BUAH TIN (Ampuh mengobati diabetes mellitus) Munanto Haris, MP Menurut diabetes data cenderung WHO penderita meningkat, pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes di Indonesia 8,4 juta orang, pada tahun 2008 menjadi 14 juta orang, dan pada tahun 2030 diprediksi penderita diabetes dapa mencapai 21,3 juta orang. Meningkatnya kasus diabetes disebabkan oleh pola hidup yang jelek seperti pola makan (manis dan berminyak) dan jarang atau tidak pernah berolahraga. Banyak solusi untuk mengatasi diabetes, diantaranya adalah dengan mengkonsumsi buah tin segar, solusi ini ditemukan pada tahun 200 sebelum Masehi. Buah tin (fig) menurut penelitian dari Harvard University telah dibudidayakan sejak 11.400 tahun lalu. Rasa buah tin yang manis ternyata mempunyai kelebihan tersendiri, buah tin rendah lemak, rendah sodium, rendah kalori dan bebas kolesterol sehingga sangat sesuai untuk penderita diabetes mellitus. Tin (Ficus carica L.) adalah buah-buahan yang mengandung zat sejenis alkalin yang mampu menghilangkan keasaman pada tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam buah tin adalah sejenis zat-zat pembersih yang bisa dipakai untuk mengobati luka luar dengan cara melumurinya. Unsur yang terkandung dalam buah Tin adalah karbohidrat, protein, dan minyak. Buah tin juga mengandung yodium, kalsium, fosfor, dan zat besi. Hasil penelitian lebih lanjut menyebutkan bahwa buah Tin termasuk buah yang dapat merangsang pembentukan hemoglobin darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Buah tin juga mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi. Tin (Ficus carica L.) berasal dari Asia Barat, nama ini diambil dari bahasa Arab, buah tin atau buah ara termasuk kerabat pohon beringin. Banyak tumbuh didaerah pantai Balkan hingga Afganistan, kemudian berkembang di Australia, Cile, Argentina dan Amerika Serikat. Konon pohon ini disebut pohon kehidupan karena dapat tumbuh subur dan berbuah lebat ditengah terik matahari dan panasnya alam padang pasir. Sebagian orang percaya kalau buah tin adalah buah suci dari taman surgawi. Sedangkan literatur sejarah mencatat kalau buah tiin berasal dari Arab dan sudah ada semenjak 4000 tahun sebelum masehi. Sekarang pohon tiin telah banyak tumbuh dan dibudidayakan secara moderen di negara-negara Timur Tengah, daerah Mediterania bahkan di Indonesia. Tin (Ficus carica L.) memiliki makna penting dalam konteks simbolik, religius, ekologis, nutrisi dan komersial. Daun Tin sering dipakai sebagai simbol modesty (kesederhanaan, kerendahan hati, kesopanan). Tumbuhan ini tercantum dalam 3 kitab yakni Al Qur’an, Taurat dan Injil yangb mengiringi perjalanan wahyu Illahi dalam 3 ke Nabian hamba Allah. Menurut riwayat lainnya, Adam dan Hawa menutupi auratnya dengan daundaun tin setelah kejatuhannya. Pohon Tin Keramat (the sacred Fig), Ficus religiosa, dianggap keramat oleh para pengikut Hinduisme, Jainisme dan Buddhis. Menurut legenda Siddharta Gautama duduk di bawah Pohon Bo (Bo Tree) ketika ia mengalami pencerahan. Habitat tanaman tin berupa pohon perdu lebar, tumbuh hingga ketinggian 310 meter. Panjang daun 12-25 cm panjang dan lebar 10-18 cm dengan 3 atau 5 cuping. Panjang buahnya 3-5 cm dan biasanya berwarna hijau. Beberapa kultivar berubah warna menjadi ungu jika masak. Getah yang dikeluarkan pohon ini dapat mengiritasi kulit. Perbanyakan tanaman sangat mudah dengan cara dicangkok atau stek. Jarak tanam ideal 5x5 meter, pada usia enam bulan, pohon tin mulai berbuah. Berbuah sepanjang tahun alias tidak mengenal musim. Dengan manfaatnya yang begitu banyak dan saat ini masih merupakan buah-buahan langka di Indonesia, sudah barang tentu memiliki peluang yang besar untuk dibudidayakan. Dari penelusuran, pohon tin baru di tanam di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa dan sebatas di lingkungan penggemar. Di antara varietas yang berhasil dikembangkan adalah Red Indonesia, Red Israel, Brown Turkey, tin ungu dan tin hijau. Menurut prakiraan ada sekitar 60 varietas tin di seluruh dunia.