Teori Pembelajaran Tingkah Laku

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Kepribadian
Kontemporer
Teori Psikologi Kepribadian dari
Beragam Ilmuwan Terkemuka di
Bidang Psikologi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
MK61098
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Abstract
Kompetensi
Bidang Psikologi yang perlu dikuasai
oleh mahasiswa Psikologi tingkat S1
sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
dalam bidang Psikologi
Mahasiswa memahami teori dan konsep
utama dalam bidang Psikologi,
memahami dinamika psikologis di
dalam diri setiap individu, memahami
pertumbuhan dan perkembangan
psikologis individu serta konsep
psikopatologi maupun psikoterapi
Behavior Learning Theories
Teori Pembelajaran Tingkah Laku
John B Watson sebagai penemu dari behaviorisme, fokus pada perilaku yang
tampak, mengenai bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stimulus dari luar.
Menurut Watson, behaviorisme tidak memiliki tempat untuk tingkat kesadaran maupun
ketidaksadaran karena kedua hal tersebut tidak dapat terlihat, tidak dapat dimanipulasi
ataupun
diukur.
John
B
Watson
menekankan
pentingnya
pembelajaran
dalam
perkembangan manusia dan menjadi pencetus dari teori pembelajaran pada perspektif
perkembangan manusia. Pendekatan behaviorisme dalam teori kepribadian terwakilkan oleh
karya dari B.F Skinner, dimana idenya mengikuti tradisi dari Watson. B.F.Skinner menolak
semua hal yang tidak relevan dari proses internal yang tidak terduga.
Menurut Skinner, Psikologi belum siap (belum memiliki data faktual yang cukup) untuk
membangun teori kepribadian yang mencakup segala hal. Skinner tidak membahas topik
kepribadian secara khusus, kecuali sekedar menjadikannya sebagai label dari aspek tingkah
laku tertentu. Hal ini dikarenakan satu-satunya aspek yang nyata dan relevan dalam
Psikologi adalah tingkah laku yang teramati dan satu-satunya cara mengontrol dan
meramalkan tingkah laku itu adalah dengan mengaitkannya dengan kejadian yang
mengawali tingkah laku yang ada di lingkungan. Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar,
dimana asumsi pertama dan kedua, pada dasarnya menjadi asumsi Psikologi bahkan
menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah.
1. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk
menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara
teratur dengan peristiwa lain
2. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya
menjelaskan, tapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi
juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan
dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang memungkinkan dapat
dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu
3. Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan
antisipasi dan menentukan/membentuk (sedikit-banyak) tingkah laku seseorang. Skinner
bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi dia sangat
berkeinginan memanipulasinya. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk
kondisi anteseden tertentu.
2016
2
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional
tingkah laku (functional analysis of behavior), yaitu suatu analisis tingkah laku dalam bentuk
hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi
tertentu. Analisis fungsional akan menyingkap bahwa terjadinya tingkah laku sebagian besar
berada pada peristiwa terdahulunya atau berada di lingkungan. Apabila penyebab atau
stimulus yang menjadi peristiwa yang mendahului suatu respon dapat dikontrol, itu berarti
telah dilakukan tindak kontrol terhadap suatu respon.
Pokok-pokok Teori Pembelajaran Tingkah Laku
Burrhus Frederic Skinner
Struktur Kepribadian
Skinner menyatakan bahwa tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan
mengubah lingkungan. Unsur kepribadian yang dipandang relatif tetap adalah tingkah laku
itu sendiri. Adapun dua tingkah laku yang diklasifikasikan oleh Skinner, yaitu :
1. Tingkah laku responden (respondent behavior), respon yang dihasilkan (elicited)
organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon
itu. Bagian dari respon refleks yang termasuk dalam kelompok ini adalah mengeluarkan
air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala,
merasa takut ketika ditanya oleh orang lain atau merasa malu waktu dipuji
2. Tingkah laku operant (operant behavior), respon yang dimunculkan (emitted) organisme
tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadi
proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru. Organisme dihadapkan kepada
pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus.
Keputusan respon mana yang dipilih tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan
(yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi yang mengikuti respon itu
Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bagian elemen struktural.
Pada situasi yang sama, tingkah laku seseorang dapat berbeda-beda kekuatan dan
keseringan munculnya. Namun, itu tidak dijadikan sebagai akibat dari kekuatan dalam, drive
atau motivasi. Menurut Skinner, variabilitas intensitas tingkah laku itu dapat dikembalikan
kepada variabel lingkungan (environment variable). Perilaku yang diikuti oleh stimulanstimulan penggugah (stimulus) memperbesar kemungkinan dilakukannya lagi perilaku
tersebut di masa-masa selanjutnya. Namun, perilaku yang tidak diikuti oleh stimulantstimulan penggugah memperkecil kemungkinan dilakukannya perilaku tersebut di masamasa selanjutnya.
2016
3
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dinamika Kepribadian
Hakikat dari teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki
tingkah laku baru, menjadi lebih terampil dan menjadi lebih tahu. Sistem yang ditawarkan
Skinner didasarkan pada ‘cara kerja yang menentukan’ (operant conditioning). Setiap
mahluk hidup pasti selalu berada dalam proses melakukan sesuatu terhadap lingkungannya,
dalam arti bahwa sehari-hari manusia hidup di dunia, dengan melakukan apa yang dituntut
oleh hakikat alamiah dirinya. Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal
yang baru dan organisme harus belajar merespon situasi baru dengan memakai respon
lama atau memakai respon yang baru dipelajari. Kepribadian dapat difahami dengan
mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus
dengan lingkungannya.
Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan
melakukan penguatan (reinforcement), yaitu suatu strategi berupa aktivitas yang membuat
tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak
terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya adalah bahwa semua tingkah laku
dapat dikontrol oleh konsekuensi (dampak yang mengikuti) tingkah laku itu. Manusia dan
binatang dapat dilatih untuk melakukan semua jenis tingkah laku manakala semua
konsekunsi atau penguatan yang tersedia di lingkungan dapat diubah dan diatur sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki. Strategi tersebut bentuk dasarnya ada dua, yaitu
kondisioning klasik dan kondisioning operan.
Kondisioning Operan (Operant Conditioning)
Operant conditioning atau instrumental conditioning mula-mula dikembangkan oleh
E.L. Thordike. Reinforcement tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi
diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinforcement.
Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah laku operant (operant behavior). Tingkah laku
responden adalah tingkah laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respon
itu diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi lainnya. Tingkah
laku operan mungkin belum pernah dimiliki oleh individu, akan tetapi ketika seseorang
melakukannya, ia mendapatkan hadiah. Respon operan itu mendapatkan reinforcement,
sehingga berpeluang untuk lebih sering terjadi (agar mendapat reinforcement yang
diinginkan). Kondisioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks,
sehingga jauh lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik.
2016
4
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1
Operant Conditioning (B.F Skinner)
Penelitian kondisioning operan dilakukan oleh Skinner dengan menggunakan objek
burung merpati. Seekor merpati lapar dimasukkan ke dalam kotak Skinner (Skonner box),
dengan kondisi kotak kecil yang kedap, memisahkan merpati dengan lingkungan normal dan
mencatat setiap peristiwa dari stimulus dan respon yang terjadi. Merpati lapar tersebut
dihadapkan dengan stimulus dinding kotak yang salah satu sisinya ada bintik yang dapat
mengeluarkan cahaya merah. Setiap kali merpati mematuk bintik merah itu, keluar makanan
dari lubang di bawah bintik itu. Untuk membuat merpati mematuk cahaya merah, peneliti
perlu membentuk tingkah laku itu karena mematuk cahaya bukan bagian dari tingkah laku
normal merpati. Oleh karena itu, Skinner mulai dengan memperkuat tingkah laku yang
semakin mendekati mematuk cahaya ; pertama merpati dilatih makan dari lubang makanan
dan kemudian makanan hanya diberikan apabila merpati berdiri di dekat bintik cahaya (dan
lubang). Selanjutnya, makanan hanya diberikan apabila merpati berdiri di dekat bintik
cahaya dan menegakkan kepalanya. Begitu seterusnya, makanan hanya diberikan apabila
merpati itu menatap bintik cahaya dan akhirnya makanan segera diberikan apabila merpati
itu mematuk cahaya. Sejak itu, merpati semakin sering mematuk cahaya karena patukan
yang dilakukan oleh merpati itu akan memberikannya hadiah atau reinforcement makanan.
Skinner mengajari seekor merpati untuk memiliki repertoire tingkah laku baru dengan
mematuk cahaya merah – untuk mendapatkan makanan, disebut dengan pembentukan
(shaping) tingkah laku. Teknik yang digunakan diberi nama pendekatan berangsur
(successive approximation). Ide ini awalnya hanya berbentuk perilaku pendorong yang
nyaris mirip dengan apa yang dihasratkan seseorang. Ketika perilaku tersebut sudah
ditentukan, seseorang akan mencari bentuk-bentuk variasinya sehingga semakin dekat
2016
5
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan apa yang diinginkan. Begitu seterusnya, hingga perilaku seseorang tidak lagi sama
dengan yang biasa dilakukan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkah laku yang sudah dimiliki juga dapat dihilangkan atau dipadamkan
(extinction). Umumnya, eksistensi dikarenakan terhadap tingkah yang tidak dikehendaki.
Cara yang paling efektif untuk melakukan eksistensi adalah dengan menghilangkan penguat
tingkah laku itu (seperti kondisioning klasik). Cara yang lain, mengganti tingkah laku yang
tidak dikehendaki dengan mengkondisikan tingkah laku yang baru (yang dikehendaki)
dengan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement). Repertoire tingkah laku
juga dapat dihilangkan dengan memberi hukuman tertentu (negative reinforcement).
Sebagai contoh, hukuman yang diberikan kepada manusia adalah, seorang ibu yang
memukul (sebagai hukuman) anaknya yang membuang pakaiannya sembarangan ke lantai.
Kemungkinan anak itu akan meninggalkan tingkah laku yang tidak dikehendaki oleh ibunya,
akan tetapi hukuman yang diberikan dapat menimbulkan efek samping seperti anakakan
menghindar dari ibunya setiap pulang sekolah.
Kondisioning Klasik (Classical Conditioning)
Watson percaya bahwa kesimpulannya mengenai perkembangan manusia dan
fungsinya harus berdasarkan pada observasi pada perilaku yang tampak dibandingkan
dengan spekulasi mengenai proses kognitif dan emosi yang tidak dapat terobservasi.
Watson juga menyatakan bahwa pembelajaran berkaitan dengan stimulus eksternal dan
respon yang terobservasi dapat menjadi pembeda yang nyata pada perkembangan manusia
yang
normal
dan
abnormal.
Watson
percaya
bahwa
anak-anak
tidak
memiliki
kecenderungan dan mereka sepenuhnya bergantung kepada lingkungan dimana mereka
tumbuh dan berkembang serta bagaimana cara orangtua maupun orang-orang terdekat
memperlakukan mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut, Watson dan Rosalie Raynor
mencoba untuk menampilkan bahwa rasa takut dapat dipelajari, bukanlah suatu sematamata sejak lahir atau bawaan, seperti anggapan yang telah ada sebelumnya. Watson dan
Rosalie menggunakan prinsip classical conditioning, bentuk sederhana dari pembelajaran
dimana stimulus yang pada awalnya tidak memiliki pengaruh pada setiap individu kemudian
dapat memunculkan suatu respon yang berkaitan dengan bagaimana stimulus tersebut
dapat menimbulkan suatu respon tertentu.
Kondisioning klasik, disebut juga dengan kondisioning responden karena tingkah
laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat refleks
bawaan. Penelitian mengenai kondisioning klasik, pertama-tama dilakukan oleh Ivan Pavlov,
seorang Psikolog dari Rusia. Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu
dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan
respon refleks yang dimaksud. Pavlov melakukan penelitian dengan menggunakan anjing
2016
6
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang dijadikan sebagai objek. Kepada seekor anjing, dilakukan operasi kecil di lehernya,
dengan tujuan untuk memotong saluran air dan disambung dengan pipa ke luar, yang
bermaksud agar peneliti dapat mendeteksi air liur yang dikeluarkan anjing. Selanjutnya, ke
dalam mulut anjing diberikan daging (stimulus asli) dan secara reflek, anjing akan merespon
dengan mengeluarkan air liur (respon asli). Ketika secara bersamaan dengan pemberian
daging dibunyikan bel (stimulus kondisi), yang terjadi adalah stimulus asli bersama-sama
dengan stimulus kondisi direspon dengan respon asli. Sesudah percobaan diulang-ulang,
bunyi bel tanpa pemberian daging direspon dengan mengeluarkan air liur. Terjadi proses
kondisioning antara stimulus kondisi dengan respon asli, yang kemudian menjadi respon
kondisi.
Gambar 2
Classical Conditioning (Ivan Pavlov)
Daging berperan untuk memperkuat (reinforcing), keluarnya air liur manakala bel
berbunyi sehingga disebut penguat positif (positif reinforcer), yakni stimulus atau penguat
yang kehadirannya meningkatkan peluang terjadinya respon yang dikehendaki. Apabila
dalam aktivitas kondisioning itu pemberian daging dihentikan, selama beberapa waktu anjing
tetap mengeluarkan air liur setiap mendengar bel tetapi hubungan itu semakin lemah sampai
akhirnya ketika bel berbunyi, air liur tidak lagi keluar. Proses ini disebut dengan proses
pemadaman (extinction), yang menunjukkan perlunya penguatan berkelanjutan. Tanpa
reinforcement tingkah laku respon yang bukan otomatis (refleks) akan semakin hilang.
Kondisioning klasik menghilangkan tipe tingkah laku responden, yang oleh Skinner dianggap
2016
7
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kurang
penting
karena
kurang
menggambarkan
fungsi
integral
manusia
dalam
lingkungannya. Pada kehidupan yang sesungguhnya, umumnya reinforcement tidak segera
dikenali dan justru timbul sesudah tingkah laku terjadi.
Kondisioning pada Manusia : Little Albert
Penelitian yang dilakukan oleh J.B. Watson dan Rosalie Rayne, dapat digunakan
sebagai contoh bagaimana strategi kondisioning Pavlov apabila diterapkan kepada manusia.
Albert (nama samaran yang diberikan oleh Watson) diasuh sejak bayi di rumah sakit anakanak, dimana ibunya bekerja sebagai perawat. Anak yang ‘pendiam dan tidak emosional’ itu
menjadi subjek eksperimen Watson sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun. Tujuan dari
eksperimen adalah untuk menunjukkan bahwa respon emosional yang kompleks
(eksperimen Watson memusatkan perhatian kepada rasa takut) yang dikembangkan
organisme mengikuti prinsip kondisioning dari Pavlov. Pada usia 9 bulan, Albert didudukkan
di kursi makan anak-anak dan Watson berturut-turut menunjukkan kepada anak itu tikus
putih, anjing, kera, topeng gundul dan topeng gimbal, gulungan benang wol serta Koran
yang terbakar. Secara umum, Albert yang belum memiliki pengalaman dengan stimulistimuli itu, memberikan reaksi dengan perasaan ingin tahu dan ingin menyentuh objek.
Menurut Watson, hal tersebut adalah bukti bahwa Albert tidak takut dan tidak menangis.
Gambar 3
Little Albert Experiment
2016
8
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Watson memulai penelitian kondisioningnya, ketika Albert berusia 11 bulan 3 hari.
Berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukan bahwa suara keras akan menimbulkan reaksi
takut yang tajam pada hampir semua bayi. Adapun peneltian Pavlov yang dikenankan
kepada Albert, yaitu seekor tikus putih didekatkan kepada Albert dan ia menjulurkan tangan
kirinya untuk meraih tikus itu. Pada saat tangan Albert menyentuh tikus, dibunyikan dentang
batang besi yang dipukul dengan palu dengan posisi di belakang kepalanya. Bayi itu
meloncat hingga terjatuh dari kursi dan menyembunyikan kepalanya di karpet, meskipun ia
tidak menangis. Percobaan dilakukan sekali lagi, setelah satu minggu Albert tidak diberikan
perlakuan apapun. Setelah satu minggu, ditunjukkan tikus putih kepada Albert, didekatkan
berangsur-angsur tanpa adanya suara dentang besi yang dibunyikan secara bersamaan.
Albert tidak menangis, namun menarik tangannya. Percobaan selanjutnya menunjukkan
tikus yang secara bersamaan muncul suara dentangan besi yang dilakukan beberapa kali,
hingga akhirnya Albert menjadi menangis, menarik tubuhnya menjauh dari tikus dan
menutup wajahnya sambil terisak. Berikutnya, menunjukkan tikus saja (tanpa suara keras)
ternyata sudah cukup membuat Albert merasa ketakutan.
Satu minggu kemudian Albert ditunjukkan berbagai obyek baru seperti kelinci putih,
anjing, gulungan benang wol putih dan bahkan Watson juga menggunakan rambut putihnya
yang diturunkan di hadapan wajah Albert. Secara umum, ternyata Albert menggeneralisir
respon takut dan menarik diri dari semua stimuli itu, karena semua mempunyai persamaan
dengan tikus putih. Ada perbedaan tingkat reaksi takut, misalnya pada anjing hanya
menunjukkan sedikit rasa takut. Namun, dapat terlihat bahwa berdasarkan eksperimen yang
dilakukan Watson kepada Albert, Albert mempelajari respon emosi takut sebagai reaksi
generalisasi dari kondisioning klasik. Watson dan Rayner mencatat secara teliti reaksi
Albert, kemudian menambahkan waktu istirahat menjadi lebih lama antar sesi penelitian.
Pada usia 1 tahun 21 hari, yang berarti tenggang dengan sesi terakhir lamanya 31 hari,
Watson dan Rayner menunjukkan kepada Albert topeng Santa Claus, mantel bulu dan tikus
putih. Rasa takut sudah berkurang tetapi reaksi takut dan menarik diri masih terdeteksi.
Watson
juga
mencatat
Albert
cenderung
melakukan
‘kompensasi
penghambat’
(compensatory blocking) dengan mengisap ibu jarinya, hingga Watson memaksa menarik
ibu jari itu dari mulut Albert untuk memperoleh respon rasa takut yang dikondisikan.
Berdasarkan penelitian tersebut, Watson menyimpulkan dua hal, yaitu :
1. Freud salah mengenai dorongan seks sebagai motif primer. Meneurut Watson,
kedudukan seks sama dengan takut dalam pembentukan kepribadian, sama-sama
diperoleh dari kondisioning
2. Gangguan fobia (ketakutan yang sangat berlebihan dan irasional mengenai objek tempat
dan orang), dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip kondisioning, tanpa menyentuh
ketidaksadaran asosiasi, keinginan atau konflik
2016
9
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Penguatan (Schedules of Reinforcement)
Reinforcement dapat bersifat positif dan juga negatif. Penguatan positif adalah
peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk
diulangi terjadi lagi. Sebagai suatu stimulus, penguatan positif disenangi apabila organisme
berusaha agar stimulus tersebut muncul. Sebaliknya, penguatan negatif adalah peristiwa
atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki, peluang tingkah laku itu untuk
diulang lebih kecil. Sebagai suatu stimulus, penguatan negatif tidak disenangi sehingga
organisme berusaha menghindari atau membuat stimulus itu tidak muncul. Hadiah atau
hukuman tidak selalu identik dengan reinforcement positif atau negatif. Hadiah adalah akbiat
dari tingkah laku, sedang reinforcement akan terjadi lagi. Hadiah dapat menyebabkan
tingkah laku yang dikehendaki untuk muncul dan lebih sering lagi terjadi, karena dalam hal
ini hadiah juga dapat berperan sebagai reinforcement positif. Memanipulasi tingkah laku,
yang penting bukan hanya wujud dari reinforcement-nya tetapi juga bagaimana pengaturan
pemberiannya. Reinforcement yang diadministrasi dengan cermat memungkinkan untuk
membentuk tingkah laku, dengan pemberian penguatan sebagai berikut :

Reinforcement continuous (Penguatan yang berkesinambungan), setiap kali muncul
tingkah laku yang dikehendaki diberikan penguatan. Apabila reinforcement dihentikan,
tingkah laku yang dikehendaki itu dengan cepat mengalami extinction dan hilang.
Pemberian penguatan dapat diatur, tidak kontinyu tetap selang seling, berselang
berdasarkan waktu (interval) atau berdasarkan perbandingan (ratio)

Fixed interval (Interval yang tetap), pemberian reinforcement berselang teratur, misalnya
setiap 5 menit

Variable interval (Interval variabel), memberi reinforcement dalam waktu yang tidak
tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikan sama dengan pengaturan
tetap

Fixed ratio (Perbandingan yang tetap), mengatur pemberian reinforcement, sesudah
respon yang dikehendaki muncul untuk kesekian kalinya

Variable ratio (perbandingan variabel), memberikan reinforcement secara acak sesudah
8, 9, 10, 11, 12 kali patukan, dengan rata-rata sama dengan fixed ratio. Extinction pada
rasio, terutama rasio variabel paling lambat terjadi
2016
10
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Boeree, C.George. 2006. Personality Theories. Psychology Department Shippensburg
University
Kail, Robert V., Cavanaugh, Jhon C, 2010. Human Development – a Life Span View 5th Ed.
Wadsworth : Cengage Learning
Schultz, Sydney Allen and Schultz, Duane P. 2009. Theories of Personality 9th Ed.
Wadsworth : Cengage Learning
Sigelman, Carol K.., Rider A., Elizabet. 2012. Life-Span Development 7th Ed. Wadsworth :
Cengage Learning
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
2016
11
Teori Kepribadian Kontemporer
Hanifah, M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download