TUGAS INDIVIDU FARMASI KLINIK PENYELESAIAN KASUS DENGAN METODE SOAP OLEH NAMA : VITRIA NIM : O1A1 18 115 KELAS :C DOSEN : ASNIAR PASCYANTRI, S.Si., M.Si., Apt JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020 Kasus I Tn MB 45th, 63kg, 167cm MRS dengan keluhan mual, muntah 3 hari berturut-turut. Mengaku memiliki riwayat DM 7 tahun dan sudah mendapat insulin Humulin N 14 U malam hari sejak 1 bulan lalu. Pasien mengaku malas suntik karena sakit sejak 5 hari lalu. Hasil observasi perawat temperatur 37,8oC, TD 135/80mmHg, Nadi 82x/menit. RR 18x/menit. Hasil Lab GDA 480mg/dl, HbA1C 8,2%, WBC 8000/mm3, Na 129 meq/L, K 3,1 meq/L.Dokter mendiagnosa pre-KAD dan mendapat terapi Humulin N 16U malam, Novorapid 3x12U s.c.; RL :Martos (2:1), Ondansetron 3 x 8mg iv. Identitas Pasien O Terapi obat (current) Mual, GDA 480 mg/dl, Humulin N 16U malam, Jenis kelamin : Laki- Muntah , HbA1C 8,2%, Novorapid 3x12U s.c.; laki RP : DM selama 7 Na 129 meq/L, RL tahun K 3,1 meq/L. Ondansetron 3 x 8 mg iv. Nama : Tn. MB S Usia : 45 tahun BB : 63kg RO: Humulin N, TB : 167cm 5 hari tidak suntik DRP Plan 1. Non-adherence (kurang patuh) administrasi insulin 1. Konseling masalah 2. Rekomendasi kontrol 3. Ondansetron : gula dicapai, Bila maka 3. Monitoring PONV paska terapi insulin secara iv sebaiknya 3. Rekomendasi: dengan 3x1tab. pemakaian 2. Monitoring GDA dan HbA1C disarankan disarankan 1. Kepatuhan sulit untuk kemoterapi (2:2), insulin diindikasikan dan D5% Monitoring kepatuhan terapi 2. Rute : mengganti domperidon mual muntah keluhan Kasus 3 Tn. K, 54 th, dengan BB 92kg dan TB 165 cm. MRS dengan hipoglikemia, GDA 59mg/dl. Tampak jelas pasien memiliki ascites yang besar, sehingga saat terlentang pasien merasa sesak. Mengaku memiliki kencing manis selama 6th dan seminggu ini minum Glibenklamide1-0-0. Pasien didiagnosa dengan Cirrhosis Hepatis, DM. Hari ke tiga pasien mengalami demam hingga38,2oC. Hasil lab.hari ke tiga: Albumin 2,9mg/dl; SGOT 45U/L; SGPT 63U/L; Bilirubin total 1,2mg/dL. Hasil observasi TTV : TD 110/70 mmHg; Nadi 92x/menit Terapi obat Identitas Pasien S O Nama Pasien :Tn. K Pasien Mengaku GDA 59mg/dl Glibenklamid Jenis Kelamin : Laki- memiliki kencing ascites yang besar, 0-0 laki manis selama 6th yang menimbulkan Umur : 54 tahun dan sesak BB : 92 kg RO: TB : 165 cm Glibenklamide1- (current) 1- didiagnosa Cirrhosis Hepatis, DM 0-0 Suhu 38,2oC Albumin 2,9mg/dl SGOT 45U/L SGPT 63U/ Bilirubin total 1,2mg/dL Assasment 1. Sesak karena ascites 2. Sirosis hepatik TD :110/70mmHg Nadi 92x/menit. Plan 1. Therapeutic Paracentesis 5-L. Monitoring Abdominal 1. Monitoring sesak 2. monitoring SGPT dan SGOT, Protombin 3. DRP: Pengobatan DM dengan glibenklamid menimbulkan efek samping 2. Diet Natrium 2000 mg per hari dan Diuretik: Furosemid 4x 40 mg p.o hipoglikemia pemberian Karbohidrat cepat Protein (Albumin-Globulin) 3. Keadaan 3. Rekomendasikan Time, untuk klinis pasien, Efek samping 15-20 g dengan aksi mengatasi berupa terjadinya Hipoglikemia, Adanya gejala seperti hipoglikemia. Dalam hal ini cemas, palpitasi, pemberian Jus Orange 200 tremor, berkeringat, mL. hunger, seizure, Penggantian Glibenklamid coma, dengan MetforminImmediate dysfunction release 2 x 500 mg p.o perubahan perilaku cognitive dan Keterangan : • Therapeutic abdominal paracentesis harus diberikan pada pasien dengan Ascites yang besar. Dikarenakan untuk mengatasi sesak pasien yang diakibatkan oleh Ascites. Sodium restriction and oral diuretics should then be initiated (Class IIa, Level C). • Pasien dengan Ascites yang masuk Rumah Sakit harus menjalani parasentesis abdominal. Parasentesis harus diulangi pada pasien ( yang masuk RS maupun tidak) dengan gejala atau tanda atau ketidaknormalan data laboratorium yang disebabkan oleh infeksi (contohnya, nyeri perut, sesak, demam, encelophalothy, gagal ginjal, asidosis, peripheral leukocytosis). (Class I, level B). • Untuk pasien Ascites dengan Sirrosis Hepatik yang akan diterapi dengan Parasentesis abdominal, harus diberikan diet Natrium dan Oral Diuretik (Class IIa, Level C). • Metformin merupakan firstline untuk pasien DM tipe 2 dengan resiko terjadi Hipoglikemia yang kecil. Selain itu, Metformin juga cocok untuk pasien DM tipe2 yang Obesistas/Overweight Kasus 4 Tn. TM 69 tahun MRS dengan keluhan mual muntah. Hasil penelusuran rekam medik menunjukkan adanya riwayat CKD dan nilai Cr terakhir adalah 7,8mg/dl; BUN 105mg/dl, Na 126meq/L, K 3,1 meq/L, leukosit 13.000/mm3. Pasien mengalami febris (38,5oC) dan didiagnosa dengan Pneumonia dan mendapat terapi Ciprofloxacin 3x400 mg IV. Hari ke tiga, kesadaran pasien turun GCS1-1-1, TD 80/40 mmHg, RR 28x/menit. Identitas Pasien S O Terapi obat (current) Mual, Kadar Cr :7,8mg/dl Humulin N 16U malam, Jenis kelamin : Laki- Muntah , BUN 105mg/dl Novorapid 3x12U s.c.; laki RP: CKD Na :126meq/L RL K: 3,1meq/L Ondansetron 3 x 8 mg Leukosit:13.000/mm3 iv. Suhu : 38,5oC Data Lab Hari ke 3: Nama : Tn. TM Usia : 69 tahun : D5% (2:2), GCS 1-1-1 TD 80/40 mmHg, RR 28x/menit Assasment (DRP) 1. Tidak tepat obat : lini pertama pneumonia bakterial pada pasien CKD Plan Monitoring 1. Ganti ciprofloxacin 1. Monitoring kadar dengan Cefriaxon kreatinin pasien 2. Berikan paracetamol Monitoring tekanan lanjut usia yaitu sefalosporin darah dan RR pasien generasi ke 3 (Ceftriaxon), setelah Pemberian Ciprofloxacin obat. dapat menyebabkan hipoglikemia 2. Tidak diberikan obat demam penggunaan 2. Monitoring suhu tubuh pasien Keterangan : Golongan sefalosporin sering digunakan pada kasus pneumonia karena mempunyai efek bakterisid yang kuat terutama sefalosporin generasi yang ketiga. Golongan ini sangat efektif terhadap bakteri gram negatif seperti bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pneumonia, gangguan saluran pencernaan dan gangguan saluran kemih (Worotikan dkk., 2019). Kasus 5 Tn. W 63 th, MRS dengan Stroke embolik dengan DM. Dalam perawatan pasien mengalami Pneumonia nosokomial dengan WBC 18.700/mm3, RR 26x/menit, Temp38,5oC, Nadi 92x menit dan mendapat terapi Meropenem 3x1g. Hari ke tiga setelah mendapat Meropenem kondisi pasien tetap demam (37,9oC), RR 25x/menit, Nadi 92x/menit Identitas Pasien S Terapi obat O Nama Pasien :Tn. Stroke Pneumonia nosocomial W embolik WBC:18.700/mm3 Jenis Kelamin : dengan DM, RR : 26x/menit (current) Moropenem turun Laki-laki menjadi 25x/menit Umur : 63 tahun Suhu :38,5oC turun menjadi 37,9oC Nadi 92x menit Assasment 1. Anti biotik Plan tidak adekuat 2. Stroke 3. DM tipe II 4. Demam Rekomendasikan 1. Ceftriaxone IV 1 g 2 x1 2. Klopidogrel 75 mg 1 x 1 bersama atorvastatin 10 mg 1 x 1 Monitoring 1. Monitoring gejala klinis pneumonia dan E.S obat 2. Monitoring E.S obat 3. Monitoring suhu tubuh 3. Metformin 500 mg 2 x 1 4. Parasetamol 500 mg 3 x 1 Keterangan : 1. Pneumonia Ceftriaxone IV 1 g 2 x1 Obat ini adalah lini pertama dalam treatment pneumonia. Tidak berinteraksi dengan obat lain dalam treatment DM dan stroke. Penggunaan meropenem jika pasien alergi/ resisten pada ceftriaxone. Obat ini juga tergolong murah dibanding dengan meropenem. 2. Stroke Klopidogrel 75 mg 1 x 1 bersama atorvastatin 10 mg 1 x 1 Kombinasi antiplatelet dan statin adalah lini pertama treatment stroke embolik. Klopidogrel mencegah darah yang menggumpal saling bertumpuk dan akan menyempitkan arteri di sekitar otak, golongan statin juga menurunkan kadar lipid untuk mencegah terjadinya aterosklerosis. Kedua obat ini adalah obat yang cocok diberikan pada pasien DM. 3. DM Tipe 2 Metformin 500 mg 2 x 1 Stroke yang dialami pasien kemungkinan besar juga disebabkan karena aterosklerosis akibat DM. Glukosa darah yang menumpuk memicu peningkatan triglesirida yang menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan stroke. Metformin juga berperan dalam penurunan trigliserida 4. Demam Parasetamol 500 mg 3 x 1 Pemberian antipiretik sangat diperlukan untuk menurunkan suhu tubuh.