Promosi kesehatan TUBERCULOSIS PARU Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara Oleh : Dayanti Nuroazi Utari, S. Ked Sri Yulianti, S.Ked Fely syah Imara siregar, S.Ked Elvina moulidiya, S,Ked Danisa Indira fatma,S. Ked BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEHRUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH UTARA 2024 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M.Tuberculosis). Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA) (1). Etiologi dan transmisi Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada jaringan paru yang disebabkan oleh M.tuberculosis. M.tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Mycobacterium seringkali disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). M.tuberculosis dapat bertahan dorman di dalam tubuh dalam kondisi yang tidak optimal dan dapat mengalami reaktivasi di kemudian hari jika situasi lingkungan memungkinkan. (4).Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara. (5). Ada tiga faktor yang menentukan transmisi M.tuberculosis (1): 1. Jumlah organisme yang keluar ke udara. 2. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang dan ventilasi. 3. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi. Orang dengan kondisi imun buruk lebih rentan mengalami penyakit TB aktif dibanding orang dengan kondisi sistem imun yang normal. 50-60% orang dengan HIV-positif yang terinfeksi TB akan mengalami penyakit TB yang aktif. Hal ini juga dapat terjadi pada kondisi medis lain di mana sistem imun mengalami penekanan seperti pada kasus silikosis, diabetes melitus, dan penggunaan kortikosteroid atau obat-obat imunosupresan lain dalam jangka panjang (1). Faktor risiko Penelitian yang dilakukan di Surakarta menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi kekambuhan penderita TB paru yaitu status gizi kurang, riwayat minum obat tidak teratur, kebiasaan merokok dan ventilasi tidak memenuhi syarat (5,11) 3 a) Jenis kelamin b) Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain. c) Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang. d) Konsumsi alkohol tinggi e) Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius. f) Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis seperti lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang) g) Petugas kesehatan h) Lingkungan rumah Patogenesis Tuberkulosis adalah penyakit yang menular lewat udara (airborne disease). Penularannya melalui partikel yang dapat terbawa melalui udara yang disebut dengan droplet nuklei, dengan ukuran 1-5 mikron. Droplet nuklei dapat bertahan di udara hingga beberapa jam tergantung dari kondisi lingkungan. Bila inhalasi droplet nuklei yang terinhalasi berjumlah sedikit, kuman TB yang terdeposisi pada saluran napas akan segera difagosit dan dicerna oleh sistem imun nonspesifik yang diperankan oleh makrofag. Namun jika jumlah kuman TB yang terdeposit melebihi kemampuan makrofag untuk memfagosit dan mencerna, kuman TB dapat bertahan dan berkembang biak di dalam makrofag hingga menyebabkan pneumonia tuberkulosis yang terlokalisasi. Sistem imun akan merespon dengan membentuk barrier atau pembatas di sekitar area yang terinfeksi dan membentuk granuloma. Jika respon imun tidak dapat mengontrol infeksi ini, maka barrier ini dapat ditembus oleh kuman TB. Kuman TB, dengan bantuan sistem limfatik dan pembuluh darah, dapat tersebar ke jaringan dan organ yang lebih jauh misalnya kelenjar limfatik, apeks paru, ginjal, otak, dan tulang (4). Diagnosis A. Gejala klinis Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu gejala utama dan gejala tambahan (7): Gejala utama: batuk berdahak ≥2 minggu Gejala tambahan 4 Batuk darah, Sesak napas, Badan lemas, Penurunan nafsu makan, Penurunan berat badan yang tidak disengaja, Malaise, Berkeringat di malam hari tanpa kegiatan fisik, Demam subfebris lebih dari satu bulan, Nyeri dada kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan (4). B. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah kasar/halus, dan/atau tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum (4). C. Pemeriksaan bakteriologis Cara pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi hari. Untuk pemeriksaan TCM, pemeriksaan dahak cukup satu kali. Bahan pemeriksaan hasil FNAB dapat dibuat menjadi sediaan apus kering di gelas objek. Untuk kepentingan kultur dan uji kepekaan dapat ditambahkan NaCl 0.9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium mikrobiologi dan patologi anatomi. D. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi standar pada TB paru adalah foto toraks dengan proyeksi postero anterior (PA). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah (9): 1. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. 2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular. 3. Bayangan bercak milier. 4. Umumnya efusi pleura unilateral atau bilateral (jarang). 2.1.5 Tatalaksana Tujuan pengobatan TB adalah: a) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup. b) Mencegah kematian dan/atau kecacatan karena penyakit TB atau efek lanjutannya. c) Mencegah kekambuhan. d) Menurunkan risiko penularan TB e) Mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT serta penularannya 5 Regimen pengobatan TB-SO di Indonesia adalah 2RHZE/4RH. Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat berupa Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) selama 2 bulan dilanjutkan dengan pemberian Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan pada fase lanjutan. Pemberian obat fase lanjutan diberikan sebagai dosis harian (RH) sesuai dengan rekomendasi WHO, pasien dengan TB-SO diobatimenggunakan OAT lini pertama.(9) Untuk menunjang kepatuhan berobat, paduan OAT lini pertama telah dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Satu tablet KDT RHZE untuk fase intensif berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg. Sedangkan untuk fase lanjutan yaitu KDT RH yang berisi Rifampisin 150 mg + Isoniazid 75 mg diberikan setiap hari. Jumlah tablet KDT yang diberikan dapat disesuaikan dengan beratbadan pasien. 6 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. DAFTAR PUSTAKA Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Tatalaksana Tuberkulosis. Jakarta; 2020. PDPI. Panduan Umum Praktik Klinis Penyakit Paru Dan Pernapasan. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2021. 77–84 p. WHO. Global Tuberculosis Report 2023. World Health Organization. 2023. Nathavitharana RR, Friedland JS. A tale of two global emergencies: Tuberculosis control efforts can learn from the Ebola outbreak. Eur Respir J. 2015;46(2):293–6. PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. 2nd ed. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2021. 1–89 p. CDC. Self-study modules on tuberculosis. Clin Chest Med. 2019; Lewinsohn DM, Leonard MK, Lobue PA, Cohn DL, Daley CL, Desmond E, et al. Official American Thoracic Society/Infectious Diseases Society of America/Centers for Disease Control and Prevention Clinical Practice Guidelines: Diagnosis of Tuberculosis in Adults and Children. Clin Infect Dis. 2017;64(2):e1–33. Nardell EA. Tuberculosis (TB). MSD Man. 2022;1–25. Dheda K, Barry CE, Maartens G. Tuberculosis. Lancet. 2016;19;387(10024):1211–26. 7