Bioteknologi Standar Kompetensi : mengaplikasikan konsep pertumbuhan dan perkembangan, kelangsungan hidup dan pewarisan sifat pada organisme serta kaitannya dengan lingkungan teknologi dan masyarakat. Kompetensi Dasar : memahami peran bioteknologi tanaman dalam upaya mendukung kelangsungan hidup manusia Indikator : -produk bioteknologi tanaman erapan bioteknologi tanaman No Materi Pokok Indikator No 1 2 Pokok Materi Definisi bioteknologi; beberapa bidang kajian bioteknologi tanaman Dukungan bioteknologi tanaman di bidang pertanian; manfaat dan dampak 3 Produk bioteknologi tanaman melalui teknik kultur jaringan 4 Mekanisme pembuatan produk bioteknologi modern Indikator Mengetahui definisi bioteknologi; mengetahui bidang-bidang kajian bioteknologi tanaman Mendata dukungan bioteknologi tanaman di bidang pertanian; Mengidentifikasi manfaat dan dampak penerapan bioteknologi tanaman Mengetahui pembuatan produk bioteknologi tanaman (sederhana) yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui mekanisme fusi protoplas untuk menghasilkan tanaman berkualitas tinggi MODUL TEORI 1. Definisi Kata / istilah bioteknologi pertama kali dicetuskan pada tahun 1919 oleh ilmuwan dari Hungaria Karl Ereky yang berarti ‘berbagai produk yang dihasilkan dari suatu bahan dasar dengan bantuan makhluk hidup’. Selanjutnya Konvensi Diversitas Biologi mendifinisikan bioteknologi sebagai aplikasi teknologi yang memanfaatkan sistem biologi, makhluk hidup atau derivatnya untuk menghasilkan atau memodifikasi produk atau proses untuk tujuan tertentu’. Bioteknologi adalah disiplin ilmu yang menitikberatkan pada eksploitasi substansi metabolik makhluk hidup dari berbagai tingkat organsisasi dan struktur untuk menghasilkan produk yang bernilai demi keuntungan manusia. Produknya dapat berupa organisme itu sendiri (contoh, biomasa atau bagian tubuh organisme), produk metabolisme selular atau organisme (contoh, enzim dan senyawa metabolit), dan produk dari substrat endogen atau eksogen dengan bantuan enzim tunggal atau lintasan metabolik yang kompleks. Selain organisme utuh, sel yang diisolasi atau enzim yang dipreparasi juga digunakan dalam bioteknologi. Produk bioteknologi sangat penting untuk ilmu kedokteran, farmasi, pertanian, produksi pangan, kimia dan sejumlah disiplin ilmu lain. Dalam dua dasa warsa terakhir, biologi molekular dan teknologi gen telah mendukung spektrum disiplin ilmu yang berkaitan dengan bioteknologi. Dalam sejarah perkembangan bioteknologi, yang lebih sering digunakan adalah mikroba karena berpotensi tinggi dalam aplikasi bioteknologi. Sistem hewan dan sel-selnya juga mempunyai sistem yang bermanfaat terutama dalam menghasilkan produk yang cukup mahal (antibodi dan vaksin). Walaupun secara kronologis munculnya lebih akhir, bioteknologi tanaman yang merupakan suatu bidang kajian dalam bioteknologi modern juga telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Saat ini bioteknololgi tanaman telah menekankan pada tiga bidang kajian utama, yaitu : Kultur Jaringan Tanaman – Suatu teknik yang dikerjakan pada kondisi laboratorium dengan menggunakan sebagian kecil bagian tanaman seperti akar, daun atau batang atau bahkan sel tunggal yang memungkinkan dihasilkannya suatu individu tanaman baru. Rekayasa genetika tanaman – Transfer gen secara selektif dari suatu organisme ke organisme lain untuk menghasilkan tanaman, hewan atau suatu materi dengan kualitas yang lebih baik. Teknik ini sudah dilakukan pada tanaman kapas, jagung, ubi jalar kedelai dll. Penanda molekular pada persilangan tanaman – Suatu teknik yang menggunakan penanda molekular untuk menseleksi sifat khusus suatu tanaman. Penanda molekular berupa rangkaian pendek DNA yang berikatan erat pada sifat yang diinginkan (mis. tahan penyakit) dimana seleksi keberadaannya merupakan batas seleksi sifat yang diinginkan. Contoh : jagung yang toleran terhadap kekeringan. 2. Dukungan Bioteknologi Tanaman di Bidang Pertanian : manfaat dan dampak Saat ini bioteknologi tengah mengubah prospek tanaman pertanian dalam tiga hal utama, yaitu: (1) kontrol pertumbuhan dan perkembangan (vegetatif, generatif dan reproduksi/propagasi) (2) perlindungan tanaman terhadap meningkatnya cekaman abiotik dan biotik, serta (3) perluasan prospek pada produksi pangan, biokimia dan farmasi. (1) Kontrol pertumbuhan dan perkembangan (vegetatif, generatif dan reproduksi/propagasi). Pemahaman yang lebih baik pada regenerasi tanaman, morfogenesis dan pola pertumbuhan dikarenakan adanya penemuan-penemuan mengenai : a) totipotensi dan kemampuan regenerasi sel dan jaringan tanaman, seperti yang ditunjukkan pada kultur sel dan mikroproagasi, b) penjelasan gen-gen yang bertanggungjawab terhadap produksi dan aktivasi hormon tanaman, dan c) penelitian-penelitian tentang mekanisme dan kontrol molekuler pada siklus sel maupun lintasan sinyal transduksi. Ketiga hal tersebut telah memungkinkan kontrol dan manipulasi bioteknologi pada pertumbuhan vegetatif, pola generatif dan mikropropagasi. Pertumbuhan vegetatif. Pemahaman mekanisme kontrol morfogenetik memungkinkan manipulasi bioteknologi yang berkaitan dengan laju pertumbuhan dan arsitektur tanaman. Contohnya, kontrol ketersediaan hormon auksin yang penting untuk propagasi/ perbanyakan tanaman, pemanjangan sel dan organ untuk produksi biomassa, dll berpengaruh pada pembentukan akar adventif. Sedangkan kontrol ketersediaan sitokinin dapat berpengaruh pada penundaan senesensi daun serta pada peningkatan mekarnya kuncup (sangat penting untuk arsitektur tanaman, maupun percabangan) yang merupakan suatu karakter penting untuk tanaman hias. Perkembangan generatif. Bunga, buah dan biji mempunyai nilai/peran yang sangat penting pada pertanian. Target utama perkembangan bunga adalah warna, aroma dan senesensi. Strategi molecular breeding yang telah dilakukan banyak ditekankan pada warna dan aroma bunga termasuk over dan undrekspresi warna (antosianin dan karotenoid) dan aroma (senyawa volatile atau senyawa yang mudah menguap) yang berkaitan dengan biosintesis dan transport selular. Sedangkan target penting pengontrolan perkembangan buah meliputi pertumbuhan, pemasakan dan senesensi (seperti halnya pertumbuhan vegetatif), warna dan aroma (sama dengan bunga) serta selain itu adalah rasa – terutama kontrol metabolik gula, asam dan komponen rasa yang lain. Strategi bioteknologi telah berperan dalam menghasilkan buah tanpa biji melalui partenokarpi (overproduksi auksin) dan destruksi polen (tanpa fertilisasi). Hal ini penting dilakukan mengingat industri biji membuat/menghasilkan plasma nutfah untuk berbagai tipe sistem produksi tanaman. Bioteknologi dan strategi molekuler telah dapat menghasilkan biji hibrid, generasi biji sintetik dan pengembangan bank plasma nutfah yang dapat menyelesaikan beberapa masalah biodiversitas. Miropropagasi secara rutin telah digunakan untuk meregenerasi sejumlah besar klon tanaman pertanian dengan kualitas tinggi, termasuk species tanaman hias dan sayuran, dan pada beberapa kasus juga tanaman perkebunan dan buah. Mikropropagasi yang mempunyai manfaat cukup signifikan melebihi teknik propagasi tradisional, meliputi penggabungan genotipe baru secara cepat untuk propagasi berskala besar, penggunaan original plasma nutfah dan menghasilkan propagul tanaman bebas virus. Teknik-teknik terus dikembangkan untuk peningkatan efisiensi mikropropagasi, termasuk : menyederhanakan bioreaktor berskala besar, penggunaan fasilitas yang lebih murah, produksi biji sintetik dan embriogenesis somatik yang lebih murah, meningkatkan pemanfaatan kultur pertumbuhan autotrof, serta penjaminan kualitas tanaman yang dihasilkan melalui mikropropagasi. (2) Perlindungan tanaman terhadap meningkatnya cekaman abiotik dan biotik. Cekaman yang menyerang tanaman dapat bersumber dari komponen biotik maupun abiotik. Contoh sumber cekaman biotik adalah : berbagai serangga, virus serta beberapa jamur fitopatogen dan nematoda termasuk herbisida. Aplikasi genetika molekuler dan transformasi gen pada tanaman terhadap diagnosis dan kontrol penyakit tanaman merupakan salah satu keberhasilan besar pada bioteknologi tanaman pada satu dasa warsa terakhir. Contoh sumber cekaman abiotik adalah : kondisi kekeringan, salinitas, temperatur ekstrem dan toksisitas bahan kimia. Kekeringan dan salinasi adalah penyebab terjadinya kehilangan pangan dan kelaparan yang paling umum di daerah kering dan semi kering, dan merupakan ancaman lingkungan yang paling serius terhadap pertanian di berbagai belahan bumi. Walaupun lebih sulit mengontrol dan merekayasa sifat ketahanan terhadap penyakit biotik dan herbisida, tetapi respon genetik yang lebih kompleks terhadap cekaman abiotik secara regional maupun global jauh lebih penting. Oleh karena itu pemuliaan tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan maupun salinitas seharusnya mendapat prioritas yang cukup tinggi pada semua program bioteknologi pertanian mendatang. (3) Perluasan prospek pada produksi pangan, biokimia dan farmasi. Secara tradisional, pertanian ditargetkan untuk meningkatkan produksi pangan yang berasal dari tanaman baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hal ini juga yang merupakan target awal bioteknologi tanaman. Saat ini secara gradual bioteknologi tanaman juga tengah mengimplementasikan perubahan dari komoditi pangan yang bernilai ekonomi rendah menjadi bernilai ekonomi tinggi. Hal tersebut meliputi : 1) perbaikan dan modifikasi langsung pada konstituen yang berasal dari tanaman dan 2) pembuatan senyawa non-tanaman di dalam tubuh tanaman. Keduanya berdasar pada rekayasa lintasan metabolik (karbohidrat, protein, minyak dan lemak) yang saat ini digunakan untuk memodifikasi konstituen tanaman di industri pangan, kimia dan energi. Beberapa konstituen lain yang merupakan komponen minor atau non-pangan tetapi mempunyai nilai tinggi seperti asam lemak sebagai alternatif sumber energi dan enzim yang tahan garam dan temperatur untuk industri pangan. Selain itu pemanfaatan tanaman sebagai biorekator produksi senayawa asing non-tanaman merupakan alternatif baru pada bidang pertanian. Hal ini meliputi produksi peptida bioaktif, vaksin, antibodi dan sejumlah enzim yang sebagian besar digunakan untuk industri farmasi. Pada industri kimia, tanaman digunakan untuk memproduksi polihidroksi butirat yang dimanfaatkan untuk produksi plastik tahan panas yang dapat dibiodegradasi. 3. Produk Bioteknologi Tanaman melalui Teknik Kultur Jaringan Kultur jaringan terdiri dari berbagai jenis teknik atau metode dengan variasi produk yang dihasilkan (Tabel 1). Dari sumber bahan yang sama, misalnya eksplan daun dengan melalui teknik kultur yang berbeda (kultur organ, kultur kalus, kultur suspensi, dll) dapat dihasilkan produk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Tabel 1. Bebagai jenis teknik kultur jaringan dan produk yang dihasilkan Jenis-jenis teknik / metode kultur jaringan tanaman Contoh : produk yang dihasilkan Kultur meristem Tanaman bebas virus Embriogenesis somatik Tanaman tahan cekaman Kultur protoplas; fusi protoplas; transformasi genetik Tanaman transgenik; hibrid somatik Kultur kalus dan suspensi sel Peningkatan kuantitas/kualitas senyawa metabolit sekunder Kultur anther atau mikrospora Tanaman haploid 4. Mekanisme Fusi protoplasma (bioteknologi modern) untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi Dinding sel tanaman merupakan struktur ‘lapis banyak’ yang tersusun dari polisakarida dan protein. Dinding sel berperan penting dalam (i) memberikan kekuatan regang dan plastisitas sehingga sel dapat mengalami/menghadapi tekanan turgor yang tinggi tanpa mengalami kerusakan, dan (ii) memberikan pembatas fisik yang melindungi interior sel tanaman dari serangan mikroorganisme. Ukuran pori dinding sel cukup kecil bahkan untuk dilalui virus sekalipun. Sifat-sifat dinding sel tersebut membatasi penggunaan sel tanaman untuk berbagai teknik kultur sel dan jaringan, termasuk memasukkan molekul berukuranbesar ke dalam sel, hibridisasi somatic dan manipulasi genetik. Oleh karena itu, teknik-teknik tersebut hanya dapat dilakukan setelah dinding sel dihilangkan. Penghilangan dinding sel menghasilkan protoplas yang terdiri dari kandungan sel yang dibatasi oleh membran plasma. Dibawah kondisi kultur yang sesuai protoplas dapat meregenerasi dinding sel dan selanjutnya mengalami pembelahan sel untuk membentuk kalus dan menghasilkan tanaman baru. Penghilangan dinding sel untuk isolasi protoplas dapat dilakukan secara mekanik atau penggunaan enzim ‘pencerna’ dinding sel. Protoplas yang telah diisolasi dari spesies yang sama atau berbeda dapat difusikan dengan perlakuan yang sesuai sehingga terjadi penggabungan inti dan sitoplasma dari keduanya. Fusi protoplas dapat dilakukan dengan metode kimia dengan menggunakan polyethylene glycol (PEG) atau elektrik dengan memaparkan protoplas pada aliran listrik lemah (Gambar 1). Setelah metode fusi dilakukan akan diperoleh campuran hasil fusi yang terdiri dari protoplas tetua yang tidak mengalami fusi, hasil fusi dari tetua yang sama, atau berbeda dimana diinginkan diperoleh heterokarion (sel dengan lebih dari satu inti). Selanjutnya perlu dilakukan konfirmasi terhadap tanaman heterokarion dengan cara analisis morfologi yang menunjukkan karakter tetua, analsis sitologi yang menunjukkan apakah terjadi penghilangan kromosom selama hibridisasi serta analisis biokimia yang melibatkan pembandingan pola pita protein/enzim antara tanaman tetua dan hibrid atau analisis genom. Pada awalnya hibridisasi sel dipandang sebagai cara ‘membawa’ dua genotype ‘berbeda’ secara bersama-sama dimana hal ini tidak dapat terjadi melalui hibridisasi konvensional (proses penyerbukan). Dengan metode ini persilangan antar species dengan hubungan kekerabatan yang cukup jauh menjadi mungkin terjadi. Salah satu contoh fusi protoplas yang berhasil adalah fusi antara kentang domestik Solanum tuberosum dengan kentang liar S. brevidens yang bertujuan untuk mengintroduksi karakter tahan virus yang dimiliki species ketang liar ke species kentang domestic. Beberapa permasalahan pada fusi protoplas adalah tidak dimungkinkannya mendapatkan heterokarion yang stabil dari species-species tanaman dengan hubungan kekerabatan yang jauh, adanya materi genetic yang tidak diinginkan pada tanaman heterokarion yang yang harus dihilangkan dengan metode tradisional yaitu pengulangan backcross dan seleksi. Untuk mengatasi hal ini, transfer spesifik gen dengan materi genetic yang sudah terseleksi telah banyak dilakukan. Dalam hal ini protoplas tanaman menunjang kesiapan pengambilan materi genetik yang akan disisipkan ke dalam protoplas/sel lain. Daftar Pustaka Altman, A. 1999. Plant Biotechnology in the 21st century : the challenges ahead. Electronic Journal of Biotechnology. Vol. 2. No. 2 Collin, H.A. dan S. Edwards. 1998. Plant Cell Culture. Bios Scientific Publisher. London. Evans, D.E., J.O.D. Coleman dan A. Kearns. 2003. Plant Cell Culture. Bios Scientific Publisher. London. Kirsi-Marja Oskman-Caldentey dan W.H. Barz. 2002. Plant Biotechnology and Transgenic Plants. Marcel Dekker, Inc. New York.