www.hukumonline.com RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR .......... TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan sebagai salah satu hak azasi manusia merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat; b. bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran merupakan inti dari berbagai penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta penilaian terhadap mutu pelayanan yang diberikan Dokter/Dokter Gigi agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; c. bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan praktik kedokteran yang ada saat ini belum cukup memberikan landasan hukum bagi penyelenggaraan praktik kedokteran, dan oleh karena itu perlu diatur dalam satu Undang-undang; d. bahwa sehubungan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran. Mengingat: Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Praktik Kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan Dokter/Dokter Gigi kepada pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan; www.hukumonline.com www.hukumonline.com 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Dokter /dokter gigi termasuk Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis adalah Dokter/Dokter Gigi lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam dan di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia; Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan praktik kedokteran/Kedokteran Gigi; Profesi kedokteran/kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran/kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Kolegium Kedokteran Indonesia dan Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia selanjutnya disebut Kolegium Kedokteran adalah suatu badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut. Komite Penapisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kedokteran Gigi selanjutnya disebut Komite IPTEK Kedokteran adalah suatu lembaga yang bertugas melakukan penapisan ilmu dan teknologi kedokteran dan kedokteran gigi yang dapat digunakan dalam praktik kedokteran dan/atau kedokteran gigi. Ijazah dokter dan ijazah dokter gigi adalah surat tanda pengakuan terhadap prestasi belajar dan atau penyelesaian jenjang pendidikan yang diberikan kepada peserta didik setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang terakreditasi; Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Dokter/Dokter Gigi untuk menjalankan Praktik Kedokteran di seluruh Indonesia, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh kolegium ilmu kedokteran/ kedokteran gigi. Konsil Kedokteran Indonesia dan Konsil Kedokteran Gigi Indonesia selanjutnya disebut Konsil Kedokteran adalah suatu lembaga yang otonom,mandiri dan non struktual; Komite Registrasi Dokter dan Komite Registrasi Dokter Gigi selanjutnya disebut Komite Registrasi adalah suatu lembaga yang bertugas melakukan registrasi terhadap semua Dokter/Dokter Gigi dan berada di bawah koordinasi Konsil Kedokteran. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Registrar adalah seseorang yang bertanggungjawab dan berwenang melakukan registrasi Dokter/Dokter Gigi; Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Registrar kepada Dokter/Dokter Gigi; Surat Ijin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Dokter/Dokter Gigi untuk menjalankan praktik kedokteran; Komite Disiplin Dokter dan Komite Disiplin Dokter Gigi selanjutnya disebut Komite Disiplin adalah suatu lembaga yang berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan standar profesi dalam praktik kedokteran dan menetapkan sanksi; Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Praktik kedokteran berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, serta keselamatan pasien. www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 3 Pengaturan penyelenggaraan praktik kedokteran bertujuan untuk: 1. memberikan perlindungan kepada pasien; 2. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dokter/Dokter Gigi; 3. memberikan kepastian hukum kepada pasien dan penyelenggara pelayanan kesehatan. BAB III PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (1) (2) (3) (4) (1) (2) (1) (2) Pasal 4 Praktik Kedokteran dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran/kedokteran gigi. Standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bagi jenjang pendidikan Dokter/Dokter Gigi ditetapkan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia/Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia. Standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bagi jenjang pendidikan spesialis dan sub spesialis ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran. Pasal 5 Dalam menetapkan standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia/Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Institusi Rumah Sakit Pendidikan, Organisasi Profesi terkait, Kolegium Kedokteran terkait, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan. Penetapan standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (4), Kolegium Kedokteran berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia/Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, Institusi Rumah Sakit Pendidikan, Organisasi Profesi terkait, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan. Pasal 6 Setiap Dokter/Dokter Gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi. Pendidikan dan pelatihan kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi. BAB IV PENAPISAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI Pasal 7 www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Penapisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kedokteran Gigi atau teknologi baru yang dapat digunakan dalam praktik kedokteran dilaksanakan oleh Komite Penapisan IPTEK Kedokteran. Komite IPTEK Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga otonom, mandiri dan non struktural yang keanggotaannya terdiri dari wakil organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi, wakil institusi pendidikan, wakil institusi pelayanan medik, para ahli, wakil masyarakat, wakil Departemen Kesehatan dan wakil Departemen Pendidikan Nasional, dengan jumlah maksimal sebanyak 15 (lima belas) orang, Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan oleh masing-masing organisasi/asosiasi. Keanggotaan dari wakil para ahli dan wakil masyarakat diajukan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dari organisasi profesi/asosiasi. Komite IPTEK Kedokteran dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Komite IPTEK Kedokteran. Untuk pertama kali pembentukan Komite IPTEK Kedokteran serta pengangkatan keanggotaannya difasilitasi oleh Menteri. Masa jabatan keanggotaan Komite IPTEK Kedokteran selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Tata cara dan mekanisme kerja Komite IPTEK Kedokteran disusun oleh Komite IPTEK Kedokteran. Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Komite IPTEK Kedokteran dibebankan kepada anggaran Komite IPTEK Kedokteran yang diperoleh dari pendapatan yang sah serta sumber lain yang tidak mengikat. Komite IPTEK Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam menapis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi harus memperhatikan kaidah-kaidah moral, etika, azas manfaat dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Setiap percobaan atau penemuan baru bidang kedokteran/kedokteran gigi yang akan diterapkan pada manusia harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Komite IPTEK Kedokteran. Dalam rangka penyelenggaraan praktik kedokteran, Komite IPTEK Kedokteran menetapkan persyaratan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi yang dapat diterapkan pada manusia. BAB V PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI (1) (2) (3) Pasal 8 Setiap penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam praktik kedokteran wajib menghormati etika, norma hukum yang berlaku serta keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat. Penyelenggaraan penelitian dalam Praktik Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan etika, standar, kaidah dan prosedur penelitian kesehatan. Setiap penelitian yang dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi dalam Praktik Kedokteran harus dimintakan pertimbangan etik (ethical clearence) dari lembaga yang berwenang. BAB VI REGISTRASI DOKTER/DOKTER GIGI www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (1) Pasal 9 Semua Dokter/Dokter Gigi yang akan melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi. Untuk melakukan registrasi Dokter/Dokter Gigi dibentuk suatu Komite Registrasi yang merupakan lembaga otonom, mandiri dan non struktural yang keanggotaannya terdiri dari wakil organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi, pakar bidang kedokteran/kedokteran gigi, wakil Departemen Kesehatan, dan wakil Departemen Pendidikan Nasional dengan jumlah maksimal sebanyak 15 (lima belas) orang. Wakil keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan oleh masing-masing organisasi/asosiasi, sedangkan para pakar ditetapkan oleh Menteri. Komite Registrasi dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Komite Registrasi. Untuk pertama kali pembentukan Komite Registrasi serta pengangkatan keanggotaannya difasilitasi oleh Menteri. Ketua Komite Registrasi bertindak sebagai registrar yang telah mengangkat sumpah jabatan dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretaris eksekutif. Masa jabatan keanggotaan Komite Registrasi selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Tata cara dan mekanisme kerja Komite Registrasi disusun oleh Komite Registrasi dan ditetapkan oleh Ketua Komite Registrasi. Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Komite Registrasi dibebankan kepada Anggaran Komite Registrasi yang diperoleh dari pendapatan yang sah serta sumber lain yang tidak mengikat. Komite Registrasi bertugas: a. Memeriksa keabsahan ijazah dan sertifikat kompetensi; b. Meregistrasi Dokter/Dokter Gigi; c. Menerbitkan surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi; d. Memelihara dan menjaga daftar registrasi Dokter/Dokter Gigi. e. Mencabut surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi berdasarkan putusan f. Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi. Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) dikeluarkan oleh Komite Registrasi. Untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi harus memenuhi persyaratan: a. memiliki ijazah Dokter/Dokter Gigi, Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis; b. memiliki sertifikat kompetensi; c. mempunyai surat pernyataan telah mengangkat sumpah dokter dan dokter gigi; d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Tanda Registrasi berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali. Registrasi ulang sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (12). Pasal 10 Dokter/Dokter Gigi Warga Negara Indonesia lulusan pendidikan luar negeri yang akan diberikan Surat Tanda Registrasi harus dilakukan penilaian kembali yang mencakup: www.hukumonline.com www.hukumonline.com a. b. (2) (3) (4) (1) (2) (3) (1) (2) (3) keabsahan ijazah; kemampuan untuk melakukan Praktik Kedokteran yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan sertifikat kompetensi; c. mempunyai surat pernyataan telah mengangkat sumpah Dokter/Dokter Gigi. d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Untuk Dokter/Dokter Gigi Warga Negara Asing selain memenuhi ketentuan ayat (1) juga harus dilengkapi surat izin kerja dan visa kerja dari Departemen yang berwenang. Dokter/Dokter Gigi yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi. Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali. Pasal 11 Surat Tanda Registrasi Sementara dapat diberikan kepada Dokter/Dokter Gigi Warga Negara Asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran/ kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia. Surat Tanda Registrasi sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya, setelah mendapat persetujuan Komite Registrasi . Surat Tanda Registrasi Sementara diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Ayat (1). Pasal 12 Surat Tanda Registrasi Bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Warga Negara Asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia; Surat Tanda Registrasi Bersyarat diberikan pula kepada Dokter/Dokter Gigi yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka memperoleh sertifikat kompetensi. Surat Tanda Registrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diberikan melalui institusi pendidikan. Pasal 13 Surat Tanda Registrasi tidak berlaku lagi karena: a. dicabut atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku; b. habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang; c. atas permintaan sendiri; atau d. berdasarkan Keputusan Komite Disiplin. (1) Pasal 14 Dokter/Dokter Gigi yang telah diregistrasi mempunyai wewenang: a. melakukan praktik kedokteran sesuai pendidikan yang dimiliki; b. menulis resep obat dan alat kesehatan; c. melakukan tindakan kedokteran/kedokteran gigi sesuai kompetensi; d. menerbitkan surat keterangan Dokter/Dokter Gigi; e. menyimpan semua jenis obat dalam jumlah yang diizinkan; f. menjalankan praktik kedokteran pada sarana pelayanan kesehatan; www.hukumonline.com www.hukumonline.com g. (2) (3) meracik dan menyerahkan obat bagi yang praktik di daerah terpencil di mana tidak ada apotik; Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak menerima imbalan jasa. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Komite Registrasi dapat menetapkan kewenangan lainnya berdasarkan pertimbangan dan/atau perkembangan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi. BAB VII PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN Bagian Pertama Surat Izin Praktik (1) (2) Pasal 15 Praktik kedokteran hanya dapat dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi. Surat Tanda Registrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan dasar untuk memperoleh Surat Izin Praktik. Pasal 16 Surat Izin Praktik dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di mana praktik kedokteran dilaksanakan. (1) (2) Pasal 17 Pejabat Kesehatan di Kabupaten/Kota dalam mengeluarkan Surat Izin Praktik harus mempersyaratkan: a. memiliki Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, dalam pasal 11 dan dalam pasal 12 masih berlaku; b. tempat di mana akan dilaksanakan praktik; c. Izin Praktik hanya untuk paling banyak di tiga tempat; d. rekomendasi dari organisasi profesi. Surat Izin Praktik masih tetap berlaku sepanjang: a. Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi masih berlaku; b. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Izin Praktik. Bagian Kedua Pelaksanaan Praktik (1) (2) Pasal 18 Dokter/Dokter Gigi yang telah mempunyai Surat Izin Praktik dan menyelenggarakan Praktik Kedokteran wajib memasang papan nama Praktik Kedokteran. Dalam hal Dokter/Dokter Gigi berpraktik pada sarana pelayanan kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar Dokter/Dokter Gigi yang melakukan Praktik Kedokteran. Pasal 19 www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) Dokter/Dokter Gigi yang berhalangan menyelenggarakan Praktik Kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk Dokter/Dokter Gigi pengganti. Dokter/Dokter Gigi pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus Dokter/Dokter Gigi yang mempunyai Surat Izin Praktik. Pasal 20 Penyelenggaraan Praktik Kedokteran didasarkan pada kesepakatan upaya untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (inspanning verbintenis). Pasal 21 Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan Dokter/Dokter Gigi yang tidak mempunyai surat izin praktik. Bagian Ketiga Pemberian Pelayanan Paragraf 1 Standar Pelayanan (1) (2) Pasal 22 Dokter/Dokter Gigi dalam melakukan praktik kedokteran harus memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan oleh profesi. Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata pelayanan kesehatan. Paragraf 2 Persetujuan Tindakan Kedokteran/kedokteran gigi (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pasal 23 Setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh Dokter/Dokter Gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap (informed consent). Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup: a. Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang dilakukan; b. Tata cara tindakan medis dan diagnosis; c. Alternatif tindakan lain dan risikonya; d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan; Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. Setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Ketentuan tentang tatacara persetujuan tindakan kedokteran/kedokteran gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. www.hukumonline.com www.hukumonline.com Paragraf 3 Rekam Medis (1) (2) (3) (1) (2) (3) Pasal 24 Setiap Dokter/Dokter Gigi dalam menjalankan praktik kedokteran harus membuat rekam medis. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Pasal 25 Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 merupakan milik Dokter/Dokter Gigi dan sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien. Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh Dokter/Dokter Gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Ketentuan tentang rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Paragraf 4 Rahasia Kedokteran (1) (2) (3) Pasal 26 Setiap Dokter/Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. Pembukaan rahasia kedokteran dapat dilakukan sepanjang untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, pasien sendiri atau keluarganya atau berdasarkan ketentuan perundangundangan. Ketentuan tentang rahasia kedokteran ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Paragraf 5 Kendali Mutu dan Kendali Biaya (1) (2) (3) Pasal 27 Setiap Dokter/Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran/kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan audit medis. Pembinaan dan pengawasan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh organisasi profesi. Paragraf 6 Hak dan Kewajiban Dokter/Dokter Gigi Pasal 28 www.hukumonline.com www.hukumonline.com Dokter/Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak dan kewajiban, meliputi: a. Hak Dokter/Dokter Gigi antara lain: 1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur; 2. bekerja menurut standar profesi dan standar operasional prosedur; 3. menolak keinginan pasien atau pihak lain yang bertentangan dengan standar profesi dan etika kedokteran/kedokteran gigi; 4. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; 5. mendapat imbalan jasa atas pelayanan profesi yang diberikan. b. Kewajiban Dokter/Dokter Gigi antara lain: 1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar operasional prosedur serta kebutuhan medis pasien; 2. merujuk pasien ke Dokter/Dokter Gigi lain yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; 3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia; 4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; 5. terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi. Paragraf 7 Hak dan Kewajiban Pasien Pasal 29 Dalam rangka praktik kedokteran/kedokteran gigi pasien mempunyai hak dan kewajiban meliputi: a. Hak pasien, antara lain: 1. hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (3); 2. hak meminta pendapat pihak kedua (second opinion); 3. hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis; 4. hak menolak tindakan medik; b. Kewajiban pasien, antara lain: 1. mematuhi nasehat dan petunjuk dokter/dokter gigi; 2. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya; 3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana kesehatan; 4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan. Paragraf 8 Pembinaan Praktik Kedokteran (1) Pasal 30 Untuk terselenggaranya praktik kedokteran sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang ini perlu dilakukan pembinaan Praktik Kedokteran. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) Pembinaan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Organisasi Profesi Kedokteran/kedokteran gigi. BAB VIII DISIPLIN DOKTER/DOKTER GIGI Bagian Pertama Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Pasal 31 Dalam rangka penegakan disiplin Dokter/Dokter Gigi dalam menyelenggarakan Praktik Kedokteran, dibentuk Komite Disiplin. Komite Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) merupakan lembaga otonom, mandiri dan non struktural yang dibentuk di tingkat Pusat dan Propinsi. Kedudukan Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi tingkat Pusat berada di Ibukota Negara sedangkan tingkat Propinsi berada di Ibukota Propinsi. Keanggotaan Komite Disiplin terdiri dari Dokter/Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain dan ahli hukum kesehatan dengan jumlah untuk tingkat Pusat maksimal sebanyak 25 (dua puluh lima) orang dan untuk tingkat Propinsi maksimal sebanyak 15 (lima belas) orang. Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota Komite Disiplin adalah: a. Warga Negara Republik Indonesia; b. Sehat Rohani; c. Berkelakuan baik; d. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun; e. Pernah melakukan praktik kedokteran sekurang-kurangnya 10 tahun (sepuluh) tahun dan memiliki Tanda Registrasi; f. Bagi ahli hukum memiliki pengetahuan di bidang hukum kesehatan; Anggota Komite Disiplin Tingkat Pusat untuk pertama kali ditetapkan oleh Menteri atas usul organisasi profesi tingkat pusat, sedangkan untuk tingkat Propinsi ditetapkan oleh Gubernur atas usul organisasi profesi tingkat Propinsi. Masa keanggotaan Komite Disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa bakti periode berikutnya. Anggota Komite Disiplin sebelum melaksanakan tugasnya harus mengangkat sumpah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Komite Disiplin dipimpin oleh seorang Ketua (ahli hukum kesehatan), seorang Wakil Ketua (Dokter/Dokter Gigi) dan seorang Sekretaris (ahli hukum kesehatan) yang dipilih dari anggota Komite Disiplin. Tata cara dan mekanisme kerja Komite Disiplin disusun dan ditetapkan oleh Komite Disiplin. Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Komite Disiplin dibebankan kepada anggaran Komite Disiplin yang diperoleh dari pendapatan yang sah serta sumber lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Komite Disiplin Pusat bertugas: a. Memeriksa dan memutuskan kasus banding pelanggaran disiplin Dokter/Dokter Gigi yang diajukan. b. Memberikan bantuan konsultasi kepada Komite Disiplin Propinsi. www.hukumonline.com www.hukumonline.com c. (13) (14) Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin Dokter/Dokter Gigi. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan Komite Disiplin Propinsi. Komite Disiplin Propinsi bertugas: a. Membentuk Tim Ad Hoc dari keanggotaan Komite Disiplin Propinsi untuk memeriksa dan memutuskan setiap kasus pengaduan pelanggaran disiplin Dokter/Dokter Gigi. b. Melaksanakan keputusan banding dari Komite Disiplin Pusat. c. Menugaskan organisasi profesi untuk menegakkan keputusan Komite Disiplin Pusat. d. Mengawasi penegakan disiplin Dokter/Dokter Gigi yang dilakukan oleh organisasi profesi kedokteran/kedokteran gigi terhadap keputusan yang ditetapkan sebagai bagian dari pembinaan Praktik Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2). e. Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan kepada Komite Disiplin Pusat. Tim Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (12) bertugas: a. Meneliti, memeriksa, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian Dokter/Dokter Gigi dalam menyelenggarakan Praktik Kedokteran. b. Menetapkan sanksi disiplin kepada Dokter/Dokter Gigi. Bagian Kedua Tata Cara Permintaan Pemeriksaan dan Pengaduan (1) (2) (3) (4) (1) (2) Pasal 32 Permintaan pemeriksaan diajukan oleh pemohon secara tertulis kepada Ketua Komite Disiplin Propinsi di wilayah hukumnya. Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi dengan data-data: a. Identitas pemohon; b. Tempat, tanggal dan tahun kejadian; c. Kronologis peristiwa; d. Hal-hal yang dimohonkan; e. Barang bukti bila ada. Permohonan serta data-data sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus disampaikan oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak kejadian. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dicatat dalam buku registrasi yang khusus untuk itu. Pasal 33 Permohonan pemeriksaan dapat ditolak apabila tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3). Permohonan yang ditolak dapat diajukan kembali setelah memenuhi ketentuan sebagaimana Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2). Pasal 34 www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (3) Hasil pemeriksaan Komite Disiplin dapat berupa pelanggaran etika kedokteran/kedokteran gigi. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penanganan kasus tersebut selanjutnya diserahkan kepada organisasi profesi terkait. Penyerahan penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan secara tertulis kepada pemohon. Pasal 35 Semua berkas yang berkaitan dengan proses pemeriksaan menjadi milik Komite Disiplin dan bersifat rahasia. Pasal 36 Permohonan pemeriksaan ditetapkan kadaluarsa apabila dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung mulai 1 (satu) hari setelah kejadian pemohon tidak melengkapi berkas perkara pengaduan. (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) Pasal 37 Dalam hal pengaduan dapat diterima, Ketua Komite Disiplin menetapkan Tim Ad-Hoc yang ditugasi memeriksa dan memutus ada atau tidaknya pelanggaran disiplin. Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya berjumlah 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang. Ketua Tim Ad-Hoc harus seorang yang mempunyai latar belakang pendidikan hukum kesehatan. Anggota Tim Ad-Hoc terdiri dari Dokter/Dokter Gigi serta tenaga kesehatan lainnya yang mempunyai latar belakang keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan kasus yang diadukan. Keanggotaan Tim Ad-Hoc diangkat dari anggota Komite Disiplin Dokter/Dokter Gigi. Pasal 38 Ketua Komite Disiplin, selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari sejak menerima berkas permintaan pemeriksaan yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 harus menetapkan hari sidang. Penetapan hari sidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada pemohon, yang dibuktikan dengan surat tanda terima yang ditanda tangani pemohon. Apabila pemohon berhalangan hadir pada hari sidang yang sudah ditetapkan, pemohon harus memberikan alasan yang dapat diterima oleh Ketua Komite Disiplin. Ketua Komite Disiplin tidak dapat menunda hari persidangan tanpa alasan, kecuali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3). Pasal 39 Semua persidangan Komite Disiplin tertutup untuk umum kecuali ditetapkan lain oleh Ketua Komite Disiplin. Pasal 40 Ketua Komite Disiplin dapat memanggil saksi untuk diminta keterangan. Pasal 41 www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) Setiap orang atau badan dapat mengadukan Dokter/Dokter Gigi yang menyelenggarakan Praktik Kedokteran yang diduga melanggar disiplin kepada Komite Disiplin. Alasan yang dapat digunakan untuk mengadukan Dokter/Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. adanya kerugian materiil dan imateriii yang dapat diduga terkait dengan Praktik Kedokteran; b. adanya dugaan tidak melakukan kewajiban yang lazimnya dilakukan dalam Praktik Kedokteran; c. adanya dugaan penyimpangan dalam melakukan Praktik Kedokteran. Bagian Ketiga Putusan (1) (2) (3) (1) (2) Pasal 42 Putusan Komite Disiplin harus diucapkan dalam sidang tertutup. Keberatan terhadap keputusan Komite Disiplin Tingkat Propinsi dapat diajukan banding ke Komite Disiplin Pusat. Keberatan terhadap keputusan Komite Disiplin tingkat Pusat dapat diajukan ke Pengadilan Negeri. Pasal 43 Dalam hal pengaduan telah memperoleh keputusan, maka dalam putusan Komite Disiplin tersebut dapat ditetapkan sanksi dan atau kewajiban yang harus dilakukan oleh tenaga medis yang diadukan. Sanksi dan atau Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: a. pemberian peringatan tertulis; b. pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Ijin Praktik untuk waktu paling lama satu tahun, dan atau c. kewajiban mengikuti pendidikan dan atau pelatihan di fakultas kedokteran/ kedokteran gigi. BAB IX KONSIL KEDOKTERAN (1) (2) (3) (4) Pasal 44 Dalam rangka menetapkan kebijaksanaan bidang pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi yang akan menjadi pedoman bagi berbagai lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Konsil Kedokteran. Konsil Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah suatu badan yang otonom, mandiri, non struktural dan bertanggung jawab kepada Presiden sebagai Kepala Negara. Konsil Kedokteran berkedudukan di Ibu Kota Negara. Konsil Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas: a. menetapkan kebijakan umum tentang pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi; b. memberikan saran penyempurnaan terhadap keputusan komite/lembaga di bawah konsil sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan; www.hukumonline.com www.hukumonline.com c. (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) menserasikan berbagai ketentuan yang terkait dengan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi; d. memberikan masukan terhadap Pemerintah tentang kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran/kedokteran gigi. Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Konsil Kedokteran mempunyai fungsi membina, mengatur, menetapkan, serta mengarahkan pengembangan komite/lembaga yang berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan pelayanan di bidang kedokteran/kedokteran gigi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Dokter/Dokter Gigi. Keputusan Konsil Kedokteran mengikat Komite dan atau lembaga yang berada di bawah koordinasinya. Keanggotaan Konsil Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari wakil Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia/ Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, wakil Kolegium Kedokteran Indonesia/ wakil Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia, wakil Komite IPTEK Kedokteran, wakil Komite Registrasi, wakil Komite Disiplin, wakil Organisasi Profesi Kedokteran/Kedokteran Gigi, wakil dari Pemerintah dan wakil masyarakat dengan jumlah maksimal sebanyak 25 (dua puluh lima) orang. Untuk pertama kali pembentukan Konsil Kedokteran serta pengangkatan keanggotaannya di fasilitasi oleh Menteri. Wakil Asosiasi/Organisasi diajukan oleh Asosiasi/Organisasi yang bersangkutan sedangkan wakil Pemerintah dan masyarakat diajukan oleh Menteri. Masa jabatan keanggotaan Konsil Kedokteran adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Personalia Konsil Kedokteran sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus mengangkat sumpah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Konsil Kedokteran dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Konsil serta ditetapkan oleh Presiden. Untuk melaksanakan tugas harian, Ketua Konsil dapat mengangkat seorang Sekretaris Eksekutif. Tata cara dan mekanisme kerja Konsil Kedokteran disusun oleh Konsil dan ditetapkan oleh Ketua Konsil Kedokteran. Segala pembiayaan yang timbul sebagai pelaksanaan tugas dan kegiatan Konsil Kedokteran dibebankan kepada anggaran Konsil yang diperoleh dari pendapatan yang sah serta sumber lain yang tidak mengikat. Pasal 45 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil Kedokteran adalah: a. Warga Negara Republik Indonesia; b. Sehat Rohani dan Jasmani; c. Berkelakuan baik; d. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun; e. Pernah melakukan praktik kedokteran sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dan memiliki Tanda Registrasi, kecuali untuk wakil dari masyarakat umum; Pasal 46 Keanggotaan Konsil kedokteran berakhir apabila: a. berakhir masa jabatan sebagai anggota; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; www.hukumonline.com www.hukumonline.com c. d. e. f. g. meninggal dunia; bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia; adanya gangguan kesehatan; tidak mampu melakukan tugas; sedang menjalani pidana penjara. BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 47 Menteri dan Pemerintah Daerah membina dan mengawasi Praktik Kedokteran sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pasal 48 Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 diarahkan untuk: 1. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan Dokter/Dokter Gigi; 2. melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan Dokter/Dokter Gigi; 3. adanya kepastian hukum bagi masyarakat dan bagi Dokter/Dokter Gigi. (1) (2) Pasal 49 Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat bahwa yang bersangkutan adalah Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki sertifikat registrasi Dokter/Dokter Gigi dan atau surat ijin praktik. Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan bahwa yang bersangkutan adalah Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki sertifikat Dokter/Dokter Gigi atau surat ijin praktik. Pasal 50 Dalam rangka pembinaan dan pengawasan dokter/dokter gigi yang menyelenggarakan praktik dapat dilakukan medical audit. BAB XI KETENTUAN PIDANA (1) (2) Pasal 51 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter Gigi dan atau Surat Izin Praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) atau Pasal 16 atau Pasal 49 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 150.000.000.- (seratus lima puluh juta rupiah). Setiap dokter/dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (1), tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah). www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 52 Barang siapa yang mempekerjakan Dokter/Dokter Gigi yang tidak mempunyai Surat Izin Praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah); (1) (2) Pasal 53 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 adalah pelanggaran. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 adalah kejahatan. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 54 Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sepanjang yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik kedokteran, pada saat diundangkannya Undang-undang ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini. (1) (2) Pasal 55 Dengan disahkannya Undang-undang ini maka Dokter/Dokter Gigi yang telah memiliki surat penugasan dan Surat Izin Praktik, dianggap telah memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik, berdasarkan Undang-undang ini. Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik sebagaimana ayat (1) berlaku sampai habis masa berlakunya. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 56 Dengan disahkannya undang-undang ini maka Pasal 54 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sepanjang yang berkaitan dengan dokter/dokter gigi, dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 57 Undang-undang ini berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan . Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan Di Jakarta Pada Tanggal ......... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. MEGAWATI SUKARNO PUTRI www.hukumonline.com www.hukumonline.com Diundangkan Di Jakarta Pada Tanggal ......... SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ............. NOMOR .............. www.hukumonline.com