11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori tentang Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima deposit dan menyalurkan ke dalam kredit. Bank adalah lembaga intermediasi keuangan, penghubung antara orang yang memiliki kelebihan modal dengan orang yang memerlukan modal. Fungsi utama perbankan Indonesia sesuai pasal 3 UU No. 10 tahun 1998 adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Fungsi tersebut bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional menuju peningkatan dan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat banyak. Sebagai lembaga keuangan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (dana pihak ketiga) dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Selanjutnya uang tersebut akan dikembalikan kepada masyarakat dalam 2 bentuk kredit dengan pengenaan bunga pada tingkat tertentu. Penyaluran kredit merupakan salah satu fungsi utama bank, disamping itu juga merupakan sumber pendapatan bagi industri perbankan. Pendapatan diperoleh dari selisih (spread) antara suku bunga simpanan dengan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank. Umunya perbankan di Indonesia menetapkan spread sebesar 2 sampai 3 persen sebagai harga yang layak terhadap (lending rate). Menurut UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan UU RI No. 10 Tahun 1998, terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah: Bank umum, adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan 12 atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti daat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu juga dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank sebagai lembaga perantara keuangan, dalam kegiatannya sehari-hari tentu tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Dengan demikian, kegiatan bank di Indonesia terutama kegiatan bank umum (Djumhana,2006) adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat. Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro maupun tabungan deposito. Alternatif simpanan yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah simpanan dalam bentuk giro, tabungan, sertifikat dan deposito 2. Menyalurkan dana ke masyarakat. Menyalurkan dana berarti memberikan kembali dana yang telah dihimpun melalui simpanan giro, tabungan dan deposito kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman bagi bank konvensional, disamping dikenakan bunga, debitur juga dikenakan jasa pinjaman berupa biaya administrasi. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya. Jasa-jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kegiatan bank.jasajasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap 13 kegiatan penyimpanan dana dan penyaluran kredit. Adapun jenis produk jasa perbankan lainnya adalah sebagai berikut: 2.2. Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah. Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah. Jasa pengiriman uang Jasa penagihan Jasa kliring Jasa penjualan mata uang asing Jasa penyimpanan dokumen Jasa cek wisata Jasa kartu kredit Jasa letter of credit Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Definisi mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih belum seragam antar satu institusi dengan institusi yang lain. Berikut ini dijelaskan definisi UMKM dari masing-masing institusi. Badan Pusat Statistik mendefinisikan UMKM berdasarkan ukuran ketenagakerjaan. Usaha mikro adalah usaha yang mempekerjakan lima orang termasuk pekerja mempekerjakan 5 keluarga sampai yang 10 tidak orang, dibayar. dan Usaha usaha kecil apabila menengah apabila mempekerjakan 20 sampai 99 orang. Bank Indonesia mendefinisikan UMKM dengan dua kriteria, yaitu: 1). Berdasarkan aset, omset, dan badan hukum. Yang disebut usaha mikro adalah usaha yang dilakukan orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha 14 mudah dimasuki dan keluar. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset hingga Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan dengan omset Rp 1 miliar. Lalu disebut usaha menengah apabila beromset Rp 3 miliar, yang terbagi dalam dua jenis, yaitu industri bukan manufaktur dengan aset hingga Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan serta industri manufaktur dengan aset hingga Rp 5 miliar. 2). Berdasarkan kredit yang diterima oleh pengusaha. Usaha mikro adalah usaha yang dapat menerima kredit hingga Rp 50 juta. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang dapat menerima kredit mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Lalu usaha menengah adalah usaha yang dapat menerima kredit dari Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar. Menurut Bank Dunia, usaha mikro adalah kegiatan usaha yang menggunakan pekerja hingga 20 orang. Sedangkan usaha kecil dan menengah (UKM) adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja di atas 20 orang dengan aset di luar tanah dan bangunan hingga US$ 500 ribu. Peranan usaha kecil dapat dilihat secara lebih rinci pada tingkat atau level makro (analisis suatu kesatuan atau agragat) yang dapat menyebabkan, yaitu: Penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru (employment dan creat new job), Breeding Ground untuk bisnis baru, usaha bersama kekeluargaan (cooperatif) dan mengurangi kecemburuan sosial, karena adanya kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan. Profil usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut: Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas terpasang 60 persen atau kurang. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kesalahan dalam perencanaan dan ketidakmampuan memperbesar pasar. Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha. Pada masa persiapan 15 (sebelum investasi) terdapat dua permasalahan yang menonjol yaitu pemodalan dan kemudahan usaha (lokasi dan perizinan). Pada tahap selanjutnya (pengenalan usaha) sektor usaha kecil menghadapi masalah pemasaran ditambah dengan masalah permodalan dan hubungan usaha. Pada tahap peningkatan usaha, sektor ini kembali menghadapi permasalahan dalam permodalan den pengadaan bahan baku. menonjol yaitu pemodalan dan kemudahan usaha (lokasi dan perizinan). Umumnya sulit untuk meningkatkan pangsa pasar bahkan cenderung mengalami penurunan usaha yang terjadi karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan dan kurang keterampilan khas dan adminisrasi. Tingkat ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah berupa permodalan, pemasaran dan pengadaan barang/bahan relatif tinggi. Hampir lebih dari 50 persen dari usaha kecil masih mempergunakan teknologi tradisional dan sekitar 70 persen dari usaha kecil masih melakukan pemasaran langsung kepada konsumen. Dan hingga saat ini sebagian besar pengusaha kecil dalam usaha memperoleh bantuan perbankan merasa terlalu rumit dan dokumen yang harus dipersiapkan sulit dipenuhi. 2.3. Konsep dan Teori tentang Kredit 2.3.1. Pengertian Kredit Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pengertian kredit dipersamakan adalah dengan itu. penyediaan Hal uang tersebut atau tagihan berdasarkan yang persetujuan dapat atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain. Kondisi tersebut mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. 16 Kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan. Kepercayaan itu antara si pemberi dengan si pemohon kredit yang terkait dalam suatu kesepakatan. Menurut Suyatno (1992), kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada waktu yang akan datang yang disebabkan oleh penyerahan barang-barang sekarang. Kusuma (2007) menyatakan bahwa kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang. Dalam arti ekonomi kredit adalah penundaan bayaran dari prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang atau jasa (Suyatno, 1992). Andriani (2008) mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari perjanjian untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu. Adapun menurut (Suyatno, 1992) bahwa kredit adalah merupakan suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, dimana prestasi tersebut pada dasarnya akan berbentuk nilai uang. (Gumilar, 2008) menyatakan kredit mempunyai arti antara lain kredit sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain berupa suatu prestasi dan kredit sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang telah diserahkan itu. Pengertian kredit juga dikemukakan oleh (Purnama, 2011) yang menyatakan bahwa kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak lainnya dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada masa tertentu yang akan datang dan disertai dengan suatu kontra prestasi berupa uang. Adapun definisi 17 kredit dalam arti hukum adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak menggunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah uang pinjaman itu dibelakang hari. 2.3.2. Unsur-Unsur Kredit Menurut (Suyatno, 1992) terdapat unsure-unsur kredit antara lain: 1) Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. 2) Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak. 3) Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo. 4) Resiko, yang menyatakan adanya resiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. 5) Persetujuan dan perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian (Suyatno, 1992). Menurut (Kasmir, 2002), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan. Merupakan suatu keyakinan pemeberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu 18 perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 2. Kesepakatan. Kredit mengandung unsur kesepakatan antara kreditur dengan debitur. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu. Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu meliputi jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. 4. Risiko. Adanya tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan risiko tidak tertagihnya kredit yang diberikan. Semakin panjang jangka waktu kredit akan menyebabkan risiko kredit semakin besar. Begitupula sebaliknya. 5. Balas jasa. Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa yang dikenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan bank. 2.3.3. Prinsip-Prinsip Kredit Menurut Kasmir (2002), prinsip-prinsip penilaian kredit yang dilakukan dengan analisis 5C yang terdiri dari faktor sebagai berikut: 1) Character, adalah sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya. 2) Capacity, adalah kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut 19 dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mendapat keuntungan. 3) Capital, adalah sumber-sumber pembiayaaan yang dimiliki calon debitur dalam usaha yang dilakukannya. 4) Collateral, adalah jaminan yang diberikan calon debitur baik besifat fisik maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah kredit yang diberikan. 5) Condition, adalah penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi ekonomi sekarang dan masa yang akan datang. Menurut Firdaus (1993Firdaus, 1993), prinsip-prinsip penilaian kredit yang dilakukan dengan analisis 7P yang terdiri dari faktor sebagai berikut: 1) Personality, yaitu kepribadian debitur. 2) Purpose, tentang tujuan atau keperluan pengguna kredit. 3) Prospect, tentang harapan masa depan dari usaha atau kegiatan usaha peminjam. 4) Payment, mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang diberikan. 5) Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. 6) Profitability, untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7) Protection, untuk mengetahui bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. 20 2.3.4. Jenis-Jenis Kredit 2.3.4.1 Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit terbagi menjadi dua jenis yaitu: 1) Kredit konsumtif yaitu, kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yangbersifat konsumtif seperti kredit perumahan, kredit kendaraan serta kredit untuk membeli makanan dan pakaian. Secara tidak langsung kredit konsumtif akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan produksi dari barang atau jasa yang telah dibeli oleh peminjam. 2) Kredit produktif yaitu, kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang produktif. Kredit ini digunakan untuk membeli barang- barang modal yang bersifat tetap maupun untuk membiayai kegiatan pengadaan barang yang habis dalam sekali produksi. Kredit produktif dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu, kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi merupakan jenis kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barangbarang modal yaitu, tidak habis dalam satu cycle. Kredit modal kerja merupakan jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya yang biasanya habis dalam satu siklus usahanya. Kredit dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tujuan penggunaannya. Pertama adalah kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitur) untuk membiayai kepentingan 21 barang modal (investasi). Kedua, adalah kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitur) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur. Dan yang terakhir, adalah kredit konsumsi, yaitu fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur untuk keperluan pembelian barang-barang konsumsi yang diperlukan debitur (Dendawijaya, 2001). 2.3.4.2 Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Berdasarkan jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang jangka waktu pembayarannya maksimal satu tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja). 2) Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktu pembayarannya antara satu sampai dengan tiga tahun. Kredit jangka menengah biasanya berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yang tidak terlalu besar. 3) Kredit jangka panjang, merupakan jenis kredit yang jangka waktu pembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk pembelian mesin, pabrik, perumahan, dan alatalat untuk keperluan investasi. Kredit investasi merupakan suatu kebijaksanan kredit yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan kepada pengusaha perorangan atau perusahaan dengan persyaratan dan prosedur khusus atau dengan pertimbangan kelayakan. Program 22 kelompok kecil Industri (KKI) digunakan untuk pembiayaan investasi barang modal dan jasa yang diperlukan dalam rangka perluasan proyek lama atau baru serta rehabilitasi aset yang ada. Sedangkan program kredit modal kerja permanen hanya diberikan untuk pembiayaan modal secara terus menerus digunakan untuk kelancaran usaha. 2.3.5. Fungsi Kredit Menurut Bank Indonesia, 1997 fungsi kredit adalah: Bagi dunia usaha kredit berfungsi sebagai permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya, dan sebagai pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat diperoleh dari keuntungn usahanya. Bagi lembaga keuangan kredit berfungsi untuk menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit pada dunia usaha. Fungsi kredit adalah kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang, meningkatkan daya guna (utility) dari barang, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, salah satu stabilitas ekonomi, menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, dan sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 2.4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Perekonomian sebuah negara terbuka (open economy) terdiri dari 4 sektor, yaitu sektor moneter, sektor riil, sektor fiskal, dan sektor eksternal. Hubungan antar sektor moneter dan sektor riil terjadi melalui mekanisme transmisi (mechanism of transmision). Mekanisme ini dilakukan oleh bank sentral sebagai otoritas sektor moneter dapat mengeluarkan kebijakan yang akan berpengaruh pada sektor riil. Mekanisme kebijakan moneter didefinisikan sebagai suatu 23 proses. Kebijakan moneter ini ditransmisikan ke dalam perubahan GDP riil dan inflasi. Secara umum jalur mekanisme transmisi tersebut bekerja melalui lima jalur, yaitu jalur suku bunga, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi. 2.4.1. Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel) Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga. Dalam hal ini, pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah atau jangka panjang melalui mekanisme penyeimbang antara sisi penawaran dan permintaan di pasar uang. Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital), yang akan mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi yang merupakan komponen dari permintaan agregat. Gambar 2.1 Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel) Kebijakan Moneter Suku Bunga Biaya Modal Investasi/ Konsumsi Jumlah Uang beredar Sumber: Warijoyo dan Solikin, 2003 2.4.2. Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel) Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi perkembangan penawaran dan permintaan agregat, kemudian mempengaruhi output dan harga. Pengaruh pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar oleh suatu negara. 24 Dalam sistem nilai tukar mengambang, kebijakan moneter ekspansif oleh Bank Sentral akan mendorong depresiasi mata uang domestik dan meningkatkan harga barang impor. Hal ini kemudian akan mendorong kenaikan harga barang domestik, meskipun tidak terdapat ekspansi di sisi permintaan agregat. Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali, pengaruh kebijakan moneter pada perkembangan output riil dan inflasi menjadi semakin lemah pada jangka panjang, terutama jika terdapat substitusi yang tidak sempurna antara aset domestik dan luar negeri. Gambar 2.2 Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel) Kebijakan Moneter Suku Bunga Biaya Modal Investasi/K onsumsi Jumlah Uang beredar Permintaan Agregat Sumber: Warijoyo dan Solikin, 2003 2.4.3. Jalur Harga Aset (Asset Price Channel) Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan bahwa kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset dan kekayaan masyarakat, kemudian dapat mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi. Apabila bank sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif, maka dapat mendorong peningkatan suku bunga, dan akhirnya akan menekan harga aset perusahaan (market value). Penurunan harga aset dapat berakibat pada dua hal. Pertama, mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspektasi. Kedua, menurunkan nilai kekayaan dan pendapatan, akhirnya 25 mengurangi pengeluaran konsumsi. Kedua hal tersebut berdampak pada penurunan pengeluaran agregat pada akhirnya. Gambar 2.3 Jalur Harga Aset (Asset Price Channel) Kebijakan Moneter Nilai tukar Investasi/ Harga Aset Konsumsi Jumlah Uang beredar Sumber: Warijoyo dan Solikin, 2003 2.4.4. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel) Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwa kebijakan ekspektasi moneter dapat mengenai diarahkan inflasi dan untuk kegiatan mempengaruhi ekonomi. pembentukan Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang akan mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi. Gambar 2.4 Jalur Ekspektasi (Expectation Channel) Kebijakan Moneter Ekspektasi Inflasi/Kegiatan Ekonomi Jumlah Uang beredar Sumber: Warijoyo dan Solikin, 2003 Keputusan Konsumsi/Harga Aset 26 2.4.5. Jalur Kredit (Credit Channel) Mekanisme transmisi melalui jalur kredit bekerja dengan memanfaatkan media pasar utang dan pasar kredit. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi antara Surplus Spending Unit (SSU) dan Defisit Spending Unit (DSU) berperan penting dalam mekanisme kebijakan melalui jalur kredit. Mekanisme jalur kredit dibedakan menjadi dua jalur. Pertama, bank lending channel yang menekan pengaruh kebijakn moneter pada kondisi keuangan bank, dari sisi aset khususnya. Kedua, balance sheet channel yang menekankan pengaruh kebijakan moneterpada kondisi keuangan perusahaan dan kemudian akan mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit. Gambar 2.5 Jalur Kredit (Credit Channel) Kebijakan Moneter Liabilitas Bank Jumlah uang beredar Suku Bunga/Harga Saham Ketersediaan Kredit Bank Investasi Nilai Bersih Perusahaan Pemberian Kredit Sumber: Warijoyo dan Solikin, 2003 2.5. Hubungan Antar Variabel 2.5.1 Hubungan PDRB dengan Kredit UMKM Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu region dalam periode waktu tertentu. Untuk menghitung PDRB, ada tiga metode penghitungan yang bisa digunakan, yaitu: 27 1). dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. 2). dari segi pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. 3). dari segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosial swasta yang tidak mencarikeuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan moda tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Y = C + G + I + (X – M) Keterangan: C : Konsumsi G : Pengeluaran Pemerintah I : Investasi X : Ekspor M : Impor Y : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Secara konsep ketiga metode penghitungan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sampai pula dengan jumlah pendapatan faktor-faktor produksinya. Namun demikian, karena keterbatasan sumber daya data, penghitungan PDRB yang disajikan baru terbatas pada PDRB menurut produksi dan menurut pengeluaran. 28 Hubungan antara PDRB dengan penyaluran kredit memiliki tingkat hubungan yang sangat tinggi yaitu pada sektor primer dan tersier, hal itu terjadi karena pada sektor primer terdapat kebijakan pemeintah dengan mengimpor barang dengan harga yang cenderung lebih murah. Untuk mengimbangi persaingan harga para sektor perdagangan atau UMKM membutuhkan dana agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas melalui penyaluran kredit. Sedangkan pada sektor tersier terjadi karena biaya produksi sektor tersier sangat besar, sehingga jika terjadi penambahan dalam jumlah besar pada jumlah produksinya maka akan dibutuhkan dana yang sangat besar, dan unuk membiayai dibutuhkan penambahan dana yang sangat besar melalui penyaluran kredit bank (Sukarti, Ketut dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan). 2.5.1. Hubungan antara NPL/Kredit Macet UMKM dengan Kredit UMKM Menurut (Arthesa, 2009) NPL adalah kredit yang tidak bisa menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan. Ini berarti suatu kredit dikatagorikan sebagai kredit bermasalah bila tidak dapat kembali sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Untuk mengetahui besarnya tingkat NPL suatu bank maka diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia mengintruksikan perhitungan NPL dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI No.3/33/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuangan yang dirumuskan sebagai berikut: Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit ) x 100% Misalnya suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50 dengan total kredit sebesar 1000, sehingga rasio kredit non lancar bank tersebut adalah 5 persen (50 / 1000 = 0.05). 29 NPL atau kredit macet jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi sumber kerugian potensial bagi bank. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat, maka bank sebagai lembaga perkreditan harus melakukan analisis prinsip 5C guna meminimalisasi resiko kredit macet. Jadi, kredit dalam suatu periode memberikan efek yang besar kepada rasio kredit macet pada bank, maka penyaluran kredit pada periode berikutnya akan berkurang. Jadi, variabel NPL/kredit macet akan berdampak pada sikap bank dalam menyalurkan kembali dana bank dalam bentuk kredit, dimana veriabel NPL/kredit macet diduga akan berpengaruh negatif terhadap jumhlah kredit yang disalurkan bank, karena semakin besarNPL/kredit macet akan menyebabkan kredit yang disalurkan akan berkurang (Meydianawati dalam Buletin Studi Ekonomi). 2.5.2. Hubungan BI Rate dengan Kredit UMKM BI Rate berpengaruh langsung terhadap tingkat suku bunga kredit perbankan. Suku perkembangan bunga kredit. kredit Semakin mempunyai tinggi suku pengaruh bunga besar kredit terhadap maka akan menyebabkan beban masyarakat dalam melunasi pinjaman kreditnya semakin berat, dan akan mengurangi minat masyarakat untuk melakukan pinjaman kredit yang berakibat menurunya kredit yang disalurkan. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan maka beban masyarakat akan lebih ringan yang berdampak meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan ke masyarakat (Wardoyo dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis). 30 2.6. Tinjauan Empiris Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut: Purnama (2011), Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Suku Bunga Kredit, Kredit Non Lancar, dan dana Pihk Ketiga terhadap penyaluran Kredit pada Bank-Bank Umum di Provinsi Bali. Hasil dari penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB berpengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap penyaluran kredit pada bank-bank umum di Provinsi Bali, hasil penelitian ini berbeda dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada bank-bank umum di Provinsi Bali. Tingkat suku bunga kredit dan kredit non lancar berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial terhadap penyaluran kredit pada bank-bank umum di Provinsi Bali. Gumilar (2009), Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah Penyaluran kredit modal kerja pada segmen usaha menengah dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh suku buga kredit, namun pada usaha mikro suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan. Penurunan suku bunga kredit sebesar satu persen menyebabkan penurunan penyaluran kredit pada kredit modal kerja segmen usaha mikro dan usaha kecil, sedangkan pada usaha menengah dan total kredit setiap segmen usaha. Agung, et al (2001), Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Hasil dari penelitian ini adalah Penawaran kredit perbankan dipengaruhi secara signifikan oleh kapasitas kredit, suku bunga 31 kredit, rasio modal/aset, dan NPL. Dimana kapasitas kredit, suku bunga kredit dan rasio modal/aset mempunyai pengaruh yang positif, sedangkan NPL berpegaruh negatif. Sedangkan permintaan kredit perbankan dipengaruhi secara signifikan oleh output dan suku bunga kredit, dimana output berpengaruh positif dan suku bunga berpengaruh negatif. Andriani (2008), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah Dalam jangka panjang penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah dipengaruhi secara signifikan oleh GDP, kapasitas kredit, suku bunga kredit dan NPL, dimana GDP berpengaruh positif sedangkan kapasitas kredit, suku bunga kredit, dan NPL berpengaruh negatif. Wulandari (2008). Fenomena Disintermediasi Perbankan Pasca Krisis dan Pengaruhnya Terhadap Sektor Riil dan Pertumbuhan Ekonomi. Hasil dari penelitian ini adalah Penawaran kredit perbankan dipengaruhi secara positif signifikan oleh, suku bunga kredit, dan rasio modal/aset serta dipengaruhi secara negatif signifikan oleh NPL. Sedangkan permintaan kredit perbankan dipengaruhi secara positif signifikan oleh GDP. Danistyo, Gerry (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Kredit UMKM di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah pada variabel Suku bunga berpengaruh secara negative dan signifikan terhadapap permintaan kredit UMKM, begitu juga pada variabel NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. Sedangkan pada variabel GDP berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. 32 2.7. Kerangka Konseptual Dalam Penelitian mengenai analisis yang mempengaruhi volume penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ini melibatkan beberapa variabel ekonomi yang dianggap mempengaruhi. Variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM tersebut adalah, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Non Performing Loan/Kredit Macet UMKM (NPL) atau kredit bermasalah UMKM dan BI Rate. Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Y = C + G + I + (X – M) PDRB (𝑥1 ) Konsumsi (c) β1 NPL/kredit macet UMKM (𝑥2 ) BI Rate (𝑥3 ) β2 β3 Kredit UMKM (Y) Suku Bunga Kredit Dalam gambar kerangka pikir di atas terlihat penyaluran kredit UMKM melalui 3 aspek yaitu PDRB (𝑥1 ), NPL/kredit macet UMKM (𝑥2 ) dan BI Rate ( 𝑥3 ). Dapat dilihat dimana variabel independen (suku bunga, NPL/kredit macet UMKM dan PDRB) berpengaruh terhadap variabel dependen (kredit UMKM) melalui 𝛽1 , 𝛽2 ,𝛽3 . 33 2.8. Hipotesis Berdasarkan data-data, teori dan hasil penelitian sebelumnya disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga bahwa PDRB berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyaluran kredit UMKM. 2. Diduga bahwa NPL/kredit Macet UMKM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. 3. Diduga bahwa BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM.