perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK PADA MATERI LIMIT FUNGSI KELAS XI IPA SMA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Diajukan oleh: ATIT INDRIYANI NIM : S851002002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Tesis ini kupersembahkan kepada: 1. Yudhi Iscahyono, suamiku tercinta yang senantiasa mendampingi langkahku serta memberikan dukungan dan bimbingan baik moril maupun materiil. 2. Bapak Situr Amadi dan Ibu Siti Kundiyah, kedua orang tuaku yang terhormat dan sangat memberikan segala kasih sayang dan serta dukungannya. 3. Putraku Hanif Irza Prambudi dan putriku Nely Layalial Putri yang sangat aku sayangi dan harapanku. 4. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS. 5. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri, SMAK St Augustinus Kediri. 6. Keluarga besar SMAK St Augustinus Kediri. 7. Pembaca yang budiman. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Mencari pengetahuan adalah salah satu langkah menuju kebahagiaan dan kesuksesan” - Jim Rhon “Pengetahuan adalah eksperimen yang dilakukan secara cermat” - Aristoteles commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmad dan Karunia Nya telah memberikan kemudahan yang telah penulis terima selama penyusunan makalah kualifikasi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, saran, dukungan dan dorongan dari pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Drs Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini. 2. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 3. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bantuan selama penulis menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika. 4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan dorongan sehingga proposal tesis ini dapat penulis selesaikan. 5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan arahan yang sangat berarti, penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 7. Kepala SMAK St Augustinus Kediri yang telah memberikan ijin belajar dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 8. Kepala SMA Negeri 7 Kediri dan SMA Negeri 8 Kediri yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolahnya. 9. Rekan saya Yudi April Sudarwanto, S.Pd dan Dra. Suhartatik yang telah memberikan data awal prestasi peserta didik, melaksanakan model pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS serta mengambil data akhir yang sangat diperlukan pada penyusunan tesis ini. 10. Drs Sunyoto, M.Si, Drs. Sony Tatag, M.Pd, dan Agung Prabowo, S.Si validator yang telah menyumbangkan pikirannya untuk memvalidasi butir soal tes prestasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 11. digilib.uns.ac.id Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Matematika Progran Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Surakarta, Juli 2011 Penulis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman JUDUL…......................………………………………………….……….…….....i PENGESAHAN JUDUL.........................................................................................ii PERNYATAAN......................................................................................................iv MOTTO...................................................................................................................v PERSEMBAHAN...................................................................................................vi KATA PENGANTAR...........................................................................................vii DAFTAR ISI…………….........…………………………...….….……..….……..x DAFTARTABEL…………….........….....………………...….….……..….……xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………....…....………………xiv DAFTAR LAMPIRAN……………………….…………...…………………….xv ABSTRAK..........................................................................................................xviii ABSTRACT............................................................................................ ...............xx BAB I : PENDAHULUAN 8. Latar Belakang Masalah…………........………………...............…1 9. Identifikasi Masalah………….....…..…………………............…..6 10. Pemilihan Masalah…..………….…........……………................…7 11. Pembatasan Masalah……………...….....…………..…............….8 12. Perumusan Masalah…………………………............…..…............9 13. Tujuan Penelitian..............……............…….……………..……….9 14. Manfaat Penilaian...........................................................................10 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II : KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pengertian Hasil Belajar Matematika.........................................12 2. Model Pembelajaran...................................................................18 3. Pembelajaran Kooperatif............................................................19 4. Pembelajaran Kooperatif TipeTAI………………………….....24 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS............................................34 6. Sikap Percaya Diri......................................................................46 B. Penelitian . Relevan........................................................................47 C. Kerangka Berpikir..........................................................................48 D. Hipotesis........................................................................................54 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Eksperimen…......…………..…………….………..……….55 B. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian……….…….……………55 C. Variabel Penelitian.........................................................................56 D. Populasi dan Sampel………………………………………...…...61 E. Metode Pengumpulan Data………………………………………59 F. Desain Penelitian.......................…....……………….……………69 G. Teknik Analisis Data..........…………………….……......……….71 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................................83 B. Deskripsi Data................................................................................85 C. Pengujian Prasyarat Analisis..........................................................87 D. Pengujian Hipotesis........................................................................90 E. Pembahasan Hasil Analisis Data....................................................93 BAB V: KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan.....................................................................................9 B. Implikasi.........................................................................................99 C. Saran.............................................................................................101 9 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................104 LAMPIRAN ........................................................................................................107 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika SMA se Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011.............................................................................................2 Tabel 3.1 Kategori Sekolah Berdasarkan Hasil Try Out I Matematika Tahun Pelajaran 2010/2011...........................................................................59 Tabel 3.2 Interpretasi Angka Indeks Kesukaran.................................................68 Tabel 3.3 Tata Letak Data Pada Analisis Dua Jalan............................................70 Tabel 3.4 Data Amatan Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi.............................77 Tabel 3.5 Rataan dan Jumlah Rataan..................................................................77 Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi.............................................................80 Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal…….............................85 Tabel 4.2 Ringkasan Data Skor Angket Sikap Percaya Diri Belajar Matematika Peserta Didik Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .........................................................................................................87 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas..................................................................88 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Anava Dua Jalan Data Hasil Belajar Matematika....90 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Lanjut…………………………………..……92 Tabel 4.6 Rataan Marginal Data Hasil Belajar Matematika……………..……93 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian................................................................52 Gambar 2 Grafik Distribusi Chi Kuadrat...............................................................71 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB I perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan pendidik itu berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang perkembangannya (Winkel, 2009 : 27). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang mempunyai tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam proses berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi pilar yang kuat dan kokoh dalam suatu negara. Rendahnya kualitas sumber daya manusia salah satunya disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan yang kemungkinan akibat kurang berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan sedang mengalami masa krisis, hal ini dapat terlihat dari data tentang Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas penduduk Indonesia berada pada peringkat 110 dari 173 negara. Peringkat Indonesia ini tergolong rendah. Selain itu Indonesia berada pada posisi yang sangat jauh jika dibandingkan Negara ASEAN seperti Vietnam apalagi Singapura, Malaysia, dan Philipina (http://hrdstat.undp.org/2008). Laporan Trends International Mathematics 1 commit to user and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam bidang matematika dari 48 negara (http://nces.ed.gov/timss/timss/table07) Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami peserta didik di setiap jenjang pendidikan. Menurut Mulyono A, (2003: 11) kesulitan belajar dibedakan antara lain 1) kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities), artinya kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta kesulitan belajar dalam penyesuaian sosial, 2) kesulitan akademik (academic learning disabilities) artinya kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan pencapaian hasil akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Menurut Lerner (dalam Mulyono A, 2003: 259) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan matematika, yaitu 1) Adanya gangguan keruangan, 2) Kesulitan untuk melihat berbagai obyek dalam hubungan kelompok atau set, 3) Kecenderungan anak hanya menghafal tanpa memahami maknanya, 4) Kesulitan anak dalam memahami simbul, 5) Kesulitan dalam membaca dan memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. Berikut disajikan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik pada try out I kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011 seperti tertera pada tabel 1.1 Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota 2 commit to user Kediri. Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sekolah Menengah Atas Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010-2011. NO Nama Sekolah Rata-rata nilai try out 1. SMA Negeri 1 Kediri 4,96 2. SMA Negeri 2 Kediri 5,85 3. SMA Negeri 3 Kediri 4,15 4. SMA Negeri 4 Kediri 4,25 5. SMA Negeri 5 Kediri 4,32 6. SMA Negeri 6 Kediri 3,38 7. SMA Negeri 7 Kediri 4,94 8. SMA Negeri 8 Kediri 3,28 9. SMAK St. Augustinus Kediri 3,54 10. SMA Pawyatan Daha Kediri 3,65 11. SMAK Petra Kediri 3,00 12. SMA Muhammadiyah Kediri 3,00 13. SMA Ar-Risalah Kediri 3,96 14. SMA Kertanegara Kediri 2,21 15. SMA Wahidiyah Kediri 3,44 16. SMA Diponegoro Kediri 2,46 Sumber : Data MKKS SMA Kota Kediri Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata try out matematika yang masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika, diantaranya faktor kualitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang menarik belum mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, peserta didik merasa sikap kurang percaya diri dan selalu berusaha ingin mengetahui hasil kerja teman lain saat menerima tugas dari guru, baik tugas-tugas itu berupa pemahaman konsep, pendalaman materi, latihan, pengayaan maupun pekerjaan rumah. 3 commit to user Dalam rangka melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (KTSP) serta upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran, selama ini guru berperan sebagai tokoh sentral di kelas, untuk selanjutnya peserta didik menjadi pelaku utama dalam pembelajaran. Peran guru diharapkan sebagai fasilitator, artinya yang akan menyediakan fasilitas belajar di kelas. Pada proses pembelajaran matematika suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap materi pokok yang ada. Beberapa alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran diantaranya Teams Assisted Individual (TAI), Think Pair and Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Teams Games Tournament (TGT). Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah atau disebut sebagai matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi peserta didik serta berpedoman pada perkembangan IPTEK. Atas dasar hal tersebut seharusnya guru dapat mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan ketrampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai matematika dalam diri peserta didik. Akhir yang diharapkan dari belajar matematika adalah dapat membawa peserta didik dalam mencapai kedewasaan baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak bukannya putus asa jika tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak bisa memahami konsep dengan cepat. 4 commit to user Berbagai permasalah tersebut diatas dapat diatasi dengan cara guru mampu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, agar peserta didik dapat belajar dengan baik dalam suasana yang menyenangkan pula. Oleh karena itu untuk memciptakan pembelajaran yang menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Menurut Turney dalam Mulyasa (2010 : 69) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil dan besar, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Salah satu materi yang dianggap sulit adalah Limit Fungsi. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian peserta didik yang masih rendah. Pada materi ini peserta didik mengalami kesulitan dalam menghitung nilai limit fungsi. Dalam menentukan limit fungsi di suatu titik dan di titik tak terhingga peserta didik masih kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal-soal karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya. Selain itu peserta didik masih kesulitan dalam memfaktorkan, mengalikan dengan faktor lawan, membagi dengan pangkat tertinggi, dan mengaplikasi sifat-sifat limit fungsi untuk mencari nilai limit suatu fungsi. Dalam mengatasi masalah tersebut penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil dan pembelajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kelompok-kelompok kecil dan mengemban tanggung 5 commit to user jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Model pembelajaran ini diharapkan peserta didik akan lebih memahami apa yang diperoleh karena peserta didik mencari sendiri pengetahuannya tentang materi tersebut. Selain itu peserta didik dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap percaya diri memiliki peranan sangat penting dalam mencapai belajar yang baik. Sikap percaya diri merupakan pola tingkah perilaku kondisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi secara sederhana. Sikap percaya diri merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan peserta didik. Seiring dengan itu guru hendaknya berupaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan percaya diri dalam pembelajaran akan lebih mudah. Dengan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran matematika peserta didik akan lebih memahami dan menghayati penguasaan konsep matematika sehingga hasil belajar dapat optimal. Penerapan model kooperatif menurut penelitian yang selama ini dilakukan terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Seperti yang telah kita ketahui model kooperatif mempunyai banyak tipe yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif dirasakan perlu diterapkan pada pokok bahasan Limit Fungsi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 6 commit to user 1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemampuan awal peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi kemampuan awal peserta didik semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya. 2. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin disebabkan minat belajar peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini dapat diteliti apakah semakin tinggi minat peserta didik dalam belajar matematika tinggi pula hasil belajar matematikanya. 3. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik adalah model yang digunakan guru. Masalah yang muncul terkait dengan ini adalah apakah jika guru menggunakan model interaktif maka hasil belajar matematika peserta menjadi lebih baik. 4. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan intelegensi. Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi integensi peserta didik semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya. 5. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan sikap percaya diri peserta didik yang masih rendah dalam belajar matematika. Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi sikap percaya diri peserta didik dalam belajar matematika semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya. C. Pemilihan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka tidak semua permasalahan diatas dibahas dalam penelitian ini. Peneliti hanya akan melakukan 7 commit to user penelitian yang terkait dengan masalah yang ketiga dan kelima, yaitu permasalahan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id faktor yang mungkin penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik adalah model pembelajaran yang digunakan guru dan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan sikap percaya diri peserta didik yang masih rendah dalam belajar matematika. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah Teams Assisted Individual dan Think Pair Share (TPS) dengan tinjauan sikap percaya diri. D. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran kooperatif TPS pada kelas eksperimen 2. 2. Sikap percaya diri peserta didik yang dimaksud adalah kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan materi dalam pola baru, dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan keberanian berspekulasi dalam belajar matematika. 3. Hasil belajar matematika pada penelitian ini yang dipilih adalah hasil belajar peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran tipe TAI dan TPS pada materi Limit Fungsi kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. 4. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 SMA Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011. 8 commit to user perpustakaan.uns.ac.id E. Perumusan Masalah digilib.uns.ac.id Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah hasil belajar peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi? 2. Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi limit fungsi? 3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TPS yang memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah? F. Tujuan Penelitian Mengingat tujuan merupakan arah dan suatu kegiatan untuk mencapai yang diharapkan dan terlaksana dengan baik dan teratur, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi. 9 commit to user 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi Limit Fungsi. 3. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TPS yang memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah G. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, ruang lingkup masalah dibatasi oleh: 1. Manfaat Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya pada peningkatan hasil belajar matematika peserta didik melalui pembelajaran TAI. Secara khusus penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: a. Dengan pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan sikap percaya diri dalam belajar matematika sehingga akan mempunyai kesempatan dalam meningkatkan hasil belajar matematika masing-masing peserta didik. b. Pembelajaran menggunakan model tipe TAI dimana menekankan kerjasama antar peserta didik sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam mempelajari matematika khususnya pada materi limit fungsi. 10 commit to user 2. Manfaat Praktis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi nyata berupa langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika melalui pembelajaran model TAI. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan mafaat bagi: a) Bagi guru 1. Menumbuhkan kreatifitas guru dalam usaha perbaikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan. 2. Memberikan informasi kepada guru matematika untuk lebih menekankan keterlibatan peserta didik dan memberikan kesempatan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. 3. Membantu guru matematika dalam usaha mencari strategi pembelajaran yang tepat. b) Bagi peserta didik 1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika materi Limit Fungsi. 2. Meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir, tanggung jawab, sikap percaya diri peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 11 commit to user 12 BAB II perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. 1. Kajian Teori Pengertian Hasil Belajar Matematika a. Hakekat Belajar Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman yang didapatkan selama mengikuti pembelajaran berupa diskusi, presestasi dan lain-lain. Belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif baru atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama menurut Briggs (dalam Sumiati, 2007: 40). Menurut Winkel (2009: 56) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Lin Emaly (2006) mendefinisikan berikut: Learning is an active process emphasizing purposeful interaction and the use of knowledge in meaningful environ,ent. Scientific experiments are, by nature, inquiry-based activities: developing scientists must learn to propose hypoteses, design experiments, and select appropriate materials. Many cognitive psychologists have portrayed learning as a process of creating individual meaning and understand from personal experiences, a perspective referred to as commit to user 13 constructivism (artinya belajar adalah suatu proses aktif yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menekankan interaksi penuh tujuan dan penggunaan pengetahuan dalam situasi yang bermakna. Dalam eksperimen ilmu pengetahuan, aktifitas penemuan dasar: mengembangkan ilmu harus belajar dalam mengajukan hipotesis, rancangan percobaan dan pemilihan materi yang sesuai. Banyak teori dari ahli psikologi mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses individu dalam menciptakan tujuan dan memahami pengalaman pribadi, yang dikenal sebagai paham konstruktivisme). b. Teori Belajar Konstruktivisme Kostruksivisme dapa dasanya merupakan sebuah teori tentang orang belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dalam lingkungannya. Menurut Brooks & Brooks (dalam Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses belajar peserta didik yaitu 1) guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian peserta didik 2) Guru memberikan tugas-tugas pada peserta didik yang terarah untuk melatih kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi dan menciptakan 3) guru mendorong siswa untuk berpikir, melalui pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik bertanya pada sesama. Dalam penelitian ini belajar memandang peserta didik sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Untuk membantu pengkonstruksian pengetahuan tersebut diperlukan 1) menumbuhkan sikap percaya diri dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. 2) menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan commit to user 14 pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan kemudahan dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belajar. c. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti suatu proses pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil pembelajarannya, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes. Menurut Hordward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2009: 22) hasil belajar meliputi keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian sikap dan cita-cita. Adapun hasil belajar belajar diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Menurut Mulyono, (2003: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuantujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. Menurut A.J Romiszoski (dalam Mulyono, 2003: 38) hasil belajar merupakan keluaran (out put) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). commit to user 15 Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai peserta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didik melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik yang akan menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap, sedangkan hasil belajar dilihat dari nilai tes atau hasil tes. d. Pengertian Matematika Matematika dapat dibagi atas beberapa cabang antara lain: aljabar, geometri, kalkulus, statistika. Selain itu kita mengenal matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak dan membutuhkan penalaran. Menurut Freudentahl (dalam Depdiknas, 2005 : 29) matematika harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat ditransmisikan sebagai aktivitas manusia (human activity). Pendidikan seharusnya memberikan kesempatan peserta didik untuk “re-invent” (menemukan/menciptakan kembali) matematika melalui praktek (doing it). Dengan demikian dalam pendidikan matematika, matematika seharusnya bukan sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktivitas dalam proses pematematikaan. Menurut Nydam (dalam Elaine, 2007: 278) Matematika adalah merancang dan melakukan percobaan untuk membuktikan atau menyanggah prediksi. Memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan commit to user 16 analisis percobaan, mengatur, menjelaskan dan menyaring informasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id matematis dengan berbagai cara: merenungkan, mengungkapkan secara lisan, mendiskusikan atau menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 723) matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yag digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Guru matematika mempunyai tugas menciptakan lingkungan belajar, memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dalam kegiatan ini termasuk menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur alokasi waktu, menyediakan peralatan pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas. Austin (2007) mengatakan bahwa: This review aimed to investigate the role of different types of interaction (such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with technology) on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance mathematical achievement and more imporantly, higher order mathematical skills (such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition). Improvement of such skill require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other media play an essential role. (artinya pembelajaran matematika memerlukan interaksi baik interaksi antar siswa dengan guru, peserta didik dengan teman sebaya maupun interaksi dengan media lain yang dapat meningkatkan prestasi matematika) commit to user 17 e. Hasil Belajar Matematika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gagne dalam Nana Sudjana (2009: 22) mengkategorikan hasil belajar menjadi lima yaitu 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif, 3) informasi verbal,4) sikap, 5) keterampilan motorik. Hasil belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54 – 60) adalah 1. Faktor Intern a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun dari pengalaman peserta didik. Faktor ini diantaranya adalah panca indra yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya, seperti cacat tubuh, mengalami sakit dan sebagainya. b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman, terdiri atas: 1) Faktor intelektif yang mempunyai potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. 2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, motivasi, emosi dan penyesuaian materi. 2. Faktor ekstern Faktor Ekstern meliputi: 1) Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyatakat dan lingkungan kelompok. commit to user 18 2) Faktor budaya, seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. 4) Faktor spiritual dan keagamaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi adalah hasil yang dikerjakan. telah dicapai dari yang telah dilakukan atau Sedanglan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran matematika yang diberikan pada Sekolah Menengah Atas semester 2 kelas XI pada materi Limit Fungsi yang diukur dari hasil belajar matematika peserta didik maupun keterampilan kooperatif peserta didik. 2. Model Pembelajaran Menurut Degeng (dalam Made Wena, 2008: 2) pembelajaran berarti upaya membelajarkan peserta didik. Kegiatan belajar yang terjadi yang terjadi di sekolah merupakan upaya yang sudah dirancang berdasarkan teoriteori belajar sebagai yang diharapkan dapat maksimal. commit to user 19 Beberapa definisi model pembelajaran menurut beberapa ahli antara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lain, menurut Arent (dalam Trianto, 2007 : 3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2003: 3) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku, film, komputer dan lain-lain. Dalam memilih model pembelajaran guru dituntut untuk menguasai semua model, namun pada saat tertentu kemampuan guru terbatas. Oleh karena itu guru harus cerdik mensiasati dengan model yang sesuai dengan kemampuannya dan juga pemilihan model pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain guru sendiri, fasilitas, peserta didik, tujuan. Dari uraian di atas model pembelajaran diartikan sebagai pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran mulai dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 3. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuantujuan tertentu seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun commit to user 20 demikian penelitian terakhir ini mengidentifikasikan metode pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kooperatif dapat digunakan secara efektif pada tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran termasuk matematika mulai dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah yang lebih kompleks. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama dalam praktek pendidikan. Salah satunya adalah penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta didik dan juga akibat positif lainnya dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan percaya diri serta tumbuhnya kesadaran peserta didik untuk belajar berpikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi masalah karena sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan menuju pengelompokan yang lebih heterogen. Duren Philip E mengatakan bahwa found that small-group cooperative learning emphasized the development of thinking and problem solving skill. One advantage of this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety and competition by creating an environment where student feel safe to make and learn from mistake. Gilbert Macmillan (1983) suggests that another advantage of cooperative learning group is that they give student an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of view and focus on the problem solving process rather than the answer. Maksudnya pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil menekankan perkembangan berpikir dan keahlian memecahkan masalah. Salah satu commit to user 21 keuntungan dari pendekatan ini adalah mengajarkan bahwa pembelajaran ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik menciptakan lingkungan dimana peserta didik merasa aman untuk berbuat dan belajar dari kesalahankesalahan. Menurut Gilbert Macmillan bahwa keuntungan lain dari pembelajaran kooperatif adalah para guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya pada proses pemecahan masalah. Menurut Slavin (2009: 8) belajar kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam proses pembelajaran, kadang dapat terjadi bahwa penjelasan dari teman lebih mudah dimengerti daripada penjelasan dari guru. Sering terjadi bahwa ternyata peserta didik mampu melaksanakan tugas untuk menjelaskan dengan baik ide-ide matematika yang sulit kepada peserta didik lainnya dengan mengubah penyampaiannya dari bahasa guru kepada bahasa yang digunakan teman sebayanya sehari-hari. Noorchaya Yahya and Kathleen Huie, (2002) In planning cooperative learning, teachers take several roles, First, teachers make pre-instructional decisions about grouping students and assigning appropriate tasks. Teachers have to be able to explain both the academic task and the cooperative structure to students and then must and intervene when necessary. Finally, the techer is also the one who is responsible for evaluating student learning and effectiveness of each group”s work. (Dalam merencanakan pembelajaran kooperatif, guru memegang beberapa peran. Pertama membuat rencana pra-pembelajaran tentang pengelompokan commit to user 22 peserta didik dan pemberian tugas yang sesuai. Guru harus dapat menjelaskan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tugas akademis dan struktur kooperatif kepada peserta didik dan kemudian memonitor dan turun tangan bila perlu. Akhirnya, guru juga harus bertanggung jawab mengevaluasi pembelajaran peserta didik dan keefektifan kerja masingmasing kelompok) Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, dalam belajar kooperatif ada dorongan yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan efektif diantara anggota kelompok. Apabila peserta didik ingin anggota timnya berhasil, mereka akan mendorong untuk menjadi lebih baik dan akan membantu mereka yang berkesulitan. Sering kali, peserta didik mampu melakukan gagasan-gagasan yang sulit satu sama lain dengan menterjemahkan bahasa yang digunakan guru kedalam bahasa anak-anak. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling membantu untuk memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki pekerjaan teman serta kegiatan lainnya, dengan tujuan mencapai hasil belajar yang tinggi. Ditanamkan pemahaman kepada peserta didik bahwa tugas belum selesai jika anggota kelompok belum menguasai dan memahami pembelajaran. Menurut Arent (1997: 111) dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan pembelajaran yaitu: 1) hasil akademik, 2) penerimaan pendapat yang beragam, 3) pengembangan. Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 45) pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan ataupun pusat media. commit to user 23 Model perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai digilib.uns.ac.id berikut: 1) Meningkatkan kemampuan peserta didik. 2) Meningkatkan sikap percaya diri 3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada. 4) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama). Salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruksi dalam bentuk kelaskelas sosial menurut Owens Kay dkk (1998) adalah A key feature of the approach was the interactive construction of a set of social norms within the class : Activities will consist of problem for student, when working in small groups, student are expected to develop solution to the activities cooperatively and to reach conssensus on these solutions, students are expected, as a small group, to explain and defend their solutions or attempts at solutions to the whole class while other student indicate their agreement or disagreement or alternative solutions, the whole class in expected to see itself as community of validators and is expected to work towards a solition or solutions which can be taken-as-share. It is not the teacher's role to validate solutions. (artinya salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruktif dalam kelas antara lain: Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pemecahan masalah, bekerjasama dalam kelompok kecil, peserta didik mengharapkan pemecahan masalah dalam aktifitas kooperatif dan dapat menyajikan pemecahan masalah, Peserta didik mengharapkan dalam kelompok kecil dapat menyelesaikan masalah dan dapat bertukar pendapat dengan peserta didik lain, Dalam lingkup kelas mengharap dapat melihat sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri serta dapat commit to user 24 berbagai dengan teman-temannya. Dan bukan pada aturan guru dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyelesaikan masalah) Dari uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka secara aktif meningkatkan kemampuan berpikir dengan adanya masalah yang diberikan guru dan harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka baik secara individu maupun kelompok. Menurut Slavin (1995: 5) terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif yaitu : STAD, TAI, Jigsaw, TGT, CIRC. Pada hakekatnya semua tipe pembelajaran kooperatif melibatkan suatu tugas yang memungkinkan peserta didik untuk saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas kolektif tersebut. 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individual (TAI) a. Pembelajaran kooperatif Tipe TAI Model Pembelajaran menurut Sukamto (dalam Kuntjoko, 2009: 1) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen yang saling berhubungan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta peserta commit to user 25 didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membuat keputusan kelompok, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mempunyai latar belakang berbeda. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam belajar secara kooperatif peserta didik tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya seperti pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik dalam berdiskusi. Model pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dimana terdapat seorang peserta didik yang mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual peserta didik lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang konduksif bagi peserta didiknya. Model pembelajaran TAI akan memotivasi peserta didik agar saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara individu dapat dipecahkan bersama dengan asisten serta bimbingan guru. kesulitan pemahaman konsep dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari setiap individu ditentukan oleh commit to user keberhasilan kelompok. Model 26 pembelajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan peserta didik. TAI merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan program pengajaran secara individual , model ini memberikan tekanan efek sosial dari belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui tahapan yang meliputi : 1) Tes Penempatan atau tes awal Peserta didik diberi tes permulaan program. Soal yang diberikan berkenaan dengan materi yang sudah diajarkan seperti memfaktorkan, menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan penyebut. Hal ini dianggap perlu untuk keberhasilan suatu pengajaran yang direncanakan. Adapun tujuannya untuk mengetahui kelemahan peserta didik pada materi yang akan dipelajari dan akan memudahkan guru dalam memberikan batuan yang diperlukan. 2) Pembentukan kelompok (Team) Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4 atau 5 peserta didik. Anggota kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) berdasarkan hasil tes ulangan sebelumnya. Kelompok yang dibentuk heterogen, yang mewakili akademis dalam tes sebelumnya, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut commit to user 27 belajar dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggotanya dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengerjakan tes dengan baik. 3) Pemberian Bahan Ajar Peserta didik mempelajari bahan ajar yang meliputi penjumlahan, pengurangan, pengurangan, perkalian, pembagian, memfaktorkan, menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan bentuk akar. Pada tahap ini guru mempersiapkan unit-unit perangkat pembelajaran. Masing-masing unit terbagi dalam: a) Satu lembar petunjuk, berisi tinjauan konsep yang diperkenalkan oleh guru dalam pembelajaran kelompok dan pemberian model secara bertahap dalam penyelesaian masalah. b) Beberapa lembar keterampilan praktis. c) Tes formatif. d) Tes unit. e) Lembar jawaban untuk praktek keterampilan, tes formatif dan tes unit. 4) Belajar dalam kelompok Setelah melaksanakan tes awal, para peserta didik diberikan suatu unit pembelajaran matematika secara individual. Unit-unit tersebut dicetak dalam bahan ajar dan peserta didik mengerjakan unit-unit tersebut dalam kelompok masing-masing dengan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut: a. Peserta didik membentuk pasangan atau bertiga dalam suatu kelompok untuk pengecekan. commit to user 28 b. Peserta didik membaca lembar petunjuk dan meminta teman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sekelompok atau guru untuk membantu jika diperlukan, kemudian mereka mulai dengan keterampilan yang praktis dalam unit tersebut. c. Peserta didik mengerjakan misalnya 4 soal pertama, dengan menggunakan keterampilannya sendiri dan kemudian meminta seorang teman dalam satu kelompok untuk memeriksa jawabannya. Jika ke 4 soal tersebut benar boleh meneruskan pada praktek keterampilan berikutnya, bila ada yang salah, peserta didik harus mencoba soal berikutnya, dan seterusnya. Jika ada peserta didik yang masih kesulitan disarankan untuk meminta bantuan teman sekelompok, sebelum meminta bantuan guru. d. Jika peserta didik mendapat soal blok dengan 4 soal dijawab benar peserta didik tersebut akan ikut tes formatif yang menyerupai praktek keterampilan terakhir. Pada tes formatif ini, peserta didik bekerja sendiri sampai selesai. Kemudian seorang teman sekelompok memberi skor tersebut, jika peserta didik mendapat 2 atau lebih jawaban benar, teman sekelompok menandai tes tersebut untuk menunjukkan bahwa peserta didik tersebut lulus dan berhak mendapat tes unit. Tetapi bila tidak mendapat jawaban 2 atau lebih benar, guru dipanggil untuk menanggapi soal-soal tersebut. Guru mungkin menyuruh peserta didik tersebut untuk mengerjakan item-item praktek tertentu. Kemudian peserta didik diperbolehkan ikut tes unit. commit to user 29 Tidak ada peserta didik yang diperbolehkan mengambil tes unit perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sampai dia diluluskan oleh teman sekelompoknya pada tes formatif. e. Peserta didik menyelesaikan tes unit yang merupakan tes akhir untuk menentukan kriteria kelompok. 5) Nilai kelompok dan penghargaan kelompok Setiap akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini berdasarkan jumlah rata-rata yang diperoleh anggota kelompok dari testes unit. Adapun kriteria untuk prestasi kelompok 1) kriteria tinggi untuk kelompok super (super team), 2) kriteria menengah untuk kelompok hebat (great team) dan 3) kriteria minimum untuk kelompok baik ( good team). Kelompok-kelompok super dan hebat memperoleh penghargaan yang menarik. 6) Kelompok pengajaran Setiap tatap muka guru mengajar selama 10 menit atau 15 menit, memberikan pengajaran prasyarat sebelum pembelajaran berlangsung. Pengajaraan ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep utama pada peserta didik dan dirancang membantu peserta didik memahami hubungan antara matematika yang dipelajari dengan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Guru memberikan pengajaran kepada peserta didik dari kelompok berbeda sebelum mengajarkan dalam kelompoknya pada unit-unit individual. Pada saat guru mengajar dalam pengajaran kelompok, peserta lain melanjutkan bekerja secara kelompok tentang unit individual. Pengajaran langsung commit to user 30 (tatap muka) pada kelompok-kelompok pengajaran yang dilakukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam pengajaran individual peserta didik harus bertanggung jawab untuk memeriksa memahami materi serta bekerja secara bertahap dan konsisten. Dengan demikian peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dengan memperhatikan kemajuan dari setiap anggota kelompok yang merupakan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan suatu tugas. 7) Informasi materi essensial. Guru mengulas sedikit materi yang telah dipelajari, memfasilitasi peserta didik membuat rangkuman, memberikan penegasan pada materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya. 8) Tes formatif Tes formatif merupakan tes yang dilakukan setelah beberapa sub pokok bahasan diajarkan. Setelah tiga minggu guru menghentikan program individual dalam menyelesaikan tes dan menggunakan waktu satu minggu untuk mengajar tentang strategi pemecahan masalahmasalah yang belum dikuasai oleh peserta didik. b. Persiapan Pembelajaran Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TAI meliputi: persiapan materi, pengelompokan peserta didik dalam tim. 1. Persiapan materi Materi dirancang sehingga commit to user sesuai dengan pembelajaran 31 kooperatif perpustakaan.uns.ac.id perangkat tipe TAI. Rancangan tersebut tertuang dalam sebuah digilib.uns.ac.id pembelajaran yang terdiri dari: bahan ajar, rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa dan lembar tes unit. 2. Pengelompokan siswa dalam tim Setiap anggota kelompok beranggotakan 4 sampai 5 peserta didik yang terdiri dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal ini guru yang menentukan anggota setiap kelompok serta mempertimbangkan pula jenis kelamin, ras dan etnis. c. Langkah-langkah dan Aktivitas Pembelajaran Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pemberian bahan ajar dan LKS, pembentukan kelompok, peserta didik belajar dalam kelompok, peserta mengerjakan tes unit dan pemberian penghargaan kelompok. Uraian aktivitas dari masing-masing langkah adalah : 1) Pemberian bahan ajar dan LKS Pada langkah ini diperlukan a) bahan ajar yang memuat tujuan pembelajaran dan materi pelajaran, b) LKS, c) Tes unit. 2) Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4 - 6 peserta didik yang heterogen, kemudian membentuk pasangan-pasangan untuk pengecekan. Pembentukan kelompok dapat dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung. 3) Peserta didik belajar dalam kelompok Setelah peserta didik menerima bahan ajar, kemudian mempelajari commit to user 32 materi secara individu. Jika peserta didik kurang memahami bahan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ajar, maka peserta didik bertanya kepada teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru. Guru siap membimbing peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang mengalami kesulitan. 4) Peserta didik mengerjakan LKS Setelah peserta didik memahami bahan ajar, dilanjutkan dengan mengerjakan LKS yang berisi soal keterampilan praktis yang berisi dua bagian. Ketika peserta didik mengerjakan soal bagian satu, peserta didik diperkenankan bertanya kepada teman satu kelompok agar memperoleh jawaban yang benar, peserta didik melakukan pengecekan terhadap hasil jawaban teman pasangannya. Apabila masih mengalami kesulitan guru memberikan bimbingan dan setelah memperoleh beberapa jawaban benar yang telah ditetapkan, peserta didik melanjutkan mengerjakan soal bagian dua dan harus mengerjakan secara individual. Pada tahap ini peserta didik tidak diperkenankan bertanya kepada teman, tetapi apabila peserta didik belum memperoleh beberapa jawaban benar seperti yang telah ditentukan maka guru akan menindaklanjuti peserta didik yang masih bermasalah. 5) Peserta didik mengerjakan tes unit Tahap ini dilakukan setelah peserta didik memperoleh jawaban benar pada LKS bagian dua yang telah ditetapkan. Pada tes unit peserta commit to user 33 didik mengerjakan soal secara individual sampai selesai. Tes unit ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digunakan sebagai dasar pemberian skor kelompok. 6) Pemberian penghargaan kelompok Skor tes unit yang diperoleh secara individu dalam satu kelompok dijumlahkan untuk menentukan penghargaan kelompok. Kelompok terbaik yang memiliki skor tertinggi dinamakan kelompok Super (Super team), skor berikutnya dinamakan kelompok hebat (Great team) dan skor minimum dengan kelompok baik (Good team). d. Kelebihan dan kelemahan penbelajaran kooperatif tipe TAI Slavin (1995: 190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain: a) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengolahan rutin. b) Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar kelompok- kelompok kecil. c) Pelaksanaan program baik untuk guru maupun peserta didik cukup sederhana. d) Peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi secara tepat dan akurat. e) Para peserta didik dapat melakukan pengecekan satu sama lain. f) Program ini sangat membantu peserta didik yang berkemampuan lemah. Adapun kelemahan pembelajaran TAI antara lain, dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk pembuatan perangkat commit to user 34 pembelajaran. Apabila peserta didik dalam kelas cukup banyak maka guru perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id akan mengalami kesulitan membimbing peserta didik yang membutuhkan bimbingan, sehingga diperlukan beberapa guru dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut. 5. Pembelajaran kooperatif tipe TPS Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran yang diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements (1991) mengatakan bahwa Participation in cooperative learning experiences can enhance academic achievement and cognitive growth, motivation and positive attitudes toward learning, social competence, and interpersonal relations. Furthermore, cooperative learning has been used effectively across a wide range of contain areas, including mathematics, reading, language arts, social studies and science. Artinya keikutsertaan dalam pengalaman belajar kelompok dapat menambahkan penyelesaian akademis dan perkembangan teori, sikap, motivasi yang positif dalam belajar, kemampuan social dan hubunganhubungan antar pribadi. Selainitu belajar kelompok telah dipergunakan secara efektif antara lain dalam matematika, bacaan, seni, bahasa, ilmu kemasyarakatan dan pengetahuan. Menurut Nurhadi dan Senduk (dalam Kuntjoko, 2009: 15) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan. Elemeneleman yang sekaligus merupakan karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut; commit to user 35 1) Saling ketergantungan positif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling membutuhkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama peserta didik saling memberikan motivasi untuk meraih yang optimal yang dicapai. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog yang dilakukan bukan hanya antara peserta didik dengan guru tetapi juga antara peserta didik dengan peserta didik. 3) Akuntabilitas Individual Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk belajar kelompok, namun penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar secara individu. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin hubungan antar pribadi dikembangkan, pengembangan kemampuan tersebut dilakukan dengan melatih peserta didik untuk bersikap tenggang rasa, sopan, mengkritik ide bukan pribadi, tidak mendominasi pembicaraan, menghargai pendapat orang lain. Model pembelajaran tipe TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi balajar mengajar yang dirancang untuk memotifasi minat commit to user 36 peserta didik dan membantu gagasan-gagasan atau ide yang dilakukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan mengajar dalam model ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu, melainkan perolehan pembelajaran akan lebih baik dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstuktur dengan baik. Menurut Trianto (2007: 49-63) ada lima variasi dalam model pembelajaran kooperatif antara lain: 1. STAD (Student Teams-Achievement Divisions) Dalam pembelajaran STAD peserta didik ditempatkan dalam team belajar dalam kelompok yang campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian peserta didik bekerja dalam team dan memastikan bahwa seluruh anggota team telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh peserta didik diberikan tes tentang materi yang diberikan, pada saat tes peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu dan nilai tes tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu maupun kelompok. 2. Jigsaw Dalam pembelajaran jigsaw, peserta didik dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan kelompok “asal” dan kelompok “ahli”. Setiap kelompok “asal” diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari materi yang commit to user 37 diberikan. Kemudian setiap peserta didik yang mempelajari topik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok “ahli” untuk bertukar penapat dan informasi. Setelah itu peserta didik tersebut kembali ke kelompok “asal” untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap peserta didik diberi tes secara individu. Penilaian atau penghargaan yang digunakan pada jigsaw sama dengan STAD. 3. Investigasi Kelompok (Group Investigation) Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif dimana setiap peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Model pembelajaran kooperatif ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit untuk diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran kemudian melaksanakannya dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu, dan melakukan penyelidikan, menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. 4. Pendekatan Struktural (Structural Approach). Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siwa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan tersebut memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola kreatif peserta didik dan saling membantu dalam commit to user 38 kelompok perpustakaan.uns.ac.id kecil. Ada dua tipe pendekatan struktur yang digilib.uns.ac.id dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu: a) Think-Pair-Share, yaitu model pembelajaran yang menggunakan suatu model yang bertujuan memberi peserta didik banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Model ini mempunyai tiga tahapan penting yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Pairing), dan berbagi (Sharing). Penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada paragraf selanjutnya. b) Number-Head- Together (NHT) yaitu model pembelajaran yang menggunakan suatu model yang melibatkan banyak peserta didik dalam menelaah materi pelajaran. Model ini bertujuan untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi materi pelajaran tersebut. Model pembelajaran NHT terdiri dari empat langkah utama, antara lain penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi yang diajarkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe “Think-Pair-Share”. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan di Universitas Maryland. Pada model pembelajaran ini memberika pada peserta didik untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama yang lain. commit to user 39 Model pembelajaran tipe “Think-Pair-Share”, mula-mula peserta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didik berpikir dan mencatat secara individu, kemudian mereka bekerja berdua-dua untuk membuat beberapa pertimbangan untuk mendukung pemikiran mereka pada suatu permasalahan tertentu. Selanjutnya dua pasangan bekerjasama untuk mendapatkan suatu kesepakatan yang saling mendukung dan mensarikan beberapa pertimbangan mereka untuk permasalahan tersebut. Dan akhirnya masing-masing kelompok berbagi kesimpulan dan argumentasi pendukungnya dengan keseluruhan kelas. Model pembelajaran ini memerlukan semua peserta didik di dalam kelas untuk praktek penulisan, pemikiran, mendengarkan dan keterampilan menyampaikan materi. Langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam pendekatan struktural TPS adalah sebagai berikut: 1) Tahap pertama : Think (berpikir) Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri dalam beberapa saat. 2) Tahap kedua : Pair (berpasangan) Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari pertanyaan atau ide jika persoalan telah diidentifikasi. 3) Tahap ketiga : Share (berbagi) Pada tahap akhir guru meminta pada pasangan untuk berbagi commit to user 40 pada seluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini akan efektif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai kurang lebih seperempat pasangan mendapat kesempatan melaporkannya. Pada tahap ini akan menjadi lebih efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS adalah bersifat hipotesis (hanya perkiraan sementara). Kenyataa.nnya dalam pelaksanaanya tergantung dengan kemampuan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Berdasarkan tahap-tahap diatas peneliti menyimpulkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru mengorganisasikan kelas untuk belajar dan mengarahkan peserta didik untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari dirumah. 2. Guru mengingatkan peserta didik, materi prasyarat dan memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari peserta didik. 3. Guru membagi LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan peserta didik untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas atau mengerjakan tugas secara mandiri. 4. Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 – 4 orang dalam tiap kelompok. commit to user 41 5. Peserta didik berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri. 6. Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan peserta didik tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa peserta didik mendapat kesempatan untuk melaporkan, minimal seperempat dari jumlah seluruh pasangan dalam kelas tersebut, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia. 7. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe “Think- Pair Share” adalah sebagai berikut: Kelebihan: 1. Adanya interaksi antara peserta didik melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. 2. Peserta didik yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai samasama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. 3. Kemungkinan peserta didik mudah memahami konsep dan memperoleh kesimpulan. commit to user 42 4. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keterampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Kelemahan: 1. Peserta didik yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari peserta didik yang kurang pandai. 2. Diskusi tidak berjalan lancar jika peserta didik hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai. 3. Tidak semua topik dapat dijadikan bahan diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. 4. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang pandai. 5. Sikap percaya diri 1) Pengertian sikap Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya terhadap suatu obyek atau kejadian di sekitarnya. Sikap ini merupakan suatu bentuk belajar tersendiri yang selalu diharapkan didalam suatu proses belajar. Komponen sikap antara lain adalah 1) kognitif, karena seseorang memerlukan adanya konsistensi didalam tingkah laku /sikapnya. 2) efektif, yang dapat berupa positif atau negatif dan 3) tingkah laku, yang ditentukan oleh situasi pada saat tertentu dan dapat saja tidak konsisten dengan sikap yang sesungguhnya. commit to user 43 Menurut Galbraith dan Hainer (1998) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Attitude may be seen as the result of emotional reactions that have been internalised and automatized (McLeod, 1989a) to generate feelings of moderate intensity and reasonable stability. Marshall (1989) has hypothesized a cognitive mechanism for attitude development situated in the network concept of human memory (Anderson, 1983, 1995). Here attitude represents the evocation of stored affective memories, involving a dispassionate response. artinya sikap mungkin dilihat sebagai hasil dengan reaksi emosional merupakan faktor dari dalam dan otomatis (Mc Leod, 1989a) untuk menghasilkan rasa dari intensitas moderator dan kemantapan yang layak. Marshaal (1989) telah mengadakan hipotesis satu mekanisme teori untuk membangun sikap terletak pada konsep jaringan dari ingatan manusia (Anderson, 1983, 1995). Di sini sikap awal dimunculkan dengan ingatan secara cenderung menyimpan, melibatkan satu tanggapan yang menyenangkan. Beberapa pengertian tentang sikap yang dikemukakan oleh para ahli dalam bukunya Saifuddin Azwar (2003 : 4) antara lain: a) Louis Thurston mengatakan bahwa sikap adalah derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek dengan cara-cara tertentu. b) Secord dan Backman mendefinisikan bahwa sikap adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. c) Rosenberg dan Hovland mendefinisikan mengenai sikap dengan menempatkan ketiga komponen afektif, koknisi sebagai faktor jenjang pertama dalam suatu model hirarkis. Kemudian dalam abstraksi yang commit to user 44 lebih tinggi membentuk konsep sikap sebagai faktor tunggal jenjang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kedua. 2) Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, yang baik untuk diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang dihadapinya. Percaya diri yang tinggi sebenarnya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu bahwa ia merasa memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bias karena didukung oleh pengalaman, potensi actual, hasil serta harapan yang realistic terhadap diri sendiri. Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah berikut ini, a) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain. b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain berani menjadi diri sendiri. d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) e) Memiliki internal locus control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah commit to user 45 menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung/mengharap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bantuan orang lain. f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luas dirinya. g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap maqmpu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Adapun karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya sebagai berikut; a) Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapat pengakuan dan penerimaan kelompok. b) Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan. c) Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri namun dilain pihak, memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri. d) Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif. e) Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil. f) Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue) diri sendiri. g) Selalu menempatkan/memosisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu. commit to user 46 h) Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain. 3) Sikap percaya diri Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri adalah kondisi bagian diri seseorang dalam bentuk konsistensi yang dapat berupa positif atau negatif pada saat atau situasi tertentu untuk dikembangkan secara baik dan maksimal. Sikap percaya diri merupakan segala sesuatu yang diinginkan individu atas keberadaannya dengan perasaan senang dan kecenderungan yang dinamik. Maka perasaan senang dan percaya peserta didik untuk menentukan tindakan memahami obyek (mata pelajaran matematika). Menurut MOYRA RUFFELL, JOHN MASON and BARBARA ALLEN (1998) We began with the implicit assumption that there is a ‘something’ which is labelled attitude, and that is a multidimensional construct with three interwoven components: cognitive, affective and conative: (Ajzen, 1988 and Triandis, 1971) cognitive: expressions of beliefs about an attitude object, affective: expression of feelings towards an attitude object, and conative: expressions of behavioural intention _ _ Artinya kita memulai dengan pengertian tersamar dimana terdapat sebuah sesuatu hal yang dinamakan sikap, dan yang merupakan satu susunan multidimensional dengan tiga komponen yang saling terkait:yaitu kognitif, afektif dan konatif: (Ajzen, 1988 dan Triandis, 1971) kognitif: ekspresi dari suatu pemikiran tentang suatu objek sikap, afektif: ekspresi dari suatu perasaan terhadap sesuatu ekspresi yang berupa perilaku. commit to user 47 Sikap percaya diri dalam penelitian ini meliputi 1) Kemampuan mengingat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kembali fakta dan informasi. 2) Kesungguhan menjelaskan kembali materi kedalam pola baru/berbeda. 3) Kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru.: yaitu dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan merupakan pengungkapan sesuatu hal yang baru, b) Berani berspekulasi dan menyatakan hipotesis. B. Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatkan kualitas pembelajaran matematika antara lain: a) B. Subandriyo (2009) melakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika melalui pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap percaya diri. Dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa metode inkuiri mengakibatkan hasil belajar lebih tinggi baik pada peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah. Kesamaan dari penelitian ini adalah menggunakan tinjauan yang sama yaitu sikap percaya diri peserta didik. b) Dhian Endahwuri (2009) melakukan penelitian mengenai model pembelajaran tipe TAI ditinjau dari keaktifan siswa. Dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa model TAI lebih baik dari model TPS jika ditinjau dari keaktifan siswa adapun kesamaan dari penelitian ini adalah model pembelajaran yang dipakai sebagai eksperimen adalah model pembelajaran TAI dan model pembelajaran TPS. c) Sri Adi Widodo melakukan penelitian mengenai model pembelajaran tipe TAI ditinjau dari kemampuan awal siswa. Dari penelitian ini memberikan commit to user 48 kesimpulan bahwa model TAI lebih baik dari MPL (Model Pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Langsung) jika ditinjau dari kemampuan awal siswa. Dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa model pembelajaran TAI lebih baik dari MPL. Kesamaan dari penelitian ini yang dipakai model pembelajaran TAI. C. a. Kerangka Berpikir Kaitan antara model pembelajaran tipe TAI, model pembelajaran TPS dengan hasil belajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik, sedangkan pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat akan menghambat tujuan pembelajaran. Para pengajar hendaklah mempelajari dan menambah wawasan tentang berbagai macam model pembelajaran dengan menguasai beberapa model pembelajaran akan merasakan adanya kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran tipe Teams Assisted Individual (TAI) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, pembelajaran secara individul dan klasikal yang menekankan kolaborasi antar peserta didik. Dalam pembelajaran model ini peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan penunjukkan salah satu peserta didik sebagai asisten, sehingga peserta didik yang kurang mampu dalam kelompok mendapat bantuan dari asisten selain itu guru akan mengajar dalam kelompok-kelompok kecil tersebut. Pembelajaran klasikal masih tampak tetapi sudah tidak dominan lagi karena penekananya kolaborasi pada peserta didik, dalam hal ini guru akan memberikan bantuan langsung pada kelompok yang mendapat permasalahan sehingga peserta didik yang mempunyai kemampuan kurang akan commit to user 49 terbantu dalam proses oleh asisten dan guru. Guru akan memberikan penjelasan jika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kerja kelompok yang dibantu asisten menemui jalan buntu dan inilah pembelajaran klasikal tampak tetapi tetap menekankan kolaborasi antar peserta didik. Dalam TAI belajar dalam kelompok dapat menumbuhkan rasa solidaritas antar anggota karena apabila ada anggota kelompok yang belum memahami materi maka asisten akan berusaha untuk memberikan penjelasan kepada temannya dengan bahasa yang mungkin lebih dipahami. Selain itu penghargaan dalam kelompok akan memacu dalam bersaing baik antar kelompok maupun antar individu dalam kelompok, sehingga pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna. Dalam pembelajaran TAI peserta dimungkinkan mempersiapkan diri terlebih dahulu materi di rumah kemudian diulang lagi dalam pembelajaran di sekolah karena persaingan individu dalam kelompok serta persaingan antar kelompok dapat terjadi. Keunggulan dari model pembelajaran TAI peserta didik terlibat aktif pembelajaran secara individu dengan tidak mengabaikan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan dan berbagi merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Dalam pembelajaran ini peserta didik diberi lebih banyak waktu untuk berpikir untuk saling merespon dan saling membantu dalam kerja kelompok. Dalam pembelajaran ini guru memberikan permasalahan, melengkapi penyajian singkat dari peserta didik yang memperoleh tugas. Kemudian guru meminta peserta didik untuk berbagi dengan keseluruhan kelas membahas apa yang telah dibicarakan. Dalam diskusi kelompok ini adakalanya peserta didik memberikan pemikiran yang salah ketika bekerja dalam kelompok commit to user 50 tersebut sehingga diperlukan waktu yang lebih panjang dalam menekankan konsep perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id benar pada peserta didik. Hasil belajar matematika peserta didik dapat dipengaruhi oleh pemilihan model pembelajaran yang tepat, karena dapat menumbuhkan dan merangsang peserta didik untuk mau berpikir lebih keras dengan segenap kemampuannya dalam menemukan sendiri konsep yang diberikan lewat kerja dalam kelompok dan juga bekerjasama dalam kelompok baik secara individu maupun hasil berpikir bepasangan yang telah dilakukan. Peserta didik akan berpartisipasi secara aktif dalam kelompokkelompok tersebut sehingga dapat tercipta pembelajaran yang menyenangkan tanpa dibayangi rasa takut apabila konsep yang mereka temukan kurang benar. Dengan model pembelajaran tipe TAI diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik yang pada akhirnya dapat akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Model pembelajaran TAI memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada TPS b. Kaitan dari sikap percaya diri dengan hasil belajar. Disamping model pembelajaran, hasil belajar peserta didik juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain, dalam hal ini peneliti akan mencoba untuk melihat dari sikap percaya diri peserta didik ketika guru mengajar di kelas. Ketika proses belajar mengajar peserta didik memahami, memeriksa, mencoba, menemukan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru termasuk beberapa tes maka sikap percaya diri peserta didik diharapkan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar. Dengan demikian hasil belajar merupakan perwujudan pelaksanaan suatu proses belajar dengan model pembelajaran dan faktor intern peserta didik dalam hal ini commit to user 51 sikap percaya diri peserta didik itu sendiri. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sikap percaya diri peserta didik dalam belajar matematika setiap peserta didik berbeda. Ada yang memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah. Dengan adanya sikap percaya diri tinggi dalam belajar matematika tentunya akan lebih mudah dalam menerima materi ajar, tetapi sikap percaya diri sedang dan rendah maka materi ajar akan lebih sulit untuk diterima peserta didik. Bagi peserta didik dengan sikap percaya diri rendah, biasanya tidak berusaha untuk mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapi dan kecenderungan peserta didik sekedar menyalin pekerjaan. Hal ini lebih diperburuk lagi jika model pembelajaran yang diterapkan berdampak negatif dalam menumbuhkan sikap percaya diri tersebut. Sikap percaya diri peserta didik harus ditumbuhkan dan dikembangkan oleh pihak lain dalam hal ini guru yang berperan dengan cara memilih model pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. Pembelajaran tersebut menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan, peserta didik lebih terpacu untuk bekerjasama dalam kelompok belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika terutama peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah hasil belajarnya akan lebih baik. c. Kaitan antara sikap percaya diri dan model pembelajaran terhadap hasil belajar Dari penjelasan di atas bahwa peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi mampu membuat mencoba, memahami, memeriksa, mencoba, menemukan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru sehingga apabila memperoleh pembelajaran dengan model TAI maupun TPS akan memperoleh hasil belajar matematika yang sama baik. Sedangkan peserta didik dengan sikap percaya commit to user 52 diri sedang dan rendah akan yang mendapat model pembelajaran tipe TAI akan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mendapat model pembelajaran tipe TPS. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran tipe TAI peserta didik dengan sikap percaya diri sedang dan rendah akan mendapat bantuan dari teman yang ditunjuk sebagai asisten selain itu guru memberikan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan diterapkannya model pembelajaran tipe TAI akan memberikan kesempatan pada peserta didik peserta didik dengan sikap percaya diri sedang dan rendah untuk belajar dalam kelompok secara individu sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada TPS karena dalam pembelajaran TAI peserta didik yang kurang pandai mendapat bantuan dari teman yang dipilih sebagai asisten dan jika masih belum memahami konsep tertentu guru akan memberikan pembelajaran secara individu kepada peserta didik, sedangkan model pembelajaran tipe TPS peserta didik berpikir tentang materi hanya bersama pasangan-pasangannya. Dengan demikian proses pembelajaran dapat lebih bermakna dan berlangsung menyenangkan karena peserta didik yang kurang pandai merasa terbantu dan peserta didik yang pandai tidak akan mendominasi kelompok sehingga akan mengakibatkan peserta didik kurang pandai menjadi minder. Kondisi pembelajaran tersebut dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan, peserta didik lebih terpacu untuk bersama-sama bekerja dalam kelompok dan dapat memberi kontribusi pada kelompoknya. Perhatian peserta didik dalam menerima materi meningkat, sikap percaya diri juga dapat dilatih sehingga tidak ada keragu-raguan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi commit to user 53 limit fungsi sehingga peserta didik nantinya mampu menyelesaikan soal-soal limit perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sehingga akan meningkatkan hasil belajar matematika. Dalam model pembelajaran tipe TPS peneliti menduga bahwa model pembelajaran tipe TAI akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran tipe TPS jika ditinjau dari sikap percaya diri baik tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan pemikiran di atas digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian sebagai berikut: SIKAP PERCAYA DIRI HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN Gambar 2. 1: Kerangka berpikir penelitian Keterangan: Model Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI 2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS Sikap Percaya Diri peserta didik 1. Sikap percaya diri tinggi 2. Sikap percaya diri sedang 3. Sikap percaya diri rendah commit to user 54 perpustakaan.uns.ac.id D. HIPOTESIS digilib.uns.ac.id Berdasarkan tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi Limit Fungsi. 2. Hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi Limit Fungsi. 3. Hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi sama baiknya dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI maupun TPS, sedangkan peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah dengan menggunakan model pembelajaran TAI memperoleh hasil belajar matematika lebih baik daripada peserta didik yang memperoleh model pembelajaran tipe TPS. commit to user 55 BAB III perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI diberikan pada kelas eksperimen 1, sedang model pembelajaran kooperatif TPS diberikan pada kelas eksperimen 2, ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Limit Fungsi. B. 1. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Kota Kediri dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 yaitu SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri dan SMAK Santo Augustinus Kediri. Sekolah yang dipilih ada tiga sekolah yang termasuk dalam kategori tinggi (SMA Negeri 7 Kediri), sedang (SMAK St Augustinus), dan rendah (SMA Negeri 8 Kediri) berdasarkan hasil rataan nilai try out I matematika SMA tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan di SMA Negeri 7 selain commit to user kelas eksperimen. 56 2. Waktu Penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian dilaksanakan pada semester dua bulan Pebruari sampai dengan Mei tahun pelajaran 2010/ 2011. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut a) Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta pengajuan ijin penelitian. Tahap ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Pebruari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. b) Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen, pengumpulan data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini direncanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011. c) Analisis Data Analisis data dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Juni 2011. d) Tahap Penyusunan Laporan Tahap ini mulai dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan Mei 2011 selesai Juni 2011. C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta didik, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar commit to user 57 matematika peserta didik. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebagai berikut: 1. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah tes hasil belajar matematika peserta didik. a. Definisi operasional Hasil belajar matematika adalah skor yang diperoleh peserta didik dari hasil tes setelah mengikuti proses pembelajaran model TAI dan model TPS. 2. b. Indikator: Nilai tes matematika pada pokok bahasan Limit Fungsi. c. Skala pengukuran: Skala interval. Variabel Bebas a. Model Pembelajaran (a) Definisi Operasional: Model Pembelajaran yaitu suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru dapat tercapai. Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. b. Indikator Penggunaan model pembelajaran yang berbeda yaitu model pembelajarn TAI pada kelompok eksperimen 1 dan model pembelajaran TPS pada kelompok commit to user 58 eksperimen perpustakaan.uns.ac.id 2. digilib.uns.ac.id c. Skala pengukuran Skala pengukurannya adalah nominal yaitu model pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS. d. Kategori ai , i = 1, 2 dimana 1 = model pembelajaran tipe TAI 2 = model pembelajaran tipe TPS 3. Sikap Percaya Diri a. Definisi Operasional Sikap adalah kejadian internal seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya terhadap suatu obyek atau kejadian sekitarnya. b. Indikator: Skor angket sikap percaya diri peserta didik. c. Skala pengukuran: Skala ordinal Kategori tinggi : skor > X + Kategori sedang : X − 1 s 2 1 1 s ≤ skor ≤ X + s 2 2 1 Kategori rendah : skor < X − s 2 dengan: s = standar deviasi X = rerata dari seluruh skor total siswa Kategori: bj, j = 1, 2, 3, dengan 1 = sikap percaya diri kategori tinggi 2 = sikap percaya diri kategori sedang commit to user 59 3 = sikap percaya diri kategori rendah digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. 1. Populasi dan Sampel Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 130) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi adalah individu yang diteliti atau keseluruhan subyek peneliti dan dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Penelitian ini menggunakan populasi peserta didik SMA kelas XI IPA Kota Kediri tahun pelajaran 2010/2011 yang berasal dari 16 SMA terdiri dari SMA baik negeri maupun swasta kategori tinggi sedang dan rendah seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 3.1 Kategori Sekolah berdasarkan Hasil Try Out I Matematika Tahun Pelajaran 2010/2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Sekolah Rata-rata nilai try out Kategori 5,85 4,96 4,94 4,32 4,25 4,15 3,96 3,65 3,54 3,44 3,38 3,28 3,00 3,00 Atas Atas Atas Atas Atas Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah SMA Negeri 2 Kediri SMA Negeri 1 Kediri SMA Negeri 7 Kediri SMA Negeri 5 Kediri SMA Negeri 4 Kediri SMA Negeri 3 Kediri SMA Ar-Risalah Kediri SMA Pawyatan Daha Kediri SMAK St. Augustinus Kediri SMA Wahidiyah Kediri SMA Negeri 6 Kediri SMA Negeri 8 Kediri SMAK Petra Kediri SMA Muhammadiyah Kediri commit to user 60 15 SMA Diponegoro Kediri perpustakaan.uns.ac.id 16 SMA Kertanegara Kediri 2. 2,46 2,21 Rendah digilib.uns.ac.id Rendah Sampel dan Sampling Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kombinasi sampling random stratifikasi (stratified random sampling) dan sampling kluster random (cluster random sampling), dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat rataan Try Out 1 mata pelajaran matematika SMA kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan nilai try out 1 tahun pelajaran 2010/2011 terbagi atas tiga kategori sekolah yaitu sekolah kategori atas (SMA Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 2 Kediri, SMA Negeri 4 Kediri, SMA Negeri 5 Kediri, SMA Negeri 7 Kediri), kategori sedang (SMA Negeri 3 Kediri, SMA Ar-Risalah Kediri, SMA Pawyatan Dhaha Kediri, SMAK St Augustinus Kediri, SMA Wahidiyah Kediri), kategori rendah (SMA Negeri 6 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri, SMA Petra Kediri, SMA Muhamadiyah Kediri, SMA Diponegoro Kediri, SMA Kertanegara Kediri). Dari masing masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah yang terpilih yang merupakan unit-unit populasi (klusterkluster). commit to user 61 b. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yaitu dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas untuk kelas eksperimen (satu kelas eksperimen 1 dan satu kelas eksperimen 2). Secara acak dipilih 3 sekolah dari seluruh sekolah yaitu SMA Negeri 7 (kategori tinggi), SMA Katolik St Augustinus (kategori sedang) dan SMA Negeri 8 (kategori rendah). Dari ketiga sekolah yang terpilih masing-masing dipilih secara acak/random 2 kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen 1 adalah XI IPA 4 SMA Negeri 7 Kediri, XI IPA 1 SMAK St Augustinus Kediri, dan XI IPA 3 SMA Negeri 8 Kediri.. Sedangkan yang terpilih sebagai kelas eksperimen 2 adalah XI IPA 5 SMA Negeri 8, XI IPA 4 SMAK St Augustinus Kediri, dan XI IPA 4 SMA Negeri 8. Dari masing-masing kelas dilakukan tes sikap percaya diri. E. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian, pengambilan data perlu mempertimbangkan banyak segi, antara lain kualitas data yang ditentukan oleh alat ukurnya. Data merupakan faktor penting yang harus dikumpulkan dan siap diolah. Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar peserta didik sebagaimana adanya (obyektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik jika alat tersebut memenuhi ketepatan validitasnya dan ketepatan reliabilitasnya. Metode pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut: commit to user 62 1. Metode Dokumentasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158) dikemukakan bahwa dokumentasi yang berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapor, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumen digunakan untuk memperoleh data kemampuan awal berupa nilai ulangan matematika semester 1 kelas XI IPA tahun pelajaran 2010/2011 dan identitas peserta didik antara lain nama peserta didik dan nomer induk peserta didik serta . Data ini sebagai bahan uji keseimbangan antara kelas-kelas eksperimen. 2. Metode Angket Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 28) angket atau kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya. Sebelum kuesioner disusun harus melalui prosedur berikut: a. Menentukan indikator dengan cara menyesuaikan ruang lingkup masalah yang akan diteliti dan menentukan pula batasan sikap percaya diri. b. Membuat kisi-kisi intrumen yang memuat indikator. c. Dari kisi-kisi yang sudah dibuat peneliti menyusun butir angket. Setelah menentukan langkah-langkah pembuatan instrumen kemudian disusun instrumen kuesioner yang sesuai. Jumlah instrumen terdiri dari 40 commit to user 63 butir soal pilihan ganda dengan alternatif 5 jawaban. Sistem pemberian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id skor untuk instrumen kuesioner, jika menjawab A mendapat skor 5, menjawab B mendapat nilai 4, menjawab C mendapat skor 3, menjawab D mendapat skor 2 serta menjawab E mendapat skor 1. d. Melaksanakan uji coba angket penelitian. e. Melakukan uji coba. f. Melakukan analisis item soal. g. Mengambil keputusan apakah butir soal tersebut dipakai, direvisi atau dibuang. Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Metode angket digunakan untuk memperoleh data ilmiah. Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari responden. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item angket, sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi internal. a. Analisis Instrumen 1) Uji Validitas Isi Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 67) sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. commit to user 64 Adapun untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti menggunakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id langkah-langkah sebagai berikut: a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang berlaku. b) menyusun kisi-kisi tes. c) menyusun butir soal tes. d) melakukan telaah butir soal tes Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi biasanya penilaian ini dilakukan oleh validator. Dalam penelitian ini disebut valid jika tanda (V) lebih dari 3. 2) Reliabilitas Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali pada subyek yang sama. Digunakan rumus Alpha untuk mengetahui tingkat reliabilitas (untuk mencari reliabilitas yang skor bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut: 2 ⎛ n ⎞⎛⎜ ∑ S i r11 = ⎜ ⎟ 1− S t2 ⎝ n − 1 ⎠⎜⎝ keterangan: r11 = Koefisien reliabilitas tes n = banyak butir tes Si2 = Varian butir ke-i, i = 1, 2, ..., 40 commit to user ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ 65 2 St perpustakaan.uns.ac.id = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba digilib.uns.ac.id Dalam penelitian ini disebut reliabel jika indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11 > 0,70). (Anas Sudijono, 2009: 208) 3) Konsistensi Internal Untuk mengetahui konsistensi internal butir angket digunakan rumus korelasi moment produk Karl Pearson. rxy = n∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) (n∑ X 2 )( − (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 2 ) Keterangan: rxy = Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n = Cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X = Skor untuk butir ke-i Y = Skor total (dari subyek uji coba) Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,30 maka butir tersebut harus dibuang. (Anas Sudijono, 2009: 219) 3. Metode Tes Menurut Budiyono, (2003: 54) metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan terhadap subyek penelitian. Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar matematika commit to user 66 setelah memberikan perlakuan. Sebelum digunakan untuk mengambil data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penelitian, instrumen diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item angket. Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar matematika peserta didik diujicobakan dahulu untuk mengetahui daya pembeda dan reliabilitas. Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang berisi materi Limit Fungsi, yang disusun peneliti berdasarkan rancangan pembelajaran dan kisi-kisi tes. Tes yang berisi perolehan hasil belajar tersebut digunakan untuk mengambil data prestasi belajar matematika materi Limit Fungsi. Pemberian skor untuk item tes, jawaban benar memperoleh skor 1 sedangkan jawaban salah memperoleh skor 0. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes tersebut adalah sebagai berikut: a) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi tes, c) menyusun butir soal sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat, d) melakukan telaah butir soal. a. Analisis Instrumen 1) Uji Validitas Isi Menurut Suharsimi, (2008: 67) sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Adapun untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: commit to user 67 a) Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan materi yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang berlaku. b) Menyusun kisi-kisi tes. c) Menyusun butir soal tes. d) Melakukan telaah butir soal tesmenyusun kisi-kisi tes Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi biasanya penilaian ini dilakukan oleh validator. Dalam penelitian ini disebut valid jika tanda (V) lebih dari 3. 2) Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 86) mengatakan bahwa reliabilitas pada sebuah tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (keajegan). Reliabilitas instrumen menunjuk pada keajegan dalam mengukur yang hendak diukur. Untuk keperluan mencari reliabilitas soal keseluruhan perlu dilakukan analisi butir soal seperti halnya soal tes bentuk obyektif. Koefisien reliabilitas pada tes tersebut dengan menggunakan KR-20 sebagai berikut; ⎛ n ⎞⎛⎜ ∑ pi qi r11 = ⎜ ⎟ 1− S t2 ⎝ n − 1 ⎠⎜⎝ Keterangan: r11 = reliabilitas yang dicari n = banyaknya butir instrumen commit to user ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ 68 pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id qi = 1 – pi S t2 = variansi untuk skor total Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas diperoleh telah melebihi 0,70 ( r11 > 0,70). (Budiyono, 2003: 70) 3) Tingkat Kesukaran Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan melihat indeks kesukaran item/butir soal dengan menggunakan rumus: P= B JS Keterangan: P = Angka indeks kesukaran B = Banyak peserta tes yang dapat menjawab benar JS = Banyak peserta tes yang mengikuti tes hasil belajar Hasil perhitungan taraf kesukaran diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 3.2 Interpretasi Angka Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran (P) Interpretasi Kurang dari 0,30 sukar 0,30 ≤ P ≤ 0,70 Cukup commit to user 69 Lebih dari 0,70 perpustakaan.uns.ac.id Mudah digilib.uns.ac.id (Anas Sudijono, 2009: 372) Tingkat kesukaran butir soal antara 0,30 ≤ P ≤ 0,70 dipandang sebagai butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. 4) Daya Beda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang kurang mampu (berkemampuan rendah) Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika kelompok peserta didik pandai menjawab lebih banyak dari kelompok kurang pandai. Untuk mengetahui daya pembeda suatu butir soal digunakan rumus koefisien korelasi rxy = momen produk Karl Pearson n∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) (n∑ X 2 )( − (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 2 Keterangan: rxy = Indeks daya pembeda n = Cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X = Skor untuk butir ke-i commit to user sebagai ) berikut: 70 Y = Skor total (dari subyek uji coba) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Anas Sudijono, 2009: 223) Jika indeks daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,30 maka butir tersebut harus dibuang. F. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan teknik analisis varian (ANAVA), yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan meneliti pengaruh dari perilaku pembelajaran yang berbeda dari dua kelompok dihubungkan dengan sikap percaya diri terhadap pembelajaran matematika. Tabel berikut merupakan kerangka rancangan penelitian: Tabel 3.3 Tata Letak Data Pada Analisis Dua Jalan Sikap Percaya Diri (b) Model Pembelajaran (a) Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3) Model TAI (a1) a1b1 a1b2 a1b3 Model TPS (a2) a2b1 a2b2 a2b3 Keterangan: a = Model Pembelajaran b = Sikap Percaya Diri a1 = Pembelajaran matematika dengan model TAI a2 = Pembelajaran matematika dengan model TPS b1 = Sikap percaya diri tinggi b2 = Sikap percaya diri sedang commit to user 71 b3 = Sikap percaya diri rendah perpustakaan.uns.ac.id a1b1 = digilib.uns.ac.id Hasil belajar matematika dengan menggunakan model TAI dengan sikap pecaya diri tinggi a1b2 = Hasil belajar matematika dengan menggunakan model TAI dengan sikap percaya diri sedang a1b3 = Hasil belajar matematika dengan menggunakan model TAI dengan sikap pecaya diri rendah a2b1 = Hasil tes prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model TPS dengan sikap percaya diri tinggi a2b2 = Hasil tes prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model TPS dengan sikap percaya diri sedang a2b3 = Hasil tes prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model TPS dengan sikap percaya diri rendah. G. Teknik Analisis Data Sebelum melakukan uji t dan anava maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji kenormalan data dalam penelitian untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam hal teknik yang digunakan adalah uji Lilliefors. Sebelum diuji dilakukan uji prasyarat data yang diperoleh dicari dengan rumus : commit to user 72 1) Hipotesis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistridusi normal 2) Statistik Uji : L = Maks F ( z i ) − S ( z i ) dengan : F ( z i ) = P(Z ≤ z i ); Z ~N(0 , 1) __ zi (X i − X ) = skor terstandar untuk z i = s s = deviasi standar S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh z 3) Taraf signifikansi : α = 0,05 4) Daerah kritik: DK = {L | L > Lα ;n } . Harga Lα ,n dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n 5) Keputusan uji H0 diterima jika harga statistik uji L berada di luar daerah kritik. (Budiyono, 2009 : 171) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini diuji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut: commit to user 73 Metode yang perpustakaan.uns.ac.id digunakan adalah dengan uji Bartlett. Prosedur digilib.uns.ac.id pemakaiannya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : σ 1 =σ 2 = ... = σ k2 (variansi populasi homogen) 2 2 H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen) 2) Derajat signifikansi: α = 0,05 3) Statistik Uji χ2 = 2,303 ( f log RKG − ∑ f j log s 2j ) dengan χ 2 ~ χ 2 ( k −1) c Keterangan: k = banyaknya populasi = banyak sampel f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k fj = derajat kebebasan untuk s 2j = n j − 1 j = 1, 2, 3 N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j c = 1+ 1 ⎛⎜ 1 1 ⎞⎟ − ∑ f j f ⎟⎠ 3(k − 1) ⎜⎝ ∑ SS RKG = ∑f j 4) (∑ x ) =∑x − n 2 j ; SS j 2 j j j Daerah kritik : DK = {χ 2 | χ 2 > χ α2 ;k −1 } untuk beberapa α dan k – 1 nilai χ α2 ;k −1 dapat dilihat pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan (k – 1) commit to user 74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id χ α2 ;k −1 Gambar 3.1 Grafik Distribusi Chi Kuadrat 5) Keputusan uji : H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik. (Budiyono, 2009: 174) 2. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t yaitu: a. Hipotesis Ho : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda) b. Taraf Signifikansi : α = 0,05 c. Statistik Uji: t= ( X 1 − X 2 ) − ( µ1 − µ 2 ) s12 s22 + n1 n2 commit to user , 75 µ 1 − µ 2 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rerata), dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id X 1 = rata-rata nilai tes sikap percaya diri siswa kelompok eksperimen ke-1 X 2 = rata- rata nilai tes sikap percaya diri siswa kelompok eksperimen ke-2 d. s1 = simpangan baku kelompok eksperimen ke-1 s2 = simpangan baku kelompok eksperimen ke-2 n1 = banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-1 n2 = banyaknya siswa kelompok eksperimen ke-2 Derah kritik ⎧⎪ ⎫⎪ DK = ⎨t t < −tα atau t > tα ⎬ ; n1 + n2 − 2 ; n1 + n2 − 2 2 2 ⎩⎪ ⎭⎪ − tα 2 tα , n1 + n2 − 2 2 , n1 +n2 − 2 Gambar 3 2 Grafik Distribusi Student’s t e. Keputusan uji H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritik. ( Budiyono 2004: 151 ) 3. Uji Hipotesis commit to user 76 Dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis dengan Analisis Variansi Dua perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal dan populasi bervariansi. Dengan model sebagai berikut: xijk = µ + α i + β j + (αβ ) ij + ε ijk Keterangan: xijk = data amatan ke-k baris ke-i dan kolom ke-j µ = rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean) αi = efek baris ke-i terhadap pada variabel terikat βj = efek kolom ke-j terhadap pada variabel terikat (αβ )ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat ε ijk = deviasi data amatan terhadap rerata populasi µ yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi σ ε2 i = 1, 2 dengan 1 = model TAI ; 2 = model TPS j = 1, 2, 3 dengan 1 = sikap percaya diri tinggi ; 2 = sikap percaya diri sedang ; 3 = sikap percaya diri rendah (Budiyono; 2003: 228) 1) Hipotesis a) H0A : α i = 0 untuk semua i = 1,2 (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat) H1A : α i ≠ 0 paling sedikit satu harga α i yang tidak nol (ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel commit to user 77 terikat) perpustakaan.uns.ac.id b) H0B : digilib.uns.ac.id β j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) H1B : β j ≠ 0 paling sedikit satu harga β j yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) c) H0AB : ( αβ ) ij = 0 untuk semua i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) H1AB : ( αβ ) ij ≠ 0 paling sedikit satu ( αβ ) ij ≠ 0 (ada interaksi baris dam kolom terhadap variabel terikat) 2) Komputasi: a. Notasi dan Tata Letak Data Tabel 3. 4 Data amatan, rataan dan jumlah kuadrat deviasi Sikap Percaya Diri Peserta Didik Model Pembelajaran a1 b1 b2 b3 n11 n12 n13 ∑X 11 ∑X 12 ∑X 13 X 11 X 12 X 13 ∑X ∑X ∑X 2 11 2 12 2 13 c11 c12 c13 SS11 SS12 SS13 commit to user 78 n22 n21 a2 perpustakaan.uns.ac.id ∑X ∑X 21 22 n23 digilib.uns.ac.id ∑ X 23 X 21 X 22 X 23 ∑X ∑X ∑X 2 21 2 22 2 23 C21 C22 C23 SS21 SS22 SS23 Tabel 3. 5 Rataan dan jumlah rataan Faktor b b1 b2 b3 Total a1 X 11 X 12 X 13 A1 a2 X 21 X 22 X 33 A2 Total B1 B2 B3 G Faktor a Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi- notasi sebagai berikut: nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j = Cacah data amatan pada sel = Frekuensi sel ij = nh N = ∑ nij = rataan harmonik frekuensi seluruh sel = banyaknya seluruh data amatan ij commit to user pq 1 ∑ij n ij 79 perpustakaan.uns.ac.id SSij __ ___ X ij = AB ij ___ Ai = ∑ ABij ⎛ ∑ X ijk ⎜ −⎜ k ⎜ nijk ⎝ ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ 2 = ∑X = rataan pada sel ij = jumlah rataan pada baris ke-i = jumlah rataan pada kolom ke-j = jumlah rataan semua sel k 2 ijk digilib.uns.ac.id i ___ B j = ∑ ABij i ___ G = ∑ ABij ij b. Komponen jumlah kuadrat Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), (5) sebagai berikut: (1) = G2 pq (4) = ∑ 2 ij ij i c. p (5) = ∑ AB ij ( 2 ) = ∑ SS ij (3) = ∑ B 2j Ai2 q Jumlah Kuadrat (JK) Pada analisis variansi dua jalan denga sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat. commit to user 80 JKA = n h {(3) − (1)} perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id JKB = n h {(4 ) − (1)} JKAB = n h {(1) + (5) − (3) − (4 )} JKG = ( 2) JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG d. Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah dkA =p–1 dkB =q–1 dkAB = (p – 1)(q – 1 ) dkG = N – pq dkT e. =N–1 Rataan Kuadrat ( RK ) RKA = JKA dkA RKB = JKB dkB RKAB = JKAB dkAB RKG = JKG dkG 3) Statistik uji Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah: 1. Untuk H0A adalah Fa = RKA yang merupakan nilai dari variabel RKG random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq 2. Untuk H0B adalah Fb = RKB yang merupakan nilai dari variabel RKG random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq commit to user 81 perpustakaan.uns.ac.id 3. Untuk H0AB adalah Fab = RKAB digilib.uns.ac.id yang merupakan nilai dari variabel RKG random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)( q – 1) dan N – pq 4) Daerah kritik Untuk masing – masing nilai F di atas daerah kritiknya adalah : { } { } a. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = Fa Fa > Fα ; p -1, N - pq b. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = Fb Fb > Fα ; q -1, N - pq { c. Daerah kritik untuk Fab adalah DK = Fab Fab > Fα ; (p -1)(q -1), N - pq } 5) Rangkuman analisis variansi Tabel 3. 6 Rangkuman Analisis Variansi Sumber JK dk RK Fobs Fα Baris (A) JKA p–1 RKA Fa F* Kolom (B) JKB q–1 RKB Fb F* Interaksi (AB) JKAB (p –1)(q -1) RKAB Fab F* Galat ( G ) JKG N - pq Total JKT N–1 RKG - - - F* : F diperoleh dari tabel ( Budiyono, 2004: 213 ) 6) Keputusan uji H0 ditolak bila Fobs ∈ DK commit to user 82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Uji lanjut pascaanava digunakan metode Scheffe untuk anava dua jalan. 4. Dalam penelitian ini H0A, H0B ditolak dan H0AB diterima maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe. Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata antar baris, antar kolom, sedangkan beda rerata antar sel tidak dilakukan karena H0AB diterima. a. Komparasi rerata antar baris Dari hasil analisis diperoleh H0A ditolak maka diperlukan uji lanjut pasca anava dengan menggunakan model Sceffe, karena model pembelajaran yang dianalisa hanya dua (model pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS), maka untuk uji komparasi ganda antar baris tidak perlu dilakukan karena cukup melihat rerata marginalnya saja. b. Komparasi Rerata Antar Kolom adalah Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah: (X . − X ) 2 F.i -.j = i .j ⎛ 1 1 ⎞⎟ RKG ⎜ + ⎟ ⎜n ⎝ .i n. j ⎠ dengan: F.i – .j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke i dan kolom ke X .i = rataan pada kolom ke i X .j = rataan pada kolom ke j RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan commit to user 83 analisis variansi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id n.i = ukuran sampel kolom ke i n.j = ukuran sampel kolom ke j { Daerah kritik untuk uji tersebut adalah DK = F.i-.j F.i-.j > (q − 1)Fα ;q-1,N-pq c. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang } Sama Pada penelitian ini H0AB diterima maka beda rerata antar sel tidak dilakukan, sehingga uji lanjut anava rataan antar sel pada kolom yang sama dan rataan antar sel pada baris yang sama tidak dilakukan. commit to user 83 BAB IV perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini dilaporkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan April di SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri dan SMAK St Augustinus Kediri. Namun sebelumnya dilaporkan terlebih dahulu tentang hasil uji coba instrumen penelitian yang akan digunakan. Hasil penelitian yang disajikan adalah diskripsi data, pengujian syarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen penelitian yang diujicobakan adalah tes hasil belajar matematika dan angket sikap percaya diri peserta didik. Instrumen tes dan angket diberikan pada peserta didik kelas XI IPA 2 di SMAN 7 Kediri . Sebelum instrumen tes hasil belajar dan angket sikap percaya diri diujicobakan terlebih dahulu diuji validitas isinya, dengan tujuan untuk mengetahui apakah isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang mewakili dari keseluruhan isi hal yang diukur atau belum. 1. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri Uji coba instrumen angket sikap percaya diri peserta didik diuji juga validitas isi, validitas dan reliabilitas. Validitas isi pada angket sikap percaya diri peserta didik diuji oleh Drs. G. Sugiono dan Drs. A. Kartiningsih hasil validasi yang diperoleh uji coba soal angket sikap percaya diri peserta didik selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3B. Tingkat reliabilitas angket sikap percaya diri peserta didik digunakan rumus commit to user 84 Alpha (untuk mencari reliabilitas yang skor bukan 1 dan 0). Dalam penelitian ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id instrumen dikatakan reliabel jika indeks reliabilitasnya melebihi 0,70 (r11 > 0,70). Reliabilitas angket sikap percaya diri peserta didik diperoleh r11 = 0,8928 sehingga instrumen sikap percaya diri peserta didik yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reliabilitas tinggi. Analisis butir soal tes angket sikap percaya diri digunakan rumus product moment atau Karl Pearson (rxy). Dalam penelitian ini indeks konsistensi internal butir ke-i lebih dari 0,30 dipakai, adapun dari 40 butir soal tes angket sikap percaya diri peserta didik ada 4 soal yang dibuang yaitu nomer soal 5, 17, 20,21 sehingga soal yang dipakai untuk penelitian ada 36 soal. Penelitian ini menggunakan soal sebanyak 35 soal dengan pertimbangan waktu pelaksanaan tes. 2. Instrumen Tes Hasil Belajar Peserta didik Dalam penelitian ini validitas isi instrumen tes hasil belajar matematika dilakukan oleh Drs. Sunyoto, M.Si, selaku ketua MGMP matematika SMA Kota Kediri, Dra. Agus Meilinawati, selaku guru pemandu mata pelajaran matematika sebagai validator. Hasil validitas isi menunjukkan bahwa instrumen penelitian berupa tes hasil belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda terdiri dari 30 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat ( Lampiran 3A ) Reliabilitas instrumen tes dari perhitungan dengan menggunakan KR-20 diperoleh r11 = 0,8577 berarti instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reliabilitas tinggi, perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tingkat kesukaran butir soal perlu dianalisis untuk dikelompokkan tiga klasifikasi soal. Hasil analisis yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada tabel berikut: commit to user 85 Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kategori Nomor soal Jumlah 0 -- tidak ada 25 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,15,17,18,19,20,22,23, 24,25,26,27,28,29,30 5 12,13.14,20,21 Mudah Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh 25 butir tes dengan kategori cukup dan 5 butir Sukar Cukup dengan kategori mudah. Perhitungan lebih lanjut terdapat pada Lampiran 5B. Perhitungan daya pembeda butir soal digunakan rumus moment product Karl Pearson diperoleh 30 soal dipakai artinya tidak ada soal yang dibuang. Perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda selengkapnya pada Lampiran 5B. 3. Keputusan Hasil Analisis Tes dan Analisis Butir Tes Hasil Belajar Matematika Berdasarkan perhitungan hasil uji coba di atas, penelitian ini menggunakan 30 butir soal materi limit fungsi untuk mengungkapkan hasil belajar matematika peserta didik yang terdiri atas soal mudah, sedang, sukar, dengan nilai jumlah menjawab benar dibagi tiga. Pada penelitian ini juga dibagikan angket untuk mengungkap sikap percaya diri peserta didik pada mata pelajaran matematika yang terdiri dari 35 butir dilaksanakan hari berikutnya, jika peserta didik menjawab A mendapat skor 5, B mendapat skor 4, C mendapat skor 3, D mendapat skor 2, E mendapat skor 1. B. Deskripsi Data Data penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis meliputi data hasil belajar matematika peserta didik dan data angket sikap percaya diri peserta didik. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data skor sikap percaya diri dari instrumen penelitian berupa angket dan skor hasil belajar matematika yang berasal commit to user 86 dari instrumen penelitian berupa seperangkat tes matematika yang ditulis dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dikembangkan penulis. Dari hasil pembelajaran matematika dikategorikan atas kelompok model pembelajara tipe TAI sebagai eksperimen 1 dan kelompok model pembelajaran tipe TPS sebagai kelompok eksperimen 2. Data sikap percaya diri belajar matematika materi Limit Fungsi dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah. 1. Data Hasil Belajar Peserta Didik Data hasil belajar matematika peserta didik yang dijadikan subyek penelitian secara lengkap disajikan dalam Lampiran 7A dan Lampiran 7B. Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan untuk kelompok eksperimen 1 jumlah responden 119, skor tertinggi 29, skor terendah 11, rata-rata skor 19,8 standar deviasi 4,8 sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 jumlah responden 120 skor tertinggi 28 dan skor terendah 9, rata-rata skor 17,78 deviasi standar 5,394. 2. Data Sikap Percaya Diri Belajar Matematika Peserta Didik Data sikap percaya diri belajar matematika diperoleh dari angket yang diberikan kepada subyek penelitian yang selanjutnya dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata yang diperoleh dari skor minat belajar siswa ( X ) dan standar deviasinya (s) dari masing-masing kelas. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 8, diperoleh hasil untuk masing-masing skor dengan ketentuan kategori sebagai berikut: 1 1 1 Untuk skor < ( X − s ) dikategorikan rendah, ( X − s ) ≤ Skor ≤ ( X + s ) 2 2 2 1 kategori sedang dan lebih dari ( X + s ) kategori tinggi. Berdasarkan data yang 2 terkumpul maka diperoleh ringkasan sebagai berikut : commit to user 87 Tabel 4.2 Ringkasan Data Skor Angket Sikap Percaya Diri Belajar Matematika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Siswa Pada Kelas Eksperimen 1 dan eksperimen 2 Eksperimen 1 Eksperimen 2 Rata-rata 126,03 123,7 Standar Deviasi 17,29 13,519 Batas terendah 89 92 Batas tertinggi 164 163 Batas siswa kategori tinggi 164 136 Batas siswa kategori sedang 160 95 Batas siswa kategori rendah 141 89 C. Pengujian Persyaratan Analisis Setelah semua data penelitian dikumpulkan, maka akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Untuk itu diperlukan uji prasyarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji keseimbangan akan dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui kesetimbangan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Adapun data untuk uji kesetimbangan menggunakan nilai ulangan umum semester 1 kelas XI IPA tahun pelajaran 2010-2011. Dalam penelitian ini dilakukan dua kali uji untuk masing-masing variabel terikat hasil belajar dan uji prasyarat analisis variansi untuk variabel terikat sikap percaya diri siswa. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Dalam uji normalitas uji yang digunakan penelitian adalah uji Lilliefors, uji ini dikenakan pada variabel terikat. Data tersebut adalah data hasil belajar matematika eksperimen 1, ekperimen 2 dengan menggunakan model commit to user 88 pembelajaran tipe TAI dan model pembelajarna tipe TPS dan sikap percaya diri perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peserta didik. Adapun hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7A dan Lampiran 7B. Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas N0 Prestasi Belajar Lhitung Banyak data Ltabel 1. a1 0,075 119 0,081 Lhitung< Ltabel Normal 2. a2 0,075 120 0,081 Lhitung< Ltabel Normal 3. b1 0,083 70 0,106 Lhitung< Ltabel Normal 4. b2 0,054 93 0,093 Lhitung< Ltabel Normal 5. b3 0,098 76 0,1016 Lhitung< Ltabel Normal Keputusan Uji Keterangan Keterangan : a1 = nilai prestasi belajar matematika pada model pembelajaran tipe TAI a2 = nilai prestasi belajar metematika pada model pembelajaran tipe TPS b1 = nilai prestasi belajar metematika pada sikap percaya diri tinggi b2 = nilai prestasi belajar metematika pada sikap percaya diri sedang b3 = nilai prestasi belajar metematika pada sikap percaya diri rendah Dari tabel diatas tampak bahwa nilai L hitung < L tabel sehingga H0 ditolak. Pada model pembelajaran tipe TAI menunjukkan Lhitung < Ltabel sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti hasil belajar matematika untuk model pembelajaran TAI berasal dari populasi normal, model pembelajaran TPS, untuk hasil belajar dengan sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah juga berasal dari populasi normal. b. Uji Homogenitas Teknik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah uji Bartlet. commit to user 89 Variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika dengan faktor-faktornya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah model pembelajaran, sikap percaya diri peserta didik dan interaksi antara model pembelajaran dengan sikap percaya diri peserta didik. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 6C. Perhitungan uji homogenitas diperoleh nilai hitung 1,841 dan nilai tabel 2 2 < χ tabel atau 1,841 < 3,841) sehingga H0 3,841 dan padat disimpulkan ( χ hitung diterima. Hal ini berarti prestasi belajar untuk faktor model pembelajaran, faktor sikap percaya diri siswa dan interaksi antara model pembelajaran dan sikap percaya diri siswa berasal dari variansi yang homogen. 2. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 telah sepadan keadaannya sebelum adanya perlakuan. Uji keseimbangan ini diambil dari nilai ulangan umum semester 1 kelas XI IPA. Pada kelas eksperimen 1 dengan jumlah peserta didik 119 diperoleh rata-rata 6,75 dan variansi 1,22 sedangkan untuk kelas eksperimen 2 jumlah peserta didik 120 diperoleh rata-rata 6,72 dan variansi 1,68. Uji kesetimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh tobs = 0,194 dengan t0,025,237 = 1,96 atau tobs < ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen 1 dan kelompok ekperimen 2 dalam keadaan setimbang. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. D. Pengujian Hipotesis commit to user 90 Setelah beberapa prasyarat dalam analisis variansi terpenuhi, maka akan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dilakukan dua kali uji analisis variansi dua jalan, yaitu analisis variansi untuk melihat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari sikap percaya diri dan analisis variansi untuk melihat pengaruh model pembelajaran tipe TAI terhadap pembelajaran tipe TPS ditinjau dari sikap percaya diri peserta didik. Adapun hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama dapat disajikan sebagai berikut. 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Jumlah Sel Tak Sama Dari data yang berhasil dikumpulkan dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis varians dua jalur dengan desain 2 x 3. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas yaitu model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta didik serta pengaruh interaksi antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya yaitu prestasi belajar. Rangkuman hasil perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama pada data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: ( pada Lampiran 13) Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Data Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Sumber Variansi JK DK RK Fhitung Ftabel Keputusan A(Baris) 274,34 1 274,348 14,42 B(Kolom) 1866,7 2 933,387 49,06 AB 11,126 2 5,563 0,292 Galat 4432,9 233 19,025 Total 6585,1 238 Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan dari bahwa commit to user 3,84 H 0 A ditolak 3,00 H 0 B ditolak 3,00 H 0 AB diterima masing-masing hipotesis 91 a. Hipotesis pertama (Hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi Limit Fungsi) Dari analisis dua jalan diperoleh Fhitung = 14,42 > 3,84 = Ftabel sehingga hipotesis nol ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model TAI memberikan hasil yang berbeda dengan peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi. Dari analisis diperoleh H0A ditolak maka ada perbedaan hasil belajar yang diberi model pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS. Berdasarkan hasil rerata marginal pada Tabel 4.6 diperoleh rerata skor hasil belajar matematika yang diberi model pembelajaran tipe TAI sebesar 19,948 sedangkan rerata skor hasil belajar peserta didik yang diberi pembelajaran tipe TPS sebesar 17,789. Ini menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar matematika pada peserta didik dengan model pemebelajaran TAI lebih tinggi daripada rerata skor hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran model TPS. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran dengan model TAI peserta didik lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep melalui kerjasam antar kelompok-kelompok sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta didik dengan pembelajaran model TAI mempunyai hasil lebih baik dari peserta didik dengan pembelajaran model TPS pada materi limit fungsi. commit to user 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Hipotesis kedua (Hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi limit fungsi) Berdasarkan perhitungan analisis varians dua jalan pada hipotesis kedua diperoleh Fb = 49,06 > 3,00 = Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah. Berdasarkan hasil rerata marginal pada Tabel 4.6 diperoleh rerata skor hasil belajar matematika peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi sebesar 22,185 sedangkan rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya diri sedang sebesar 19,117. Ini menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar matematika pada peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi lebih tinggi daripada rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya diri sedang. Ini menunjukkan bahwa sikap percaya diri tinggi sangat diperlukan dalam belajar matematika karena dapat mengakibatkan hasil belajar matematika juga lebih baik. Pada uji komparasi ganda antar kolom pertama dan kolom ketiga diperoleh bahwa F1-3 = 88,88 dan 2.Ftabel = 6,00 ternyata F1-3 > 2Ftabel sehingga F1-3 ∈ DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini pada tingkat signifikansi commit to user 93 α = 0,05 peserta didik yang diberi model pembelajaran TAI hasil belajar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id matematikanya berbeda dengan peserta didik yang diberi model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi. Berdasarkan hasil rerata marginal pada Tabel 4.6 diperoleh rerata skor hasil belajar matematika peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi sebesar 22,185 sedangkan rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya diri rendah sebesar 15,302. Ini menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar matematika pada peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi lebih tinggi daripada rerata skor hasil belajar peserta didik dengan sikap percaya diri rendah. Ini menunjukkan bahwa sikap percaya diri tinggi sangat diperlukan dalam belajar matematika karena dapat mengakibatkan hasil belajar matematika juga lebih baik. c. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memperoleh hasil belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan untuk baris interaksi antara model pembelajaran dengan sikap percaya diri peserta didik diperoleh Fab = 0,292 yang berarti bahwa Fab < Ftabel = 3,00 denga taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0AB diterima atau dengan kata lain tidak ada interaksi dengan hasil belajar matematika antara model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta didik. commit to user 94 2. Uji Komparansi Ganda (Uji Lanjut Anava) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis varians. Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rataan setiap kolom, baris dan setiap pasang sel. Metode komparansi ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe. H0B pada pengujian ini menyatakan bahwa rerata pada setiap pasang, kolom, baris tidak berbeda secara signifikan sedangkan setiap pasang sel berbeda secara signifikan sehingga komparasi antar sel tidak perlu dilakukan. Tabel 4.5 Menunjukkan hasil perhitungan yang peneliti lakukan dapat dilihat sebagai berikut: Komparasi Statistik Uji F kritik Keputusan Uji µ.1 vs µ.2 µ.1 vs µ.3 µ.2 vs µ.3 20,403 6,00 Ditolak 88,88 6,00 Ditolak 126,78 6,00 Ditolak a. µ.1 vs µ.2 , H0 ditolak berarti ada perbedaan rataan hasil belajar matematika antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi dan siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang. b. µ.1 vs µ.3 , H0 ditolak berarti ada perbedaan rataan hasil belajar matematika antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi dan siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. c. µ.2 vs µ.3 , H0 ditolak berarti ada perbedaan rataan hasil belajar matematika antara peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang dan siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. commit to user 95 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Pembahasan Hasil Analisis Data Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis varians. Dari kesimpulan perlu dilakukan uji komparasi ganda. Berdasarlan uji statistic yang telah diuraikan dapat dijelaskan tiga hipotesis penelitian, berikut tabel rataan data hasil penelitian: Tabel 4.6 Rataan Marginal Data Hasil Belajar Matematika TAI Sikap Percaya Diri Tinggi 23,571 Sikap Percaya Diri Sedang 20,067 Sikap Percaya Total Diri Rendah 16,205 59,843 Rataan Marginal 19,948 TPS 20,8 18,167 14,4 53,367 17,789 Total 44,371 38,234 30,605 111,405 Rataan 22,185 19,117 15,302 Marginal 1. Pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran tipe TAI dengan model TPS terhadap hasil belajar matematika materi limit fungsi. Dari hasil perhitungan penelitian diperoleh hasil bahwa besar Fa = 14,4 > F0,05; 1; 238 = 3,84 yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI dengan model pembelajaran tipe TPS. Dari analisis variansi diperoleh H0A ditolak peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model TAI memperoleh hasil belajar yang berbeda dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan TPS pada pokok bahasan limit fungsi. Dalam penelitian ini commit to user 96 karena model perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran hanya mempunyai dua kategori (model digilib.uns.ac.id pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran TPS), maka untuk uji komparasi ganda antara rataan model pembelajaran tipe TAI dan rataan model pembelajaran tipe TPS diperoleh hipotesis nolnya juga ditolak, karena Anava telah menunjukkan bahwa H0A ditolak. Dari rataan marginal (Tabel 4.6) menunjukkan bahwa rataan model pembelajaran tipe TAI lebih tinggi daripada rataan model pembelajaran tipe TPS, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran tipe TAI lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran tipe TPS. Pada pembelajaran model TAI peserta didik baik yang pandai maupun kurang pandai memberikan kontribusi semaksimal mungkin untuk hasil kerja kelompok ataupun individu sehingga dapat lebih meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh. 2. Hasil pengujian yang kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi, kelompok peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang dan kelompok peserta didik yang memiliki sikap percaya diri rendah terhadap hasil belajar matematika materi limit fungsi. Dari hasil perhitungan penelitian diperoleh hasil bahwa Fb = 49,06 > F0,05; 2; 238 = 3,00 yang berarti terdapat perbedaan sikap percaya diri perserta didik terhadap hasil belajar matematika materi limit fungsi. Hal ini berarti bahwa hipotesis nolnya ditolak, ditolaknya H0B dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat sikap percaya diri peserta didik terhadap matematika memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar matematika peserta commit to user 97 didik pada materi limit fungsi. Dari hasil perhitungan dapat dianalisis bahwa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terdapat beda rerata secara signifikan antara sikap percaya diri tinggi dan sedang. Dari rataan marginal dapat juga dilihat bahwa rataan untuk sikap percaya diri tinggi lebih besar dibanding dengan rataan untuk sikap percaya diri sedang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beda rerata secara signifikan antara sikap percaya diri tinggi dan rendah dan rataan marginal untuk sikap percaya diri tinggi lebih besar daripada sikap percaya diri rendah, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika lebih baik daripada peserta didik yang memiliki sikap percaya diri rendah. Sedangkan untuk sikap percaya diri sedang lebih besar daripada sikap percaya diri rendah, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih tinggi hasil belajarnya daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa: a. Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang. b. Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik yang memiliki sikap percaya diri rendah. c. Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki sikap percaya diri rendah. commit to user 98 perpustakaan.uns.ac.id 3. digilib.uns.ac.id Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan sikap percaya diri terhadap hasil belajar matematika. Dari analisis varians dua jalan diperoleh Fhitung = 0,292 < 3,00 = Ftabel atau H0AB diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta didik terhadap hasil belajar matematika peserta didik. Penggunaan model pembelajaran tipe TAI lebih baik daripada model pembelajaran tipe TPS baik berlaku pada kelompok peserta didik yang memiliki sikap percaya tinggi, sedang dan rendah dengan hasil belajar matematika peserta didik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 99 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siswa SMA Kota Kediri : 1. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dari peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model TPS. 2. Peserta didik yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang dan rendah, peserta didik yang memiliki sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari peserta didik yang memiliki sikap percaya diri rendah. 3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan sikap percaya diri peserta didik terhadap hasil belajar matematika. Perbedaan hasil belajar matematika peserta didik antara peserta didik yang diberikan model pembelajaran tipe Teams Assisted Individual (TAI) dan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) selalu sama (konsisten) untuk tiap-tiap sikap percaya diri, demikian juga antara peserta didik dengan sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah terhadap model pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 100 B. Implikasi 1. Implikasi Teori Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada materi Limit Fungsi dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI mempunyai hasil yang lebih baik dibanding dengan menggunakan model pembelajaran tipe TPS. Penggunaan model pembelajaran tipe TAI dalam pembelajaran matematika materi Limit Fungsi dapat memaksimalkan kemampuan mandiri bekerja kelompok dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Penggunaan model pembelajaran pembelajaran model TAI dapat meningkatkan kemampuan dalam bekerjasama dalam proses belajarnya. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran tipe TAI memungkinkan peserta didik beinteraksi secara positif dalam kelompok-kelompok belajar. Sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran matematika mempunyai beberapa tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sikap percata diri tinggi akan memperoleh hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri yang sedang dan rendah. Dengan sikap percaya diri tinggi dalam pembelajaran model TAI memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika karena dalam pembelajaran tipe TAI dapat memupuk dan menumbuhkan sikap percaya diri yang lebih sedemikian hingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi limit fungsi. Mempelajari konsep matematika tidaklah mudah bagi seorang peserta didik karena belajar matematika memerlukan pola berpikir yang teratur sehingga diperlukan sikap percaya diri dalam memilih langkah-langkah yang dipilih dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 101 menyelesaikan suatu persoalan dalam matematika. Adapun sikap percaya diri tinggi merupakan salah satu nilai tambah dalam proses berpikir dalam belajar matematika sehingga menjadikan motivasi untuk lebih dapat mendalami dalam pembelajaran matematika. Hal yang menjadi perhatian guru adalah sikap percaya diri peserta didik berbeda untuk itu pembelajaran TAI diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri dengan cara peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok belajar. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sikap percaya diri tinggi dengan belajar dalam kelompok peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru, teman tanpa rasa takut melakukan kesalahan diharapkan dapat membuat peserta didik menjadi menyukai matematika. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe TAI lebih efektif dibanding dengan menggunakan model pembelajaran tipe TPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada tes prestasi belajar matematika materi limit fungsi. Penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan bagi guru dan calon guru bahwa pemilihan model yang tepat dapat meningkatkan kualitas proses belajar. Disamping itu dipandang dari peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dapat membantu dalam pemecahan masalah bagi peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah diharapkan akan mengakibatkan peningkatan hasil belajar matematika peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah. C. Saran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 102 Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tesebut, ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu: 1. Bagi Guru a. Dalam memberikan materi pada pelajaran matematika, sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Salah satu alternatif yang dipakai dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran tipe TAI. Dalam pembelajaran TAI menuntut peserta didik tidak hanya menghafalkan rumus tetapi mampu membangun konsep lain dalam menyelesaikan masalah matematika tetapi dapat melatih keterampilan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan matematika. b. Diharapkan agar senantiasa memperhatikan aspek sikap percaya diri peserta didik pada pembelajaran matematika. Jika guru menjumpai peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri rendah hendaknya lebih dalam membimbing peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman dalam menerima pelajaran matematika dan diharapkan sikap percaya diri peserta didik rendah dapat meningkat. c. Dalam penggunaan model pembelajaran yang tetap dalam kurun waktu tertentu mengakibatkan peserta didik bosan dengan model tersebut, untuk itu hendaknya guru berusaha memilih model berbeda dalam tatap muka tertentu. d. Dalam pembelajaran materi limit fungsi model pembelajaran hendaknya guru menggunakan model pembelajaran tipe TAI. 2. Bagi Peserta didik commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 103 a. Dalam belajar peserta didik harus lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran matematika, lebih meningkatkan semangat, berusaha dengan sekuat tenaga dalam memecahan permasalahan yang dihadapi dalam belajar matematika, dan berusaha menyukai pelajaran matematika. Dengan demikian sikap percaya diri tinggi dalam penyelesaian masalah tersebut akan mampu meningkatkan hasil belajar matematika. b. Bagi peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dan sedang hendaknya lebih meningkatkan usaha dalam memahami materi palajaran matematika dengan model pembelajaran apapun sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Peserta didik yang masih mempunyai sikap percaya diri rendah hendaknya berani merubah diri dan berusaha menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan akhirnya menjadi suka dengan matematika. 3. Bagi para peneliti dan calon peneliti Diharapkan peneliti dapat mengembangkan penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas. Diharapkan calon peneliti dapat mengembangkan penelitian serupa dengan variabel sejenis dengan jumlah yang lebih banyak misalnya dengan menggunakan modul, hal ini akan lebih bermanfaat untuk sekolah yang mempunyai program percepatan (Acceleration School). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 104 DAFTAR PUSTAKA Austin. 2007. Interactive Learning in Mathematics Education. The Journal of Computer Mathematic and science Teaching. 26.(2). 137-153 Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements. 1991. Research on Cooperative Learning: Implications for practice. School Psycology Review. Vol 20. Issue 1. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. _________. 2004. Statistika Untuk Penelitian Surakarta: Sebelas Maret University Press. Casmini. 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta : Nuansa Aksara. Depdiknas. 2005. Matematika . Jakarta Duren, Philip E. 1992. The Effects of Cooperative Group Work Versus Independenent Practice on the Learning of Some problem Solving Strategies, ProQuest Education Journal 92(2). 80. Enung Fatimah. 2010. Psikologi Perkembangan, Bandung, Pustaka Setia. Galbraith Peter and Chris Hainer. 2006. Attitudes to Mathematics and technology in Computer learning Enviroment, Educational in Mathematics 36: 277 Gellert Uwe. 2008. Prospective elementary teacher comprehension of Mathematics interupction, Vol 18 issue 8. Herman J Waluyo. 2007. Filsafat Ilmu. Surakarta : Widya Sari Press. Johnson, Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning, California : Corwin Press. Kasihani. 2008. Model-model Pembelajaran.. Malang : Universitas Malang. Kuntjoko. 2009. Model-model Pembelajaran. Kediri : Universitas Nusantara PGRI Kediri. Lin Emily. 2006. Cooperative learning in the Science Classroom, ProQuest Education Journals. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 105 Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara. Margono. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Martha Kaufeldt. 2008. Wahai Guru Ubahlah Cara Mengajarmu. Jakarta : Indeks. Mulyasa E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Roksakarya. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Renika Cipata. Nana Sudjana. 1989. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Noorchaya Yahya and Kathleen Huie. 2002. Florodaaton, Florida, USA), Reaching English Language Learners Through Cooperative Learning TESL. Journal of Education for Teaching, Spring 2010, vol. 130, page 265-276. Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius Owens Kay. 1998. Responsiveness and affective processes in the interactive construction of understanding in mathematics, Educational Studies in Mathematics 35: page 105 – 127. Ratna Wilis D. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Rokhana Setyaningrum. 2006. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI terhadap Hasil Belajar Matematika. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ruffell Moyra, John Mason dan Barbara Allen .1998. Studying Attitude to Mathematics, Educational in Mathematics 35, page 1 - 18 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 106 Saiful Azwar. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sardiman A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Raja Grafindo. Satya Sri Handayani. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan menggunakan Struktural "Think Pair Share" Pada Materi Pokok Bentuk Akar dan Pangkat Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Tesis Universitas Sebelas Maret. Syaiful Sagala. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabela. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Suharsimi Arikunto. 1987. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara. Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Raja Grafindo. Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Surabaya: Prestasi Pustaka Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya : Prestasi Pustaka Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo. commit to user