BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif memusatkan pada fenomena-fenomena yang dikaji secara kuantitatif dengan menggunakan angka, statistik, dan percobaan terkontrol (Hamdi dan Bahruddin, 2014). Menurut Syaodih (dalam Hamdi dan Bahruddin, 2014) uji korelasional dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan antara variabel satu dan lainnya. Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan psychological well-being pada ibu rumah tangga di Perumahan X Sidoarjo. 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap stres, sedangkan variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah psychological well-being. 3.2.1 Variabel Bebas Persepsi terhadap stres dapat diartikan sejauh mana individu kuat merasakan tekanan karena adanya tuntutan. Kondisi persepsi terhadap stres diungkap dengan skala persepsi terhadap stres yang peneliti adaptasi dari penelitian lain menggunakan Perceived Stress Scale (Cohen, 1994) dimana PSS 22 23 merupakan sebuah instrumen penelitian yang paling banyak digunakan untuk mengukur persepsi terhadap stres yang dialami oleh individu. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat persepsi terhadap stres individu. Sedangkan semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat persepsi terhadap stres individu. Persepsi terhadap stres diukur dengan menggunakan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cohen (1994) yang terdiri dari: a. Unpredictable Seberapa kuat perasaan atau emosi individu yang tidak dapat diprediksi dalam kehidupannya. b. Uncontrollable Seberapa kuat perasaan individu saat tidak dapat mengontrol segala hal yang terjadi pada dirinya. c. Overloaded Seberapa kuat perasaan individu saat penuh dengan beban atau tuntutan. 3.2.2 Variabel Tergantung Psychological well-being dapat diartikan sejauh mana kondisi diri seseorang terhadap kesejahteraan dalam hidupnya dan bagaimana individu tersebut memaknai kehidupannya. Ryff (1989) menyatakan Psychological WellBeing (PWB) sebagai kebahagiaan dan kesejahteraan secara psikis. Secara operasional, tinggi rendahnya psychological well-being pada responden ditunjukkan oleh skor pada skala psychological well-being. Semakin tinggi skor artinya semakin tinggi pula psychological well-being pada responden, dan 24 demikian pula sebaliknya. Psychological well-being diukur dengan menggunakan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Ryff (1989) yang terdiri dari: a. Positive relations with others Seberapa mampu individu bersikap hangat dan memiliki sikap percaya terhadap orang lain. b. Environmental mastery Seberapa mampu individu untuk menentukan dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan dirinya. c. Self-acceptance Seberapa mampu individu untuk menerima kelebihan dan kekurangan yang terjadi di kehidupannya. d. Having purpose in life Seberapa mampu individu untuk mengarahkan tujuan hidupnya dan memiliki pemahaman tentang tujuan hidup yang dimilikinya. e. Personal growth Seberapa mampu individu untuk mengembangkan potensi dirinya. f. Autonomy Seberapa mampu individu untuk mandiri tanpa bergantung dengan orang lain. 3.3 Instrumen Penelitian 3.3.1 Metode dan Alat Pengumpul Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan survei dengan dua skala penelitian yang terdiri dari skala persepsi terhadap stres dan 25 skala psychological well-being. Demi menjaga validitas dan reliabilitas alat ukur skala stres dan psychological well-being, peneliti melakukan uji bahasa terlebih dahulu kepada 10 orang yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik populasi dalam penelitian ini. Uji bahasa dilakukan untuk memastikan responden subjek memahami setiap pernyataan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 3.3.1.1 Skala Persepsi Terhadap Stres Skala persepsi terhadap stres untuk mengukur tingkat persepsi terhadap stres individu menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) yang dikemukakan oleh Cohen pada tahun 1994. Perceived Stress Scale merupakan ukuran sejauh mana situasi dalam kehidupan individu dapat dinilai sebagai persepsi terhadap stres. Perceived Stress Scale terdiri dari 10 aitem dan disusun dengan menggunakan skala rating. Alternatif jawaban menggunakan nilai interval dari rentang 1 sampai 5 (tidak pernah sampai sangat sering). Perceived Stress Scale juga mencakup sejumlah pertanyaan langsung tentang tingkat persepsi terhadap stres yang dialami saat ini. Pertanyaannya bersifat umum dan menanyakan tentang perasaan serta pikiran mereka selama beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, Perceived Stress Scale diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. 26 Tabel 3.1 Blueprint Skala Persepsi Terhadap Stres Nomor aitem Fav Unfav Unpredictable 1, 6 4, 5 Uncontrollable 2, 10 7, 8 Pressure 3, 9 TOTAL Skor yang dimiliki oleh masing-masing jawaban adalah: Aspek Jumlah 4 4 2 10 Tabel 3.2 Skor Skala Persepsi Terhadap Stres Respon Tidak Pernah Hampir Tidak Pernah Kadang-Kadang Sering Sangat Sering Favorable 1 2 3 4 5 Unfavorable 5 4 3 2 1 3.3.1.2 Skala Psychological Well-Being Skala psychological well-being dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang disusun oleh Ryff. Skala yang digunakan adalah skala interval, dimana terdapat pilihan jawaban sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Subjek penelitian akan diminta untuk mengisi nilai persetujuannya pada pilihan yang telah tersedia. Nilai dari pilihan jawaban dalam rentang 1 sampai 6 (sangat tidak setuju sampai sangat setuju). Skala berjumlah 42 aitem, yang berdasarkan kepada 6 dimensi psychological well-being. 27 Tabel 3.3 Blueprint Skala Psychological Well-Being Dimensi Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain Mampu mengendalikan diri di lingkungan secara efektif Mampu menerima diri dan kehidupannya Memiliki tujuan dalam hidup Pengembangan diri Mandiri Fav Nomor Aitem Unfav Jumlah 4, 22, 28, 40 10, 16, 34 7 2, 20, 38 8, 14, 26, 32 7 6, 12, 24, 42 18, 30, 36 7 11, 29, 35 5, 17, 23, 41 7 9, 21, 33 1, 7, 25, 37 TOTAL 3, 15, 27, 39 13, 19, 31 7 7 42 Skor yang dimiliki oleh masing-masing jawaban adalah: Tabel 3.4 Skor Skala Psychological Well-Being Respon Sangat Setuju Setuju Agak Setuju Agak Tidak Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Favorable 6 5 4 3 2 1 Unfavorable 1 2 3 4 5 6 3.3.2 Validitas dan Reliabilitas Skala Menurut Azwar (1997) validitas merupakan sejauh mana kecermatan sebuah alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan validitas konstruk (construct validity). Menurut Djaali dan Muljono (2007) validitas konstruk (construct validity) merupakan validitas yang membahas seberapa jauh aitem-aitem pada tes mampu mengukur apa yang akan diukur 28 sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditetapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor aitem dan skor total aitem dari masing-masing skala. Menurut Umar (2003) reliabilitas merupakan nilai yang menunjukkan konsistensi pada alat ukur. Menurut Azwar (2013) suatu tes dikatakan reliabel apabila memiliki nilai sebesar (α≥0.7). Peneliti menguji reliabilitas skala menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS. 3.3.2.1 Skala Persepsi Terhadap Stres Setelah Eliminasi Pada penelitian ini, skala persepsi terhadap stres dimodifikasi oleh peneliti dari alat ukur yang dikembangkan oleh Cohen (1994). Skala ini kemudian disesuaikan dengan subjek penelitian yaitu ibu rumah tangga. Validitas untuk skala persepsi terhadap stres semuanya valid karena memiliki nilai CITC ≥ 0,3. Tabel 3.5 Validitas Skala Persepsi Terhadap Stres Dimensi Akhir Unpredictable Uncontrollable Overloaded 0,505 0,734 0,617 CITC Terendah Tertinggi 0,338 0,338 0,580 0,580 0,446 0,446 Jumlah Butir Akhir 2 2 2 Tabel 3.6 Blueprint Skala Persepsi Terhadap Stres Setelah Eliminasi Aspek Unpredictable Uncontrollable Pressure Nomor aitem Fav 1, 6 2, 10 3, 9 TOTAL Unfav Jumlah 2 2 2 6 29 3.3.2.2 Skala Psychological Well-Being Setelah Eliminasi Pada penelitian ini, skala psychological well-being dimodifikasi oleh peneliti dari alat ukur yang disusun oleh Ryff (1989). Skala ini disesuaikan dengan subjek yang merupakan ibu rumah tangga. Validitas untuk skala psychological well-being semuanya valid karena memiliki nilai CITC ≥ 0,3. Tabel 3.7 Validitas Skala Psychological Well-Being Dimensi Positive relations with others Environmental mastery Self-acceptance Having purpose in life Personal growth Autonomy Akhir CITC Terendah Tertinggi Jumlah Butir Akhir 0,711 0,313 0,572 7 0,706 0,661 0,561 0,670 0,612 0,331 0,315 0,319 0,315 0,302 0,525 0,522 0,409 0,504 0,469 7 5 3 7 5 Tabel 3.8 Blueprint Skala Psychological Well-Being Setelah Eliminasi Dimensi Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain Mampu mengendalikan diri di lingkungan secara efektif Mampu menerima diri dan kehidupannya Memiliki tujuan dalam hidup Pengembangan diri Mandiri Fav Nomor Aitem Unfav Jumlah 4, 22, 28, 40 10, 16, 34 7 2, 20, 38 8, 14, 26, 32 7 6, 12, 24 18, 30 5 5, 17, 23 3 3, 15, 27, 39 13, 19 7 5 29 9, 21, 33 1, 7, 25 TOTAL 30 3.4 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 3.4.1 Populasi dan Sampel Menurut Santoso (2009) populasi merupakan sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Untuk mendapatkan gambaran yang tepat, peneliti memberi kriteria sampel ibu rumah tangga dengan usia pernikahan minimal 1 tahun. Pemilihan kriteria dikarenakan pada usia pernikahan tersebut mayoritas sudah memiliki anak, dimana tuntutan yang diterima akan bertambah. Oleh karena jumlah populasi tidak diketahui, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow: n = z21-α/2 P(1-P) d2 Keterangan : n = jumlah sampel z = skor z pada kepercayaan 95% = 1,96 p = maksimal estimasi = 0,5 d = alpha (0,1) atau sampling error = 10% Melalui rumus di atas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah: n = z21-α/2 P(1-P) d2 n = 1,962 . 0,5 (1 – 0,5) 0,12 n = 3,8416 . 0,25 0,01 n = 96,04 = 100 31 Berdasarkan rumus tersebut maka nilai n yang didapatkan adalah 96,04 = 100 orang, sehingga pada penelitian ini peneliti harus mengambil sampel minimal 100 orang. 3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Alasan peneliti menggunakan teknik tersebut adalah peneliti hanya akan mengambil data berdasarkan responden yang hadir pada saat dilakukan kegiatan penelitian berlangsung. 3.5 Analisis Data Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila memenuhi nilai koefisien ≥ 0,05. Setelah itu dilakukan uji korelasi menggunakan teknik Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS.