REAKTIVASI BANGUNAN MANGKRAK DENGAN PRINSIP WASTE ARCHITECTURE : STUDI KASUS JAMBI CITY CENTER Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur PATHON HANIF 03061182227012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2025 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...........................................................................................................II BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 3 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3 1.2 Masalah Perancangan ......................................................................... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................ 4 1.4 Ruang Lingkup ................................................................................... 5 1.5 Sistematika Pembahasan .................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7 2.1 Pemahaman Proyek ............................................................................ 7 2.1.1 Definisi Proyek ....................................................................7 2.1.2 Standar, Klasifikasi, dan Kriteria Terkait Proyek TA ..........7 2.1.3 Kesimpulan Pemahaman Proyek..........................................7 2.2 Tinjauan Fungsional ........................................................................... 7 2.2.1 Kelompok Fungsi dan Pengguna .........................................7 2.2.2 Studi Preseden Obyek Sejenis..............................................8 II BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ruang kota di Indonesia terus bergerak, tetapi fenomena bangunan terbengkalai di tengah kota justru kian marak, terutama mall dan proyek komersial yang mangkrak. Dalam konteks global, UNEP (2022) mencatat bahwa sektor bangunan menyumbang sekitar 34% konsumsi energi dan 37% emisi CO₂, di mana material dan konstruksi baru memberi andil besar . Tentang limbah konstruksi, riset terbaru memperkirakan bahwa pada tahun 2025 volume limbah global dari kegiatan konstruksi dan demolisi (C&D waste) mencapai 2,2 miliar ton, di mana lebih dari 95 % bisa digunakan ulang atau didaur ulang. Di Indonesia, sampah nasional mencapai 56,6 juta ton per tahun, tapi sayangnya hanya 9–10 % yang dikelola secara layak; selebihnya berakhir di TPA, memperparah masalah lingkungan. Jambi City Center (JCC) adalah contoh aktual kasus mall terbengkalai di Kota Jambi. Berdasarkan laporan media lokal, proyek ini mangkrak meski telah selesai dibangun akibat kontrak BOT . Menurut laporan resmi Komisi II DPRD Kota Jambi, manajemen JCC memiliki piutang lebih dari Rp 20 miliar kepada Pemkot Jambi, ditambah utang PBB yang belum dilunasi . Keberadaan gedung besar tanpa fungsi ini jelas merugikan ekonomi, sosial, dan lingkungan kota. Secara regulatif, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 18 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Limbah Konstruksi dan Pembongkaran Bangunan sebagai upaya menekan dampak lingkungan dari sisa konstruksi. Regulasi ini mendorong optimalisasi reuse dan recycle material konstruksi agar mengurangi limbah serta memperpanjang umur siklus bangunan (PUPR, 2021). Kondisi ini membuka peluang bagi pendekatan waste architecture sebagai solusi revitalisasi JCC. Fungsi baru yang dihadirkan tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi semata, tetapi juga relevan dengan kebutuhan masyarakat kota. Mengacu pada preseden Morinomiya Q’s Mall di Osaka, Jepang, keberadaan 3 ruang publik yang inklusif, area komunitas, serta fasilitas olahraga dan edukasi menjadi kunci keberhasilan transformasi mal konvensional menjadi pusat kehidupan urban (urban living hub) (Hirayama, 2020). Relevansi ini memperkuat gagasan bahwa JCC berpotensi direaktivasi dengan fungsi serupa untuk menjawab tantangan kota Jambi. Dengan demikian, penelitian ini penting sebagai upaya menghadirkan pendekatan desain arsitektur yang tidak hanya menyelesaikan persoalan fisik bangunan mangkrak, tetapi juga memberi kontribusi nyata pada aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi lokal. 1.2 Masalah Perancangan 1. Bagaimana merancang reaktivasi Jambi City Center dengan prinsip waste architecture yang mengurangi limbah konstruksi sekaligus menghidupkan kembali kawasan mangkrak? 2. Bagaimana mengadaptasi model urban living hub seperti Morinomiya Q’s Mall agar relevan dengan konteks sosial, budaya, dan ekonomi Kota Jambi? 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan: Merancang reaktivasi Jambi City Center sebagai urban living hub berbasis waste architecture yang fungsional, berkelanjutan, dan inklusif. Sasaran: 1. Terwujudnya rancangan revitalisasi bangunan yang mengutamakan prinsip adaptive reuse dan keberlanjutan material. 2. Hadirnya fungsi publik yang sesuai kebutuhan warga, seperti ruang komunitas, area olahraga, dan ruang hijau. 4 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup perancangan reaktivasi Jambi City Center dengan pendekatan waste architecture ini adalah merancang sebuah bangunan yang tidak hanya dihidupkan kembali dari kondisi mangkrak, tetapi juga diarahkan menjadi wadah multifungsi yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Jambi. Penerapan prinsip adaptive reuse diwujudkan melalui pemanfaatan struktur dan material eksisting, pengurangan limbah konstruksi, serta penerapan konsep design for disassembly yang memungkinkan fleksibilitas fungsi di masa depan. Selain itu, rancangan juga memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, kesesuaian dengan RTRW Kota Jambi, serta penyediaan ruang publik inklusif yang dapat menghidupkan kembali kawasan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Tidak termasuk Isu hukum, kepemilikan, maupun penyelesaian kontrak, yang tetap menjadi variabel luar ruang lingkup desain. Acuan teknis: 1. Permen PUPR No. 18/2021 tentang pembongkaran selektif dan manajemen limbah C&D. 2. ISO 20887:2020 tentang Design for Disassembly & Adaptability. 3. RTRW Kota Jambi dan standar nasional/guideline terkait urban design dan space peruntukan. 1.5 Sistematika Pembahasan Bab 1 – Pendahuluan Menyajikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika karya. Bab 2 – Tinjauan Pustaka Pembahasan tentang waste architecture, adaptive reuse, selective deconstruction (Permen PUPR 18/2021), design for disassembly (ISO 20887), studi kasus serupa. Bab 3 – Metode Perancangan Penjelasan metodologi: Prosedur survei struktur & material, pengumpulan data dokumentasi, analisis situs & kebutuhan ruang, serta strategi desain. 5 Bab 4 – Analisis Awal Analisis kondisi existing JCC (struktur, lokasi, material), potensi reuse, analisis ruang kota, serta kebutuhan masyarakat Jambi (kultural, olahraga, ekonomi kreatif). Bab 5 – Konsep Perancangan Sintesis desain: zoning fungsi baru (ground, middle, rooftop); strategi salvage & reuse; phasing implementasi; visualisasi ruang; estimasi dampak (C&D reduction, reuse material). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Proyek 2.1.1Definisi Proyek Reaktivasi bangunan mangkrak didefinisikan sebagai proses menghidupkan kembali fungsi bangunan yang tidak terpakai melalui penyesuaian desain, fungsi, dan struktur agar sesuai kebutuhan baru. Pendekatan waste architecture menekankan strategi meminimalkan limbah konstruksi dan memaksimalkan nilai guna material (UNEP, 2022). 2.1.2Standar, Klasifikasi, dan Kriteria Terkait Proyek TA Kriteria proyek reaktivasi mencakup: • Standar desain ruang publik (Neufert Data Arsitek). • Regulasi nasional (PUPR, 2021) terkait pengelolaan limbah konstruksi. • Klasifikasi fungsi: campuran komersial, rekreasi, edukasi, dan komunitas. 2.1.3Kesimpulan Pemahaman Proyek Proyek ini berfokus pada penerapan waste architecture dalam revitalisasi JCC menjadi urban living hub yang menyeimbangkan fungsi komersial dengan ruang publik. 2.2 Tinjauan Fungsional 2.2.1Kelompok Fungsi dan Pengguna Fungsi utama meliputi: • Komersial: retail skala kecil dan UMKM. • Publik & Komunitas: ruang serbaguna, co-working, ruang seni. • Rekreasi: taman atap, ruang olahraga. 7 2.2.2 Studi Preseden Obyek Sejenis Preseden utama adalah Morinomiya Q’s Mall BASE, Osaka, Jepang, yang berhasil mengubah mal menjadi pusat publik dengan integrasi taman, area olahraga, retail, dan ruang komunitas (Hirayama, 2020). Model ini relevan karena mengutamakan fungsi publik dan sosial, bukan hanya komersial 8