peraturan pemerintah pengganti undang-undang

advertisement
www.hukumonline.com
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..........
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a.
bahwa kesehatan sebagai salah satu hak azasi manusia merupakan salah satu unsur
dari kesejahteraan umum yang harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai
upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat;
b.
bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran merupakan inti dari berbagai
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta penilaian terhadap mutu pelayanan
yang diberikan Dokter/Dokter Gigi agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c.
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan
praktik kedokteran yang ada saat ini belum cukup memberikan landasan hukum bagi
penyelenggaraan praktik kedokteran, dan oleh karena itu perlu diatur dalam satu
Undang-undang;
d.
bahwa sehubungan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang
Praktik Kedokteran.
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Praktik Kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan Dokter/Dokter Gigi kepada
pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Dokter /dokter gigi termasuk Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis adalah Dokter/Dokter
Gigi lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam dan di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia;
Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
praktik kedokteran/Kedokteran Gigi;
Profesi kedokteran/kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran/kedokteran gigi
yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan
bersifat melayani masyarakat.
Kolegium Kedokteran Indonesia dan Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia selanjutnya
disebut Kolegium Kedokteran adalah suatu badan yang dibentuk oleh organisasi profesi
untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu
tersebut.
Komite Penapisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kedokteran Gigi
selanjutnya disebut Komite IPTEK Kedokteran adalah suatu lembaga yang bertugas
melakukan penapisan ilmu dan teknologi kedokteran dan kedokteran gigi yang dapat
digunakan dalam praktik kedokteran dan/atau kedokteran gigi.
Ijazah dokter dan ijazah dokter gigi adalah surat tanda pengakuan terhadap prestasi
belajar dan atau penyelesaian jenjang pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan kedokteran dan
kedokteran gigi yang terakreditasi;
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang
Dokter/Dokter Gigi untuk menjalankan Praktik Kedokteran di seluruh Indonesia, setelah
lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh kolegium ilmu kedokteran/ kedokteran
gigi.
Konsil Kedokteran Indonesia dan Konsil Kedokteran Gigi Indonesia selanjutnya disebut
Konsil Kedokteran adalah suatu lembaga yang otonom,mandiri dan non struktual;
Komite Registrasi Dokter dan Komite Registrasi Dokter Gigi selanjutnya disebut Komite
Registrasi adalah suatu lembaga yang bertugas melakukan registrasi terhadap semua
Dokter/Dokter Gigi dan berada di bawah koordinasi Konsil Kedokteran.
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki
sertifikat kompetensi.
Registrar adalah seseorang yang bertanggungjawab dan berwenang melakukan
registrasi Dokter/Dokter Gigi;
Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Registrar kepada Dokter/Dokter Gigi;
Surat Ijin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Dokter/Dokter Gigi untuk
menjalankan praktik kedokteran;
Komite Disiplin Dokter dan Komite Disiplin Dokter Gigi selanjutnya disebut Komite Disiplin
adalah suatu lembaga yang berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan standar profesi dalam praktik
kedokteran dan menetapkan sanksi;
Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Praktik kedokteran berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan,
kemanusiaan, serta keselamatan pasien.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan praktik kedokteran bertujuan untuk:
1.
memberikan perlindungan kepada pasien;
2.
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dokter/Dokter Gigi;
3.
memberikan kepastian hukum kepada pasien dan penyelenggara pelayanan kesehatan.
BAB III
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 4
Praktik Kedokteran dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran/kedokteran gigi.
Standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bagi jenjang
pendidikan Dokter/Dokter Gigi ditetapkan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran
Indonesia/Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia.
Standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bagi jenjang
pendidikan spesialis dan sub spesialis ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran.
Pasal 5
Dalam menetapkan standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
Ayat (3), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia/Asosiasi Fakultas
Kedokteran Gigi Indonesia berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Institusi Rumah Sakit
Pendidikan, Organisasi Profesi terkait, Kolegium Kedokteran terkait, Departemen
Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.
Penetapan standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (4),
Kolegium Kedokteran berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia/Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, Institusi
Rumah Sakit Pendidikan, Organisasi Profesi terkait, Departemen Pendidikan Nasional
dan Departemen Kesehatan.
Pasal 6
Setiap Dokter/Dokter Gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan
kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi
dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi.
Pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi.
BAB IV
PENAPISAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN
GIGI
Pasal 7
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Penapisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kedokteran Gigi atau
teknologi baru yang dapat digunakan dalam praktik kedokteran dilaksanakan oleh Komite
Penapisan IPTEK Kedokteran.
Komite IPTEK Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga
otonom, mandiri dan non struktural yang keanggotaannya terdiri dari wakil organisasi
profesi kedokteran/kedokteran gigi, wakil institusi pendidikan, wakil institusi pelayanan
medik, para ahli, wakil masyarakat, wakil Departemen Kesehatan dan wakil Departemen
Pendidikan Nasional, dengan jumlah maksimal sebanyak 15 (lima belas) orang,
Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan oleh masing-masing
organisasi/asosiasi.
Keanggotaan dari wakil para ahli dan wakil masyarakat diajukan oleh Menteri setelah
mendapat pertimbangan dari organisasi profesi/asosiasi.
Komite IPTEK Kedokteran dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan
seorang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Komite IPTEK Kedokteran.
Untuk pertama kali pembentukan Komite IPTEK Kedokteran serta pengangkatan
keanggotaannya difasilitasi oleh Menteri.
Masa jabatan keanggotaan Komite IPTEK Kedokteran selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Tata cara dan mekanisme kerja Komite IPTEK Kedokteran disusun oleh Komite IPTEK
Kedokteran.
Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Komite IPTEK
Kedokteran dibebankan kepada anggaran Komite IPTEK Kedokteran yang diperoleh dari
pendapatan yang sah serta sumber lain yang tidak mengikat.
Komite IPTEK Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam menapis
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi harus
memperhatikan kaidah-kaidah moral, etika, azas manfaat dan norma hukum yang
berlaku dalam masyarakat.
Setiap percobaan atau penemuan baru bidang kedokteran/kedokteran gigi yang akan
diterapkan pada manusia harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Komite IPTEK
Kedokteran.
Dalam rangka penyelenggaraan praktik kedokteran, Komite IPTEK Kedokteran
menetapkan persyaratan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kedokteran gigi yang dapat diterapkan pada manusia.
BAB V
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI
(1)
(2)
(3)
Pasal 8
Setiap penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam praktik kedokteran wajib
menghormati etika, norma hukum yang berlaku serta keselamatan jiwa manusia,
keluarga dan masyarakat.
Penyelenggaraan penelitian dalam Praktik Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilaksanakan berdasarkan etika, standar, kaidah dan prosedur penelitian
kesehatan.
Setiap penelitian yang dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi dalam Praktik Kedokteran harus
dimintakan pertimbangan etik (ethical clearence) dari lembaga yang berwenang.
BAB VI
REGISTRASI DOKTER/DOKTER GIGI
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(1)
Pasal 9
Semua Dokter/Dokter Gigi yang akan melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi.
Untuk melakukan registrasi Dokter/Dokter Gigi dibentuk suatu Komite Registrasi yang
merupakan lembaga otonom, mandiri dan non struktural yang keanggotaannya terdiri
dari wakil organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi, pakar bidang
kedokteran/kedokteran gigi, wakil Departemen Kesehatan, dan wakil Departemen
Pendidikan Nasional dengan jumlah maksimal sebanyak 15 (lima belas) orang.
Wakil keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan oleh masing-masing
organisasi/asosiasi, sedangkan para pakar ditetapkan oleh Menteri.
Komite Registrasi dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang
Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Komite Registrasi.
Untuk pertama kali pembentukan Komite Registrasi serta pengangkatan keanggotaannya
difasilitasi oleh Menteri.
Ketua Komite Registrasi bertindak sebagai registrar yang telah mengangkat sumpah
jabatan dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretaris eksekutif.
Masa jabatan keanggotaan Komite Registrasi selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Tata cara dan mekanisme kerja Komite Registrasi disusun oleh Komite Registrasi dan
ditetapkan oleh Ketua Komite Registrasi.
Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Komite
Registrasi dibebankan kepada Anggaran Komite Registrasi yang diperoleh dari
pendapatan yang sah serta sumber lain yang tidak mengikat.
Komite Registrasi bertugas:
a.
Memeriksa keabsahan ijazah dan sertifikat kompetensi;
b.
Meregistrasi Dokter/Dokter Gigi;
c.
Menerbitkan surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi;
d.
Memelihara dan menjaga daftar registrasi Dokter/Dokter Gigi.
e.
Mencabut surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi berdasarkan putusan
f.
Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi.
Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (9)
dikeluarkan oleh Komite Registrasi.
Untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi harus memenuhi
persyaratan:
a.
memiliki ijazah Dokter/Dokter Gigi, Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis;
b.
memiliki sertifikat kompetensi;
c.
mempunyai surat pernyataan telah mengangkat sumpah dokter dan dokter gigi;
d.
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
e.
membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Surat Tanda Registrasi berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5
(lima) tahun sekali.
Registrasi ulang sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (12).
Pasal 10
Dokter/Dokter Gigi Warga Negara Indonesia lulusan pendidikan luar negeri yang akan
diberikan Surat Tanda Registrasi harus dilakukan penilaian kembali yang mencakup:
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
a.
b.
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
keabsahan ijazah;
kemampuan untuk melakukan Praktik Kedokteran yang dinyatakan dengan surat
keterangan telah mengikuti program adaptasi dan sertifikat kompetensi;
c.
mempunyai surat pernyataan telah mengangkat sumpah Dokter/Dokter Gigi.
d.
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
e.
membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Untuk Dokter/Dokter Gigi Warga Negara Asing selain memenuhi ketentuan ayat (1) juga
harus dilengkapi surat izin kerja dan visa kerja dari Departemen yang berwenang.
Dokter/Dokter Gigi yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diberikan Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi.
Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.
Pasal 11
Surat Tanda Registrasi Sementara dapat diberikan kepada Dokter/Dokter Gigi Warga
Negara Asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian,
pelayanan kesehatan di bidang kedokteran/ kedokteran gigi yang bersifat sementara di
Indonesia.
Surat Tanda Registrasi sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
untuk 1 (satu) tahun berikutnya, setelah mendapat persetujuan Komite Registrasi .
Surat Tanda Registrasi Sementara diberikan apabila telah memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Ayat (1).
Pasal 12
Surat Tanda Registrasi Bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan Dokter
Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Warga Negara Asing yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Indonesia;
Surat Tanda Registrasi Bersyarat diberikan pula kepada Dokter/Dokter Gigi yang sedang
mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka memperoleh sertifikat kompetensi.
Surat Tanda Registrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diberikan melalui
institusi pendidikan.
Pasal 13
Surat Tanda Registrasi tidak berlaku lagi karena:
a.
dicabut atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
b.
habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang;
c.
atas permintaan sendiri; atau
d.
berdasarkan Keputusan Komite Disiplin.
(1)
Pasal 14
Dokter/Dokter Gigi yang telah diregistrasi mempunyai wewenang:
a.
melakukan praktik kedokteran sesuai pendidikan yang dimiliki;
b.
menulis resep obat dan alat kesehatan;
c.
melakukan tindakan kedokteran/kedokteran gigi sesuai kompetensi;
d.
menerbitkan surat keterangan Dokter/Dokter Gigi;
e.
menyimpan semua jenis obat dalam jumlah yang diizinkan;
f.
menjalankan praktik kedokteran pada sarana pelayanan kesehatan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
g.
(2)
(3)
meracik dan menyerahkan obat bagi yang praktik di daerah terpencil di mana tidak
ada apotik;
Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak menerima imbalan
jasa.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Komite Registrasi dapat
menetapkan kewenangan lainnya berdasarkan pertimbangan dan/atau perkembangan
pelayanan kedokteran/kedokteran gigi.
BAB VII
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
Bagian Pertama
Surat Izin Praktik
(1)
(2)
Pasal 15
Praktik kedokteran hanya dapat dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki
Surat Tanda Registrasi.
Surat Tanda Registrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan dasar untuk
memperoleh Surat Izin Praktik.
Pasal 16
Surat Izin Praktik dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di mana praktik
kedokteran dilaksanakan.
(1)
(2)
Pasal 17
Pejabat Kesehatan di Kabupaten/Kota dalam mengeluarkan Surat Izin Praktik harus
mempersyaratkan:
a.
memiliki Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9, dalam pasal 11 dan dalam pasal 12 masih berlaku;
b.
tempat di mana akan dilaksanakan praktik;
c.
Izin Praktik hanya untuk paling banyak di tiga tempat;
d.
rekomendasi dari organisasi profesi.
Surat Izin Praktik masih tetap berlaku sepanjang:
a.
Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi masih berlaku;
b.
Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Izin Praktik.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Praktik
(1)
(2)
Pasal 18
Dokter/Dokter Gigi yang telah mempunyai Surat Izin Praktik dan menyelenggarakan
Praktik Kedokteran wajib memasang papan nama Praktik Kedokteran.
Dalam hal Dokter/Dokter Gigi berpraktik pada sarana pelayanan kesehatan, pimpinan
sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar Dokter/Dokter Gigi yang melakukan
Praktik Kedokteran.
Pasal 19
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
Dokter/Dokter Gigi yang berhalangan menyelenggarakan Praktik Kedokteran harus
membuat pemberitahuan atau menunjuk Dokter/Dokter Gigi pengganti.
Dokter/Dokter Gigi pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus Dokter/Dokter
Gigi yang mempunyai Surat Izin Praktik.
Pasal 20
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran didasarkan pada kesepakatan upaya untuk
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (inspanning verbintenis).
Pasal 21
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan Dokter/Dokter Gigi yang tidak
mempunyai surat izin praktik.
Bagian Ketiga
Pemberian Pelayanan
Paragraf 1
Standar Pelayanan
(1)
(2)
Pasal 22
Dokter/Dokter Gigi dalam melakukan praktik kedokteran harus memenuhi standar
pelayanan yang ditetapkan oleh profesi.
Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan
strata pelayanan kesehatan.
Paragraf 2
Persetujuan Tindakan Kedokteran/kedokteran gigi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pasal 23
Setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap (informed consent).
Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
a.
Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang dilakukan;
b.
Tata cara tindakan medis dan diagnosis;
c.
Alternatif tindakan lain dan risikonya;
d.
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
Setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
Ketentuan tentang tatacara persetujuan tindakan kedokteran/kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Rekam Medis
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Pasal 24
Setiap Dokter/Dokter Gigi dalam menjalankan praktik kedokteran harus membuat rekam
medis.
Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah
pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 25
Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 merupakan milik Dokter/Dokter
Gigi dan sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien.
Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh Dokter/Dokter Gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Ketentuan tentang rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Paragraf 4
Rahasia Kedokteran
(1)
(2)
(3)
Pasal 26
Setiap Dokter/Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran.
Pembukaan rahasia kedokteran dapat dilakukan sepanjang untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, pasien sendiri atau keluarganya atau berdasarkan ketentuan perundangundangan.
Ketentuan tentang rahasia kedokteran ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Paragraf 5
Kendali Mutu dan Kendali Biaya
(1)
(2)
(3)
Pasal 27
Setiap Dokter/Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran/kedokteran gigi wajib
menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan audit medis.
Pembinaan dan pengawasan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan oleh organisasi profesi.
Paragraf 6
Hak dan Kewajiban Dokter/Dokter Gigi
Pasal 28
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Dokter/Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak dan kewajiban,
meliputi:
a.
Hak Dokter/Dokter Gigi antara lain:
1.
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar
profesi dan standar operasional prosedur;
2.
bekerja menurut standar profesi dan standar operasional prosedur;
3.
menolak keinginan pasien atau pihak lain yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika kedokteran/kedokteran gigi;
4.
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya;
5.
mendapat imbalan jasa atas pelayanan profesi yang diberikan.
b.
Kewajiban Dokter/Dokter Gigi antara lain:
1.
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
operasional prosedur serta kebutuhan medis pasien;
2.
merujuk pasien ke Dokter/Dokter Gigi lain yang mempunyai keahlian/kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
3.
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita
bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia;
4.
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;
5.
terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran/kedokteran gigi.
Paragraf 7
Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 29
Dalam rangka praktik kedokteran/kedokteran gigi pasien mempunyai hak dan kewajiban
meliputi:
a.
Hak pasien, antara lain:
1.
hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (3);
2.
hak meminta pendapat pihak kedua (second opinion);
3.
hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis;
4.
hak menolak tindakan medik;
b.
Kewajiban pasien, antara lain:
1.
mematuhi nasehat dan petunjuk dokter/dokter gigi;
2.
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya;
3.
mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana kesehatan;
4.
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
Paragraf 8
Pembinaan Praktik Kedokteran
(1)
Pasal 30
Untuk terselenggaranya praktik kedokteran sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang
diatur dalam undang-undang ini perlu dilakukan pembinaan Praktik Kedokteran.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
Pembinaan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
Organisasi Profesi Kedokteran/kedokteran gigi.
BAB VIII
DISIPLIN DOKTER/DOKTER GIGI
Bagian Pertama
Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Pasal 31
Dalam rangka penegakan disiplin Dokter/Dokter Gigi dalam menyelenggarakan Praktik
Kedokteran, dibentuk Komite Disiplin.
Komite Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) merupakan lembaga otonom,
mandiri dan non struktural yang dibentuk di tingkat Pusat dan Propinsi.
Kedudukan Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi tingkat Pusat berada di Ibukota Negara
sedangkan tingkat Propinsi berada di Ibukota Propinsi.
Keanggotaan Komite Disiplin terdiri dari Dokter/Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain dan
ahli hukum kesehatan dengan jumlah untuk tingkat Pusat maksimal sebanyak 25 (dua
puluh lima) orang dan untuk tingkat Propinsi maksimal sebanyak 15 (lima belas) orang.
Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota Komite Disiplin adalah:
a.
Warga Negara Republik Indonesia;
b.
Sehat Rohani;
c.
Berkelakuan baik;
d.
Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun;
e.
Pernah melakukan praktik kedokteran sekurang-kurangnya 10 tahun (sepuluh)
tahun dan memiliki Tanda Registrasi;
f.
Bagi ahli hukum memiliki pengetahuan di bidang hukum kesehatan;
Anggota Komite Disiplin Tingkat Pusat untuk pertama kali ditetapkan oleh Menteri atas
usul organisasi profesi tingkat pusat, sedangkan untuk tingkat Propinsi ditetapkan oleh
Gubernur atas usul organisasi profesi tingkat Propinsi.
Masa keanggotaan Komite Disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) adalah 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa bakti periode berikutnya.
Anggota Komite Disiplin sebelum melaksanakan tugasnya harus mengangkat sumpah
sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.
Komite Disiplin dipimpin oleh seorang Ketua (ahli hukum kesehatan), seorang Wakil
Ketua (Dokter/Dokter Gigi) dan seorang Sekretaris (ahli hukum kesehatan) yang dipilih
dari anggota Komite Disiplin.
Tata cara dan mekanisme kerja Komite Disiplin disusun dan ditetapkan oleh Komite
Disiplin.
Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Komite Disiplin
dibebankan kepada anggaran Komite Disiplin yang diperoleh dari pendapatan yang sah
serta sumber lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Komite Disiplin Pusat bertugas:
a.
Memeriksa dan memutuskan kasus banding pelanggaran disiplin Dokter/Dokter
Gigi yang diajukan.
b.
Memberikan bantuan konsultasi kepada Komite Disiplin Propinsi.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c.
(13)
(14)
Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin
Dokter/Dokter Gigi.
d.
Melakukan pembinaan dan pengawasan Komite Disiplin Propinsi.
Komite Disiplin Propinsi bertugas:
a.
Membentuk Tim Ad Hoc dari keanggotaan Komite Disiplin Propinsi untuk
memeriksa dan memutuskan setiap kasus pengaduan pelanggaran disiplin
Dokter/Dokter Gigi.
b.
Melaksanakan keputusan banding dari Komite Disiplin Pusat.
c.
Menugaskan organisasi profesi untuk menegakkan keputusan Komite Disiplin
Pusat.
d.
Mengawasi penegakan disiplin Dokter/Dokter Gigi yang dilakukan oleh organisasi
profesi kedokteran/kedokteran gigi terhadap keputusan yang ditetapkan sebagai
bagian dari pembinaan Praktik Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (2).
e.
Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan kepada Komite Disiplin Pusat.
Tim Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (12) bertugas:
a.
Meneliti, memeriksa, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kesalahan atau kelalaian Dokter/Dokter Gigi dalam menyelenggarakan Praktik
Kedokteran.
b.
Menetapkan sanksi disiplin kepada Dokter/Dokter Gigi.
Bagian Kedua
Tata Cara Permintaan Pemeriksaan dan Pengaduan
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 32
Permintaan pemeriksaan diajukan oleh pemohon secara tertulis kepada Ketua Komite
Disiplin Propinsi di wilayah hukumnya.
Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi dengan data-data:
a.
Identitas pemohon;
b.
Tempat, tanggal dan tahun kejadian;
c.
Kronologis peristiwa;
d.
Hal-hal yang dimohonkan;
e.
Barang bukti bila ada.
Permohonan serta data-data sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus
disampaikan oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
kejadian.
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dicatat dalam buku registrasi yang
khusus untuk itu.
Pasal 33
Permohonan pemeriksaan dapat ditolak apabila tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).
Permohonan yang ditolak dapat diajukan kembali setelah memenuhi ketentuan
sebagaimana Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 34
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
Hasil pemeriksaan Komite Disiplin dapat berupa pelanggaran etika
kedokteran/kedokteran gigi.
Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penanganan kasus tersebut
selanjutnya diserahkan kepada organisasi profesi terkait.
Penyerahan penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan
secara tertulis kepada pemohon.
Pasal 35
Semua berkas yang berkaitan dengan proses pemeriksaan menjadi milik Komite Disiplin dan
bersifat rahasia.
Pasal 36
Permohonan pemeriksaan ditetapkan kadaluarsa apabila dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari
terhitung mulai 1 (satu) hari setelah kejadian pemohon tidak melengkapi berkas perkara
pengaduan.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 37
Dalam hal pengaduan dapat diterima, Ketua Komite Disiplin menetapkan Tim Ad-Hoc
yang ditugasi memeriksa dan memutus ada atau tidaknya pelanggaran disiplin.
Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya berjumlah 3
(tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.
Ketua Tim Ad-Hoc harus seorang yang mempunyai latar belakang pendidikan hukum
kesehatan.
Anggota Tim Ad-Hoc terdiri dari Dokter/Dokter Gigi serta tenaga kesehatan lainnya yang
mempunyai latar belakang keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan kasus yang
diadukan.
Keanggotaan Tim Ad-Hoc diangkat dari anggota Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi.
Pasal 38
Ketua Komite Disiplin, selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari sejak menerima berkas
permintaan pemeriksaan yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 30 harus menetapkan hari sidang.
Penetapan hari sidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan secara
tertulis kepada pemohon, yang dibuktikan dengan surat tanda terima yang ditanda
tangani pemohon.
Apabila pemohon berhalangan hadir pada hari sidang yang sudah ditetapkan, pemohon
harus memberikan alasan yang dapat diterima oleh Ketua Komite Disiplin.
Ketua Komite Disiplin tidak dapat menunda hari persidangan tanpa alasan, kecuali
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3).
Pasal 39
Semua persidangan Komite Disiplin tertutup untuk umum kecuali ditetapkan lain oleh Ketua
Komite Disiplin.
Pasal 40
Ketua Komite Disiplin dapat memanggil saksi untuk diminta keterangan.
Pasal 41
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
Setiap orang atau badan dapat mengadukan Dokter/Dokter Gigi yang menyelenggarakan
Praktik Kedokteran yang diduga melanggar disiplin kepada Komite Disiplin.
Alasan yang dapat digunakan untuk mengadukan Dokter/Dokter Gigi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a.
adanya kerugian materiil dan imateriii yang dapat diduga terkait dengan Praktik
Kedokteran;
b.
adanya dugaan tidak melakukan kewajiban yang lazimnya dilakukan dalam Praktik
Kedokteran;
c.
adanya dugaan penyimpangan dalam melakukan Praktik Kedokteran.
Bagian Ketiga
Putusan
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pasal 42
Putusan Komite Disiplin harus diucapkan dalam sidang tertutup.
Keberatan terhadap keputusan Komite Disiplin Tingkat Propinsi dapat diajukan banding
ke Komite Disiplin Pusat.
Keberatan terhadap keputusan Komite Disiplin tingkat Pusat dapat diajukan ke
Pengadilan Negeri.
Pasal 43
Dalam hal pengaduan telah memperoleh keputusan, maka dalam putusan Komite Disiplin
tersebut dapat ditetapkan sanksi dan atau kewajiban yang harus dilakukan oleh tenaga
medis yang diadukan.
Sanksi dan atau Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a.
pemberian peringatan tertulis;
b.
pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Ijin Praktik untuk waktu paling lama
satu tahun, dan atau
c.
kewajiban mengikuti pendidikan dan atau pelatihan di fakultas kedokteran/
kedokteran gigi.
BAB IX
KONSIL KEDOKTERAN
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 44
Dalam rangka menetapkan kebijaksanaan bidang pendidikan, penelitian dan pelayanan
kedokteran/kedokteran gigi yang akan menjadi pedoman bagi berbagai lembaga yang
terkait dengan penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Konsil Kedokteran.
Konsil Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah suatu badan yang
otonom, mandiri, non struktural dan bertanggung jawab kepada Presiden sebagai Kepala
Negara.
Konsil Kedokteran berkedudukan di Ibu Kota Negara.
Konsil Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas:
a.
menetapkan kebijakan umum tentang pendidikan, penelitian dan pelayanan
kedokteran/kedokteran gigi;
b.
memberikan saran penyempurnaan terhadap keputusan komite/lembaga di bawah
konsil sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c.
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
menserasikan berbagai ketentuan yang terkait dengan pendidikan, penelitian dan
pelayanan kedokteran/kedokteran gigi;
d.
memberikan masukan terhadap Pemerintah tentang kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran/kedokteran
gigi.
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Konsil Kedokteran
mempunyai fungsi membina, mengatur, menetapkan, serta mengarahkan
pengembangan komite/lembaga yang berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan
pelayanan di bidang kedokteran/kedokteran gigi dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan Dokter/Dokter Gigi.
Keputusan Konsil Kedokteran mengikat Komite dan atau lembaga yang berada di bawah
koordinasinya.
Keanggotaan Konsil Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari wakil
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia/ Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi
Indonesia, wakil Kolegium Kedokteran Indonesia/ wakil Kolegium Kedokteran Gigi
Indonesia, wakil Komite IPTEK Kedokteran, wakil Komite Registrasi, wakil Komite
Disiplin, wakil Organisasi Profesi Kedokteran/Kedokteran Gigi, wakil dari Pemerintah dan
wakil masyarakat dengan jumlah maksimal sebanyak 25 (dua puluh lima) orang.
Untuk pertama kali pembentukan Konsil Kedokteran serta pengangkatan
keanggotaannya di fasilitasi oleh Menteri.
Wakil Asosiasi/Organisasi diajukan oleh Asosiasi/Organisasi yang bersangkutan
sedangkan wakil Pemerintah dan masyarakat diajukan oleh Menteri.
Masa jabatan keanggotaan Konsil Kedokteran adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Personalia Konsil Kedokteran sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus
mengangkat sumpah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Konsil Kedokteran dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang
Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Konsil serta ditetapkan oleh Presiden.
Untuk melaksanakan tugas harian, Ketua Konsil dapat mengangkat seorang Sekretaris
Eksekutif.
Tata cara dan mekanisme kerja Konsil Kedokteran disusun oleh Konsil dan ditetapkan
oleh Ketua Konsil Kedokteran.
Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Konsil
Kedokteran dibebankan kepada anggaran Konsil yang diperoleh dari pendapatan yang
sah serta sumber lain yang tidak mengikat.
Pasal 45
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil Kedokteran adalah:
a.
Warga Negara Republik Indonesia;
b.
Sehat Rohani dan Jasmani;
c.
Berkelakuan baik;
d.
Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun;
e.
Pernah melakukan praktik kedokteran sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dan
memiliki Tanda Registrasi, kecuali untuk wakil dari masyarakat umum;
Pasal 46
Keanggotaan Konsil kedokteran berakhir apabila:
a.
berakhir masa jabatan sebagai anggota;
b.
mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c.
d.
e.
f.
g.
meninggal dunia;
bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;
adanya gangguan kesehatan;
tidak mampu melakukan tugas;
sedang menjalani pidana penjara.
BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 47
Menteri dan Pemerintah Daerah membina dan mengawasi Praktik Kedokteran sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing.
Pasal 48
Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 diarahkan untuk:
1.
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan Dokter/Dokter Gigi;
2.
melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan Dokter/Dokter Gigi;
3.
adanya kepastian hukum bagi masyarakat dan bagi Dokter/Dokter Gigi.
(1)
(2)
Pasal 49
Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat bahwa yang bersangkutan adalah Dokter/Dokter
Gigi yang telah memiliki sertifikat registrasi Dokter/Dokter Gigi dan atau surat ijin praktik.
Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan bahwa yang bersangkutan
adalah Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki sertifikat Dokter/Dokter Gigi atau surat ijin
praktik.
Pasal 50
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan dokter/dokter gigi yang menyelenggarakan praktik
dapat dilakukan medical audit.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
(1)
(2)
Pasal 51
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki Surat
Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi dan atau Surat Izin Praktik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) atau Pasal 16 atau Pasal 49 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp. 150.000.000.- (seratus lima puluh juta rupiah).
Setiap dokter/dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran tidak memasang papan
nama sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (1), tidak membuat rekam medis
sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta
rupiah).
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 52
Barang siapa yang mempekerjakan Dokter/Dokter Gigi yang tidak mempunyai Surat Izin Praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah);
(1)
(2)
Pasal 53
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 adalah pelanggaran.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 adalah kejahatan.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-undang nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sepanjang yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik
kedokteran, pada saat diundangkannya Undang-undang ini masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dan atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.
(1)
(2)
Pasal 55
Dengan disahkannya Undang-undang ini maka Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki
surat penugasan dan Surat Izin Praktik, dianggap telah memiliki Surat Tanda Registrasi
dan Surat Izin Praktik, berdasarkan Undang-undang ini.
Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik sebagaimana ayat (1) berlaku sampai habis
masa berlakunya.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Dengan disahkannya undang-undang ini maka Pasal 54 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan sepanjang yang berkaitan dengan dokter/dokter gigi, dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 57
Undang-undang ini berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan .
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta
Pada Tanggal .........
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
MEGAWATI SUKARNO PUTRI
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Diundangkan Di Jakarta
Pada Tanggal .........
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ............. NOMOR ..............
www.hukumonline.com
Download