiloma. 224 Aktivitas Antikarsinogenik ………… Uji sitotoksisitas bercak kromatogram terhadap sel meiloma dlakukan terhadap bercak A1 dan B1. Dari hasil menunjukkan bahwa baik bercak A1 dan B1 memberikan efek sitotoksisitas yang nyata terhadap sel meiloma dan Vero. Terhadap sel meiloma, bercak A1 (flavonoid A1) dan B1 (flavonoid B1) mempunyai harga LC50 masing-masing 5,82 dan 3,40 M. Terhadap sel Vero masing-masing mempunyai harga LC50 23,71 dan 10,08 M. Aktivitas penghambatan pertumbuhan sel mamalia kedua flavonoid ini masih dibawah doksorubisin yang mempunyai LC50 0,39 dan 0,04 M masing-masing pada sel Vero dan meiloma. Flavonoid A1 lebih selektif aktif terhadap sel meiloma dibandingkan flanovoid B1 meskipun aktivitasnya lebih lemah dalam menghambat pertumbuhan sel meiloma dibandingkan dengan aktivitas flavonoid B1. Kesimpulan Ekstrak etanol daun Gynura procumbens dapat menghambat pertumbuhan tumor paru mencit yang diinduksi benzo(a)piren. Fraksi polar ekstrak etanol menunjukkan aktivitas antikarsinogenik sedang fraksi non-polarnya tidak. Dalam fraksi polar etanol tersebut setidaknya ditemukan tiga flavonoid golongan flavon dan flavonol. Dua dari tiga flavonoid menunjukkan aktivitas penghambatan pertumbuhan sel meiloma dan Vero. Ucapan Terima kasih Terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Indonesia atas pendanaan penelitian ini lewat Proyek Hibah Bersaing V/III Perguruan tinggi 1998/1999 dan kepada Prof. Yamada, Lab. Biomedical Chemistry, Graduate School of Biotechnology, Osaka University atas fasilitas FAB-MS dan 600 Mhz 1H-NMR sehingga analisis ini dapat dilaksanakan. Daftar Pustaka Ames, B.M., Mc Cann, J., and Yamasaki, E., 1975, Methods for detecting carcinogens and mutagens with the Salmonella / mammalian-microsome mutagenicity test, Mutat. Res., 31, 327. Anonim, 1988, Profil Kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pusat data Kesehatan, Jakarta, 14, 36. Chu, E.H.Y., 1971, Induction and Analysis of Gene Mutations in Mutations in Mammalia Cell Cultures, in Hollaender, A. (Ed.) : Chemical Mutagens : Principles and Methods for Their Detection, Plenum Press, New York, 411. Huang, M.T., Ma., W. Lou., Y.R., Lu., Y.P., Chang, R., Newmark, H. and Conney, A.H., 1995, Inhibitory effect of curcumin on tumorigenesis in mice, Recent Development in Curcumin Pharmacochemistry : Proceedings of The International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry, August 1995, Yogyakarta, Indonesia, 45. Linder, M.C., 1985, Nutrition and Cancer Prevention, dalam Linder, M.C. dan Munro, H.N., (Ed.), Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier, London, 347-362. Markham, K.R., 1988, Cara Identifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Dr. Kosasih Padmawinata, ITB Bandung. Kapitulnik, J., Levin, W., Coney, A.H., Yagi, H., Jerina, D.M., 1977, Benzo(a)pyrene-7,8dihydrodiol is More Carcinogenic Than Benzo(a)pyrene in Newborn Mice, Natural, 266, 378. Sayer, J.M., Whalen, D.L. and Derina, D.M., 1989, Chemical strategies for the inactivation of bayregion diol epoxides, ultimate carcinogens derived from polycyclic aromatic hydrocarbons, Drug Metabol. Rev., 20, 155. Sugiyanto, B., Sudarto, Meiyanto, E., 1993, Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren oleh Preparat Tradisonal tanaman Gynura procumbens dan Identifikasi Awal Senyawa yang Berkhasiat, Laporan Penelitian, P4M Ditjen Dikti, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 2003 225