16.2 Newborn stars with planet-forming disks Spiral Nebulae

advertisement
16.2 Newborn stars with planet-forming disks
Spiral Nebulae dianggap merepresentasikan stage awal evolusi bintang (terdapat planetary forming
di sekitarnya) serta memiliki kecepatan yang sangat besar. Pada tahun 1983 astronom menemukan
bukti pertama untuk piringan planet-forming dengan instrumen Infra Red Astronomical Satellite
(IRAS). Satelit IRAS ini didesain untuk mendeteksi radiasi inframerah dari kosmik (yang tidak dapat
dideteksi dari Bumi karena terabsorpsi oleh atmosfer). Karena temperaturnya yang rendah, partikel
debu dari kosmik memancarkan kebanyakan radiasinya dalam panjang gelombang inframerah dan
tidak terdeteksi radiasi pada panjang gelombang visual. Berkebalikan dengan bintang panas yang
justru memancarkan banyak radiasi pada panjang gelombang visual dan sedikit radiasi pada panjang
gelombang inframerah.
Objek yang ditemukan instrumen IRAS:




Dusty Clouds
Disks dan cincin
Bintang massive seperti Vega
Bintang bertipe seperti Matahari
Bintang muda biasanya ditemukan di daerah yang rapat pada awan MAB.
Sedangkan Spitzer Space Telescope mendeteksi ratusan bintang dengan radiasi IR yang besar yang
diperkirakan memiliki planet-forming disks. Sistem keplanetan yang paling dekat dari tata surya
berada di sekitar bintang Epsilon Eridani. Terdeteksi memiliki dua sabuk; satu berlokasi seperti pada
sabuk asteroid di tatasurya, satu berlokasi seperti pada sabuk Kuiper.
Sedangkan Hubble Space Telescope menemukan piringan (flattened-disks) debu yang mengelilingi
setengah dari bintang muda pada Orion nebula. HST juga digunakan untuk mendapatkan citra dari
planet-forming disks yang mengelilingi bintang-bintang muda yang bertipe seperti Matahari.
(Focus 16.2)Seorang astronom, Vesto Slipher, pada awal abad ke 20 mengukur kecepatan rotasi
Spiral Nebulae. Didapati bahwa kebanyakan Spiral Nebulae bergerak menjauhi Bumi dengan
kecepatan lebih dari 1100 km/s. Pada tahun 1929 Edwin Hubble kemudian menunjukkan bahwa
jarak yang ia ukur berkorelasi dengan kecepatan Slipher tadi. Korelasi tersebut saat ini dikaitkan
dengan expanding Universe.
16.3 The Plurality of Worlds
Astronom meperkirakan bahwa terdapat planet-planet (beberapa mungkin dapat ditinggali)
yang mengorbit pada bintang seperti pada tata surya. Penemuan teleskop kemudian memungkinkan
astronomi untuk mendeteksi tanda-tanda dari sistem keplanetan tersebut yang sebelumnya hanya
‘imajinasi’.
Beberapa giant clouds dengan massa setara 1 milyar Matahari saat ini sedang dalam proses
membentuk bintang. Giant clouds kemudian akan pecah menjadi komponen yang lebih kecil dan
membentuk bintang seperti Matahari (terjadi ketika gravitational collapse sedang berlangsung).
Ketika gaya gravitasi menarik material pada awan tersebut, inti dari setiap pecahan awan tersebut
menjadi lebih termampatkan dan temperaturnya naik. Setelah jutaan tahun, inti tersebut menjadi
cukup panas untuk menghasilkan reaksi fusi nuklir dan membentuk bintang. Kemudian terbentuk
piringan yang merupakan cikal bakal sistem keplanetan yang berotasi mengitari bintang baru
tersebut. Namun tidak semua awan MAB membentuk bintang karena awan tersebut terlalu
renggang untuk collapse under its own weight(maaf, ga paham maksud kalimatnya apa).
Planet bersinar dengan merefleksikan cahaya dari bintang sehingga cahayanya akan lebih
redup. Sehingga planet-planet ini akan terlalu redup dan terlalu kecil untuk dapat diamati jika
dibandingkan dengan bintangnya. Maka keberadaan planet-planet ini dideteksi dari efek gravitasinya
pada bintang pusatnya atau ketika planet-planet ini lewat di depan bintangnya.
16.4 The first discoveries of exoplanets
Eksoplanet pertama ditemukan secara tidak sengaja dengan teleskop radio Arecibo pada
tahun 1992 oleh dua astronom radio dari Amerika. Awalnya mereka mencari bintang bintang pulsar
dgn kecepatan ratusan putaran* per detik. Dari pengamatan ini ditemukan suatu bintang neutron,
yaitu PSR 1257-12, yang secara periodik memancarkan gelombarg radio. Setelah diukur, didapatkan
bahwa bintang tsb berputar sekali setiap 6.2 milidetik atau berotasi sebanyak 161 kali dalam 1 detik.
Namun didapati terdapat keanehan pada data dan komputer tidak dapat mendeteksi secara tepat
kapan getaran (pulse) dari bintang pulsar tsb akan sampai ke Bumi.
Posisi bintang pulsar pun mungkin memiliki eror sehingga menyebabkan ketidakcocokan
analisis timing bintang pulsar. Sehingga digunakanlah Very Large Array untuk mendapatkan lokasi
yang akurat. Dengan data posisi bintang pulsar yang lebih akurat ini, timingnya menjadi cocok.
Waktu sampainya getaran (pulse) yang tidak cocok tadi ternyata disebabkan karena adanya
setidaknya dua planet yang tidak terlihat yang mengelilingi bintang pulsar ini.
Namun sayangnya bintang pulsar PSR 1257-12 ini adalah bintang yang dingin, gelap dan
tidak memancarkan cahaya untuk menghangatkan planetnya. Selain itu, medan magnet bintang
akan berakselerasi dan menghasilkan partikel berenergi tinggi yang mematikan serta radiasi ke
planetnya.
‘Discovery of an unseen planet circling an ordinary star’ dilanjutkan oleh Fathin.
*putaran=spin, istilah yang lebih tepat untuk pulsar itu getaran bukan ya?
Download