1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang begitu cepat menyebabkan dunia pendidikan menghadapi tantangan yang amat berat, dimana semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal, khususnya pendidikan tinggi, menjadikan perguruan tinggi sebagai sektor strategis yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan mampu bersaing di era global. Sejalan dengan hal tersebut, perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi mempunyai tanggung jawab dalam menyiapkan sebagian besar lulusannya untuk menjadi lulusan yang berkualitas, yaitu profesional dan kompeten. Hal ini pun tertuang dalam Peraturan Akademik Universitas Hasanuddin (2008:22) yaitu: Pasal 1 ayat (1) Pendidikan tinggi adalah kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmupengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Perguruan tinggi memegang peranan yang cukup penting dan merupakan salah satu kunci dalam rangka mencerdaskan pemuda-pemudi denganmembina mahasiswa-mahasiswi menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan negara.Keadaanpersainganyang cukup kompetitif pendidikan 2 sehingga mampu serta unggul dalam persaingan tersebut. Perguruan tinggi harus melakukan langkah antisipasi guna menghadapi persaingan yang semakin kompetitif serta bertanggung jawab untuk menggali dan meningkatkan segala aspek pelayanan yang dimilik, termasuk dalam hal pelayanan akademik. Pelayanan akademik dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh perguruan tinggi untuk memberikan kemudahan pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan akademik. Tujuan tersebut hanya akan tercapai jika secara minimal prosesnya bersifat komunikatif. Di sinilah komunikasi sebagai salah satu cabang ilmu sosial menjadi sangat berperan sebagaimana secara mendasar komunikasi mencakup segala aspek kehidupan manusia. Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan: “Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pegawai (karyawan/staf dan dosen/pengajar) sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.” Perguruan Tinggi merupakan salah satu bentuk bidang usaha jasa yang bergerak dalam bidang pendidikan tinggi. Dalam buku Manajemen Jasa (Kotler,1994:6) menyatakan bahwa : Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. 3 Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha. Meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik namun esensi dari apa yang dibeli pengguna jasa adalah performance yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pentingnya komunikasi yang efektif bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi.Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Menurut Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi (2009:04) yaitu komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim (individu, kelompok, atau organisasi) dan si penerima (anggota organisasi, kelompok orang dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan) pesan untuk mengubah tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor). Dari pengertian diatas begitulah seharusnya komunikasi yang dilakukan oleh bagian akademik sebagai organisasi dalam melayani mahasiswa. Keberhasilan fakultas sebagai unit kerja dalam perguruan tinggi sangat ditentukan oleh mutu pelayanan yang diberikan, dimana pelayanan yang bermutu dapat diidentifikasi melalui kepuasan pengguna jasa, dalam hal ini adalah mahasiswa. Kepuasan adalah hasil dari pemenuhan dari konsumen bahwa pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang (Irawan, 2002:4). Ini artinya kepuasan pengguna jasa bisa diukur dari tanggapan-tanggapan mereka 4 terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan/organisasi selama terjalinnya hubungan antara penyedia dan pengguna jasa. Tanggapan balik adalah salah satu unsur yang telah ada dalam model-model komunikasi dan lebih dikenal dengan nama umpan balik (feedback). Adanya umpan balik menjadikan komunikasi bersifat interaktif, tanpa umpan balik informasi yang mengalir satu arah tanpa ada jaminan untuk mengetahui apakah informasi (pesan) itu sudah diterima atau belum. Sebuah perusahaan/organisasi yang bersedia memberikan kualitas pelayanan yang baik pastinya akan memperoleh tanggapan-tanggapan yang baik pula dari pengguna jasanya. Dikarenakan kualitas pelayanan yang baik bukanlah berdasarakan sudut pandang/persepsi penyedia jasa (Universitas) melainkan berdasarkan sudut pandang/persepsi pengguna jasa(mahasiswa).Hal ini disebabkan pengguna jasa (mahasiswa) yang mengkonsumsi serta yang menikmati jasa layanan. Dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian pengguna jasa terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat pelayanan yang diharapkan. Bagi perusahaan/organisasi kuncinya adalah menyesuaikan atau melebihi harapan mutu jasa yang diinginkan pengguna jasanya. Pelayanan adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah akademika karena hal tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan dari kinerja dan profesionalitas birokrasi fakultas. Hal ini terjadi karena 5 kegiatan pelayanan merupakan kegiatan yang membutuhkan kontak atau interaksi langsung antara pegawai baik akademik/jurusan dengan mahasiswa, sehingga penilaian mahasiswa akan muncul ketika kegiatan pelayanan tersebut dilangsungkan. Namun, tak sedikit pihak yang menilai pelayanan akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin sungguh tak layak.Pasalnya, pelayanan yang diberikan begitu lamban, rumit/kerap dipersulit dan membuat sebagian pihak merasa jenuh dengan sikap tak bersahabat dari tenaga bagian akademik. Prokrastinasi juga menjadi salah satu kebiasaan yang paling sering ditemui.Terdapat beberapapermasalahan akademik yang dijumpai antara lain terkait masalah pengurusan Kartu Rencana Studi (KRS). Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara pegawai akademik/jurusan dengan dosen juga dapat menjadi penghambat pengurusan KRS dan perubahan jadwal kuliah, seperti yang dikutip di Identitas- Nilai Mandek, KRS pun Macet (Edisi Akhir Januari 2012:4) yakni: sistem KRS Online yang dianggap lebih efektif dan efisien, dianggap dapat memperlambat proses pengurusan KRS itu sendiri. Nilai yang seharusnya telah terinput dalam system-online ternyata masih terkendala belum adanya nilai mata kuliah yang keluar secara manual (daftar nilai manual,red). Kurang adanya koordinasi antara pegawai akademik dengan dosen pemegang mata kuliah, diduga sebagai faktor utama yang menghambat sistem pemasukan nilai.Kejadian ini dialami oleh Tri, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)yang hingga pekan ke-dua pengurusan KRS, dibuat bingung dengan nilai mata kuliah yang belum keluar. 6 Hal ini berdampak pada pengurusan KRS dan kejadian yang kedua kalinya melanda FISIP Unhas. Adanya perubahan jadwal kuliah di awal semester oleh beberapa oknum dosen, seakan menjadikan jadwal akademik fakultas hanya formalitas belaka. Dikutip di Identitas- Ribut Soal Jadwal Kuliah (Edisi Akhir Januari 2012:4) yakni: FISIP : Tabrakan antara jadwal kuliah yang ditentukan dosen dengan jadwal MKU, Dosen merubah hari kuliah dan mengganti ruangan, Tabrakan kelas dengan jurusan lain, Pindah jadwal kuliah yang tidak diketahui beberapa mahasiswa. Kejadian seperti ini sudah menjadi momok yang harus dihadapi mahasiswa setiap semester baru berjalan, dimana semua pemindahan seharusnya dilaporkan ke bagian akademik dan selanjutnya diumumkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Jika perubahan jadwal, pemindahan ruangan atau penggabungan kelas dilakukan tanpa sepengetahuan mahasiswa, tentu saja si mahasiswa yang akan dirugikan. Terdengar pula keluhan-keluhan di kampus tentang sulitnya menemui penasehat akademik. Padahal dalam peraturan akademik Bab VI pasal 16 ayat 2 telah dijelaskan mengenai tugas-tugas dari penasehat akademik. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi merupakan faktor yang sangat esensial dalam kontak dengan mahasiswa. Bila terjadi gap/kesenjangan dalam komunikasi, maka akan timbul penilaian negatif terhadap kualitas jasa/pelayanan yang diberikan. Selain itu, dalam hal pengurusan akademik, terkadang ada mahasiswa yang KRS ataupun daftar hadirnya tercecer. Dimana dalam hal 7 ini yang dirugikan adalah pihak mahasiswa, sedangkan pihak akademik tidak mau bertanggung jawab, kebiasaan pihak akademik dalam menyikapi kehilangan mahasiswa adalah saling lempar tanggung jawab antar staf.Hasilnya lagi-lagi mahasiswa dirugikan dan tidak tahu harus menuntut siapa.Padahal seharusnya mereka menyadari bahwa sebagai pegawai akademik haruslah memberikan pelayanan yang baik kepada customer mereka, mahasiswa tentunya. Permasalahan akademik lainnya yang juga sering dijumpai yaitu terkait kehadiran dosen dalam mengajar. Pelayanan akademik ini juga menjadi salah satu hal yang biasa dihadapi mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Ketidaktepatan waktu dosen hadir untuk mengajar membuat mahasiswa harus menunggu lebih dari jam yang telah ditentukan oleh pihak fakultas. Selain itu, tidak maksimalnya penggunaan fasilitas sarana dan prasarana pendukung perkuliahan. Penelitian ini diadakan di Unhas tepatnya pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik dengan pertimbangan yang mengacu padaStandar Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas 2010-2015 pada poin 122 disebutkan bahwa Fakultas melakukan survey kepuasaan mahasiswa terhadap berbagai layanan aktivitas kemahasiswaan serta pada poin 128 dimana Fakultas/jurusan/ program studi harus mempunyai prosedur yang mengatur tentang mekanisme penyampaian ketidakpuasaan dari mahasiswa. 8 Masalah pelayanan bukan hal sepele karena ini terkait penentuan apakah Unhas pantas meraih penghargaan International Standard of Organization 9001: 2008 tentang kualitas sistem manajemen. Dengan demikian, Unhas dalam hal ini Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik harusnya dapat memberikan pelayanan yang semakin prima kepada mahasiswa dan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu pelayanan yang berkualitas salah satunya dapat diketahui dengan melihat tanggapanmahasiswa yang merupakan sasaran utama pelayanan sehingga dengan adanya tanggapan dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pelayanan yang telah diberikan kepada para mahasiswa. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, penulis merasa perlu mengkaji lebih jauh ke dalam bentuk penelitian yang berjudul : “TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN AKADEMIK DI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN” B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, peneliti hendak membahas penelitian melalui rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan akademik di FISIP Universitas Hasanuddin? 2. Apakah kualitas pelayanan akademik yang diberikan di FISIP Universitas Hasanuddin sudah sesuai harapan mahasiswa ? 9 3. Apakah saran dan masukan mahasiswa terkait dengan kualitas pelayanan akademik di FISIP Universitas Hasanuddin ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan akademik di FISIP Universitas Hasanuddin. b. Untuk mengetahui harapan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan akademik yang diberikan di FISIP Universitas Hasanuddin. c. Untuk mengetahui saran dan masukan mahasiswa terkait dengan kualitas pelayanan akademik di FISIP Universitas Hasanuddin. 2. Kegunaan Penelitian Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi mengenai pelayanan komunikasi akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sehinggadapat diaplikasikan beberapa variabel dalam pelayanan. Secara Praktis a. Penelitian ini adalah syarat meraih gelar kesarjanaan di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan masukan, evaluasi, pemikiran dan pertimbangan 10 bagi peningkatan pelayanan akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. D. Kerangka Konseptual Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pengguna jasa dan berakhir pada persepsi pengguna jasa (Kotler, 1994).Hal ini berarti bahwa kualitas yang baik bukanlah dari sudut pandang pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang pengguna jasa. Pengguna jasalah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi pengguna jasa terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. Jasa (service) merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasaan yang ditawarkan untuk dijual namun berdasarkan tujuan organisasi jasa, universitas/perguruan tinggi termasuk dalam nonprofit service. Dalam buku Manajemen Jasa (2006:6), Kotler menyatakan bahwa: Jasa sebagai setiap tindakan atau perbutan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepadapihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannnya dengan barang : 1. Intangibility Jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha. Bila barang dapat dimiliki maka jasa hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak di miliki. Konsep intangibility sendiri memiliki dua pengertian (Berry 11 dalam Eins dan Cox, 1988) dalam Tjiptono (2006:15), yaitu: a) sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa, b) sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah. Oleh sebab itu, seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia menikmatinya/mengkonsumsinya sendiri. Bila pengguna jasa membeli suatu jasa, ia hanya menggunakan,memanfaatkan,atau menyewa jasa tersebut. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketidakpastian, para pengguna jasa akan memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa tersebut. 2. Inseprability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa di lain pihak, umumnya di jual, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Dalam hubungan penyedia jasa dan pengguna jasa ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada pemberian perhatian khusus pada tingkat keterlibatan pengguna jasa dalam proses jasa (misalnya aktivitas dan peran serta mahasiswa dalam pendidikan di perguruan tinggi). Demikian pula halnya dengan fasilitas pendukung jasa sangat diperlu diperhatikan, misalnya ruang kuliah yang nyaman, tersedianya LCD, fasilitas komputer, mesin fotocopy, dan sebagainya. 3. Variability 12 Jasa bersifat sangat variabel dalam artian banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tegantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa (Boove, Housten, dan Thill,1955) dalam Tjiptono (2006:17) yaitu kerja sama atau partisipasi pengguna jasa selama penyampaian jasa, moral/motivasi karyawan dalam melayani pengguna jasa, dan beban kerja perusahaan. Dalam halini penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitasnya, sbb: a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik. b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyiapkan suatu cetak biru (blueprint) jasa yang menggambarkan peristiwa dan proses jasa dalam suatu diagram alur, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut. c. Memantau kepuasaan pengguna jasa melalui saran dan keluhan, survei pengguna jasa dan comparison shopping sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat di simpan. Parasuraman et.al dalam Irawan (2002:46) mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas jasa/pelayanan, ecpective service (pelayanan yang diharapkan) dan percived service (pelayanan yang 13 diterima) karena kualitas pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan pengguna jasa dan usaha pemenuhan keinginan dan ketepatan pengguna jasa dalam mengimbangi harapan pengguna jasa.Kualitas pelayanan tersebut dipersepsikan sebagai berikut: 1 Apabila pelayanan yang diterima/dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan memuaskan konsumen. 3. Apabila pelayanan yang diterima/dirasakan melampaui dari yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan kualitas yang ideal. 2 Apabila pelayanan yang diterima/dirasakan lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Handi irawan dalam bukunya 10 prinsip kepuasaan pengguna jasa (2002:9) mengatakan, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasaan pengguna jasa. Dalam bisnis jasa, sikap dan pelayanan contact personnel merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan kualitas jasa sehingga setiap perusahaan memerlukan adanya service excellence. Yang dimaksud dengan service excellence atau pelayanan yang unggul yakni, suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pengguna jasa secara memuaskan (Elhaitammy,1990) dalam Tjiptono (2006:58). Secara garis besar ada empat unsur pokok dalam konsep ini, yaitu: 14 1. Kecepatan 2. Ketepatan 3. Keramahan 4. kenyamanan Berdasarkan empat unsur diatas, dalam mencapai tingkat excellence setiap karyawan harus memiliki keterampilan tertentu, diantaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja dan siap untuk melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaannya baik tugas yang berkaitan pada bagiannya maupun bagian lainnya, mampu berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat (gesture) pengguna jasa, dan memiliki kemampuan menangani keluhan pengguna jasa secara profesional. Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa, konsep ServQual merupakan konsep yang paling banyak di gunakan oleh pelaku bisnis di seluruh dunia yang berkecimpung dalam hal pelayanan pengguna jasa (Irawan, 2002:57). Konsep ini dikembangkan oleh Parasuraman, Berry, dan Zeithmal sejak 15 tahun yang lalu. Ketika pertama konsep ini di formulasikan terdapat 10 dimensi. Setelah itu disederhanakan menjadi 5 dimensi yakni : 1. Bukti fisik/wujud(Tangibles) adalah berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. 15 2. Empati (Empathy) berarti perhatian secara individual yang diberikan kepada pengguna jasa(keramahtamahan) dan berusaha untuk memahami keinginan dan kebutuhan serta mampu menangani keluhan pengguna jasa secara baik dan tepat. Dimensi Emphaty ini terdapat unsur-unsur lainnya yang terkait yaitu sebagai berikut : a) Access (akses), kemudahan memanfaatkan dan memperoleh pelayanan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. b) Communication (komunikasi), kemampuan dalam berkomunikasi dalam penyampaian pesan dan informasi kepada pengguna jasanya melalui berbagai media komunikasi, yaitu personal kontak, media publikasi/promosi, telepon, korenspondensi, faximile, dan internet. c) Understanding the customer (pemahaman terhadap pengguna jasa), kemampuan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan serta mampu menangani keluhanan para pengguna jasannya 3. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk memenuhi janji pelayanan yang dijanjikan dengan akurat, tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 4. Daya Tanggap (Responsiveness) yaitu menggambarkan keinginan untuk membantu dan untuk menyediakan layanan yang cepat dan tepat. 5. Jaminan (Assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. Dimensi jaminan (assurance) ini terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 16 a) Competence (Kompetensi), keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki. b) Customer Service dalam memberikan pelayanan c) Credibility (Kredibilitas), berkaitan dengan nilai-nilai kepercayaan, reputasi, prestasi yang positif dari pihak yang memberikan layanan. Tangapan merupakan kemampuan setiap individu untuk memberikan makna dan kata interpretasi berdasarkan stimuli yang diterima oleh panca indera, sehingga melahirkan suatu refleksi diri dari dalam diri seseorang untuk merealisasikan stimuli yang diterimanya. Menurut Rahmat (1994:51) tanggapan adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut teori Stimulus-Organism-Response (S-O-R), efek yang ditimbulkan merupakan reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antar pesan dan reaksi komunikan. Adapun unsur dalam model ini adalah a) Pesan (Stimulus); b) Komunikan (Organism); c) Efek (Response). Dalam analisis efek, efek adalah unsur penting dalam keseluruhan komunikasi. Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi balik penerima terhadap pesan yang dilontarkan oleh pihak komunikator, melainkan efek yang dapat menimbulkan baik dalam pengetahuan, sikap, dan tingkah laku secara keseluruhan pada diri penerima. Perubahan semacam ini menyangkut proses komunikasi yang azasi sifatnya, dan 17 perubahan semacam inilah yang diharapkan terjadi dalam proses pelayanan akademik. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk memudahkan proses penelitian, penulis mengemukakan bagan kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut: Akademik FISIP UNHAS Kualitas Pelayanan Akademik di FISIP UNHAS Tangibles (wujud) Empathy (empati) Reliability (kehandalan) Responsivness (daya tanggap) Assurance (jaminan) Tanggapan Mahasiswa/i FISIP UNHAS 18 E. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan untuk memudahkan batasan pengukuran dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: 1. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. 2. Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh pihak akademik/jurusankepada mahasiswa dimana pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan. 3. Pelayanan akademik adalah sebagai tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pegawai akademk/jurusankepadamahasiswauntuk memberikan kemudahan pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan akademik seperti sistem pengurusan KRS, jadwal kuliah, penasehat akademik, kinerja pegawai akademik ataupun jurusan, pengajaran dosen, terkait sarana dan prasarana pendukung perkuliahan. 4. Kualitas Pelayanan adalah penilaian mahasiswa FISIP Unhas terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat pelayanan yang diharapkan yang di ukur melalui kriteria Bukti Fisik (Tangibles), Empati (Emphaty), Kehandalan (Reliability), Daya Tanggap (Responsiveness), Jaminan (Assurance),. 5. Bukti Fisik (Tangibles) adalah penilaian mahasiswa yang berhubungan dengan penampilan fisik, ruang akademik/jurusan, 19 sarana dan prasarana perkuliahan, kebersihan wc, kenyamanan di lingkungan FISIP Unhas. 6. Empati (Emphaty) adalah penilaian mahasiswaterhadap keramahan, kemampuan berkomunikasi serta perhatian penuh dari pegawai akademik/jurusan FISIP Unhas. 7. Keandalan kemampuan (Reliability) pegawai adalah penilaian mahasiswa akademik/jurusanFISIP Unhas terhadap dalam memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan memuaskan. 8. Daya Tanggap (Responsiveness) adalah penilaian mahasiswaterhadap kesigapan pegawai akademik/jurusanFISIP Unhasdalam membantu dan menangani keluhan mahasiswa dengan cepat dan tepat. 9. Jaminan(Assurance) adalah penilaian mahasiswaterhadappengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pegawai akademik/jurusanFISIP Unhasdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaannya. 10. Mahasiswa adalah mahasiswa FISIP Unhas strata satu angakatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang terdiri dari Jurusan Ilmu Komunikasi, Administrasi, Hubungan Internasional, Ilmu Pemerintahan, Politik, Sosiologi, dan Antropologi. 11. Tanggapan adalah pernyataan subjektif mahasiswa FISIP Unhas terhadap kualitas pelayanan akademik di FISIP Unhas. 20 F. Metode Penelitian 1.Waktu dan Objek Penelitian Waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan, yakni pada bulan April hingga Juni 2012.Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Hasanuddin Makassar dan yang menjadi objek penelitian adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin yang terdiri dari Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Administrasi, Hubungan Internasional, Ilmu Pemerintahan, Politik, Sosiologi, dan Antropologi, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar. 2.Tipe Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu obyek tertentu dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. 3.Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a) Data Primer Dalam pengumpulan data ini menggunakan angket yakni pengumpulan data dengan caramemberikan sejumlah daftar pertanyaan kepada semua responden. Atau dalam pengertian lain adalahdata diperoleh dari observasi 21 langsung dan pengumpulan angket/kuisoner yang telah dijawab oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. b) Data Sekunder Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode wawancara dengan pihak-pihak akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti dan melakukan pencatatan data yangsesungguhnya serta studi literatur dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. 4.Populasi dan Sampel Yang dimaksud dengan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan. (Sugiyono, 2010:80) Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP Universitas Hasanuddin yang berjumlah 1.629 orang sesuai dengan jumlah mahasiswa aktif yang terdaftar pada semester awal tahun akademik 2011/2012 yang terdiri dari Jurusan Ilmu Komunikasi, Administrasi, Hubungan Internasional, Ilmu Pemerintahan, Politik, Sosiologi, dan Antropologi. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Sugiyono, 2010:81). 22 Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis metode ( probability sampling) yaitu peluang masingmasing responden dapat diketahui, Sedangkan teknik samplingnya menggunakan sampel berstrata proporsional (proportionale stratified random sampling).Adapun penentuan besaran sampel menggunakan tabel yang dikembangkan dari Isaac dan Michael.Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1.629 dengan taraf kesalahan 10% sehingga berdasarkan tabel Isaac dan Michaeldiperoleh sampel sebesar 234 mahasiswa.Jumlah sampel per-jurusan di FISIP Universitas Hasanuddin: 1. IlmuKomunikasi : 288/1629 ×234 = 41,5 = 42 2. Ilmu Politik : 190/1629 × 234 = 27,4 = 27 3. Ilmu Pemerintahan : 249/1629 × 234 = 35,9 = 36 4. Ilmu Hub. Internasional : 270/1629 × 234 = 38,9 = 39 5. Ilmu Adm. Negara : 252/1629 × 234 = 36,3 = 36 6. Ilmu Sosiologi : 218/1629 × 234 = 31,4 = 31 7. Ilmu Antropologi : 162/1629 × 234 = 23,4 = 23 5.Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu uraian yang berupa penggambaran untuk menjelaskan jawaban-jawaban yang diberikan responden dalam angket/kuisoner,data-data yang diperoleh melalui wawancara dan studi pustaka digunakan sebagai data penunjang.Penelitian ini memanfaatkan software SPSS dalam pengolahan data.Selain itu peneliti juga menggunakan Skala Likert sebagai pedoman.