(tai) dan think pair share (tps)

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS
ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) DAN THINK PAIR SHARE
(TPS) DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA
DIDIK PADA MATERI LIMIT FUNGSI KELAS XI IPA
SMA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan oleh:
ATIT INDRIYANI
NIM : S851002002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Yudhi Iscahyono, suamiku tercinta yang senantiasa mendampingi langkahku
serta memberikan dukungan dan bimbingan baik moril maupun materiil.
2. Bapak Situr Amadi dan Ibu Siti Kundiyah, kedua orang tuaku yang terhormat
dan sangat memberikan segala kasih sayang dan serta dukungannya.
3. Putraku Hanif Irza Prambudi dan putriku Nely Layalial Putri yang sangat aku
sayangi dan harapanku.
4. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNS.
5.
Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri,
SMAK St Augustinus Kediri.
6. Keluarga besar SMAK St Augustinus Kediri.
7. Pembaca yang budiman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Mencari pengetahuan adalah salah satu langkah menuju kebahagiaan dan
kesuksesan”
- Jim Rhon
“Pengetahuan adalah eksperimen yang dilakukan secara cermat”
- Aristoteles
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmad dan Karunia
Nya telah memberikan kemudahan yang telah penulis terima selama penyusunan
makalah kualifikasi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tesis ini tidak
lepas dari bimbingan, saran, dukungan dan dorongan dari pihak yang sangat
membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali
ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Prof. Drs Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister
Pendidikan Matematika, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
tesis ini.
2.
Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, Asisten Direktur I Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program
Magister Pendidikan Matematika, sehingga tesis ini dapat penulis
selesaikan.
3.
Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bantuan selama penulis menempuh studi di Program Magister Pendidikan
Matematika.
4.
Dr. Imam Sujadi, M.Si, Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang
telah memberikan petunjuk, bimbingan dan dorongan sehingga proposal
tesis ini dapat penulis selesaikan.
5.
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini,
yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan arahan yang sangat berarti,
penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan
sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7.
Kepala SMAK St Augustinus Kediri yang telah memberikan ijin belajar dan
berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
8.
Kepala SMA Negeri 7 Kediri dan SMA Negeri 8 Kediri yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolahnya.
9.
Rekan saya Yudi April Sudarwanto, S.Pd dan Dra. Suhartatik yang telah
memberikan data awal prestasi peserta didik, melaksanakan model
pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS serta mengambil
data akhir yang sangat diperlukan pada penyusunan tesis ini.
10.
Drs Sunyoto, M.Si, Drs. Sony Tatag, M.Pd, dan Agung Prabowo, S.Si
validator yang telah menyumbangkan pikirannya untuk memvalidasi butir
soal tes prestasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11.
digilib.uns.ac.id
Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Matematika Progran
Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan motivasi dan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
12.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan
yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis berharap
semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…......................………………………………………….……….…….....i
PENGESAHAN JUDUL.........................................................................................ii
PERNYATAAN......................................................................................................iv
MOTTO...................................................................................................................v
PERSEMBAHAN...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI…………….........…………………………...….….……..….……..x
DAFTARTABEL…………….........….....………………...….….……..….……xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………....…....………………xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………….…………...…………………….xv
ABSTRAK..........................................................................................................xviii
ABSTRACT............................................................................................ ...............xx
BAB I : PENDAHULUAN
8.
Latar Belakang Masalah…………........………………...............…1
9.
Identifikasi Masalah………….....…..…………………............…..6
10.
Pemilihan Masalah…..………….…........……………................…7
11.
Pembatasan Masalah……………...….....…………..…............….8
12.
Perumusan Masalah…………………………............…..…............9
13.
Tujuan Penelitian..............……............…….……………..……….9
14.
Manfaat Penilaian...........................................................................10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A.
Kajian Teori
1. Pengertian Hasil Belajar Matematika.........................................12
2. Model Pembelajaran...................................................................18
3. Pembelajaran Kooperatif............................................................19
4. Pembelajaran Kooperatif TipeTAI………………………….....24
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS............................................34
6. Sikap Percaya Diri......................................................................46
B.
Penelitian . Relevan........................................................................47
C.
Kerangka Berpikir..........................................................................48
D.
Hipotesis........................................................................................54
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Eksperimen…......…………..…………….………..……….55
B.
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian……….…….……………55
C.
Variabel Penelitian.........................................................................56
D.
Populasi dan Sampel………………………………………...…...61
E.
Metode Pengumpulan Data………………………………………59
F.
Desain Penelitian.......................…....……………….……………69
G.
Teknik Analisis Data..........…………………….……......……….71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................................83
B.
Deskripsi Data................................................................................85
C.
Pengujian Prasyarat Analisis..........................................................87
D.
Pengujian Hipotesis........................................................................90
E.
Pembahasan Hasil Analisis Data....................................................93
BAB V: KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan.....................................................................................9
B.
Implikasi.........................................................................................99
C.
Saran.............................................................................................101
9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................104
LAMPIRAN ........................................................................................................107
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika
SMA
se
Kota
Kediri
Tahun
Pelajaran
2010/2011.............................................................................................2
Tabel 3.1
Kategori Sekolah Berdasarkan Hasil Try Out I Matematika Tahun
Pelajaran 2010/2011...........................................................................59
Tabel 3.2
Interpretasi
Angka
Indeks
Kesukaran.................................................68
Tabel 3.3
Tata
Letak
Data
Pada
Analisis
Dua
Jalan............................................70
Tabel 3.4
Data
Amatan
Rataan
dan
Jumlah
Kuadrat
Deviasi.............................77
Tabel 3.5
Rataan
dan
Jumlah
Rataan..................................................................77
Tabel 3.6
Rangkuman
Analisis
Variansi.............................................................80
Tabel 4.1
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal…….............................85
Tabel 4.2
Ringkasan Data Skor Angket Sikap Percaya Diri Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
.........................................................................................................87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3
Ringkasan Uji Normalitas..................................................................88
Tabel 4.4
Ringkasan
Hasil
Anava
Dua
Jalan
Data
Hasil
Belajar
Matematika....90
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji Lanjut…………………………………..……92
Tabel 4.6
Rataan Marginal Data Hasil Belajar Matematika……………..……93
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian................................................................52
Gambar 2 Grafik Distribusi Chi Kuadrat...............................................................71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
orang yang belum dewasa, agar mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan
pendidik itu berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal
yang positif. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya memperoleh
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang
perkembangannya (Winkel, 2009 : 27). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang
mempunyai
tujuan,
maka
dalam
pelaksanaannya
berada
dalam
proses
berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi pilar yang kuat dan
kokoh dalam suatu negara. Rendahnya kualitas sumber daya manusia salah satunya
disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan yang kemungkinan akibat kurang
berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas.
Pendidikan sedang mengalami masa krisis, hal ini dapat terlihat dari data
tentang Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas penduduk
Indonesia berada pada peringkat 110 dari 173 negara. Peringkat Indonesia ini
tergolong rendah. Selain itu Indonesia berada pada posisi yang sangat jauh jika
dibandingkan Negara ASEAN seperti Vietnam apalagi Singapura, Malaysia, dan
Philipina (http://hrdstat.undp.org/2008). Laporan Trends International Mathematics
1
commit to user
and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam bidang matematika dari 48 negara (http://nces.ed.gov/timss/timss/table07)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipahami peserta didik di setiap jenjang pendidikan.
Menurut Mulyono A, (2003: 11) kesulitan belajar dibedakan antara lain 1) kesulitan
yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities),
artinya kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup
gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta
kesulitan belajar dalam penyesuaian sosial, 2) kesulitan akademik (academic
learning disabilities) artinya kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan pencapaian hasil akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Menurut Lerner (dalam Mulyono A, 2003: 259) ada beberapa karakteristik anak
berkesulitan matematika, yaitu 1) Adanya gangguan keruangan, 2) Kesulitan untuk
melihat berbagai obyek dalam hubungan kelompok atau set, 3) Kecenderungan anak
hanya menghafal tanpa memahami maknanya, 4) Kesulitan anak dalam memahami
simbul, 5) Kesulitan dalam membaca dan memecahkan soal matematika yang
berbentuk cerita tertulis.
Berikut disajikan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik
pada try out I kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011 seperti tertera pada tabel 1.1
Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas
(SMA)
Kota
2
commit to user
Kediri.
Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sekolah Menengah Atas Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010-2011.
NO
Nama Sekolah
Rata-rata nilai try out
1.
SMA Negeri 1 Kediri
4,96
2.
SMA Negeri 2 Kediri
5,85
3.
SMA Negeri 3 Kediri
4,15
4.
SMA Negeri 4 Kediri
4,25
5.
SMA Negeri 5 Kediri
4,32
6.
SMA Negeri 6 Kediri
3,38
7.
SMA Negeri 7 Kediri
4,94
8.
SMA Negeri 8 Kediri
3,28
9.
SMAK St. Augustinus Kediri
3,54
10.
SMA Pawyatan Daha Kediri
3,65
11.
SMAK Petra Kediri
3,00
12.
SMA Muhammadiyah Kediri
3,00
13.
SMA Ar-Risalah Kediri
3,96
14.
SMA Kertanegara Kediri
2,21
15.
SMA Wahidiyah Kediri
3,44
16.
SMA Diponegoro Kediri
2,46
Sumber : Data MKKS SMA Kota Kediri
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata try out matematika yang
masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika,
diantaranya faktor kualitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang
menarik belum mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan,
peserta didik merasa sikap kurang percaya diri dan selalu berusaha ingin mengetahui
hasil kerja teman lain saat menerima tugas dari guru, baik tugas-tugas itu berupa
pemahaman konsep, pendalaman materi, latihan, pengayaan maupun pekerjaan
rumah.
3
commit to user
Dalam rangka melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(KTSP) serta upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran, selama ini guru
berperan sebagai tokoh sentral di kelas, untuk selanjutnya peserta didik menjadi
pelaku utama dalam pembelajaran. Peran guru diharapkan sebagai fasilitator, artinya
yang akan menyediakan fasilitas belajar di kelas. Pada proses pembelajaran
matematika suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap materi pokok
yang ada. Beberapa alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat
dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran diantaranya Teams Assisted
Individual (TAI), Think Pair and Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions
(STAD), Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Teams Games Tournament
(TGT).
Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
atau disebut sebagai matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu.
Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi peserta didik serta
berpedoman pada perkembangan IPTEK. Atas dasar hal tersebut seharusnya guru
dapat mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan ketrampilan
matematika tetapi juga menanamkan nilai matematika dalam diri peserta didik.
Akhir yang diharapkan dari belajar matematika adalah dapat membawa peserta didik
dalam mencapai kedewasaan baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak bukannya
putus asa jika tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak bisa memahami konsep
dengan cepat.
4
commit to user
Berbagai permasalah tersebut diatas dapat diatasi dengan cara guru mampu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, agar peserta didik dapat
belajar dengan baik dalam suasana yang menyenangkan pula. Oleh karena itu untuk
memciptakan pembelajaran yang menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan
membelajarkan atau keterampilan mengajar. Menurut Turney dalam Mulyasa (2010
: 69) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing
diskusi kelompok kecil dan besar, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil
dan perorangan.
Salah satu materi yang dianggap sulit adalah Limit Fungsi. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian peserta didik yang masih rendah. Pada
materi ini peserta didik mengalami kesulitan dalam menghitung nilai limit fungsi.
Dalam menentukan limit fungsi di suatu titik dan di titik tak terhingga peserta didik
masih kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal-soal
karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya. Selain itu peserta didik masih
kesulitan dalam memfaktorkan, mengalikan dengan faktor lawan, membagi dengan
pangkat tertinggi, dan mengaplikasi sifat-sifat limit fungsi untuk mencari nilai limit
suatu fungsi.
Dalam mengatasi masalah tersebut penulis tertarik untuk menerapkan
model pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil dan pembelajaran
individual yang bisa menyelesaikan masalah. Dengan membuat para siswa bekerja
dalam tim-tim pembelajaran kelompok-kelompok kecil dan mengemban tanggung
5
commit to user
jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Model pembelajaran
ini diharapkan peserta didik akan lebih memahami apa yang diperoleh karena peserta
didik mencari sendiri pengetahuannya tentang materi tersebut. Selain itu peserta
didik dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya sehingga
dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Sikap percaya diri memiliki peranan sangat penting dalam mencapai
belajar yang baik. Sikap percaya diri merupakan pola tingkah perilaku kondisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi secara sederhana. Sikap percaya diri merupakan
faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan peserta
didik. Seiring dengan itu guru hendaknya berupaya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan percaya diri dalam pembelajaran akan lebih mudah. Dengan sikap
percaya diri peserta didik dalam pembelajaran matematika peserta didik akan lebih
memahami dan menghayati penguasaan konsep matematika sehingga hasil belajar
dapat optimal.
Penerapan model kooperatif menurut penelitian yang selama ini dilakukan
terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Seperti yang telah
kita ketahui model kooperatif mempunyai banyak tipe yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif
dirasakan perlu diterapkan pada pokok bahasan Limit Fungsi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
6
commit to user
1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan awal peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini, dapat
diteliti apakah semakin tinggi kemampuan awal peserta didik semakin tinggi
pula hasil belajar matematikanya.
2.
Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin disebabkan minat
belajar peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini dapat diteliti apakah
semakin tinggi minat peserta didik dalam belajar matematika tinggi pula hasil
belajar matematikanya.
3.
Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik adalah model yang digunakan guru. Masalah yang
muncul terkait dengan ini adalah apakah jika guru menggunakan model
interaktif maka hasil belajar matematika peserta menjadi lebih baik.
4.
Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan
intelegensi. Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi integensi
peserta didik semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya.
5.
Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan
sikap percaya diri peserta didik yang masih rendah dalam belajar matematika.
Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi sikap percaya diri
peserta didik dalam belajar matematika semakin tinggi pula hasil belajar
matematikanya.
C. Pemilihan Masalah
Mengingat
keterbatasan
kemampuan
peneliti,
maka
tidak
semua
permasalahan diatas dibahas dalam penelitian ini. Peneliti hanya akan melakukan
7
commit to user
penelitian yang terkait dengan masalah yang ketiga dan kelima, yaitu permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
faktor yang mungkin penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik
adalah model pembelajaran yang digunakan guru dan rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan sikap percaya diri peserta didik
yang masih rendah dalam belajar matematika.
Model pembelajaran yang akan
digunakan adalah Teams Assisted Individual dan Think Pair Share (TPS) dengan
tinjauan sikap percaya diri.
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka
perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
TAI pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran kooperatif TPS pada kelas
eksperimen 2.
2. Sikap percaya diri peserta didik yang dimaksud adalah kemampuan mengingat
kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan materi dalam pola baru,
dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan
keberanian berspekulasi dalam belajar matematika.
3. Hasil belajar matematika pada penelitian ini yang dipilih adalah hasil belajar
peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran tipe TAI dan TPS pada
materi Limit Fungsi kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
4. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 SMA Kota
Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011.
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
E. Perumusan Masalah
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah di atas, maka penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah hasil belajar peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran
dengan model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi?
2.
Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi
lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang
dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
rendah pada materi limit fungsi?
3.
Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TPS yang
memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap percaya diri tinggi,
sedang
dan
rendah?
F. Tujuan Penelitian
Mengingat tujuan merupakan arah dan suatu kegiatan untuk mencapai
yang diharapkan dan terlaksana dengan baik dan teratur, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta
didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi
limit fungsi.
9
commit to user
2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap
percaya diri sedang dan rendah dan hasil belajar peserta didik yang
mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi Limit Fungsi.
3. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dan TPS yang memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap
percaya
diri
tinggi,
sedang
dan
rendah
G. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup masalah dibatasi oleh:
1.
Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya pada
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik melalui pembelajaran TAI.
Secara khusus penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
a.
Dengan pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan sikap percaya diri
dalam belajar matematika sehingga akan mempunyai kesempatan dalam
meningkatkan hasil belajar matematika masing-masing peserta didik.
b.
Pembelajaran menggunakan model tipe TAI dimana menekankan
kerjasama antar peserta didik sehingga dapat mempermudah peserta didik
dalam mempelajari matematika khususnya pada materi limit fungsi.
10
commit to user
2. Manfaat Praktis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi
nyata berupa langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta
didik dalam menyelesaikan soal matematika melalui pembelajaran model TAI.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan mafaat bagi:
a) Bagi guru
1. Menumbuhkan kreatifitas guru dalam usaha perbaikan pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
yang
menyenangkan.
2. Memberikan informasi kepada guru matematika untuk lebih
menekankan keterlibatan peserta didik dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.
3. Membantu
guru
matematika
dalam
usaha
mencari
strategi
pembelajaran yang tepat.
b) Bagi peserta didik
1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika
materi Limit Fungsi.
2. Meningkatkan
kegiatan
belajar,
mengoptimalkan
kemampuan
berpikir, tanggung jawab, sikap percaya diri peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
11
commit to user
12
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A.
1.
Kajian Teori
Pengertian Hasil Belajar Matematika
a.
Hakekat Belajar
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya akibat pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman
yang didapatkan selama mengikuti pembelajaran berupa diskusi, presestasi
dan lain-lain.
Belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam
diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif
baru atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama menurut
Briggs (dalam Sumiati, 2007: 40).
Menurut Winkel (2009: 56) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Menurut Lin Emaly (2006) mendefinisikan berikut:
Learning is an active process emphasizing purposeful
interaction
and the use of knowledge in meaningful environ,ent. Scientific
experiments are, by nature, inquiry-based activities: developing
scientists must learn to propose hypoteses, design experiments, and
select appropriate materials. Many cognitive psychologists have
portrayed learning as a process of creating individual meaning and
understand from personal experiences, a perspective referred to as
commit to user
13
constructivism (artinya belajar adalah suatu proses aktif yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menekankan interaksi penuh tujuan dan penggunaan pengetahuan
dalam situasi yang bermakna. Dalam eksperimen ilmu pengetahuan,
aktifitas penemuan dasar: mengembangkan ilmu harus belajar dalam
mengajukan hipotesis, rancangan percobaan dan pemilihan materi
yang sesuai. Banyak teori dari ahli psikologi mengatakan bahwa
belajar sebagai suatu proses individu dalam menciptakan tujuan dan
memahami pengalaman pribadi, yang dikenal sebagai paham
konstruktivisme).
b.
Teori Belajar Konstruktivisme
Kostruksivisme dapa dasanya merupakan sebuah teori tentang orang
belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makluk yang aktif dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan dalam lingkungannya.
Menurut Brooks & Brooks (dalam Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa
ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan
proses belajar peserta didik yaitu 1) guru mendorong, menerima inisiatif dan
kemandirian peserta didik 2) Guru memberikan tugas-tugas pada peserta didik
yang terarah untuk melatih kemampuan mengklasifikasi, menganalisis,
memprediksi dan menciptakan 3) guru mendorong siswa untuk berpikir, melalui
pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik bertanya pada sesama.
Dalam penelitian ini belajar memandang peserta didik sebagai pribadi
yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Untuk membantu pengkonstruksian pengetahuan
tersebut diperlukan 1) menumbuhkan sikap percaya diri dengan menyediakan
kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. 2) menumbuhkan
kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan
commit to user
14
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan kemudahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar.
c.
Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman
belajarnya. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti suatu proses pembelajaran
pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil pembelajarannya,
sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes.
Menurut Hordward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2009: 22)
hasil belajar
meliputi keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian sikap dan
cita-cita. Adapun hasil belajar belajar diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
Menurut Mulyono, (2003: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar
yang terprogram dan terkontrol disebut kegiatan pembelajaran atau
kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru. Anak
yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuantujuan
pembelajaran
atau
tujuan-tujuan
instruksional.
Menurut A.J Romiszoski (dalam Mulyono, 2003: 38) hasil belajar
merupakan keluaran (out put) dari suatu sistem pemrosesan masukan
(inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).
commit to user
15
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai peserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didik melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik yang akan
menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau
aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap,
sedangkan hasil belajar dilihat dari nilai tes atau hasil tes.
d.
Pengertian Matematika
Matematika dapat dibagi atas beberapa cabang antara lain: aljabar,
geometri, kalkulus, statistika.
Selain itu kita mengenal matematika
merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak dan
membutuhkan
penalaran.
Menurut Freudentahl (dalam Depdiknas, 2005 : 29) matematika harus
dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik dan
relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi.
Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat
ditransmisikan sebagai aktivitas manusia (human activity). Pendidikan
seharusnya memberikan kesempatan peserta didik untuk “re-invent”
(menemukan/menciptakan kembali) matematika melalui praktek (doing it).
Dengan demikian dalam pendidikan matematika, matematika seharusnya
bukan sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktivitas dalam
proses
pematematikaan.
Menurut Nydam (dalam Elaine, 2007: 278) Matematika adalah
merancang
dan
melakukan
percobaan
untuk
membuktikan
atau
menyanggah prediksi. Memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan
commit to user
16
analisis percobaan, mengatur, menjelaskan dan menyaring informasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
matematis dengan berbagai cara: merenungkan, mengungkapkan secara
lisan,
mendiskusikan
atau
menulis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 723) matematika
diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan
prosedur operasional yag digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan.
Guru matematika mempunyai tugas menciptakan lingkungan belajar,
memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, dalam kegiatan ini termasuk
menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur
alokasi waktu, menyediakan peralatan pembelajaran dan mengatur
pengelolaan
kelas.
Austin (2007) mengatakan bahwa:
This review aimed to investigate the role of different types of
interaction (such as classroom interaction, small group interaction,
and interaction with technology) on learning mathematics. The
studies examined give examples of how to use interaction,
accompanied with other factors, to enhance mathematical
achievement and more imporantly, higher order mathematical skills
(such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition).
Improvement of such skill require the students to communicate
mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other
media play an essential role. (artinya pembelajaran matematika
memerlukan interaksi baik interaksi antar siswa dengan guru, peserta
didik dengan teman sebaya maupun interaksi dengan media lain yang
dapat
meningkatkan
prestasi
matematika)
commit to user
17
e. Hasil Belajar Matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gagne dalam Nana Sudjana (2009: 22) mengkategorikan hasil belajar
menjadi lima yaitu 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif, 3)
informasi verbal,4) sikap, 5) keterampilan motorik. Hasil belajar peserta
didik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54 – 60) adalah
1. Faktor Intern
a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun dari
pengalaman peserta didik. Faktor ini diantaranya adalah panca indra
yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya, seperti cacat tubuh,
mengalami sakit dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
dari pengalaman, terdiri atas:
1) Faktor intelektif yang mempunyai potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata dan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.
2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, motivasi, emosi dan penyesuaian materi.
2. Faktor ekstern
Faktor Ekstern meliputi:
1)
Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyatakat dan lingkungan kelompok.
commit to user
18
2) Faktor budaya, seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan kesenian.
3)
Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan
iklim.
4)
Faktor spiritual dan keagamaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi
adalah hasil yang
dikerjakan.
telah dicapai dari yang telah dilakukan atau
Sedanglan
belajar
diartikan
sebagai
usaha
untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat
diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran. Hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes.
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang
diperoleh peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran
matematika yang diberikan pada Sekolah Menengah Atas semester 2
kelas XI pada materi Limit Fungsi yang diukur dari hasil belajar
matematika peserta didik maupun keterampilan kooperatif peserta didik.
2. Model
Pembelajaran
Menurut Degeng (dalam Made Wena, 2008: 2) pembelajaran berarti
upaya membelajarkan peserta didik. Kegiatan belajar yang terjadi yang
terjadi di sekolah merupakan upaya yang sudah dirancang berdasarkan teoriteori belajar sebagai yang diharapkan dapat maksimal.
commit to user
19
Beberapa definisi model pembelajaran menurut beberapa ahli antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain, menurut Arent (dalam Trianto, 2007 : 3) model pembelajaran adalah
kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
sistematik
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
para
guru
dalam
merancang
dan
melaksanakan
pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2003: 3) model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan
sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti
buku-buku, film, komputer dan lain-lain.
Dalam memilih model pembelajaran guru dituntut untuk menguasai
semua model, namun pada saat tertentu kemampuan guru terbatas. Oleh
karena itu guru harus cerdik mensiasati dengan model yang sesuai dengan
kemampuannya dan juga pemilihan model pembelajaran dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain guru sendiri, fasilitas, peserta didik, tujuan.
Dari uraian di atas model pembelajaran diartikan sebagai pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran mulai dari
awal sampai akhir untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia
pendidikan metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuantujuan tertentu seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun
commit to user
20
demikian penelitian terakhir ini mengidentifikasikan metode pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kooperatif dapat digunakan secara efektif pada tingkatan kelas dan untuk
mengajarkan berbagai macam mata pelajaran termasuk matematika mulai
dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah yang lebih kompleks.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki
jalur utama dalam praktek pendidikan. Salah satunya adalah penggunaan
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta
didik dan juga akibat positif lainnya dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang
akademik dan meningkatkan percaya diri serta tumbuhnya kesadaran peserta
didik untuk belajar berpikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan
kemampuan dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu
membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi masalah
karena
sistem
pengelompokan
berdasarkan
kemampuan
menuju
pengelompokan yang lebih heterogen.
Duren
Philip
E
mengatakan
bahwa
found that small-group cooperative learning emphasized the
development of thinking and problem solving skill. One advantage of
this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety
and competition by creating an environment where student feel safe to
make and learn from mistake. Gilbert Macmillan (1983) suggests that
another advantage of cooperative learning group is that they give
student an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of
view and focus on the problem solving process rather than the
answer.
Maksudnya pembelajaran kooperatif
dalam kelompok kecil menekankan
perkembangan berpikir dan keahlian memecahkan masalah. Salah satu
commit to user
21
keuntungan dari pendekatan ini adalah mengajarkan bahwa pembelajaran ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik menciptakan lingkungan
dimana peserta didik merasa aman untuk berbuat dan belajar dari kesalahankesalahan.
Menurut
Gilbert
Macmillan
bahwa
keuntungan
lain
dari
pembelajaran kooperatif adalah para guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya
pada
proses
pemecahan
masalah.
Menurut Slavin (2009: 8) belajar kooperatif (cooperative learning)
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 sampai 5
orang, dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam proses pembelajaran,
kadang dapat terjadi bahwa penjelasan dari teman lebih mudah dimengerti
daripada penjelasan dari guru. Sering terjadi bahwa ternyata peserta didik
mampu melaksanakan tugas untuk menjelaskan dengan baik ide-ide matematika
yang sulit kepada peserta didik lainnya dengan mengubah penyampaiannya dari
bahasa guru kepada bahasa yang digunakan teman sebayanya sehari-hari.
Noorchaya Yahya and Kathleen Huie, (2002)
In planning cooperative learning, teachers take several roles, First,
teachers make pre-instructional decisions about grouping students
and assigning appropriate tasks. Teachers have to be able to explain
both the academic task and the cooperative structure to students and
then must and intervene when necessary. Finally, the techer is also
the one who is responsible for evaluating student learning and
effectiveness of each group”s work.
(Dalam merencanakan pembelajaran kooperatif, guru memegang beberapa
peran. Pertama membuat rencana pra-pembelajaran tentang pengelompokan
commit to user
22
peserta didik dan pemberian tugas yang sesuai. Guru harus dapat menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tugas akademis dan struktur kooperatif kepada peserta didik dan kemudian
memonitor dan turun tangan bila perlu. Akhirnya, guru juga harus bertanggung
jawab mengevaluasi pembelajaran peserta didik dan keefektifan kerja masingmasing kelompok)
Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, dalam belajar
kooperatif ada dorongan yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan efektif diantara anggota
kelompok. Apabila peserta didik ingin anggota timnya berhasil, mereka akan
mendorong untuk menjadi lebih baik dan akan membantu mereka yang
berkesulitan. Sering kali, peserta didik mampu melakukan gagasan-gagasan
yang sulit satu sama lain dengan menterjemahkan bahasa yang digunakan guru
kedalam bahasa anak-anak.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling
membantu untuk memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki
pekerjaan teman serta kegiatan lainnya, dengan tujuan mencapai hasil belajar
yang tinggi. Ditanamkan pemahaman kepada peserta didik bahwa tugas belum
selesai jika anggota kelompok belum menguasai dan memahami pembelajaran.
Menurut Arent (1997: 111) dalam pembelajaran kooperatif terdapat
tiga tujuan pembelajaran yaitu: 1) hasil akademik, 2) penerimaan pendapat yang
beragam, 3) pengembangan. Menurut Ibrahim
(dalam Trianto, 2007: 45)
pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran
tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan ataupun pusat media.
commit to user
23
Model
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai
digilib.uns.ac.id
berikut:
1)
Meningkatkan kemampuan peserta didik.
2)
Meningkatkan sikap percaya diri
3)
Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan
keahlian yang ada.
4)
Dapat
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
kooperatif
(kerjasama).
Salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruksi dalam bentuk kelaskelas sosial menurut Owens Kay dkk (1998) adalah
A key feature of the approach was the interactive construction of a set
of social norms within the class : Activities will consist of problem for
student, when working in small groups, student are expected to
develop solution to the activities cooperatively and to reach
conssensus on these solutions, students are expected, as a small
group, to explain and defend their solutions or attempts at solutions to
the whole class while other student indicate their agreement or
disagreement or alternative solutions, the whole class in expected to
see itself as community of validators and is expected to work towards
a solition or solutions which can be taken-as-share. It is not the
teacher's role to validate solutions.
(artinya salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruktif dalam kelas antara
lain: Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pemecahan masalah, bekerjasama
dalam kelompok kecil, peserta didik mengharapkan pemecahan masalah dalam
aktifitas kooperatif dan dapat menyajikan pemecahan masalah, Peserta didik
mengharapkan dalam kelompok kecil dapat menyelesaikan masalah dan dapat
bertukar pendapat dengan peserta didik lain, Dalam lingkup kelas mengharap
dapat melihat sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri serta dapat
commit to user
24
berbagai dengan teman-temannya. Dan bukan pada aturan guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyelesaikan masalah)
Dari uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif dalam penelitian
ini adalah suatu pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta
didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka secara aktif meningkatkan
kemampuan berpikir dengan adanya masalah yang diberikan guru dan harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka baik secara individu
maupun kelompok.
Menurut Slavin (1995: 5) terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif
yaitu : STAD, TAI, Jigsaw, TGT, CIRC. Pada hakekatnya semua tipe
pembelajaran kooperatif melibatkan suatu tugas yang memungkinkan peserta
didik untuk saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas
kolektif tersebut.
4.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individual (TAI)
a.
Pembelajaran kooperatif Tipe TAI
Model Pembelajaran menurut Sukamto (dalam Kuntjoko, 2009: 1)
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen yang saling berhubungan. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta peserta
commit to user
25
didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat keputusan kelompok, serta memberikan kesempatan peserta didik
untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mempunyai latar
belakang berbeda.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu
teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam belajar secara
kooperatif peserta didik tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali
pertemuan diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya seperti pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman
sekelompok dengan baik dalam berdiskusi.
Model pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dimana
terdapat seorang peserta didik yang mampu berperan sebagai asisten yang
bertugas membantu secara individual peserta didik lain yang kurang mampu
dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik cukup menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang konduksif bagi peserta didiknya. Model
pembelajaran TAI akan memotivasi peserta didik agar saling membantu
anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi
dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara
individu dapat dipecahkan bersama dengan asisten serta bimbingan guru.
kesulitan pemahaman konsep dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan
dari
setiap
individu
ditentukan
oleh
commit to user
keberhasilan
kelompok.
Model
26
pembelajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan peserta didik.
TAI merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan
mengkombinasikan
keunggulan
pembelajaran
kooperatif
dan
program
pengajaran secara individual , model ini memberikan tekanan efek sosial dari
belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui tahapan yang
meliputi :
1)
Tes Penempatan atau tes awal
Peserta didik diberi tes permulaan program. Soal yang diberikan
berkenaan dengan materi yang sudah diajarkan seperti memfaktorkan,
menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan penyebut. Hal ini dianggap
perlu untuk keberhasilan suatu pengajaran yang direncanakan. Adapun
tujuannya untuk mengetahui kelemahan peserta didik pada materi yang
akan dipelajari dan akan memudahkan guru dalam memberikan batuan
yang diperlukan.
2)
Pembentukan kelompok (Team)
Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4 atau 5 peserta didik.
Anggota kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda baik
tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) berdasarkan hasil tes
ulangan sebelumnya. Kelompok yang dibentuk heterogen, yang mewakili
akademis dalam tes sebelumnya, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi
kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut
commit to user
27
belajar dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggotanya dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengerjakan tes dengan baik.
3)
Pemberian Bahan Ajar
Peserta didik mempelajari bahan ajar yang meliputi penjumlahan,
pengurangan,
pengurangan, perkalian, pembagian, memfaktorkan,
menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan bentuk akar. Pada tahap ini
guru mempersiapkan unit-unit perangkat pembelajaran. Masing-masing
unit terbagi dalam:
a) Satu lembar petunjuk, berisi tinjauan konsep yang diperkenalkan oleh
guru dalam pembelajaran kelompok dan pemberian model secara
bertahap dalam penyelesaian masalah.
b) Beberapa lembar keterampilan praktis.
c) Tes formatif.
d) Tes unit.
e) Lembar jawaban untuk praktek keterampilan, tes formatif dan tes unit.
4) Belajar dalam kelompok
Setelah melaksanakan tes awal, para peserta didik diberikan
suatu unit pembelajaran matematika secara individual. Unit-unit tersebut
dicetak dalam bahan ajar dan peserta didik mengerjakan unit-unit
tersebut dalam kelompok masing-masing dengan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut:
a. Peserta didik membentuk pasangan atau bertiga dalam suatu
kelompok untuk pengecekan.
commit to user
28
b. Peserta didik membaca lembar petunjuk dan meminta teman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekelompok atau guru untuk membantu jika diperlukan, kemudian
mereka mulai dengan keterampilan yang praktis dalam unit tersebut.
c. Peserta didik mengerjakan misalnya 4 soal pertama, dengan
menggunakan keterampilannya sendiri dan kemudian meminta
seorang teman dalam satu kelompok untuk memeriksa jawabannya.
Jika ke 4 soal tersebut benar boleh meneruskan pada praktek
keterampilan berikutnya, bila ada yang salah, peserta didik harus
mencoba soal berikutnya, dan seterusnya. Jika ada peserta didik yang
masih
kesulitan
disarankan
untuk
meminta
bantuan
teman
sekelompok, sebelum meminta bantuan guru.
d. Jika peserta didik mendapat soal blok dengan 4 soal dijawab benar
peserta didik tersebut akan ikut tes formatif yang menyerupai praktek
keterampilan terakhir. Pada tes formatif ini, peserta didik bekerja
sendiri sampai selesai. Kemudian seorang teman sekelompok
memberi skor tersebut, jika peserta didik mendapat 2 atau lebih
jawaban benar, teman sekelompok menandai tes tersebut untuk
menunjukkan bahwa peserta didik tersebut lulus dan berhak mendapat
tes unit. Tetapi bila tidak mendapat jawaban 2 atau lebih benar, guru
dipanggil untuk menanggapi soal-soal tersebut. Guru mungkin
menyuruh peserta didik tersebut untuk mengerjakan item-item
praktek tertentu. Kemudian peserta didik diperbolehkan ikut tes unit.
commit to user
29
Tidak ada peserta didik yang diperbolehkan mengambil tes unit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampai dia diluluskan oleh teman sekelompoknya pada tes formatif.
e. Peserta didik menyelesaikan tes unit yang merupakan tes akhir untuk
menentukan kriteria kelompok.
5) Nilai kelompok dan penghargaan kelompok
Setiap akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini
berdasarkan jumlah rata-rata yang diperoleh anggota kelompok dari testes unit. Adapun kriteria untuk prestasi kelompok 1) kriteria tinggi untuk
kelompok super (super team), 2) kriteria menengah untuk kelompok
hebat (great team) dan 3) kriteria minimum untuk kelompok baik ( good
team). Kelompok-kelompok super dan hebat memperoleh penghargaan
yang menarik.
6) Kelompok pengajaran
Setiap tatap muka guru mengajar selama 10 menit atau 15 menit,
memberikan pengajaran prasyarat sebelum pembelajaran berlangsung.
Pengajaraan ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep utama pada
peserta didik dan dirancang membantu peserta didik memahami
hubungan antara matematika yang dipelajari dengan masalah yang
berkaitan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Guru memberikan
pengajaran kepada peserta didik dari kelompok berbeda sebelum
mengajarkan dalam kelompoknya pada unit-unit individual. Pada saat
guru mengajar dalam pengajaran kelompok, peserta lain melanjutkan
bekerja secara kelompok tentang unit individual. Pengajaran langsung
commit to user
30
(tatap muka) pada kelompok-kelompok pengajaran yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam pengajaran individual peserta didik harus bertanggung jawab
untuk memeriksa memahami materi serta bekerja secara bertahap dan
konsisten. Dengan demikian peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kecepatan masing-masing dengan memperhatikan kemajuan dari setiap
anggota kelompok yang merupakan tanggung jawab bersama dalam
menyelesaikan suatu tugas.
7) Informasi materi essensial.
Guru mengulas sedikit materi yang telah dipelajari, memfasilitasi
peserta didik membuat rangkuman, memberikan penegasan pada materi
yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan peserta didik untuk
bertanya.
8) Tes formatif
Tes formatif merupakan tes yang dilakukan setelah beberapa
sub pokok bahasan diajarkan. Setelah tiga minggu guru menghentikan
program individual dalam menyelesaikan tes dan menggunakan waktu
satu minggu untuk mengajar tentang strategi pemecahan masalahmasalah yang belum dikuasai oleh peserta didik.
b.
Persiapan Pembelajaran
Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TAI meliputi: persiapan materi,
pengelompokan peserta didik dalam tim.
1.
Persiapan materi
Materi
dirancang
sehingga
commit to user
sesuai
dengan
pembelajaran
31
kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id
perangkat
tipe TAI. Rancangan tersebut tertuang dalam sebuah
digilib.uns.ac.id
pembelajaran yang terdiri dari: bahan ajar, rencana
pembelajaran, lembar kegiatan siswa dan lembar tes unit.
2.
Pengelompokan siswa dalam tim
Setiap anggota kelompok beranggotakan 4 sampai 5 peserta
didik yang terdiri dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal
ini
guru
yang
menentukan
anggota
setiap
kelompok
serta
mempertimbangkan pula jenis kelamin, ras dan etnis.
c.
Langkah-langkah dan Aktivitas Pembelajaran
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: pemberian bahan ajar dan LKS,
pembentukan kelompok, peserta didik belajar dalam kelompok, peserta
mengerjakan tes unit dan pemberian penghargaan kelompok. Uraian
aktivitas dari masing-masing langkah adalah :
1)
Pemberian bahan ajar dan LKS
Pada langkah ini diperlukan a) bahan ajar yang memuat tujuan
pembelajaran dan materi pelajaran, b) LKS, c) Tes unit.
2)
Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4 - 6 peserta didik yang
heterogen,
kemudian
membentuk
pasangan-pasangan
untuk
pengecekan. Pembentukan kelompok dapat dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung.
3)
Peserta didik belajar dalam kelompok
Setelah peserta didik menerima bahan ajar, kemudian mempelajari
commit to user
32
materi secara individu. Jika peserta didik kurang memahami bahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ajar, maka peserta didik bertanya kepada teman sekelompok sebelum
bertanya kepada guru. Guru siap membimbing peserta didik dalam
kelompok-kelompok kecil yang mengalami kesulitan.
4)
Peserta didik mengerjakan LKS
Setelah peserta didik memahami bahan ajar, dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS yang berisi soal keterampilan praktis yang berisi
dua bagian. Ketika peserta didik mengerjakan soal bagian satu,
peserta didik diperkenankan bertanya kepada teman satu kelompok
agar memperoleh jawaban yang benar, peserta didik melakukan
pengecekan terhadap hasil jawaban teman pasangannya. Apabila
masih mengalami kesulitan guru memberikan bimbingan dan setelah
memperoleh beberapa jawaban benar yang telah ditetapkan, peserta
didik melanjutkan mengerjakan soal bagian dua dan harus
mengerjakan secara individual. Pada tahap ini peserta didik tidak
diperkenankan bertanya kepada teman, tetapi apabila peserta didik
belum memperoleh beberapa jawaban benar seperti yang telah
ditentukan maka guru akan menindaklanjuti peserta didik yang masih
bermasalah.
5)
Peserta didik mengerjakan tes unit
Tahap ini dilakukan setelah peserta didik memperoleh jawaban benar
pada LKS bagian dua yang telah ditetapkan. Pada tes unit peserta
commit to user
33
didik mengerjakan soal secara individual sampai selesai. Tes unit ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan sebagai dasar pemberian skor kelompok.
6)
Pemberian penghargaan kelompok
Skor tes unit yang diperoleh secara individu dalam satu kelompok
dijumlahkan untuk menentukan penghargaan kelompok. Kelompok
terbaik yang memiliki skor tertinggi dinamakan kelompok Super
(Super team), skor berikutnya dinamakan kelompok hebat (Great
team) dan skor minimum dengan kelompok baik (Good team).
d. Kelebihan
dan
kelemahan
penbelajaran
kooperatif
tipe
TAI
Slavin (1995: 190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
TAI mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain:
a) Dapat
meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengolahan rutin.
b) Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar
kelompok- kelompok kecil.
c) Pelaksanaan program baik untuk guru maupun peserta didik cukup
sederhana.
d) Peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi secara tepat
dan akurat.
e) Para peserta didik dapat melakukan pengecekan satu sama lain.
f) Program ini sangat membantu peserta didik yang berkemampuan lemah.
Adapun kelemahan pembelajaran TAI antara lain, dibutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang besar untuk pembuatan perangkat
commit to user
34
pembelajaran. Apabila peserta didik dalam kelas cukup banyak maka guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan mengalami kesulitan membimbing peserta didik yang membutuhkan
bimbingan, sehingga diperlukan beberapa guru dalam pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
5.
Pembelajaran kooperatif tipe TPS
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran
yang diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota
kelompoknya berhasil.
Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements (1991) mengatakan bahwa
Participation in cooperative learning experiences can enhance
academic achievement and cognitive growth, motivation and positive
attitudes toward learning, social competence, and interpersonal
relations. Furthermore, cooperative learning has been used effectively
across a wide range of contain areas, including mathematics, reading,
language arts, social studies and science.
Artinya keikutsertaan dalam pengalaman belajar kelompok dapat
menambahkan penyelesaian akademis dan perkembangan teori, sikap,
motivasi yang positif dalam belajar, kemampuan social dan hubunganhubungan antar pribadi. Selainitu belajar kelompok telah dipergunakan
secara efektif antara lain dalam matematika, bacaan, seni, bahasa, ilmu
kemasyarakatan dan pengetahuan.
Menurut Nurhadi dan Senduk (dalam Kuntjoko, 2009: 15)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang
didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan. Elemeneleman yang sekaligus merupakan karakteristik pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut;
commit to user
35
1) Saling ketergantungan positif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling
membutuhkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama peserta didik saling
memberikan motivasi untuk meraih yang optimal yang dicapai.
2)
Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog yang
dilakukan bukan hanya antara peserta didik dengan guru tetapi juga
antara peserta didik dengan peserta didik.
3)
Akuntabilitas Individual
Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk
belajar
kelompok, namun penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar
secara individu.
4)
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin hubungan
antar pribadi dikembangkan, pengembangan kemampuan tersebut
dilakukan dengan melatih peserta didik untuk bersikap tenggang rasa,
sopan,
mengkritik
ide
bukan
pribadi,
tidak
mendominasi
pembicaraan, menghargai pendapat orang lain.
Model pembelajaran tipe TPS atau berpikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pembelajaran kooperatif adalah
suatu strategi balajar mengajar yang dirancang untuk memotifasi minat
commit to user
36
peserta didik dan membantu gagasan-gagasan atau ide yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan mengajar dalam model
ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu, melainkan
perolehan pembelajaran akan lebih baik dilakukan secara bersama-sama
dalam kelompok kecil yang terstuktur dengan baik.
Menurut Trianto (2007: 49-63) ada lima variasi dalam model pembelajaran
kooperatif antara lain:
1.
STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
Dalam pembelajaran STAD peserta didik ditempatkan dalam
team belajar dalam kelompok yang campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan
kemudian peserta didik bekerja dalam team dan memastikan bahwa
seluruh anggota team telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian
seluruh peserta didik diberikan tes tentang materi yang diberikan,
pada saat tes peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu dan
nilai tes tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu
maupun kelompok.
2.
Jigsaw
Dalam pembelajaran jigsaw, peserta didik dibagi dalam
kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan kelompok
“asal” dan kelompok “ahli”. Setiap kelompok “asal” diberi tugas
untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari materi yang
commit to user
37
diberikan. Kemudian setiap peserta didik yang mempelajari topik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok “ahli” untuk
bertukar penapat dan informasi. Setelah itu peserta didik tersebut
kembali ke kelompok “asal” untuk menyampaikan informasi yang
diperoleh. Akhirnya setiap peserta didik diberi tes secara individu.
Penilaian atau penghargaan yang digunakan pada jigsaw sama dengan
STAD.
3.
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana setiap peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk
menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Model pembelajaran
kooperatif ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit
untuk diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan
pembelajaran
kemudian
melaksanakannya
dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu, dan melakukan penyelidikan, menyiapkan dan
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
4.
Pendekatan Struktural (Structural Approach).
Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok
mengerjakan lembar kerja siwa, saling mengajukan pertanyaan dan
belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan tersebut memberikan
penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola kreatif peserta didik dan saling membantu dalam
commit to user
38
kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
kecil.
Ada
dua
tipe
pendekatan
struktur yang
digilib.uns.ac.id
dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu:
a)
Think-Pair-Share, yaitu model pembelajaran yang menggunakan
suatu model yang bertujuan memberi peserta didik banyak waktu
untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Model ini mempunyai tiga tahapan penting yaitu berpikir
(Thinking), berpasangan (Pairing), dan berbagi (Sharing).
Penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada paragraf selanjutnya.
b)
Number-Head- Together (NHT) yaitu model pembelajaran yang
menggunakan suatu model yang melibatkan banyak peserta didik
dalam menelaah materi pelajaran. Model ini bertujuan untuk
mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi materi pelajaran
tersebut. Model pembelajaran NHT terdiri dari empat langkah
utama, antara lain penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir
bersama dan menjawab.
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi yang diajarkan adalah
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
“Think-Pair-Share”.
Model
pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan
kawan-kawan di Universitas Maryland. Pada model pembelajaran ini
memberika pada peserta didik untuk berpikir dan merespon serta saling
membantu satu sama yang lain.
commit to user
39
Model pembelajaran tipe “Think-Pair-Share”, mula-mula peserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didik berpikir dan mencatat secara individu, kemudian mereka bekerja
berdua-dua untuk membuat beberapa pertimbangan untuk mendukung
pemikiran mereka pada suatu permasalahan tertentu. Selanjutnya dua
pasangan bekerjasama untuk mendapatkan suatu kesepakatan yang saling
mendukung dan mensarikan beberapa pertimbangan mereka untuk
permasalahan tersebut. Dan akhirnya masing-masing kelompok berbagi
kesimpulan dan argumentasi pendukungnya dengan keseluruhan kelas.
Model pembelajaran ini memerlukan semua peserta didik di dalam kelas
untuk praktek penulisan, pemikiran, mendengarkan dan keterampilan
menyampaikan materi. Langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam
pendekatan struktural TPS adalah sebagai berikut:
1)
Tahap pertama : Think (berpikir)
Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk
memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri dalam beberapa saat.
2)
Tahap kedua : Pair (berpasangan)
Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik
lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap
pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari
pertanyaan atau ide jika persoalan telah diidentifikasi.
3)
Tahap ketiga : Share (berbagi)
Pada tahap akhir guru meminta pada pasangan untuk berbagi
commit to user
40
pada seluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini akan efektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai
kurang
lebih
seperempat
pasangan
mendapat
kesempatan
melaporkannya. Pada tahap ini akan menjadi lebih efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
tipe TPS adalah bersifat hipotesis (hanya perkiraan sementara).
Kenyataa.nnya dalam pelaksanaanya tergantung dengan kemampuan
pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan tahap-tahap diatas peneliti menyimpulkan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Guru mengorganisasikan kelas untuk belajar dan mengarahkan peserta
didik untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari dirumah.
2.
Guru mengingatkan peserta didik, materi prasyarat dan memberikan
penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari peserta didik.
3.
Guru membagi LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan
mengarahkan peserta didik untuk mengerjakan LKS, menjawab
pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas atau
mengerjakan tugas secara mandiri.
4.
Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok dengan
anggota 2 – 4 orang dalam tiap kelompok.
commit to user
41
5. Peserta didik berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang
telah mereka peroleh secara mandiri.
6.
Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan peserta didik
tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari
hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan
sampai
beberapa
peserta
didik
mendapat
kesempatan
untuk
melaporkan, minimal seperempat dari jumlah seluruh pasangan dalam
kelas tersebut, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7.
Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing peserta
didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan
memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe “Think-
Pair Share” adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Adanya
interaksi
antara
peserta
didik
melalui
diskusi
untuk
menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampilan sosial peserta
didik.
2. Peserta didik yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai samasama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
3. Kemungkinan peserta didik mudah memahami konsep dan memperoleh
kesimpulan.
commit to user
42
4. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterampilan
bertanya,
berdiskusi
dan
mengembangkan
bakat
kepemimpinan.
Kelemahan:
1. Peserta didik yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari peserta didik yang kurang
pandai.
2. Diskusi tidak berjalan lancar jika peserta didik hanya menyalin
pekerjaan siswa yang pandai.
3. Tidak semua topik dapat dijadikan bahan diskusi, tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
4. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang
pandai.
5. Sikap percaya diri
1)
Pengertian sikap
Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi
tingkah lakunya terhadap suatu obyek atau kejadian di sekitarnya. Sikap
ini merupakan suatu bentuk belajar tersendiri yang selalu diharapkan
didalam suatu proses belajar. Komponen sikap antara lain adalah 1)
kognitif, karena seseorang memerlukan adanya konsistensi didalam
tingkah laku /sikapnya. 2) efektif, yang dapat berupa positif atau negatif
dan 3) tingkah laku, yang ditentukan oleh situasi pada saat tertentu dan
dapat saja tidak konsisten dengan sikap yang sesungguhnya.
commit to user
43
Menurut Galbraith dan Hainer (1998)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Attitude may be seen as the result of emotional reactions that have
been internalised and automatized (McLeod, 1989a) to generate
feelings of moderate intensity and reasonable stability. Marshall
(1989) has hypothesized a cognitive mechanism for attitude
development situated in the network concept of human memory
(Anderson, 1983, 1995). Here attitude represents the evocation of
stored affective memories, involving a dispassionate response.
artinya
sikap mungkin dilihat sebagai hasil dengan reaksi emosional
merupakan faktor dari dalam dan otomatis (Mc Leod, 1989a) untuk
menghasilkan rasa dari intensitas moderator dan kemantapan yang layak.
Marshaal (1989) telah mengadakan hipotesis satu mekanisme teori untuk
membangun sikap terletak pada konsep jaringan dari ingatan manusia
(Anderson, 1983, 1995). Di sini sikap awal dimunculkan dengan ingatan secara
cenderung menyimpan, melibatkan satu tanggapan yang menyenangkan.
Beberapa pengertian tentang sikap yang dikemukakan oleh para ahli
dalam bukunya Saifuddin Azwar (2003 : 4) antara lain:
a) Louis Thurston mengatakan bahwa sikap adalah derajat efek positif
atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek dengan cara-cara
tertentu.
b) Secord dan Backman mendefinisikan bahwa sikap adalah keteraturan
tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya.
c) Rosenberg dan Hovland mendefinisikan mengenai sikap dengan
menempatkan ketiga komponen afektif, koknisi sebagai faktor jenjang
pertama dalam suatu model hirarkis. Kemudian dalam abstraksi yang
commit to user
44
lebih tinggi membentuk konsep sikap sebagai faktor tunggal jenjang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedua.
2)
Pengertian percaya diri
Percaya
diri
adalah
sikap positif
seorang
individu
yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, yang
baik untuk diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang
dihadapinya. Percaya diri yang tinggi sebenarnya merujuk pada adanya
beberapa aspek dari kehidupan individu bahwa ia merasa memiliki
kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bias karena didukung
oleh pengalaman, potensi actual, hasil serta harapan yang realistic
terhadap diri sendiri.
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai percaya
diri yang proporsional, diantaranya adalah berikut ini,
a) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.
b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok.
c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain berani
menjadi diri sendiri.
d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)
e) Memiliki internal locus control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah
commit to user
45
menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung/mengharap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bantuan orang lain.
f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain
dan situasi di luas dirinya.
g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu terwujud, ia tetap maqmpu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi.
Adapun
karakteristik
individu
yang
kurang
percaya
diri,
diantaranya sebagai berikut;
a) Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapat
pengakuan dan penerimaan kelompok.
b) Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
c) Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan
memandang rendah kemampuan diri sendiri namun dilain pihak,
memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.
d) Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif.
e) Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani
memasang target untuk berhasil.
f) Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena
undervalue) diri sendiri.
g) Selalu menempatkan/memosisikan diri sebagai yang terakhir, karena
menilai dirinya tidak mampu.
commit to user
46
h) Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta
bantuan orang lain.
3)
Sikap percaya diri
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap percaya
diri adalah kondisi bagian diri seseorang dalam bentuk konsistensi yang
dapat berupa positif atau negatif pada saat atau situasi tertentu untuk
dikembangkan secara baik dan maksimal. Sikap percaya diri merupakan
segala sesuatu yang diinginkan individu atas keberadaannya dengan
perasaan senang dan kecenderungan yang dinamik. Maka perasaan
senang dan percaya peserta didik untuk menentukan tindakan
memahami obyek (mata pelajaran matematika). Menurut
MOYRA
RUFFELL, JOHN MASON and BARBARA ALLEN (1998)
We began with the implicit assumption that there is a ‘something’
which is labelled attitude, and that is a multidimensional construct
with three interwoven components: cognitive, affective and conative:
(Ajzen, 1988 and Triandis, 1971) cognitive: expressions of beliefs
about an attitude object, affective: expression of feelings towards an
attitude object, and conative: expressions of behavioural intention
_
_
Artinya kita memulai dengan pengertian tersamar dimana terdapat sebuah
sesuatu hal yang dinamakan sikap, dan yang merupakan satu susunan
multidimensional
dengan tiga komponen yang saling terkait:yaitu
kognitif, afektif dan konatif: (Ajzen, 1988 dan Triandis, 1971) kognitif:
ekspresi dari suatu pemikiran tentang suatu objek sikap, afektif: ekspresi
dari suatu perasaan terhadap sesuatu ekspresi yang berupa perilaku.
commit to user
47
Sikap percaya diri dalam penelitian ini meliputi 1) Kemampuan mengingat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kembali fakta dan informasi. 2) Kesungguhan menjelaskan kembali materi kedalam
pola baru/berbeda. 3) Kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru.: yaitu
dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan
merupakan pengungkapan sesuatu hal yang baru, b) Berani berspekulasi dan
menyatakan hipotesis.
B.
Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatkan
kualitas pembelajaran matematika antara lain:
a)
B. Subandriyo (2009) melakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika
melalui pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap percaya diri.
Dari
penelitian
ini
memberikan
kesimpulan
bahwa
metode
inkuiri
mengakibatkan hasil belajar lebih tinggi baik pada peserta didik dengan sikap
percaya diri tinggi, sedang dan rendah. Kesamaan dari penelitian ini adalah
menggunakan tinjauan yang sama yaitu sikap percaya diri peserta didik.
b)
Dhian Endahwuri (2009) melakukan penelitian mengenai model pembelajaran
tipe TAI ditinjau dari keaktifan siswa. Dari penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa model TAI lebih baik dari model TPS jika ditinjau dari
keaktifan siswa adapun kesamaan dari penelitian ini adalah model pembelajaran
yang dipakai sebagai eksperimen adalah model pembelajaran TAI dan model
pembelajaran TPS.
c)
Sri Adi Widodo melakukan penelitian mengenai model pembelajaran tipe TAI
ditinjau dari kemampuan awal siswa. Dari penelitian ini memberikan
commit to user
48
kesimpulan bahwa model TAI lebih baik dari MPL (Model Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langsung) jika ditinjau dari kemampuan awal siswa. Dari penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa model pembelajaran TAI lebih baik dari MPL.
Kesamaan dari penelitian ini yang dipakai model pembelajaran TAI.
C.
a.
Kerangka Berpikir
Kaitan antara model pembelajaran tipe TAI, model pembelajaran TPS dengan
hasil belajar.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat memperoleh hasil belajar
yang lebih baik, sedangkan pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat akan
menghambat tujuan pembelajaran. Para pengajar hendaklah mempelajari dan
menambah wawasan tentang berbagai macam model pembelajaran dengan
menguasai beberapa model pembelajaran akan merasakan adanya kemudahan dalam
pelaksanaan
pembelajaran
sehingga
tujuan
pembelajaran
dapat
tercapai.
Model pembelajaran tipe Teams Assisted Individual (TAI) merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif, pembelajaran secara individul dan klasikal yang
menekankan kolaborasi antar peserta didik. Dalam pembelajaran model ini peserta
didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan penunjukkan salah satu
peserta didik sebagai asisten, sehingga peserta didik yang kurang mampu dalam
kelompok mendapat bantuan dari asisten selain itu guru akan mengajar dalam
kelompok-kelompok kecil tersebut. Pembelajaran klasikal masih tampak tetapi
sudah tidak dominan lagi karena penekananya kolaborasi pada peserta didik, dalam
hal ini guru akan memberikan bantuan langsung pada kelompok yang mendapat
permasalahan sehingga peserta didik yang mempunyai kemampuan kurang akan
commit to user
49
terbantu dalam proses oleh asisten dan guru. Guru akan memberikan penjelasan jika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerja kelompok yang dibantu asisten menemui jalan buntu dan inilah pembelajaran
klasikal tampak tetapi tetap menekankan kolaborasi antar peserta didik.
Dalam TAI belajar dalam kelompok dapat menumbuhkan rasa solidaritas
antar anggota karena apabila ada anggota kelompok yang belum memahami materi
maka asisten akan berusaha untuk memberikan penjelasan kepada temannya dengan
bahasa yang mungkin lebih dipahami. Selain itu penghargaan dalam kelompok akan
memacu dalam bersaing baik antar kelompok maupun antar individu dalam
kelompok, sehingga pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna. Dalam
pembelajaran TAI peserta dimungkinkan mempersiapkan diri terlebih dahulu materi
di rumah kemudian diulang lagi dalam pembelajaran di sekolah karena persaingan
individu dalam kelompok serta persaingan antar kelompok dapat terjadi. Keunggulan
dari model pembelajaran TAI peserta didik terlibat aktif pembelajaran secara
individu dengan tidak mengabaikan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil.
Model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan
dan
berbagi
merupakan
pembelajaran
kooperatif
yang
dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Dalam pembelajaran ini peserta didik
diberi lebih banyak waktu untuk berpikir untuk saling merespon dan saling
membantu dalam kerja kelompok. Dalam pembelajaran ini guru memberikan
permasalahan, melengkapi penyajian singkat dari peserta didik yang memperoleh
tugas. Kemudian guru meminta peserta didik untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas membahas apa yang telah dibicarakan. Dalam diskusi kelompok ini adakalanya
peserta didik memberikan pemikiran yang salah ketika bekerja dalam kelompok
commit to user
50
tersebut sehingga diperlukan waktu yang lebih panjang dalam menekankan konsep
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
benar pada peserta didik.
Hasil belajar matematika peserta didik dapat dipengaruhi oleh pemilihan
model pembelajaran yang tepat, karena dapat menumbuhkan dan merangsang peserta
didik untuk mau berpikir lebih keras dengan segenap kemampuannya dalam
menemukan sendiri konsep yang diberikan lewat kerja dalam kelompok dan juga
bekerjasama dalam kelompok baik secara individu maupun hasil berpikir bepasangan
yang telah dilakukan. Peserta didik akan berpartisipasi secara aktif dalam kelompokkelompok tersebut sehingga dapat tercipta pembelajaran yang menyenangkan tanpa
dibayangi rasa takut apabila konsep yang mereka temukan kurang benar.
Dengan model pembelajaran tipe TAI diharapkan pembelajaran akan lebih
bermakna bagi peserta didik yang pada akhirnya dapat akan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika peserta didik. Model pembelajaran TAI memperoleh hasil
belajar yang lebih baik daripada TPS
b.
Kaitan dari sikap percaya diri dengan hasil belajar.
Disamping model pembelajaran, hasil belajar peserta didik juga bisa
dipengaruhi oleh faktor lain, dalam hal ini peneliti akan mencoba untuk melihat dari
sikap percaya diri peserta didik ketika guru mengajar di kelas. Ketika proses belajar
mengajar peserta didik memahami, memeriksa, mencoba, menemukan dan
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru termasuk beberapa tes maka sikap
percaya diri peserta didik diharapkan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar.
Dengan demikian hasil belajar merupakan perwujudan pelaksanaan suatu proses
belajar dengan model pembelajaran dan faktor intern peserta didik dalam hal ini
commit to user
51
sikap percaya diri peserta didik itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sikap percaya diri peserta didik dalam belajar matematika setiap peserta
didik berbeda. Ada yang memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah.
Dengan adanya sikap percaya diri tinggi dalam belajar matematika tentunya akan
lebih mudah dalam menerima materi ajar, tetapi sikap percaya diri sedang dan rendah
maka materi ajar akan lebih sulit untuk diterima peserta didik.
Bagi peserta didik dengan sikap percaya diri rendah, biasanya tidak berusaha
untuk mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapi dan kecenderungan peserta
didik sekedar menyalin pekerjaan. Hal ini lebih diperburuk lagi jika model
pembelajaran yang diterapkan berdampak negatif dalam menumbuhkan sikap
percaya diri tersebut. Sikap percaya diri peserta
didik harus ditumbuhkan dan
dikembangkan oleh pihak lain dalam hal ini guru yang berperan dengan cara memilih
model pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. Pembelajaran tersebut
menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan, peserta didik lebih terpacu
untuk bekerjasama dalam kelompok belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar matematika terutama peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
sedang dan rendah hasil belajarnya akan lebih baik.
c.
Kaitan antara sikap percaya diri dan model pembelajaran terhadap hasil belajar
Dari penjelasan di atas bahwa peserta didik yang mempunyai sikap percaya
diri tinggi mampu membuat mencoba, memahami, memeriksa, mencoba,
menemukan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru sehingga apabila
memperoleh pembelajaran dengan model TAI maupun TPS akan memperoleh hasil
belajar matematika yang sama baik. Sedangkan peserta didik dengan sikap percaya
commit to user
52
diri sedang dan rendah akan yang mendapat model pembelajaran tipe TAI akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mendapat
model pembelajaran tipe TPS. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran tipe TAI
peserta didik dengan sikap percaya diri sedang dan rendah akan mendapat bantuan
dari teman yang ditunjuk sebagai asisten selain itu guru memberikan pembelajaran
dalam
kelompok-kelompok
kecil.
Dengan diterapkannya model pembelajaran tipe TAI akan memberikan
kesempatan pada peserta didik peserta didik dengan sikap percaya diri sedang dan
rendah untuk belajar dalam kelompok secara individu sehingga dapat memperoleh
hasil belajar yang lebih baik daripada TPS karena dalam pembelajaran TAI peserta
didik yang kurang pandai mendapat bantuan dari teman yang dipilih sebagai asisten
dan jika masih belum memahami konsep tertentu guru akan memberikan
pembelajaran secara individu kepada peserta didik, sedangkan model pembelajaran
tipe TPS peserta didik berpikir tentang materi hanya bersama pasangan-pasangannya.
Dengan demikian proses pembelajaran dapat lebih bermakna dan berlangsung
menyenangkan karena peserta didik yang kurang pandai merasa terbantu dan peserta
didik yang pandai tidak akan mendominasi kelompok sehingga akan mengakibatkan
peserta didik kurang pandai menjadi minder.
Kondisi pembelajaran tersebut dapat menjadikan proses pembelajaran lebih
menyenangkan, peserta didik lebih terpacu untuk bersama-sama bekerja dalam
kelompok dan dapat memberi kontribusi pada kelompoknya. Perhatian peserta didik
dalam menerima materi meningkat, sikap percaya diri juga dapat dilatih sehingga
tidak ada keragu-raguan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi
commit to user
53
limit fungsi sehingga peserta didik nantinya mampu menyelesaikan soal-soal limit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga akan meningkatkan hasil belajar matematika.
Dalam model pembelajaran tipe TPS peneliti menduga bahwa model
pembelajaran tipe TAI akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan model
pembelajaran tipe TPS jika ditinjau dari sikap percaya diri baik tinggi, sedang dan
rendah.
Berdasarkan pemikiran di atas digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian sebagai berikut:
SIKAP PERCAYA DIRI
HASIL
BELAJAR
MODEL PEMBELAJARAN
Gambar 2. 1: Kerangka berpikir penelitian
Keterangan:
Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
Sikap Percaya Diri peserta didik
1. Sikap percaya diri tinggi
2. Sikap percaya diri sedang
3. Sikap percaya diri rendah
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
D.
HIPOTESIS
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran
dengan model pembelajaran TPS pada materi Limit Fungsi.
2.
Hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi lebih baik
daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah,
dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang lebih
baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah pada
materi Limit Fungsi.
3.
Hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi sama
baiknya dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI maupun TPS,
sedangkan peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah
dengan menggunakan model pembelajaran TAI memperoleh hasil belajar
matematika lebih baik daripada peserta didik yang memperoleh model
pembelajaran tipe TPS.
commit to user
55
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Tujuan
eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan
informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel
yang relevan.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI diberikan pada kelas eksperimen
1, sedang model pembelajaran kooperatif TPS diberikan pada kelas eksperimen 2, ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Limit Fungsi.
B.
1.
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Kota Kediri dengan subyek penelitian
adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 yaitu
SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri dan SMAK Santo Augustinus
Kediri. Sekolah yang dipilih ada tiga sekolah yang termasuk dalam kategori
tinggi (SMA Negeri 7 Kediri), sedang (SMAK St Augustinus), dan rendah
(SMA Negeri 8 Kediri) berdasarkan hasil rataan nilai try out I matematika SMA
tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan di SMA
Negeri
7
selain
commit to user
kelas
eksperimen.
56
2. Waktu Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian dilaksanakan pada semester dua bulan Pebruari sampai
dengan Mei tahun pelajaran 2010/ 2011. Adapun tahapan pelaksanaan
penelitian sebagai berikut
a)
Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan instrumen
penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta pengajuan ijin
penelitian. Tahap ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Pebruari 2011
sampai dengan bulan Maret 2011.
b)
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen,
pengumpulan data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini
direncanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011.
c)
Analisis Data
Analisis data dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai dengan
bulan Juni 2011.
d)
Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini mulai dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
eksperimen yaitu pada bulan Mei 2011 selesai Juni 2011.
C.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu
variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran dan sikap
percaya diri peserta didik, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
commit to user
57
matematika peserta didik. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai berikut:
1.
Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tes hasil belajar matematika
peserta didik.
a.
Definisi operasional
Hasil belajar matematika adalah skor yang diperoleh peserta didik dari
hasil tes setelah mengikuti proses pembelajaran model TAI dan model
TPS.
2.
b.
Indikator: Nilai tes matematika pada pokok bahasan Limit Fungsi.
c.
Skala pengukuran: Skala interval.
Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran (a)
Definisi Operasional:
Model Pembelajaran yaitu suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru dapat tercapai. Tujuan
pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan efektif dan efisien.
b. Indikator
Penggunaan model pembelajaran yang berbeda yaitu model pembelajarn TAI
pada kelompok eksperimen 1 dan model pembelajaran TPS pada kelompok
commit to user
58
eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
c. Skala pengukuran
Skala pengukurannya adalah nominal yaitu model pembelajaran tipe TAI dan
model pembelajaran tipe TPS.
d. Kategori ai , i = 1, 2 dimana 1 = model pembelajaran tipe TAI
2 = model pembelajaran tipe TPS
3.
Sikap Percaya Diri
a.
Definisi Operasional
Sikap adalah kejadian internal seseorang yang dapat mempengaruhi
tingkah lakunya terhadap suatu obyek atau kejadian sekitarnya.
b. Indikator: Skor angket sikap percaya diri peserta didik.
c. Skala pengukuran: Skala ordinal
Kategori tinggi : skor > X +
Kategori sedang : X −
1
s
2
1
1
s ≤ skor ≤ X + s
2
2
1
Kategori rendah : skor < X − s
2
dengan:
s = standar deviasi
X = rerata dari seluruh skor total siswa
Kategori: bj, j = 1, 2, 3, dengan
1 = sikap percaya diri kategori tinggi
2 = sikap percaya diri kategori sedang
commit to user
59
3 = sikap percaya diri kategori rendah
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.
1.
Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 130) populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian. Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi adalah individu
yang diteliti atau keseluruhan subyek peneliti dan dibatasi sebagai jumlah individu
yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.
Penelitian ini menggunakan populasi peserta didik SMA kelas XI IPA
Kota Kediri tahun pelajaran 2010/2011 yang berasal dari 16 SMA terdiri dari SMA
baik negeri maupun swasta kategori tinggi sedang dan rendah seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 3.1 Kategori Sekolah berdasarkan Hasil Try Out I Matematika Tahun
Pelajaran 2010/2011
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Sekolah
Rata-rata nilai try out
Kategori
5,85
4,96
4,94
4,32
4,25
4,15
3,96
3,65
3,54
3,44
3,38
3,28
3,00
3,00
Atas
Atas
Atas
Atas
Atas
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
SMA Negeri 2 Kediri
SMA Negeri 1 Kediri
SMA Negeri 7 Kediri
SMA Negeri 5 Kediri
SMA Negeri 4 Kediri
SMA Negeri 3 Kediri
SMA Ar-Risalah Kediri
SMA Pawyatan Daha Kediri
SMAK St. Augustinus Kediri
SMA Wahidiyah Kediri
SMA Negeri 6 Kediri
SMA Negeri 8 Kediri
SMAK Petra Kediri
SMA Muhammadiyah Kediri
commit to user
60
15
SMA Diponegoro Kediri
perpustakaan.uns.ac.id
16
SMA Kertanegara Kediri
2.
2,46
2,21
Rendah
digilib.uns.ac.id
Rendah
Sampel dan Sampling
Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi
sampling random stratifikasi (stratified random sampling) dan sampling kluster
random (cluster random sampling), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat
rataan Try Out 1 mata pelajaran matematika SMA kelas XII IPA tahun
pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan nilai try out 1 tahun pelajaran 2010/2011 terbagi atas
tiga kategori sekolah yaitu sekolah kategori atas (SMA Negeri 1 Kediri,
SMA Negeri 2 Kediri, SMA Negeri 4 Kediri, SMA Negeri 5 Kediri, SMA
Negeri 7 Kediri), kategori sedang (SMA Negeri 3 Kediri, SMA Ar-Risalah
Kediri, SMA Pawyatan Dhaha Kediri, SMAK St Augustinus Kediri, SMA
Wahidiyah Kediri), kategori rendah (SMA Negeri 6 Kediri, SMA Negeri 8
Kediri, SMA Petra Kediri, SMA Muhamadiyah Kediri, SMA Diponegoro
Kediri, SMA Kertanegara Kediri). Dari masing masing kategori diambil
secara acak satu sekolah yaitu kelompok atas, kelompok sedang
dan
kelompok bawah yang terpilih yang merupakan unit-unit populasi (klusterkluster).
commit to user
61
b. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas untuk kelas
eksperimen (satu kelas eksperimen 1 dan satu kelas eksperimen 2).
Secara acak dipilih 3 sekolah dari seluruh sekolah yaitu SMA
Negeri 7 (kategori tinggi), SMA Katolik St Augustinus (kategori sedang)
dan SMA Negeri 8 (kategori rendah). Dari ketiga sekolah yang terpilih
masing-masing dipilih secara acak/random 2 kelas sebagai kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Kelas yang terpilih sebagai kelas
eksperimen 1 adalah XI IPA 4 SMA Negeri 7 Kediri, XI IPA 1 SMAK St
Augustinus Kediri, dan XI IPA 3 SMA Negeri 8 Kediri.. Sedangkan yang
terpilih sebagai kelas eksperimen 2 adalah XI IPA 5 SMA Negeri 8, XI
IPA 4 SMAK St Augustinus Kediri, dan XI IPA 4 SMA Negeri 8. Dari
masing-masing kelas dilakukan tes sikap percaya diri.
E.
Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian, pengambilan data perlu
mempertimbangkan banyak segi, antara lain kualitas data yang ditentukan oleh alat
ukurnya. Data merupakan faktor penting yang harus dikumpulkan dan siap diolah.
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar peserta didik
sebagaimana adanya (obyektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas
alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya. Suatu alat penilaian
dikatakan mempunyai kualitas yang baik jika alat tersebut memenuhi ketepatan
validitasnya dan ketepatan reliabilitasnya. Metode pengumpulan data dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
commit to user
62
1. Metode Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158) dikemukakan bahwa
dokumentasi yang berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
rapor, agenda dan sebagainya.
Dalam penelitian ini metode dokumen digunakan untuk memperoleh
data kemampuan awal berupa nilai ulangan matematika semester 1 kelas XI
IPA tahun pelajaran 2010/2011 dan identitas peserta didik antara lain nama
peserta didik dan nomer induk peserta didik serta . Data ini sebagai bahan uji
keseimbangan antara kelas-kelas eksperimen.
2.
Metode Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 28) angket atau kuesioner adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data
diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya.
Sebelum kuesioner disusun harus melalui prosedur berikut:
a.
Menentukan indikator dengan cara menyesuaikan ruang lingkup masalah
yang akan diteliti dan menentukan pula batasan sikap percaya diri.
b.
Membuat kisi-kisi intrumen yang memuat indikator.
c.
Dari kisi-kisi yang sudah dibuat peneliti menyusun butir angket.
Setelah menentukan langkah-langkah pembuatan instrumen kemudian
disusun instrumen kuesioner yang sesuai. Jumlah instrumen terdiri dari 40
commit to user
63
butir soal pilihan ganda dengan alternatif 5 jawaban. Sistem pemberian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
skor untuk instrumen kuesioner, jika menjawab A mendapat skor 5,
menjawab B mendapat nilai 4, menjawab C mendapat skor 3, menjawab D
mendapat skor 2 serta menjawab E mendapat skor 1.
d.
Melaksanakan uji coba angket penelitian.
e.
Melakukan uji coba.
f.
Melakukan analisis item soal.
g.
Mengambil keputusan apakah butir soal tersebut dipakai, direvisi atau
dibuang.
Metode
angket
merupakan
metode
pengumpulan
data
yang
dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah daftar pernyataan yang harus
dijawab oleh responden. Metode angket digunakan untuk memperoleh data
ilmiah. Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari responden.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji
terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas
item angket, sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji
konsistensi internal.
a.
Analisis Instrumen
1)
Uji Validitas Isi
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 67) sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.
commit to user
64
Adapun untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langkah-langkah sebagai berikut:
a)
menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai
dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang
berlaku.
b)
menyusun kisi-kisi tes.
c)
menyusun butir soal tes.
d)
melakukan telaah butir soal tes
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi biasanya
penilaian ini dilakukan oleh validator. Dalam penelitian ini disebut valid
jika tanda (V) lebih dari 3.
2)
Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan
kembali pada subyek yang sama. Digunakan rumus Alpha untuk
mengetahui tingkat reliabilitas (untuk mencari reliabilitas yang skor bukan
1 atau 0) yaitu sebagai berikut:
2
⎛ n ⎞⎛⎜ ∑ S i
r11 = ⎜
⎟ 1−
S t2
⎝ n − 1 ⎠⎜⎝
keterangan:
r11
=
Koefisien reliabilitas tes
n
=
banyak butir tes
Si2
=
Varian butir ke-i, i = 1, 2, ..., 40
commit to user
⎞
⎟
⎟
⎠
65
2
St
perpustakaan.uns.ac.id
=
variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini disebut reliabel jika indeks reliabilitas yang diperoleh
telah melebihi 0,70 (r11 > 0,70).
(Anas
Sudijono,
2009:
208)
3)
Konsistensi Internal
Untuk mengetahui konsistensi internal butir angket digunakan
rumus korelasi moment produk Karl Pearson.
rxy =
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
(n∑ X
2
)(
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y )
2
2
)
Keterangan:
rxy
=
Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
=
Cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X
=
Skor untuk butir ke-i
Y
=
Skor total (dari subyek uji coba)
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,30 maka butir
tersebut harus dibuang.
(Anas Sudijono, 2009: 219)
3.
Metode Tes
Menurut Budiyono, (2003: 54) metode tes adalah cara pengumpulan
data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan terhadap subyek penelitian.
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar matematika
commit to user
66
setelah memberikan perlakuan. Sebelum digunakan untuk mengambil data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian, instrumen diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas
untuk mengetahui kualitas item angket. Instrumen yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data tentang prestasi belajar matematika peserta didik
diujicobakan dahulu untuk mengetahui daya pembeda dan reliabilitas.
Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan
ganda yang berisi materi Limit Fungsi, yang disusun peneliti berdasarkan
rancangan pembelajaran dan kisi-kisi tes. Tes yang berisi perolehan hasil belajar
tersebut digunakan untuk mengambil data prestasi belajar matematika materi
Limit Fungsi. Pemberian skor untuk item tes, jawaban benar memperoleh skor 1
sedangkan jawaban salah memperoleh skor 0.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes tersebut adalah
sebagai berikut: a) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan
diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum
yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi tes, c) menyusun butir soal sesuai dengan
kisi-kisi yang dibuat, d) melakukan telaah butir soal.
a.
Analisis Instrumen
1) Uji Validitas Isi
Menurut Suharsimi, (2008: 67) sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan.
Adapun untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
commit to user
67
a) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang
berlaku.
b)
Menyusun kisi-kisi tes.
c)
Menyusun butir soal tes.
d)
Melakukan telaah butir soal tesmenyusun kisi-kisi tes
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi biasanya
penilaian ini dilakukan oleh validator. Dalam penelitian ini disebut valid
jika tanda (V) lebih dari 3.
2) Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 86) mengatakan bahwa
reliabilitas pada sebuah tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu
tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap (keajegan). Reliabilitas instrumen menunjuk pada
keajegan dalam mengukur yang hendak diukur. Untuk keperluan mencari
reliabilitas soal keseluruhan perlu dilakukan analisi butir soal seperti halnya
soal tes bentuk obyektif. Koefisien reliabilitas pada tes tersebut dengan
menggunakan KR-20 sebagai berikut;
⎛ n ⎞⎛⎜ ∑ pi qi
r11 = ⎜
⎟ 1−
S t2
⎝ n − 1 ⎠⎜⎝
Keterangan:
r11
=
reliabilitas yang dicari
n
=
banyaknya butir instrumen
commit to user
⎞
⎟
⎟
⎠
68
pi
=
proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
qi
=
1 – pi
S t2
=
variansi untuk skor total
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas diperoleh telah
melebihi 0,70 ( r11 > 0,70).
(Budiyono, 2003: 70)
3) Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat
kesukaran memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan melihat
indeks kesukaran item/butir soal dengan menggunakan rumus:
P=
B
JS
Keterangan:
P
=
Angka indeks kesukaran
B
=
Banyak peserta tes yang dapat menjawab benar
JS =
Banyak peserta tes yang mengikuti tes hasil belajar
Hasil perhitungan taraf kesukaran diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi Angka Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (P)
Interpretasi
Kurang dari 0,30
sukar
0,30 ≤ P ≤ 0,70
Cukup
commit to user
69
Lebih dari 0,70
perpustakaan.uns.ac.id
Mudah
digilib.uns.ac.id
(Anas Sudijono, 2009: 372)
Tingkat kesukaran butir soal antara 0,30 ≤ P ≤ 0,70 dipandang sebagai butir
soal
yang
mempunyai
tingkat
kesukaran
yang
memadai.
4) Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik
yang kurang mampu (berkemampuan rendah)
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika
kelompok peserta didik pandai menjawab lebih banyak dari kelompok kurang
pandai.
Untuk mengetahui daya pembeda suatu butir soal digunakan rumus
koefisien
korelasi
rxy =
momen
produk
Karl
Pearson
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
(n∑ X
2
)(
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y )
2
2
Keterangan:
rxy
=
Indeks daya pembeda
n
=
Cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X
=
Skor untuk butir ke-i
commit to user
sebagai
)
berikut:
70
Y
= Skor total (dari subyek uji coba)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Anas Sudijono, 2009: 223)
Jika indeks daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,30 maka butir tersebut
harus
dibuang.
F.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan teknik analisis
varian (ANAVA), yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan meneliti
pengaruh dari perilaku pembelajaran yang berbeda dari dua kelompok dihubungkan
dengan sikap percaya diri terhadap pembelajaran matematika. Tabel berikut
merupakan kerangka rancangan penelitian:
Tabel 3.3 Tata Letak Data Pada Analisis Dua Jalan
Sikap Percaya Diri (b)
Model Pembelajaran (a)
Tinggi (b1)
Sedang (b2)
Rendah (b3)
Model TAI (a1)
a1b1
a1b2
a1b3
Model TPS (a2)
a2b1
a2b2
a2b3
Keterangan:
a
=
Model Pembelajaran
b
=
Sikap Percaya Diri
a1
=
Pembelajaran matematika dengan model TAI
a2
=
Pembelajaran matematika dengan model TPS
b1
=
Sikap percaya diri tinggi
b2
=
Sikap percaya diri sedang
commit to user
71
b3
= Sikap percaya diri rendah
perpustakaan.uns.ac.id
a1b1
=
digilib.uns.ac.id
Hasil belajar matematika dengan menggunakan model TAI dengan
sikap pecaya diri tinggi
a1b2
=
Hasil belajar matematika dengan menggunakan model TAI dengan
sikap percaya diri sedang
a1b3
=
Hasil belajar matematika dengan menggunakan model TAI dengan
sikap pecaya diri rendah
a2b1
=
Hasil tes prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model TPS
dengan sikap percaya diri tinggi
a2b2
=
Hasil tes prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model TPS
dengan sikap percaya diri sedang
a2b3
=
Hasil tes prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model TPS
dengan sikap percaya diri rendah.
G.
Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan uji t dan anava maka dilakukan uji prasyarat analisis
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1.
Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji kenormalan data dalam penelitian untuk mengetahui apakah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Dalam hal teknik yang digunakan adalah uji Lilliefors. Sebelum diuji
dilakukan uji prasyarat data yang diperoleh dicari dengan rumus :
commit to user
72
1) Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistridusi normal
2)
Statistik Uji :
L = Maks F ( z i ) − S ( z i )
dengan :
F ( z i ) = P(Z ≤ z i ); Z ~N(0 , 1)
__
zi
(X i − X )
= skor terstandar untuk z i =
s
s
= deviasi standar
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh z
3)
Taraf signifikansi : α = 0,05
4)
Daerah kritik:
DK = {L | L > Lα ;n } . Harga Lα ,n dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada
tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n
5)
Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji L berada di luar daerah kritik.
(Budiyono, 2009 : 171)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai
variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini diuji Bartlett dengan
statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut:
commit to user
73
Metode yang
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan
adalah
dengan
uji
Bartlett. Prosedur
digilib.uns.ac.id
pemakaiannya adalah sebagai berikut:
1)
Hipotesis
H0 : σ 1 =σ 2 = ... = σ k2 (variansi populasi homogen)
2
2
H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2)
Derajat signifikansi: α = 0,05
3)
Statistik Uji
χ2 =
2,303
( f log RKG − ∑ f j log s 2j ) dengan χ 2 ~ χ 2 ( k −1)
c
Keterangan:
k = banyaknya populasi = banyak sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajat kebebasan untuk s 2j = n j − 1
j = 1, 2, 3
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
c = 1+
1 ⎛⎜
1 1 ⎞⎟
−
∑
f j f ⎟⎠
3(k − 1) ⎜⎝
∑ SS
RKG =
∑f
j
4)
(∑ x )
=∑x −
n
2
j
; SS j
2
j
j
j
Daerah kritik : DK = {χ 2 | χ 2 > χ α2 ;k −1 } untuk beberapa α dan k – 1 nilai
χ α2 ;k −1 dapat dilihat pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan
(k – 1)
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
χ α2
;k −1
Gambar 3.1 Grafik Distribusi Chi Kuadrat
5)
Keputusan uji :
H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik.
(Budiyono, 2009: 174)
2.
Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok dalam keadaan
seimbang atau tidak sebelum kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan. Statistik
uji yang digunakan adalah uji-t yaitu:
a.
Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda)
b.
Taraf Signifikansi : α = 0,05
c.
Statistik Uji:
t=
( X 1 − X 2 ) − ( µ1 − µ 2 )
s12 s22
+
n1 n2
commit to user
,
75
µ 1 − µ 2 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata), dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
X 1 = rata-rata nilai tes sikap percaya diri siswa kelompok eksperimen ke-1
X 2 = rata- rata nilai tes sikap percaya diri siswa kelompok eksperimen ke-2
d.
s1
= simpangan baku kelompok eksperimen ke-1
s2
= simpangan baku kelompok eksperimen ke-2
n1
= banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-1
n2
= banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-2
Derah kritik
⎧⎪
⎫⎪
DK = ⎨t t < −tα
atau t > tα
⎬
; n1 + n2 − 2
; n1 + n2 − 2
2
2
⎩⎪
⎭⎪
− tα
2
tα
, n1 + n2 − 2
2
, n1 +n2 − 2
Gambar 3 2 Grafik Distribusi Student’s t
e.
Keputusan uji
H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritik.
( Budiyono 2004: 151 )
3.
Uji Hipotesis
commit to user
76
Dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis dengan Analisis Variansi Dua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan asumsi bahwa populasi
berdistribusi normal dan populasi bervariansi. Dengan model sebagai berikut:
xijk = µ + α i + β j + (αβ ) ij + ε ijk
Keterangan:
xijk
=
data amatan ke-k baris ke-i dan kolom ke-j
µ
=
rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean)
αi
=
efek baris ke-i terhadap pada variabel terikat
βj
=
efek kolom ke-j terhadap pada variabel terikat
(αβ )ij
=
kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ε ijk
=
deviasi data amatan terhadap rerata populasi µ yang berdistribusi
normal dengan rataan 0 dan variansi σ ε2
i
=
1, 2 dengan 1 = model TAI ; 2 = model TPS
j
=
1, 2, 3 dengan 1 = sikap percaya diri tinggi ; 2 = sikap percaya diri
sedang ; 3 = sikap percaya diri rendah
(Budiyono; 2003: 228)
1)
Hipotesis
a)
H0A
: α i = 0 untuk semua i = 1,2 (tidak ada perbedaan
efek antara baris terhadap variabel terikat)
H1A
: α i ≠ 0 paling sedikit satu harga α i yang tidak nol
(ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel
commit to user
77
terikat)
perpustakaan.uns.ac.id
b)
H0B
:
digilib.uns.ac.id
β j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan
efek antar kolom terhadap variabel terikat)
H1B
:
β j ≠ 0 paling sedikit satu harga β j yang tidak nol
(ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel
terikat)
c)
H0AB
: ( αβ ) ij = 0 untuk semua i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3
(tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap
variabel terikat)
H1AB
: ( αβ ) ij ≠ 0
paling
sedikit
satu
( αβ ) ij ≠ 0 (ada
interaksi baris dam kolom terhadap variabel terikat)
2)
Komputasi:
a.
Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3. 4 Data amatan, rataan dan jumlah kuadrat deviasi
Sikap Percaya Diri Peserta Didik
Model
Pembelajaran
a1
b1
b2
b3
n11
n12
n13
∑X
11
∑X
12
∑X
13
X 11
X 12
X 13
∑X
∑X
∑X
2
11
2
12
2
13
c11
c12
c13
SS11
SS12
SS13
commit to user
78
n22
n21
a2
perpustakaan.uns.ac.id
∑X
∑X
21
22
n23
digilib.uns.ac.id
∑ X 23
X 21
X 22
X 23
∑X
∑X
∑X
2
21
2
22
2
23
C21
C22
C23
SS21
SS22
SS23
Tabel 3. 5 Rataan dan jumlah rataan
Faktor b
b1
b2
b3
Total
a1
X 11
X 12
X 13
A1
a2
X 21
X 22
X 33
A2
Total
B1
B2
B3
G
Faktor a
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
didefinisikan notasi- notasi sebagai berikut:
nij
=
ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j
=
Cacah data amatan pada sel
=
Frekuensi sel ij
=
nh
N = ∑ nij
=
rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
banyaknya seluruh data amatan
ij
commit to user
pq
1
∑ij n
ij
79
perpustakaan.uns.ac.id
SSij
__
___
X ij = AB ij
___
Ai = ∑ ABij
⎛ ∑ X ijk
⎜
−⎜ k
⎜ nijk
⎝
⎞
⎟
⎟
⎟
⎠
2
=
∑X
=
rataan pada sel ij
=
jumlah rataan pada baris ke-i
=
jumlah rataan pada kolom ke-j
=
jumlah rataan semua sel
k
2
ijk
digilib.uns.ac.id
i
___
B j = ∑ ABij
i
___
G = ∑ ABij
ij
b.
Komponen jumlah kuadrat
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1),
(2), (3), (4), (5) sebagai berikut:
(1) =
G2
pq
(4) = ∑
2
ij
ij
i
c.
p
(5) = ∑ AB ij
( 2 ) = ∑ SS ij
(3) = ∑
B 2j
Ai2
q
Jumlah Kuadrat (JK)
Pada analisis variansi dua jalan denga sel tak sama terdapat lima
jumlah kuadrat.
commit to user
80
JKA = n h {(3) − (1)}
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JKB = n h {(4 ) − (1)}
JKAB = n h {(1) + (5) − (3) − (4 )}
JKG = ( 2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
d.
Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah
dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB = (p – 1)(q – 1 )
dkG
= N – pq
dkT
e.
=N–1
Rataan Kuadrat ( RK )
RKA =
JKA
dkA
RKB =
JKB
dkB
RKAB =
JKAB
dkAB
RKG =
JKG
dkG
3) Statistik uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
1. Untuk H0A adalah Fa =
RKA
yang merupakan nilai dari variabel
RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq
2. Untuk H0B adalah Fb =
RKB
yang merupakan nilai dari variabel
RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
3. Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB
digilib.uns.ac.id
yang merupakan nilai
dari variabel
RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan
(p – 1)( q – 1)
dan N – pq
4) Daerah kritik
Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritiknya adalah :
{
}
{
}
a. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = Fa Fa > Fα ; p -1, N - pq
b. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = Fb Fb > Fα ; q -1, N - pq
{
c. Daerah kritik untuk Fab adalah DK = Fab Fab > Fα ; (p -1)(q -1), N - pq
}
5) Rangkuman analisis variansi
Tabel 3. 6 Rangkuman Analisis Variansi
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fα
Baris (A)
JKA
p–1
RKA
Fa
F*
Kolom (B)
JKB
q–1
RKB
Fb
F*
Interaksi (AB)
JKAB
(p –1)(q -1)
RKAB
Fab
F*
Galat ( G )
JKG
N - pq
Total
JKT
N–1
RKG
-
-
-
F* : F diperoleh dari tabel
( Budiyono, 2004: 213 )
6) Keputusan uji
H0 ditolak bila Fobs ∈ DK
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji lanjut pascaanava digunakan metode Scheffe untuk anava dua jalan.
4.
Dalam penelitian ini H0A, H0B ditolak dan H0AB diterima maka perlu
dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava
dua jalan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe. Tujuannya untuk melakukan
pelacakan terhadap perbedaan rerata antar baris, antar kolom, sedangkan beda
rerata antar sel tidak dilakukan karena H0AB diterima.
a.
Komparasi rerata antar baris
Dari hasil analisis diperoleh H0A ditolak maka diperlukan uji lanjut
pasca anava dengan menggunakan model Sceffe, karena model pembelajaran
yang dianalisa hanya dua (model pembelajaran tipe TAI dan model
pembelajaran tipe TPS), maka untuk uji komparasi ganda antar baris tidak
perlu dilakukan karena cukup melihat rerata marginalnya saja.
b.
Komparasi Rerata Antar Kolom adalah
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
(X . − X )
2
F.i -.j =
i
.j
⎛ 1
1 ⎞⎟
RKG ⎜
+
⎟
⎜n
⎝ .i n. j ⎠
dengan:
F.i – .j
=
rataan Fobs pada perbandingan kolom ke i dan kolom ke
X .i
=
rataan pada kolom ke i
X .j
=
rataan pada kolom ke j
RKG
=
rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
commit to user
83
analisis variansi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
n.i
=
ukuran sampel kolom ke i
n.j
=
ukuran sampel kolom ke j
{
Daerah kritik untuk uji tersebut adalah DK = F.i-.j F.i-.j > (q − 1)Fα ;q-1,N-pq
c.
Komparasi
Rataan
Antar
Sel
Pada
Kolom
yang
}
Sama
Pada penelitian ini H0AB diterima maka beda rerata antar sel tidak
dilakukan, sehingga uji lanjut anava rataan antar sel pada kolom yang sama dan
rataan antar sel pada baris yang sama tidak dilakukan.
commit to user
83
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini dilaporkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
bulan April di SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri dan SMAK St Augustinus
Kediri. Namun sebelumnya dilaporkan terlebih dahulu tentang hasil uji coba
instrumen penelitian yang akan digunakan. Hasil penelitian yang disajikan adalah
diskripsi data, pengujian syarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian.
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen penelitian yang diujicobakan adalah tes hasil belajar matematika
dan angket sikap percaya diri peserta didik. Instrumen tes dan angket diberikan pada
peserta didik kelas XI IPA 2 di SMAN 7 Kediri . Sebelum instrumen tes hasil belajar
dan angket sikap percaya diri diujicobakan terlebih dahulu diuji validitas isinya,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah isi instrumen tersebut telah merupakan
sampel yang mewakili dari keseluruhan isi hal yang diukur atau belum.
1.
Instrumen Angket Sikap Percaya Diri
Uji coba instrumen angket sikap percaya diri peserta didik diuji juga
validitas isi, validitas dan reliabilitas. Validitas isi pada angket sikap percaya diri
peserta didik diuji oleh Drs. G. Sugiono dan Drs. A. Kartiningsih hasil validasi yang
diperoleh uji coba soal angket sikap percaya diri peserta didik selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 3B.
Tingkat reliabilitas angket sikap percaya diri peserta didik digunakan rumus
commit to user
84
Alpha (untuk mencari reliabilitas yang skor bukan 1 dan 0). Dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
instrumen dikatakan reliabel jika indeks reliabilitasnya melebihi 0,70 (r11 > 0,70).
Reliabilitas angket sikap percaya diri peserta didik diperoleh r11 = 0,8928 sehingga
instrumen sikap percaya diri peserta didik yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai reliabilitas tinggi.
Analisis butir soal tes angket sikap percaya diri digunakan rumus product
moment atau Karl Pearson (rxy). Dalam penelitian ini indeks konsistensi internal butir
ke-i lebih dari 0,30 dipakai, adapun dari 40 butir soal tes angket sikap percaya diri
peserta didik ada 4 soal yang dibuang yaitu nomer soal 5, 17, 20,21 sehingga soal
yang dipakai untuk penelitian ada 36 soal. Penelitian ini menggunakan soal sebanyak
35 soal dengan pertimbangan waktu pelaksanaan tes.
2.
Instrumen Tes Hasil Belajar Peserta didik
Dalam penelitian ini validitas isi instrumen tes hasil belajar matematika
dilakukan oleh Drs. Sunyoto, M.Si, selaku ketua MGMP matematika SMA Kota
Kediri, Dra. Agus Meilinawati, selaku guru pemandu mata pelajaran matematika
sebagai validator. Hasil validitas isi menunjukkan bahwa instrumen penelitian berupa
tes hasil belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda terdiri dari 30 butir soal
telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat ( Lampiran 3A )
Reliabilitas instrumen tes dari perhitungan dengan menggunakan KR-20
diperoleh r11 = 0,8577 berarti instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai reliabilitas tinggi, perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tingkat
kesukaran butir soal perlu dianalisis untuk dikelompokkan tiga klasifikasi soal. Hasil
analisis yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
85
Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kategori
Nomor soal
Jumlah
0
-- tidak ada
25
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,15,17,18,19,20,22,23,
24,25,26,27,28,29,30
5
12,13.14,20,21
Mudah
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh 25 butir tes dengan kategori cukup dan 5 butir
Sukar
Cukup
dengan kategori mudah. Perhitungan lebih lanjut terdapat pada Lampiran 5B.
Perhitungan daya pembeda butir soal digunakan rumus moment product Karl Pearson
diperoleh 30 soal dipakai artinya tidak ada soal yang dibuang. Perhitungan tingkat
kesukaran dan daya pembeda selengkapnya pada Lampiran 5B.
3. Keputusan Hasil Analisis Tes dan Analisis Butir Tes Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan perhitungan hasil uji coba di atas, penelitian ini menggunakan
30 butir soal materi limit fungsi untuk mengungkapkan hasil belajar matematika
peserta didik yang terdiri atas soal mudah, sedang, sukar, dengan nilai jumlah
menjawab benar dibagi tiga. Pada penelitian ini juga dibagikan angket untuk
mengungkap sikap percaya diri peserta didik pada mata pelajaran matematika yang
terdiri dari 35 butir dilaksanakan hari berikutnya, jika peserta didik menjawab A
mendapat skor 5, B mendapat skor 4, C mendapat skor 3, D mendapat skor 2, E
mendapat skor 1.
B.
Deskripsi Data
Data penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis meliputi data hasil
belajar matematika peserta didik dan data angket sikap percaya diri peserta didik.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data skor sikap percaya diri dari
instrumen penelitian berupa angket dan skor hasil belajar matematika yang berasal
commit to user
86
dari instrumen penelitian berupa seperangkat tes matematika yang ditulis dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikembangkan penulis. Dari hasil pembelajaran matematika dikategorikan atas
kelompok model pembelajara tipe TAI sebagai eksperimen 1 dan kelompok model
pembelajaran tipe TPS sebagai kelompok eksperimen 2. Data sikap percaya diri
belajar matematika materi Limit Fungsi dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang
dan rendah.
1. Data Hasil Belajar Peserta Didik
Data hasil belajar matematika peserta didik yang dijadikan subyek penelitian
secara lengkap disajikan dalam Lampiran 7A dan Lampiran 7B. Berdasarkan data
penelitian yang dikumpulkan untuk kelompok eksperimen 1 jumlah responden 119,
skor tertinggi 29, skor terendah 11, rata-rata skor 19,8 standar deviasi 4,8 sedangkan
untuk kelompok eksperimen 2 jumlah responden 120 skor tertinggi 28 dan skor
terendah
9, rata-rata skor 17,78 deviasi standar 5,394.
2. Data Sikap Percaya Diri Belajar Matematika Peserta Didik
Data sikap percaya diri belajar matematika diperoleh dari angket yang diberikan
kepada subyek penelitian yang selanjutnya dikelompokkan dalam tiga kategori
berdasarkan rata-rata yang diperoleh dari skor minat belajar siswa ( X ) dan standar
deviasinya (s) dari masing-masing kelas. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 8,
diperoleh hasil untuk masing-masing skor dengan ketentuan kategori sebagai berikut:
1
1
1
Untuk skor < ( X − s ) dikategorikan rendah, ( X − s ) ≤ Skor ≤ ( X + s )
2
2
2
1
kategori sedang dan lebih dari ( X + s ) kategori tinggi. Berdasarkan data yang
2
terkumpul maka diperoleh ringkasan sebagai berikut :
commit to user
87
Tabel 4.2 Ringkasan Data Skor Angket Sikap Percaya Diri Belajar Matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siswa Pada Kelas Eksperimen 1 dan eksperimen 2
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Rata-rata
126,03
123,7
Standar Deviasi
17,29
13,519
Batas terendah
89
92
Batas tertinggi
164
163
Batas siswa kategori tinggi
164
136
Batas siswa kategori sedang
160
95
Batas siswa kategori rendah
141
89
C.
Pengujian Persyaratan Analisis
Setelah semua data penelitian dikumpulkan, maka akan dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Untuk itu diperlukan uji prasyarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas. Uji keseimbangan akan dilakukan terlebih dahulu untuk
mengetahui kesetimbangan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Adapun
data untuk uji kesetimbangan menggunakan nilai ulangan umum semester 1 kelas
XI IPA tahun pelajaran 2010-2011. Dalam penelitian ini dilakukan dua kali uji
untuk masing-masing variabel terikat hasil belajar dan uji prasyarat analisis
variansi untuk variabel terikat sikap percaya diri siswa.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Dalam uji normalitas uji yang digunakan penelitian adalah uji Lilliefors,
uji ini dikenakan pada variabel terikat. Data tersebut adalah data hasil belajar
matematika eksperimen 1, ekperimen 2 dengan menggunakan model
commit to user
88
pembelajaran tipe TAI dan model pembelajarna tipe TPS dan sikap percaya diri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peserta didik. Adapun hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 7A dan Lampiran 7B.
Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas
N0
Prestasi Belajar Lhitung Banyak data Ltabel
1.
a1
0,075 119
0,081 Lhitung< Ltabel
Normal
2.
a2
0,075 120
0,081 Lhitung< Ltabel
Normal
3.
b1
0,083 70
0,106 Lhitung< Ltabel
Normal
4.
b2
0,054 93
0,093 Lhitung< Ltabel
Normal
5.
b3
0,098 76
0,1016 Lhitung< Ltabel
Normal
Keputusan Uji Keterangan
Keterangan :
a1 = nilai prestasi belajar matematika pada model pembelajaran tipe TAI
a2 = nilai prestasi belajar metematika pada model pembelajaran tipe TPS
b1 = nilai prestasi belajar metematika pada sikap percaya diri tinggi
b2 = nilai prestasi belajar metematika pada sikap percaya diri sedang
b3 = nilai prestasi belajar metematika pada sikap percaya diri rendah
Dari tabel diatas tampak bahwa nilai L hitung < L tabel sehingga H0 ditolak.
Pada model pembelajaran tipe TAI menunjukkan Lhitung < Ltabel sehingga H0
ditolak. Hal ini berarti hasil belajar matematika untuk model pembelajaran TAI
berasal dari populasi normal, model pembelajaran TPS, untuk hasil belajar
dengan sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah juga berasal dari populasi
normal.
b.
Uji Homogenitas
Teknik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah uji Bartlet.
commit to user
89
Variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika dengan faktor-faktornya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah model pembelajaran, sikap percaya diri peserta didik dan interaksi
antara model pembelajaran dengan sikap percaya diri peserta didik.
Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas selengkapnya disajikan pada
Lampiran 6C.
Perhitungan uji homogenitas diperoleh nilai hitung 1,841 dan nilai tabel
2
2
< χ tabel
atau 1,841 < 3,841) sehingga H0
3,841 dan padat disimpulkan ( χ hitung
diterima. Hal ini berarti prestasi belajar untuk faktor model pembelajaran,
faktor sikap percaya diri siswa dan interaksi antara model pembelajaran dan
sikap percaya diri siswa berasal dari variansi yang homogen.
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah antara kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 telah sepadan keadaannya sebelum adanya
perlakuan. Uji keseimbangan ini diambil dari nilai ulangan umum semester 1
kelas XI IPA. Pada kelas eksperimen 1 dengan jumlah peserta didik 119 diperoleh
rata-rata 6,75 dan variansi 1,22 sedangkan untuk kelas eksperimen 2 jumlah
peserta didik 120 diperoleh rata-rata 6,72 dan variansi 1,68. Uji kesetimbangan
dengan menggunakan uji t diperoleh tobs = 0,194 dengan t0,025,237 = 1,96 atau tobs <
ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen 1 dan kelompok
ekperimen 2 dalam keadaan setimbang. Adapun perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 6.
D.
Pengujian Hipotesis
commit to user
90
Setelah beberapa prasyarat dalam analisis variansi terpenuhi, maka akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dua kali uji analisis variansi dua jalan, yaitu analisis variansi untuk melihat
pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari sikap
percaya diri dan analisis variansi untuk melihat pengaruh model pembelajaran tipe
TAI terhadap pembelajaran tipe TPS ditinjau dari sikap percaya diri peserta didik.
Adapun hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama dapat disajikan
sebagai berikut.
1.
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Jumlah Sel Tak Sama
Dari data yang berhasil dikumpulkan dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan teknik analisis varians dua jalur dengan desain 2 x 3. Pengujian
hipotesis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
ada
tidaknya
pengaruh
variabel-variabel bebas yaitu model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta
didik serta pengaruh interaksi antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya
yaitu prestasi belajar. Rangkuman hasil perhitungan analisis dua jalan dengan sel
tak sama pada data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: ( pada Lampiran
13)
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Data Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik
Sumber Variansi
JK
DK
RK
Fhitung Ftabel Keputusan
A(Baris)
274,34
1 274,348 14,42
B(Kolom)
1866,7
2 933,387 49,06
AB
11,126
2
5,563 0,292
Galat
4432,9
233 19,025
Total
6585,1 238
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan dari
bahwa
commit to user
3,84 H 0 A ditolak
3,00 H 0 B ditolak
3,00 H 0 AB diterima
masing-masing hipotesis
91
a. Hipotesis pertama (Hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi Limit Fungsi)
Dari analisis dua jalan diperoleh Fhitung = 14,42 > 3,84 = Ftabel
sehingga hipotesis nol ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model TAI memberikan hasil
yang berbeda dengan peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran TPS pada materi limit fungsi. Dari analisis diperoleh H0A ditolak
maka ada perbedaan hasil belajar yang diberi model pembelajaran tipe TAI dan
model pembelajaran tipe TPS.
Berdasarkan hasil rerata marginal pada Tabel 4.6 diperoleh rerata skor
hasil belajar matematika yang diberi model pembelajaran tipe TAI sebesar
19,948 sedangkan rerata skor hasil belajar peserta didik yang diberi
pembelajaran tipe TPS sebesar 17,789. Ini menunjukkan bahwa rerata skor hasil
belajar matematika pada peserta didik dengan model pemebelajaran TAI lebih
tinggi daripada rerata skor hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran
model TPS. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran dengan model TAI
peserta didik lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri
konsep-konsep
melalui
kerjasam
antar
kelompok-kelompok
sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga peserta didik dapat memahami
materi dengan lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta didik
dengan pembelajaran model TAI mempunyai hasil lebih baik dari peserta didik
dengan pembelajaran model TPS pada materi limit fungsi.
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Hipotesis kedua (Hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap
percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap
percaya diri rendah pada materi limit fungsi)
Berdasarkan perhitungan analisis varians dua jalan pada hipotesis kedua
diperoleh Fb = 49,06 > 3,00 = Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini
berarti H0 ditolak artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang
memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah.
Berdasarkan hasil rerata marginal pada Tabel 4.6 diperoleh rerata skor
hasil belajar matematika peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi sebesar
22,185 sedangkan rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya
diri sedang sebesar 19,117. Ini menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar
matematika pada peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi lebih tinggi
daripada rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya diri sedang.
Ini menunjukkan bahwa sikap percaya diri tinggi sangat diperlukan dalam
belajar matematika karena dapat mengakibatkan hasil belajar matematika juga
lebih baik.
Pada uji komparasi ganda antar kolom pertama dan kolom ketiga
diperoleh bahwa F1-3 = 88,88 dan 2.Ftabel = 6,00 ternyata F1-3 > 2Ftabel sehingga
F1-3 ∈ DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini pada tingkat signifikansi
commit to user
93
α = 0,05 peserta didik yang diberi model pembelajaran TAI hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
matematikanya berbeda dengan peserta didik yang diberi model pembelajaran
TPS pada materi limit fungsi.
Berdasarkan hasil rerata marginal pada Tabel 4.6 diperoleh rerata skor
hasil belajar matematika peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi sebesar
22,185 sedangkan rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya
diri rendah sebesar 15,302. Ini menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar
matematika pada peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi lebih tinggi
daripada rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya diri rendah.
Ini menunjukkan bahwa sikap percaya diri tinggi sangat diperlukan dalam
belajar matematika karena dapat mengakibatkan hasil belajar matematika juga
lebih baik.
c. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memperoleh
hasil
belajar
matematika lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS pada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang, dan
rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk baris interaksi antara model
pembelajaran dengan sikap percaya diri peserta didik diperoleh Fab = 0,292
yang berarti bahwa Fab < Ftabel = 3,00 denga taraf signifikansi 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa H0AB diterima atau dengan kata lain tidak ada interaksi
dengan hasil belajar matematika antara model pembelajaran dan sikap percaya
diri peserta didik.
commit to user
94
2. Uji Komparansi Ganda (Uji Lanjut Anava)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis varians.
Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rataan setiap kolom,
baris dan setiap pasang sel. Metode komparansi ganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Scheffe. H0B pada pengujian ini menyatakan bahwa
rerata pada setiap pasang, kolom, baris tidak berbeda secara signifikan sedangkan
setiap pasang sel berbeda secara signifikan sehingga komparasi antar sel tidak
perlu dilakukan.
Tabel 4.5 Menunjukkan hasil perhitungan yang peneliti lakukan dapat dilihat
sebagai berikut:
Komparasi
Statistik Uji
F kritik
Keputusan Uji
µ.1 vs µ.2
µ.1 vs µ.3
µ.2 vs µ.3
20,403
6,00
Ditolak
88,88
6,00
Ditolak
126,78
6,00
Ditolak
a. µ.1 vs µ.2 , H0 ditolak berarti ada perbedaan rataan hasil belajar matematika
antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi dan siswa yang
memiliki sikap percaya diri sedang.
b. µ.1 vs µ.3 , H0 ditolak berarti ada perbedaan rataan hasil belajar matematika
antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi dan siswa yang
memiliki sikap percaya diri rendah.
c. µ.2 vs µ.3 , H0 ditolak berarti ada perbedaan rataan hasil belajar matematika
antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang dan siswa yang
memiliki sikap percaya diri rendah.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis varians. Dari
kesimpulan perlu dilakukan uji komparasi ganda. Berdasarlan uji statistic yang
telah diuraikan dapat dijelaskan tiga hipotesis penelitian, berikut tabel rataan
data hasil penelitian:
Tabel 4.6 Rataan Marginal Data Hasil Belajar Matematika
TAI
Sikap Percaya
Diri Tinggi
23,571
Sikap Percaya
Diri Sedang
20,067
Sikap Percaya
Total
Diri Rendah
16,205
59,843
Rataan
Marginal
19,948
TPS
20,8
18,167
14,4
53,367
17,789
Total
44,371
38,234
30,605
111,405
Rataan
22,185
19,117
15,302
Marginal
1.
Pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
penggunaan model pembelajaran tipe TAI dengan model TPS terhadap hasil
belajar matematika materi limit fungsi.
Dari hasil perhitungan penelitian diperoleh hasil bahwa besar Fa =
14,4 > F0,05;
1; 238
= 3,84 yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar
matematika peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran tipe TAI dengan model pembelajaran tipe TPS.
Dari analisis variansi diperoleh H0A ditolak peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model TAI memperoleh hasil belajar yang
berbeda
dengan
peserta
didik
yang
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan TPS pada pokok bahasan limit fungsi. Dalam penelitian ini
commit to user
96
karena model
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran
hanya
mempunyai
dua
kategori (model
digilib.uns.ac.id
pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran TPS), maka untuk uji komparasi
ganda antara rataan model pembelajaran tipe TAI dan rataan model
pembelajaran tipe TPS diperoleh hipotesis nolnya juga ditolak, karena Anava
telah menunjukkan bahwa H0A ditolak. Dari rataan marginal (Tabel 4.6)
menunjukkan bahwa rataan model pembelajaran tipe TAI lebih tinggi daripada
rataan model pembelajaran tipe TPS, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran tipe TAI lebih baik daripada penggunaan
model pembelajaran tipe TPS. Pada pembelajaran model TAI peserta didik baik
yang pandai maupun kurang pandai memberikan kontribusi semaksimal
mungkin untuk hasil kerja kelompok ataupun individu sehingga dapat lebih
meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh.
2.
Hasil pengujian yang kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
kelompok peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi, kelompok
peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang dan kelompok peserta
didik yang memiliki sikap percaya diri rendah terhadap hasil belajar
matematika materi limit fungsi.
Dari hasil perhitungan penelitian diperoleh hasil bahwa Fb = 49,06 >
F0,05; 2; 238 = 3,00 yang berarti terdapat perbedaan sikap percaya diri perserta
didik terhadap hasil belajar matematika materi limit fungsi. Hal ini berarti
bahwa hipotesis nolnya ditolak, ditolaknya H0B dapat disimpulkan bahwa
perbedaan tingkat sikap percaya diri peserta didik terhadap matematika
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar matematika peserta
commit to user
97
didik pada materi limit fungsi. Dari hasil perhitungan dapat dianalisis bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat beda rerata secara signifikan antara sikap percaya diri tinggi dan
sedang. Dari rataan marginal dapat juga dilihat bahwa rataan untuk sikap
percaya diri tinggi lebih besar dibanding dengan rataan untuk sikap percaya diri
sedang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beda rerata secara
signifikan antara sikap percaya diri tinggi dan rendah dan rataan marginal
untuk sikap percaya diri tinggi lebih besar daripada sikap percaya diri rendah,
maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki sikap percaya diri
tinggi mempunyai hasil belajar matematika lebih baik daripada peserta didik
yang memiliki sikap percaya diri rendah. Sedangkan untuk sikap percaya diri
sedang lebih besar daripada sikap percaya diri rendah, maka dapat disimpulkan
bahwa peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih tinggi hasil
belajarnya daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah.
Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
a.
Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil
belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik yang memiliki
sikap percaya diri sedang.
b. Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil
belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik yang memiliki
sikap percaya diri rendah.
c.
Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang mempunyai hasil
belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki sikap percaya diri
rendah.
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan sikap percaya diri terhadap hasil belajar matematika.
Dari analisis varians dua jalan diperoleh Fhitung = 0,292 < 3,00 = Ftabel
atau H0AB diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta didik
terhadap hasil belajar matematika peserta didik. Penggunaan model
pembelajaran tipe TAI lebih baik daripada model pembelajaran tipe TPS baik
berlaku pada kelompok peserta didik yang memiliki sikap percaya tinggi,
sedang dan rendah dengan hasil belajar matematika peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis yang telah diuraikan pada
Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siswa SMA Kota Kediri :
1.
Peserta didik yang mengikuti pembelajaran yang penyajiannya dengan
menggunakan model pembelajaran tipe TAI akan memperoleh hasil belajar
yang lebih baik dari peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model TPS.
2.
Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap percaya diri
sedang dan rendah, peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang
mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari peserta didik yang
memiliki sikap percaya diri rendah.
3.
Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta
didik terhadap hasil belajar matematika. Perbedaan hasil belajar matematika
peserta didik antara peserta didik yang diberikan model pembelajaran tipe
Teams Assisted Individual (TAI) dan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) selalu sama (konsisten) untuk tiap-tiap sikap percaya diri, demikian
juga antara peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah
terhadap model pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
B. Implikasi
1.
Implikasi Teori
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika pada materi Limit Fungsi dengan menggunakan model
pembelajaran tipe TAI mempunyai hasil yang lebih baik dibanding dengan
menggunakan model pembelajaran tipe TPS. Penggunaan model pembelajaran
tipe TAI dalam pembelajaran matematika materi Limit Fungsi dapat
memaksimalkan kemampuan mandiri bekerja kelompok dalam meningkatkan
hasil belajar matematika. Penggunaan model pembelajaran pembelajaran model
TAI dapat meningkatkan kemampuan dalam bekerjasama dalam proses belajarnya.
Hal ini disebabkan pada model pembelajaran tipe TAI memungkinkan peserta
didik beinteraksi secara positif dalam kelompok-kelompok belajar.
Sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran matematika
mempunyai beberapa tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sikap percata diri
tinggi akan memperoleh hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri yang sedang dan rendah.
Dengan sikap percaya diri tinggi dalam pembelajaran model TAI memungkinkan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika karena dalam pembelajaran tipe TAI
dapat memupuk dan menumbuhkan sikap percaya diri yang lebih sedemikian
hingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi limit fungsi.
Mempelajari konsep matematika tidaklah mudah bagi seorang peserta
didik karena belajar matematika memerlukan pola berpikir yang teratur sehingga
diperlukan sikap percaya diri dalam memilih langkah-langkah yang dipilih dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
menyelesaikan suatu persoalan dalam matematika. Adapun sikap percaya diri
tinggi merupakan salah satu nilai tambah dalam proses berpikir dalam belajar
matematika sehingga menjadikan motivasi untuk lebih dapat mendalami dalam
pembelajaran matematika. Hal yang menjadi perhatian guru adalah sikap percaya
diri peserta didik berbeda untuk itu pembelajaran TAI diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri dengan cara peserta didik belajar dalam
kelompok-kelompok belajar. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sikap
percaya diri tinggi dengan belajar dalam kelompok peserta didik dapat
berinteraksi langsung dengan guru, teman tanpa rasa takut melakukan kesalahan
diharapkan dapat membuat peserta didik menjadi menyukai matematika.
2.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe TAI lebih
efektif dibanding dengan menggunakan model pembelajaran tipe TPS. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada tes
prestasi belajar matematika materi limit fungsi. Penelitian ini dapat dipakai
sebagai masukan bagi guru dan calon guru bahwa pemilihan model yang tepat
dapat meningkatkan kualitas proses belajar.
Disamping itu dipandang dari peserta didik yang mempunyai sikap
percaya diri tinggi dapat membantu dalam pemecahan masalah bagi peserta didik
yang mempunyai sikap percaya diri rendah diharapkan akan mengakibatkan
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai sikap
percaya diri rendah.
C. Saran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tesebut, ada beberapa hal yang perlu
disarankan yaitu:
1.
Bagi Guru
a.
Dalam memberikan materi pada pelajaran matematika, sebaiknya guru dapat
memilih model pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran dapat
berlangsung lebih efektif. Salah satu alternatif yang dipakai dalam
pembelajaran matematika adalah model pembelajaran tipe TAI. Dalam
pembelajaran TAI menuntut peserta didik tidak hanya menghafalkan rumus
tetapi mampu membangun konsep lain dalam menyelesaikan masalah
matematika
tetapi
dapat
melatih
keterampilan
bekerjasama
dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan matematika.
b.
Diharapkan agar senantiasa memperhatikan aspek sikap percaya diri peserta
didik pada pembelajaran matematika. Jika guru menjumpai peserta didik yang
mempunyai sikap percaya diri rendah hendaknya lebih dalam membimbing
peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman dalam menerima
pelajaran matematika dan diharapkan sikap percaya diri peserta didik rendah
dapat meningkat.
c.
Dalam penggunaan model pembelajaran yang tetap dalam kurun waktu
tertentu mengakibatkan peserta didik bosan dengan model tersebut, untuk itu
hendaknya guru berusaha memilih model berbeda dalam tatap muka tertentu.
d.
Dalam pembelajaran materi limit fungsi model pembelajaran hendaknya guru
menggunakan model pembelajaran tipe TAI.
2. Bagi Peserta didik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
a.
Dalam belajar peserta didik harus lebih aktif dalam melaksanakan
pembelajaran matematika, lebih meningkatkan semangat, berusaha dengan
sekuat tenaga dalam memecahan permasalahan yang dihadapi dalam belajar
matematika, dan berusaha menyukai pelajaran matematika. Dengan demikian
sikap percaya diri tinggi dalam penyelesaian masalah tersebut akan mampu
meningkatkan hasil belajar matematika.
b.
Bagi peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dan sedang
hendaknya lebih meningkatkan usaha dalam memahami materi palajaran
matematika
dengan
model
pembelajaran
apapun
sehingga
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Peserta didik yang
masih mempunyai sikap percaya diri rendah hendaknya berani merubah diri
dan berusaha menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan
dan akhirnya menjadi suka dengan matematika.
3.
Bagi para peneliti dan calon peneliti
Diharapkan peneliti dapat mengembangkan penelitian dalam ruang
lingkup yang lebih luas. Diharapkan calon peneliti dapat mengembangkan
penelitian serupa dengan variabel sejenis dengan jumlah yang lebih banyak
misalnya dengan menggunakan modul, hal ini akan lebih bermanfaat untuk
sekolah yang mempunyai program percepatan (Acceleration School).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
DAFTAR PUSTAKA
Austin. 2007. Interactive Learning in Mathematics Education. The Journal of
Computer Mathematic and science Teaching. 26.(2). 137-153
Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements. 1991. Research on Cooperative
Learning: Implications for practice. School Psycology Review. Vol 20.
Issue 1.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
_________. 2004. Statistika Untuk Penelitian Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Casmini. 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta : Nuansa Aksara.
Depdiknas. 2005. Matematika . Jakarta
Duren, Philip E. 1992. The Effects of Cooperative Group Work Versus Independenent
Practice on the Learning of Some problem Solving Strategies, ProQuest
Education Journal 92(2). 80.
Enung Fatimah. 2010. Psikologi Perkembangan, Bandung, Pustaka Setia.
Galbraith Peter and Chris Hainer. 2006. Attitudes to Mathematics and technology in
Computer learning Enviroment, Educational in Mathematics 36: 277
Gellert Uwe. 2008. Prospective elementary teacher comprehension of Mathematics
interupction, Vol 18 issue 8.
Herman J Waluyo. 2007. Filsafat Ilmu. Surakarta : Widya Sari Press.
Johnson, Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning, California : Corwin Press.
Kasihani. 2008. Model-model Pembelajaran.. Malang : Universitas Malang.
Kuntjoko. 2009. Model-model Pembelajaran. Kediri : Universitas Nusantara PGRI
Kediri.
Lin Emily. 2006. Cooperative learning in the Science Classroom, ProQuest Education
Journals.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.
Margono. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : Sebelas Maret University
Press.
Martha Kaufeldt. 2008. Wahai Guru Ubahlah Cara Mengajarmu. Jakarta : Indeks.
Mulyasa E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Roksakarya.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Renika Cipata.
Nana Sudjana. 1989. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Noorchaya Yahya and Kathleen Huie. 2002. Florodaaton, Florida, USA), Reaching
English Language Learners Through Cooperative Learning TESL.
Journal of Education for Teaching, Spring 2010, vol. 130, page 265-276.
Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Kanisius
Owens Kay. 1998. Responsiveness and affective processes in the interactive
construction of understanding in mathematics, Educational Studies in
Mathematics 35: page 105 – 127.
Ratna Wilis D. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Rokhana Setyaningrum. 2006. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI terhadap Hasil Belajar Matematika. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Ruffell Moyra, John Mason dan Barbara Allen .1998. Studying Attitude to
Mathematics, Educational in Mathematics 35, page 1 - 18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Saiful Azwar. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sardiman A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Raja
Grafindo.
Satya Sri Handayani. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan
menggunakan Struktural "Think Pair Share" Pada Materi Pokok Bentuk
Akar dan Pangkat Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Tesis Universitas
Sebelas Maret.
Syaiful Sagala. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung : Alfabela.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.
Suharsimi Arikunto. 1987. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi
Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Raja Grafindo.
Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Surabaya:
Prestasi Pustaka
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Surabaya : Prestasi Pustaka
Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
commit to user
Download