MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian Kontemporer Teori Psikologi Kepribadian dari Beragam Ilmuwan Terkemuka di Bidang Psikologi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh MK61098 Hanifah, M.Psi, Psikolog Abstract Kompetensi Bidang Psikologi yang perlu dikuasai oleh mahasiswa Psikologi tingkat S1 sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam bidang Psikologi Mahasiswa memahami teori dan konsep utama dalam bidang Psikologi, memahami dinamika psikologis di dalam diri setiap individu, memahami pertumbuhan dan perkembangan psikologis individu serta konsep psikopatologi maupun psikoterapi Behavior Learning Theories Teori Pembelajaran Tingkah Laku John B Watson sebagai penemu dari behaviorisme, fokus pada perilaku yang tampak, mengenai bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Menurut Watson, behaviorisme tidak memiliki tempat untuk tingkat kesadaran maupun ketidaksadaran karena kedua hal tersebut tidak dapat terlihat, tidak dapat dimanipulasi ataupun diukur. John B Watson menekankan pentingnya pembelajaran dalam perkembangan manusia dan menjadi pencetus dari teori pembelajaran pada perspektif perkembangan manusia. Pendekatan behaviorisme dalam teori kepribadian terwakilkan oleh karya dari B.F Skinner, dimana idenya mengikuti tradisi dari Watson. B.F.Skinner menolak semua hal yang tidak relevan dari proses internal yang tidak terduga. Menurut Skinner, Psikologi belum siap (belum memiliki data faktual yang cukup) untuk membangun teori kepribadian yang mencakup segala hal. Skinner tidak membahas topik kepribadian secara khusus, kecuali sekedar menjadikannya sebagai label dari aspek tingkah laku tertentu. Hal ini dikarenakan satu-satunya aspek yang nyata dan relevan dalam Psikologi adalah tingkah laku yang teramati dan satu-satunya cara mengontrol dan meramalkan tingkah laku itu adalah dengan mengaitkannya dengan kejadian yang mengawali tingkah laku yang ada di lingkungan. Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua, pada dasarnya menjadi asumsi Psikologi bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah. 1. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain 2. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan, tapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu 3. Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk (sedikit-banyak) tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan memanipulasinya. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu. 2016 2 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional tingkah laku (functional analysis of behavior), yaitu suatu analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu. Analisis fungsional akan menyingkap bahwa terjadinya tingkah laku sebagian besar berada pada peristiwa terdahulunya atau berada di lingkungan. Apabila penyebab atau stimulus yang menjadi peristiwa yang mendahului suatu respon dapat dikontrol, itu berarti telah dilakukan tindak kontrol terhadap suatu respon. Pokok-pokok Teori Pembelajaran Tingkah Laku Burrhus Frederic Skinner Struktur Kepribadian Skinner menyatakan bahwa tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah lingkungan. Unsur kepribadian yang dipandang relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Adapun dua tingkah laku yang diklasifikasikan oleh Skinner, yaitu : 1. Tingkah laku responden (respondent behavior), respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Bagian dari respon refleks yang termasuk dalam kelompok ini adalah mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut ketika ditanya oleh orang lain atau merasa malu waktu dipuji 2. Tingkah laku operant (operant behavior), respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi yang mengikuti respon itu Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bagian elemen struktural. Pada situasi yang sama, tingkah laku seseorang dapat berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. Namun, itu tidak dijadikan sebagai akibat dari kekuatan dalam, drive atau motivasi. Menurut Skinner, variabilitas intensitas tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada variabel lingkungan (environment variable). Perilaku yang diikuti oleh stimulanstimulan penggugah (stimulus) memperbesar kemungkinan dilakukannya lagi perilaku tersebut di masa-masa selanjutnya. Namun, perilaku yang tidak diikuti oleh stimulantstimulan penggugah memperkecil kemungkinan dilakukannya perilaku tersebut di masamasa selanjutnya. 2016 3 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dinamika Kepribadian Hakikat dari teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil dan menjadi lebih tahu. Sistem yang ditawarkan Skinner didasarkan pada ‘cara kerja yang menentukan’ (operant conditioning). Setiap mahluk hidup pasti selalu berada dalam proses melakukan sesuatu terhadap lingkungannya, dalam arti bahwa sehari-hari manusia hidup di dunia, dengan melakukan apa yang dituntut oleh hakikat alamiah dirinya. Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru dan organisme harus belajar merespon situasi baru dengan memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari. Kepribadian dapat difahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement), yaitu suatu strategi berupa aktivitas yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya adalah bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi (dampak yang mengikuti) tingkah laku itu. Manusia dan binatang dapat dilatih untuk melakukan semua jenis tingkah laku manakala semua konsekunsi atau penguatan yang tersedia di lingkungan dapat diubah dan diatur sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Strategi tersebut bentuk dasarnya ada dua, yaitu kondisioning klasik dan kondisioning operan. Kondisioning Operan (Operant Conditioning) Operant conditioning atau instrumental conditioning mula-mula dikembangkan oleh E.L. Thordike. Reinforcement tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinforcement. Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah laku operant (operant behavior). Tingkah laku responden adalah tingkah laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respon itu diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi lainnya. Tingkah laku operan mungkin belum pernah dimiliki oleh individu, akan tetapi ketika seseorang melakukannya, ia mendapatkan hadiah. Respon operan itu mendapatkan reinforcement, sehingga berpeluang untuk lebih sering terjadi (agar mendapat reinforcement yang diinginkan). Kondisioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik. 2016 4 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar 1 Operant Conditioning (B.F Skinner) Penelitian kondisioning operan dilakukan oleh Skinner dengan menggunakan objek burung merpati. Seekor merpati lapar dimasukkan ke dalam kotak Skinner (Skonner box), dengan kondisi kotak kecil yang kedap, memisahkan merpati dengan lingkungan normal dan mencatat setiap peristiwa dari stimulus dan respon yang terjadi. Merpati lapar tersebut dihadapkan dengan stimulus dinding kotak yang salah satu sisinya ada bintik yang dapat mengeluarkan cahaya merah. Setiap kali merpati mematuk bintik merah itu, keluar makanan dari lubang di bawah bintik itu. Untuk membuat merpati mematuk cahaya merah, peneliti perlu membentuk tingkah laku itu karena mematuk cahaya bukan bagian dari tingkah laku normal merpati. Oleh karena itu, Skinner mulai dengan memperkuat tingkah laku yang semakin mendekati mematuk cahaya ; pertama merpati dilatih makan dari lubang makanan dan kemudian makanan hanya diberikan apabila merpati berdiri di dekat bintik cahaya (dan lubang). Selanjutnya, makanan hanya diberikan apabila merpati berdiri di dekat bintik cahaya dan menegakkan kepalanya. Begitu seterusnya, makanan hanya diberikan apabila merpati itu menatap bintik cahaya dan akhirnya makanan segera diberikan apabila merpati itu mematuk cahaya. Sejak itu, merpati semakin sering mematuk cahaya karena patukan yang dilakukan oleh merpati itu akan memberikannya hadiah atau reinforcement makanan. Skinner mengajari seekor merpati untuk memiliki repertoire tingkah laku baru dengan mematuk cahaya merah – untuk mendapatkan makanan, disebut dengan pembentukan (shaping) tingkah laku. Teknik yang digunakan diberi nama pendekatan berangsur (successive approximation). Ide ini awalnya hanya berbentuk perilaku pendorong yang nyaris mirip dengan apa yang dihasratkan seseorang. Ketika perilaku tersebut sudah ditentukan, seseorang akan mencari bentuk-bentuk variasinya sehingga semakin dekat 2016 5 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan apa yang diinginkan. Begitu seterusnya, hingga perilaku seseorang tidak lagi sama dengan yang biasa dilakukan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku yang sudah dimiliki juga dapat dihilangkan atau dipadamkan (extinction). Umumnya, eksistensi dikarenakan terhadap tingkah yang tidak dikehendaki. Cara yang paling efektif untuk melakukan eksistensi adalah dengan menghilangkan penguat tingkah laku itu (seperti kondisioning klasik). Cara yang lain, mengganti tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan mengkondisikan tingkah laku yang baru (yang dikehendaki) dengan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement). Repertoire tingkah laku juga dapat dihilangkan dengan memberi hukuman tertentu (negative reinforcement). Sebagai contoh, hukuman yang diberikan kepada manusia adalah, seorang ibu yang memukul (sebagai hukuman) anaknya yang membuang pakaiannya sembarangan ke lantai. Kemungkinan anak itu akan meninggalkan tingkah laku yang tidak dikehendaki oleh ibunya, akan tetapi hukuman yang diberikan dapat menimbulkan efek samping seperti anakakan menghindar dari ibunya setiap pulang sekolah. Kondisioning Klasik (Classical Conditioning) Watson percaya bahwa kesimpulannya mengenai perkembangan manusia dan fungsinya harus berdasarkan pada observasi pada perilaku yang tampak dibandingkan dengan spekulasi mengenai proses kognitif dan emosi yang tidak dapat terobservasi. Watson juga menyatakan bahwa pembelajaran berkaitan dengan stimulus eksternal dan respon yang terobservasi dapat menjadi pembeda yang nyata pada perkembangan manusia yang normal dan abnormal. Watson percaya bahwa anak-anak tidak memiliki kecenderungan dan mereka sepenuhnya bergantung kepada lingkungan dimana mereka tumbuh dan berkembang serta bagaimana cara orangtua maupun orang-orang terdekat memperlakukan mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut, Watson dan Rosalie Raynor mencoba untuk menampilkan bahwa rasa takut dapat dipelajari, bukanlah suatu sematamata sejak lahir atau bawaan, seperti anggapan yang telah ada sebelumnya. Watson dan Rosalie menggunakan prinsip classical conditioning, bentuk sederhana dari pembelajaran dimana stimulus yang pada awalnya tidak memiliki pengaruh pada setiap individu kemudian dapat memunculkan suatu respon yang berkaitan dengan bagaimana stimulus tersebut dapat menimbulkan suatu respon tertentu. Kondisioning klasik, disebut juga dengan kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat refleks bawaan. Penelitian mengenai kondisioning klasik, pertama-tama dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang Psikolog dari Rusia. Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan respon refleks yang dimaksud. Pavlov melakukan penelitian dengan menggunakan anjing 2016 6 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang dijadikan sebagai objek. Kepada seekor anjing, dilakukan operasi kecil di lehernya, dengan tujuan untuk memotong saluran air dan disambung dengan pipa ke luar, yang bermaksud agar peneliti dapat mendeteksi air liur yang dikeluarkan anjing. Selanjutnya, ke dalam mulut anjing diberikan daging (stimulus asli) dan secara reflek, anjing akan merespon dengan mengeluarkan air liur (respon asli). Ketika secara bersamaan dengan pemberian daging dibunyikan bel (stimulus kondisi), yang terjadi adalah stimulus asli bersama-sama dengan stimulus kondisi direspon dengan respon asli. Sesudah percobaan diulang-ulang, bunyi bel tanpa pemberian daging direspon dengan mengeluarkan air liur. Terjadi proses kondisioning antara stimulus kondisi dengan respon asli, yang kemudian menjadi respon kondisi. Gambar 2 Classical Conditioning (Ivan Pavlov) Daging berperan untuk memperkuat (reinforcing), keluarnya air liur manakala bel berbunyi sehingga disebut penguat positif (positif reinforcer), yakni stimulus atau penguat yang kehadirannya meningkatkan peluang terjadinya respon yang dikehendaki. Apabila dalam aktivitas kondisioning itu pemberian daging dihentikan, selama beberapa waktu anjing tetap mengeluarkan air liur setiap mendengar bel tetapi hubungan itu semakin lemah sampai akhirnya ketika bel berbunyi, air liur tidak lagi keluar. Proses ini disebut dengan proses pemadaman (extinction), yang menunjukkan perlunya penguatan berkelanjutan. Tanpa reinforcement tingkah laku respon yang bukan otomatis (refleks) akan semakin hilang. Kondisioning klasik menghilangkan tipe tingkah laku responden, yang oleh Skinner dianggap 2016 7 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kurang penting karena kurang menggambarkan fungsi integral manusia dalam lingkungannya. Pada kehidupan yang sesungguhnya, umumnya reinforcement tidak segera dikenali dan justru timbul sesudah tingkah laku terjadi. Kondisioning pada Manusia : Little Albert Penelitian yang dilakukan oleh J.B. Watson dan Rosalie Rayne, dapat digunakan sebagai contoh bagaimana strategi kondisioning Pavlov apabila diterapkan kepada manusia. Albert (nama samaran yang diberikan oleh Watson) diasuh sejak bayi di rumah sakit anakanak, dimana ibunya bekerja sebagai perawat. Anak yang ‘pendiam dan tidak emosional’ itu menjadi subjek eksperimen Watson sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun. Tujuan dari eksperimen adalah untuk menunjukkan bahwa respon emosional yang kompleks (eksperimen Watson memusatkan perhatian kepada rasa takut) yang dikembangkan organisme mengikuti prinsip kondisioning dari Pavlov. Pada usia 9 bulan, Albert didudukkan di kursi makan anak-anak dan Watson berturut-turut menunjukkan kepada anak itu tikus putih, anjing, kera, topeng gundul dan topeng gimbal, gulungan benang wol serta Koran yang terbakar. Secara umum, Albert yang belum memiliki pengalaman dengan stimulistimuli itu, memberikan reaksi dengan perasaan ingin tahu dan ingin menyentuh objek. Menurut Watson, hal tersebut adalah bukti bahwa Albert tidak takut dan tidak menangis. Gambar 3 Little Albert Experiment 2016 8 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Watson memulai penelitian kondisioningnya, ketika Albert berusia 11 bulan 3 hari. Berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukan bahwa suara keras akan menimbulkan reaksi takut yang tajam pada hampir semua bayi. Adapun peneltian Pavlov yang dikenankan kepada Albert, yaitu seekor tikus putih didekatkan kepada Albert dan ia menjulurkan tangan kirinya untuk meraih tikus itu. Pada saat tangan Albert menyentuh tikus, dibunyikan dentang batang besi yang dipukul dengan palu dengan posisi di belakang kepalanya. Bayi itu meloncat hingga terjatuh dari kursi dan menyembunyikan kepalanya di karpet, meskipun ia tidak menangis. Percobaan dilakukan sekali lagi, setelah satu minggu Albert tidak diberikan perlakuan apapun. Setelah satu minggu, ditunjukkan tikus putih kepada Albert, didekatkan berangsur-angsur tanpa adanya suara dentang besi yang dibunyikan secara bersamaan. Albert tidak menangis, namun menarik tangannya. Percobaan selanjutnya menunjukkan tikus yang secara bersamaan muncul suara dentangan besi yang dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Albert menjadi menangis, menarik tubuhnya menjauh dari tikus dan menutup wajahnya sambil terisak. Berikutnya, menunjukkan tikus saja (tanpa suara keras) ternyata sudah cukup membuat Albert merasa ketakutan. Satu minggu kemudian Albert ditunjukkan berbagai obyek baru seperti kelinci putih, anjing, gulungan benang wol putih dan bahkan Watson juga menggunakan rambut putihnya yang diturunkan di hadapan wajah Albert. Secara umum, ternyata Albert menggeneralisir respon takut dan menarik diri dari semua stimuli itu, karena semua mempunyai persamaan dengan tikus putih. Ada perbedaan tingkat reaksi takut, misalnya pada anjing hanya menunjukkan sedikit rasa takut. Namun, dapat terlihat bahwa berdasarkan eksperimen yang dilakukan Watson kepada Albert, Albert mempelajari respon emosi takut sebagai reaksi generalisasi dari kondisioning klasik. Watson dan Rayner mencatat secara teliti reaksi Albert, kemudian menambahkan waktu istirahat menjadi lebih lama antar sesi penelitian. Pada usia 1 tahun 21 hari, yang berarti tenggang dengan sesi terakhir lamanya 31 hari, Watson dan Rayner menunjukkan kepada Albert topeng Santa Claus, mantel bulu dan tikus putih. Rasa takut sudah berkurang tetapi reaksi takut dan menarik diri masih terdeteksi. Watson juga mencatat Albert cenderung melakukan ‘kompensasi penghambat’ (compensatory blocking) dengan mengisap ibu jarinya, hingga Watson memaksa menarik ibu jari itu dari mulut Albert untuk memperoleh respon rasa takut yang dikondisikan. Berdasarkan penelitian tersebut, Watson menyimpulkan dua hal, yaitu : 1. Freud salah mengenai dorongan seks sebagai motif primer. Meneurut Watson, kedudukan seks sama dengan takut dalam pembentukan kepribadian, sama-sama diperoleh dari kondisioning 2. Gangguan fobia (ketakutan yang sangat berlebihan dan irasional mengenai objek tempat dan orang), dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip kondisioning, tanpa menyentuh ketidaksadaran asosiasi, keinginan atau konflik 2016 9 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Penguatan (Schedules of Reinforcement) Reinforcement dapat bersifat positif dan juga negatif. Penguatan positif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi terjadi lagi. Sebagai suatu stimulus, penguatan positif disenangi apabila organisme berusaha agar stimulus tersebut muncul. Sebaliknya, penguatan negatif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki, peluang tingkah laku itu untuk diulang lebih kecil. Sebagai suatu stimulus, penguatan negatif tidak disenangi sehingga organisme berusaha menghindari atau membuat stimulus itu tidak muncul. Hadiah atau hukuman tidak selalu identik dengan reinforcement positif atau negatif. Hadiah adalah akbiat dari tingkah laku, sedang reinforcement akan terjadi lagi. Hadiah dapat menyebabkan tingkah laku yang dikehendaki untuk muncul dan lebih sering lagi terjadi, karena dalam hal ini hadiah juga dapat berperan sebagai reinforcement positif. Memanipulasi tingkah laku, yang penting bukan hanya wujud dari reinforcement-nya tetapi juga bagaimana pengaturan pemberiannya. Reinforcement yang diadministrasi dengan cermat memungkinkan untuk membentuk tingkah laku, dengan pemberian penguatan sebagai berikut : Reinforcement continuous (Penguatan yang berkesinambungan), setiap kali muncul tingkah laku yang dikehendaki diberikan penguatan. Apabila reinforcement dihentikan, tingkah laku yang dikehendaki itu dengan cepat mengalami extinction dan hilang. Pemberian penguatan dapat diatur, tidak kontinyu tetap selang seling, berselang berdasarkan waktu (interval) atau berdasarkan perbandingan (ratio) Fixed interval (Interval yang tetap), pemberian reinforcement berselang teratur, misalnya setiap 5 menit Variable interval (Interval variabel), memberi reinforcement dalam waktu yang tidak tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikan sama dengan pengaturan tetap Fixed ratio (Perbandingan yang tetap), mengatur pemberian reinforcement, sesudah respon yang dikehendaki muncul untuk kesekian kalinya Variable ratio (perbandingan variabel), memberikan reinforcement secara acak sesudah 8, 9, 10, 11, 12 kali patukan, dengan rata-rata sama dengan fixed ratio. Extinction pada rasio, terutama rasio variabel paling lambat terjadi 2016 10 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang Boeree, C.George. 2006. Personality Theories. Psychology Department Shippensburg University Kail, Robert V., Cavanaugh, Jhon C, 2010. Human Development – a Life Span View 5th Ed. Wadsworth : Cengage Learning Schultz, Sydney Allen and Schultz, Duane P. 2009. Theories of Personality 9th Ed. Wadsworth : Cengage Learning Sigelman, Carol K.., Rider A., Elizabet. 2012. Life-Span Development 7th Ed. Wadsworth : Cengage Learning Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada 2016 11 Teori Kepribadian Kontemporer Hanifah, M.Psi, Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id