a Nama Mega Auliana Dewi, S.Farm.,Apt b Instansi asal Pemerintah Kota Pekalongan- UPT Puskesmas Pekalongan Selatan c Nomor Absen 7, Kelompok 2 Isu di unit kerja dilihat / ditemukan dalam perspektif Manajemen ASN, Pelayanan publik, Whole of government, baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi dari kedua atau ketiga-tiganya. 1. Identifikasi Isu Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya.Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik organisasi dengan harapan-harapan para stakeholder. Factor-faktor yang berperan dalam menentukan kualitas identifikasi isu adalah kepekaan terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan kerja, konsistensi dan keakraban terhadap motif bekerja lebih baik, dan kompetensi ASN. Berdasarkan kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik, penulis menemukan beberapa isu yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Pekalongan Selatan, sebagai berikut : A. Belum optimalnya penataan penyimpanan obat High Alert dan LASA di Puskesmas Pekalongan Selatan B. Belum optimalnya pelayanan infomasi obat (PIO) untuk pasien penyakit kronis di Puskesmas Pekalongan Selatan C. Masih banyaknya pasien yang tidak meminum habis obat antibiotik sehingga dapat menimbulkan resistensi obat di Puskesmas Pekalongan Selatan No Isu di Unit Kerja Penyebab Keterkaitan GAGASAN/KEGIATAN dengan Substansi PEMECAHAN ISU (Manajemen ASN, Pelayanan Publik, WoG) 1. Belum optimalnya Kurangnya penataan - Managemen pengetahuan tentang penyimpanan obat obat yang ASN harus alat penandaan obat High Alert dan LASA High Alert dan LASA di diwaspadai dan obat- 2. Menentukan obat-obat Puskesmas obat yang termasuk obat High Pekalongan Selatan mirip atau terdengar Alert mirip Puskesmas yang yang terlihat dapat Belum obat 3. berisiko tinggi wadah obat High Alert menyebabkan Reaksi dan LASA yang akan Obat ditempelkan label tanda yang untuk samping Tidak efek ASN dan obat meningkatkan kepatuhan Menyediakan 1.Membuat dalam meminum obat alat penandaan / label efek dan cara penyimpanan obat. 2. Menentukan obat-obat untuk pasien rak High Alert dan LASA. cara -Pelayanan Publik samping Puskesmas secara lengkap untuk Pekalongan Selatan Pekalongan serta pasien penyakit kronis penyimpanan di di kesalahan infomasi informasi (PIO) LASA Selatan optimalnya Kurangnya pemberian -Managemen pelayanan dan menyebabkan terjadi Diinginkan (ROTD) 2. 1.Membuat pasien dengan penyakit kronis, contohnya: Metformin untuk Diabetes Militus, Amlodipin Untuk Hipertensi 3. Penempelan label efek samping dan penyimpanan obat cara di bagian luar kemasan plastik obat 3. Masih banyaknya Kurangnya edukasi -Managemen 1. tentang ASN masyarakat tentang meminum habis obat resistensi -WOG (Whole of pentingnya meminum antibiotik Government) pasien dapat yang tidak pasien sehingga penggunaan antibiotik menimbulkan resistensi obat di Sosialisasi obat kepada antibiotik sampai Pemberian leaflet habis 2. Puskesmas tentang informasi Pekalongan Selatan minum obat cara antibiotik agar tidak menimbulkan resistensi Dilihat dari Tabel di atas Identifikasi isu terkait belum optimalnya penataan penyimpanan obat High Alert dan LASA di Puskesmas Pekalongan Selatan termasuk ke dalam nilai yang mengandung unsur peran dan kedudukan ASN dalam NKRI yaitu nilai Managemen ASN. Penerapan manejemen ASN yang termasuk dalam indikator kedudukan PNS adalah sebagai ASN yang professional harus menciptakan inovasi yang berbeda dari yang lain untuk diterapkan di lingkungan kerjanya. Seorang ASN yang mematuhi perintah dari atasan untuk membuat kegiatan yang bermanfaat di lingkungan kerjanya. Seorang Apoteker harus mengamalkan nilai-nilai kefarmasian kepada pasien sesuai dengan sumpahnya yaitu memberikan obat secara tepat dan akurat sesuai takaran dan dosisnya. Hal terkait yang saya lakukan sebagai seorang Apoteker ASN adalah membuat alat penandaan obat High Alert dan LASA, menentukan obat-obat yang termasuk obat High Alert dan LASA di Puskesmas Pekalongan Selatan, menyediakan rak wadah obat High Alert dan LASA yang akan ditempelkan label tanda High Alert dan LASA. Penyebab dari isu tersebut karena kurangnya pengetahuan tentang obat yang harus diwaspadai dan obat-obat yang terlihat mirip atau terdengar mirip yang dapat menyebabkan terjadi kesalahan serta berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) Untuk identifikasi isu yang kedua yaitu Belum optimalnya pelayanan infomasi obat (PIO) untuk penyakit kronis di Puskesmas Pekalongan Selatan mengandung nilai managemen ASN dan pelayanan publik. Kedudukan seorang Apoteker ASN dengan melaksanakan perintah atasannya yaitu kepala puskesmas untuk memberikan pelayanan informasi obat yang baik dan lengkap untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. PIO bagi profesional kesehatan akan meningkatkan peran apoteker dalam perawatan kesehatan, antara lain pengetahuan Apoteker tentang obat terpakai. Apoteker menjadi lebih aktif dalam pelayanan kesehatan, peran Apoteker dapat membuka fungsi klinis lain, misal kunjungan pasien, peningkatan terapi rasional dapat tercapai. Peran Apoteker ASN sebagai pemberi informasi obat yang menyampaikan efek samping dan cara penyimpanan obat sangat penting bagi pasien yang memiliki penyakit kronis, hal ini disampaikan untuk meminimalkan obat yang rusak karena sudah melaksanakan penyimpanan obat yang baik dan benar serta dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Apoteker sebagai pelayanan publik membuat inovasi di lingkungan kerjanya dengan Membuat alat penandaan / label efek samping dan cara penyimpanan obat bagi pasien dengan penyakit kronis. Inovasi diatas dibuat untuk memudahkan pasien untuk mengetahui efek samping apa saja yang sering terjadi apabila meminum obat tersebut serta bagaimana cara penyimpanan obatnya agar tidak mempengaruhi kestabilan obat. Pemberian label efek samping dan cara penyimpanan obat juga dapat meminimalkan adanya keluhan tentang obat yang rusak dan efek samping yang ditimbulkan dari pasien sehingga tercipta kepuasan pasien dalam menerima obat di Puskesmas Pekalongan Selatan. Untuk identifikasi isu yang ketiga adalah masih banyaknya pasien yang tidak meminum habis obat antibiotik sehingga dapat menimbulkan resistensi obat di Puskesmas Pekalongan Selatan memiliki keterkaitan dengan substansi Manajemen ASN, Pelayanan Publik. Sebagai implementasi nilai Manajemen ASN sebagai apoteker yang memiliki jabatan fungsional di UPT Puskesmas Pekalongan Selatan. Seorang Apoteker sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah ( kepala puskesmas) serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Apoteker juga memiliki peran dalam pemberian informasi obat untuk antibiotik yang dalam penggunaannya harus dihabiskan agar tidak menimbulkan resistensi. Fungsi dari Saya sebagai Apoteker ASN adalah sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Karena hal tersebut maka ASN dituntut menjadi penggerak untuk menjamin terselenggaranya suatu sistem dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai pelayanan publik yang harus dilakukan sebagai Apoteker yaitu dalam penyerahan obat antibiotik disertai dengan pelayanan informasi obat yang disampaikan oleh apoteker untuk penggunaan obat antibiotik yang harus dihabiskan disertai dengan cara meminum dan cara penyimpanannya. Hal terkait yang dilakukan oleh saya sebagai seorang apoteker adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya meminum obat antibiotik sampai habis, pemberian leaflet tentang informasi cara minum obat antibiotik agar tidak menimbulkan resistensi. 2. Pemilihan dan Penetapan Core ISU Dalam pemilihan isu akan dilakukan analisa penetapan prioritas isu demi menjaga keobjektifan pemilihan isu, saya menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Dalam tahapan perencanaan kesehatan kita akan mendapati suatu tahapan yaitu tahapan menentukan prioritas masalah. Metode USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10. Urgency artinya seberapa mendesaknya suatu isu untuk segera dibahas, dianalisis, dan ditindak lanjuti. Seriousness artinya seberapa serius suatu isu harus segera dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Dan Growth adalah seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani dengan segera. Metode analisa ini digunakan untuk mendapatkan isu actual yang akan diselesaikan dan mengaitkannya pada peran dan fungsi ASN dalam NKRI (Pelayanan Publik,Managemen ASN, Whole of Govermment). Adapun analisis isu berdasarkan kriteria USG adalah sebagai berikut : No. Identifikasi Isu Urgen Serious cy ness 1. Belum optimalnya penataan penyimpanan 4 5 Growth 4 Jumlah Peringk at 13 2 obat High Alert dan LASA di Puskesmas Pekalongan Selatan 2. Belum optimalnya pelayanan infomasi obat 5 4 5 14 1 4 4 4 12 3 (PIO) untuk pasien penyakit kronis di Puskesmas Pekalongan Selatan 3. Masih banyaknya pasien yang tidak meminum habis obat antibiotik sehingga dapat menimbulkan resistensi obat di Puskesmas Pekalongan Selatan Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dari hasil analisis isu melalui pendekatan USG maka isu strategis yang perlu diselesaikan yaitu Belum optimalnya pelayanan infomasi obat (PIO) untuk pasien penyakit kronis di Puskesmas Pekalongan Selatan. Isu ini memiliki skor 14 dan menjadi isu prioritas yang akan dibahas. Dilihat dari nilai urgency tertinggi yaitu pada kasus nomer 2 dengan kriteria sangat gawat, nilai seriousness dengan kriteria gawat dan nilai growth dengan kriteria cepat. Selain itu dilihat dari total nilainya kasus nomer 2 menjadi peringkat pertama karena hasil total dari nilai urgency, seriousness, dan growthnya adalah yang paling tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memilih isu nomer 2 sebagai isu yang diangkat untuk diselesaikan. 3. Gagasan Pemecahan Core Isu ( SOLUSI) Dari hasil penetapan core isu diatas, maka gagasan yang diambil sebagai solusi adalah “Belum optimalnya pelayanan infomasi obat (PIO) untuk pasien penyakit kronis di Puskesmas Pekalongan Selatan”. Alasan saya memilih isu ini adalah karena masih banyaknya pasien yang belum menyadari tentang efek samping dan cara penyimpanan obat yang benar sehingga dapat meminimalkan terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan serta kerusakan obat karena sudah terjaga kestabilannya. Upaya Peningkatan pelayanan informasi obat untuk penyakit kronis adalah membuat alat penandaan / label efek samping dan cara penyimpanan obat, menentukan obat-obat untuk pasien dengan penyakit kronis, contohnya: Metformin untuk Diabetes Militus, Amlodipin Untuk Hipertensi, penempelan label efek samping dan cara penyimpanan obat di bagian luar kemasan plastik obat Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi obat, rekomendasi obat yang independen, akurat oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, profesional kesehatan lain, dan pihak-pihak yang memerlukan. Pelayanan ini meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusan profesional. Tujuan dari PIO antara lain adalah menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain, menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat. Informasi obat yang baik sangat diperlukan pada terapi jangka panjang, antara lain pada pasien epilepsi, DM, TBC dan penyakit kronis lainnya. Informasi obat ini biasanya dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien. Informasi obat yang diberikan pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jefek samping obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Pada terapi jangka panjang perlu juga disampaikan untuk kontrol ke dokter sebelum obatnya habis karena terapi harus dilakukan terus-menerus secara rutin untuk jangka waktu lama agar terapinya berhasil baik. Konseling bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien atau agar yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau alat kesehatan lain. Edukasi dilakukan oleh apoteker untuk meningkatkan pengetahuan pasien, informasi yang diberikan dapat berupa lisan, leaflet/brosur, atau media lain yang cocok sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya