Kalimantan Timur Selayang Pandang Copy right and Published by Divisi Informasi dan Dokumentasi Lembaga Bina Benua Puti Jaji Jl. Argamulya Dalam 17 - Samarinda 75123 Pengantar Borneo dengan luas sekitar 750.000 km yang tercakup dalam tiga negara, merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, setelah Greenland dan New Guinea. Borneo di bagian utara, termasuk negara Malaysia (Sabah dan Sarawak), di bagian pantai barat merupakan Kesultanan Brunei Darussalam. Sedangkan bagian terbesar dari Borneo, merupakan wilayah Indonesia yang dibagi dalam 4 propinsi, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur Propinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, luasnya 211.440 km2 (sekitar 28% luas Borneo), terletak di antara 1130 44' - 1190 00' bujur timur dan 40 24' lintang utara dan 20 25' lintang selatan, dengan batas-batas di sebelah utara dengan negara bagian Sabah (Malaysia Timur), sedangkan di sebelah barat dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sarawak (Malaysia Timur). Di sebelah timur berbatasan dengan selat Makasar dan laut Sulawesi, sedangkan di sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan Secara administratif, propinsi Kalimantan Timur dibagi dalam 2 Kotamadya (Samarinda dan Balikpapan); 4 Kabupaten (Bulungan, Pasir, Berau, Kutai) 2 kota admibtratif (Tarakan dan Bontang). Berdasarkan karakteristik daerahnya, Kalimantan Timur terdiri dari 72 Kecamatan, 1.087 desa yang dibagi dalam tiga kawasan. Pertama, kawasan pantai dengan luas 73.215 km2 dan terdiri dari 433 desa. Kedua, kawasan pedalaman dengan luas wilayah 85.325 km2, memiliki 472 desa. Ketiga, kawasan perbatasan dengan luas wilayah 52.900 km2 memiliki 182 desa dengan ratarata penduduk setiap desa kurang dari 40 Kepala Keluarga. Topografi dan Tanah Kondisi topografi umumnya berbukit-bukit, lebih dari separuh (53,3%) luas wilayah memiliki kemiringan diatas 40% yang terbagi dalam: Zona 1 meliputi daerah dataran rendah di pesisir pantai sebelah timur (kecuali Tanjung Mangkaliat), sepanjang sungai Mahakam mulai dari daerah pesisir (Samarinda) hingga Muara Kaman, Muara Pahu dan Muara Ancalong, sebagian Dataran Tinggi Tunjung (Barong Tongkok dan sekitarnya) serta Dataran Tinggi Benuaq (Damai dan sekitarnya). Zona 2 meliputi daerah Tanjung Mangkaliat, Kabupaten Pasir, daerah perbukitan antara Samarinda Balikpapan dan sebagian daerah pedalaman di Kabupaten Berau, Bulungan dan Kutai. Zona 3 meliputi daerah hulu sungai di Kabupaten Bulungan, Kutai dan Berau. Zona 4 meliputi dataran tinggi dan pegunungan yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah, Selatan dan Malaysia Timur. Kondisi semacam itu ditambah dengan tingginya curah hujan, membuat Kalimantan Timur rawan terhadap erosi. Kalimantan Timur didominasi tanah podsolik murni maupun berasosiasi dengan jenis tanah regosol, lithosol, andosol, latosol, alluvial, organosol, leisol, renzina dan mediteran. Jenis tanah tersebut mencapai 78,5% dari luas wilayah Kaltim, sisanya terdiri dari lithosol (8,75%); alluvial (4,6%), organosol (3,3%), gleisel hidrik (1,4%) dan beberapa kombinasi berbagai jenis tanah dalam jumlah kecil. Dengan demikian, di daerah ini pada umumnya tidak subur untuk lahan pertanian produktif jangka panjang. Iklim Kalimantan Timur yang dibelah garis katulistiwa, memiliki iklim tropik basah dengan kisaran suhu antara 200 sampai 320 Celcius. Curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Sebaran curah hujan cukup berbeda di berbagai lokasi. Di daerah dataran tinggi dan pegunungan, curah hujan tertinggi mencapai 4.000 mm pertahun. Sedangkan curah hujan yang berkisan antara 3.000 mm hingga 4.000 mm terdapat di daerah bagian tengah, memanjang mengitari daerah pegunungan. Curah hujan antara 2.000 mm hingga 3.000 mm tersebar merata di daerah dataran rendah. Sedangkan curah hujan terendah, yakni antara 1.500 mm hingga 2.000 mm terdapat di hampir sepanjang pantai. Penduduk Penduduk asli Kalimantan Timur adalah suku Dayak dan Melayu (Kutai, Tidung), mayoritas mereka tinggal di kawasan pedalaman dan perbatasan. Pertumbuhan penduduk di Kaltim, bercirikan struktur etnik yang didominasi pendatang, sehingga penduduk asli menjadi minoritas. Masuknya pendatang membuat pertumbuhan penduduk di Kaltim, termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 5,8% per tahun. Hal itu disebabkan datangnya pendatang dari luar propinsi sebagai akibat dari "boom" eksploitasi minyak bumi dan hutan. Menurut data statistik tahun 1996, jumlah penduduk di Kaltim mencapai 2.599.165 jiwa. Kelompok migran yang masuk ke Kaltim, paling banyak berasal dari Jawa Timur (35%), kemudian Sulawesi Selatan (25,2%), Kalimantan Selatan (11,8%) dan Jawa Tengah (11,9%). Selain itu masih ada migran dalam jumlah kecil berasal dari Nusa Tenggara Timur, Bali, Maluku dan Sumatera Utara. Sungai dan Danau Di Kalimantan Timur terdapat 161 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai sekitar 347.937 km, berhulu di daerah dataran tinggi dan pegunungan di sepanjang perbatasan Kalimantan Tengah dan Selatan serta Malaysia Timur menuju daerah pesisir pantai di Selat Makasar dan Laut Sulawesi. Sungai sangat penting artinya bagi masyarakat, selain sebagai sumber air juga untuk sarana transportasi. Sebagian besar sungai dapat dilayari dan diantaranya terdapat 8 sungai besar yang merupakan jalur pelayaran penting, yaitu Mahakam (920km); Kayan (576km); Sesayap (278 km); Sembakung (278 km); Segah (162 km); Belayan (319 km); Kendilo (191 km); Kelay (254 km) dan Berau (292 km). Di daerah dataran rendah sepanjang aliran sungai ini, terdapat 104 danau dengan luas keseluruhan mencapai 106.057 hektar. Tiga diantaranya yang terluas dan sangat penting artinya bagi habitat ikan pesut (lumba-lumba air tawar) terdapat di Kabupaten Kutai, yaitu danau Jempang (15.000 ha); Semayang (13.000 ha) dan Melintang (11.000 ha). Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati Dataran rendah di Kaltim didominasi hutan dipterocap dengan beragam tumbuhan dan satwa. Ekosistem yang ada, secara ekologis amat karakteristik, yakni ekosistem pantai dan hutan bakau; hutan kerangas (health forest) dan hutan pegunungan (montane forest). Hutan merupakan ekosistem paling penting, karena keragaman ekosistem dan formasi hutannya merupakan perpaduan fungsi dari tiga faktor, yakni curah hujan, ketinggian dan kondisi tanah. Dari 350 spesies pohon dipterocarpaceace, sekitar 267 spesies ditemukan di belantara Borneo, dimana 155 spesies itu adalah endemik. Selain pohon-pohon dipterocap, jenis pohon lain yang bernilai komersial adalah ulin (eusideroxylon zwiger) dan gaharu (aqularia thymelaeaceae) Keanekaragaman hayati tidak hanya terdapat di hutan alam, melainkan juga pada hutan atau lahan masyarakat setempat. Di tempat itu dijumpai sekitar 42 jenis buah-buahan, juga 33 jenis tumbuhan untuk sayuran, 14 jenis untuk obat-obatan. Sedangkan di kawasan perladangan, terdapat banyak varietas lokal. Hal ini menunjukkan bahwa ladang amat penting sebagai sumber plasma nutfah. Sebagai contoh, di desa Apau Ping dan Long Alango, Kabupaten Bulungan ditemukan 58 varietas padi lokal. Dari segi keanakeragaman satwa liar, terdapat 221 spesies binatang menyusui (mammalia) dan 28 diantaranya endemik Borneo. Selain itu juga ditemukan 13 jenis satwa primata, diantaranya tarsius (tarsius bancanus); orang utan (pongo pygmaeus); bekantan (nasalis larvatus); siamang (sympalanqus syndactylus); kaliawat (hylobates klosii); bangkui (presbytis rubicunda); beruk (macaca nemes trima); lutung (presbytis melapholos) dan kukang (nyeticebus caucang). Selain satwa jenis primata, juga terdapat berbagai jenis satwa ular (elapiade sp); burung walet (collocalia inexpectata); Enggang (hidrocissa qalerita) dan lain sebagainya. Sedangkan satu jenis satwa khas adalah pesut (orcaella brevirostris) yang terdapat di sungai Mahakam. Jenis binatang air lain yang menarik adalah penyu hijau (chelonia mydas) yang terdapat di pulau-pulau lepas pantai Berau. Sumber Daya Alam Hutan merupakan sumber daya alam yang potensial di Kalimantan Timur. Luas kawasan hutan di Kaltim mencapai 21.155 juta hektar. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan, peruntukannya adalah sebagai berikut: Hutan Suaka Alam (1.968.600 ha); Hutan Lindung (3.626.300 ha); Hutan Produksi Terbatas (4.826.100 ha); Hutan Produksi Tetap (5.513.060 ha); Hutan Konversi (5.192.380 ha); Lain lain (17.500 ha). Potensi hutan ini mengundang banyak investor untuk melakukan eksploitasi hutan. Kini pemegang konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Kaltim mencapai 108 perusahaan dengan total luas areal konsesi 12.093.500 ha atau rata-rata 111.976,85 hektar per HPH. Sebagaimana ditetapkan dalam Undang Undang No. 8 Tahun 1971, Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan yang mengelola, mengusahakan, mengolah dan memasarkan minyak bumi dan gas alam. Dengan demikian, Pertamina menguasai seluruh sumber minyak dan gas bumi di Kalimantan Timur. Di tingkat operasional, Pertamina memiliki Unit Eksplorasi Produksi (UEP) yang melingkupi Kalimantan dan Sulawesi berpusat di Balikpapan. Di wilayah kerja Pertamina Unit Eksplorasi Produksi IV, terdapat 15 cekungan, di mana baru 3 cekungan yang telah berproduksi (Barito, Kutai, Tarakan), 6 cekungan sudah dieksplorasi, sedangkan sisanya belum dieksplorasi sama sekali. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai 756 juta ton, tersebar di 3 cekungan, yaitu Mahakam, Pasir dan Tarakan. Deposit ini sebagian besar ditemukan di Kabupaten Pasir, dari 535,85 juta ton deposit yang teridentifikasi, 311,85 juta ton atau sekitar 58% terdapat di Kabupaten Pasir. Emas juga merupakan sumber daya alam yang potensial di Kalimantan Timur. Deposit emas dijumpai dalam 2 bentuk, yakni berupa endapan plaser di daerah sungai Belayan, Telen, Kelinjau, Kelimpan, Kelian, Alan, Boh, Oga, Cihan, Danum Bianaq, Meraseh, Pahangai, Kendilo, Segah, Nyuatan, Merah dan Tikung. Sedangkan deposit emas primer dijumpai di gunung Lumut (Kabupaten Pasir). Deposit biji nikel dalam bentuk laterit terdapat di sekitar gunung Buih (120 juta ton), Kecamatan Long Ikis dan daerah perbukitan sekitar sungai Riyeh dan Kuaro. Sedangkan deposit kaolin, terdapat di Muara Badak, Tabang, Loa Kulu, Kembang Janggut, Tanah Merah, Tanah Grogot dan Sangkulirang. Endapan batu kapur banyak terdapat di gunung Sekerat. Sangkulirang, Long Bagun, Long Kali, Talisayan dan Tanjung Palas. Sedangkan deposit pasir kwarsa dengan potensi ratusan juta ton, terdapat di Kecamatan Waru, Penajam, Semboja, Muara Jawa, Muara Badak, Bontang, Sangkulirang, Tanah Grogot, Kota Bangun, Tabang, Muara Pahu, Melak dan Krayan. Potensi bahan tambang lainnya adalah besi, antimon, air raksa, putih zircon, intan, gips, pospat, crystal quartz dan uranium. Penutup Propinsi Kaltim adalah salah satu propinsi terkaya di Indonesia. Namun kekayaan itu tidak sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat. Lebih dari itu, karakteristik wilayah di Kaltim, yakni perbatasan, pedalaman dan pantai, tidak hanya secara geografis berbeda, tetapi juga berbeda dalam hal perkembangannya. Dari ketiga wilayah itu, wilayah pantai paling pesat perkembangannya. Adanya perbedaan itu menyebabkan terjadinya dualisme ekonomi dan budaya. Di satu fihak terdapat wilayah pantai yang relatif maju, sedangkan di fihak lain masyarakat pedalaman dan perbatasan masih terabaikan dari kemajuan pembangunan. Dualisme ekonomi dan budaya itu, menimbulkan masalah yang serius bagi penduduk asli Kalimantan Timur, yakni, melemahnya eksistensi kebudayaan penduduk asli karena lajunya arus penetrasi ekonomi dan budaya. Dengan demikian, masalah pemberian tempat yang wajar bagi nilai-nilai kehidupan sosial budaya penduduk asli dalam sistem pembangunan yang berlaku saat ini merupakan persoalan serius. Masalah dualisme ini, tidak hanya disebabkan faktor geografis, tetapi juga karena sistem pembangunan yang sangat menekankan pentingnya keekaan budaya dan kurang memperhatikan kebhinekaan bangsa Indonesia. Dengan demikian, proses marginalisasi penduduk asli di Kalimantan Timur terus berlangsung hingga kini. (*) (Rudi)