Uploaded by Syifa

LP & LK Minggu 1 KMB Hipertensi

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N
DENGAN HIPERTENSI
Oleh
NAMA
NIM
: ‘Adawiyatu Syifa’
: 202014001
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.
PENGERTIAN
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri.Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam
arteri menyebabkan meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. (Wahyu Rahayu,
2015)
Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan
diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg dan hipertensi beraat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Padila, 2013).
2.
ETIOLOGI
Padila
(2013),
hipertensi
berdasarkan
penyebabnya
dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : 1. Hipertensi essensial
(hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita
hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memilikikemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika oranan tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri
perseorangan
yang
mempengaruhi
timbulnya
hipertensiadalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat),
jenis kelamin(laki-laki lebih tinggi daripada perempuan) dan ras
(ras kulit hitamlebih banyak daripada kulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensiadalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi sari 30 gr),
kegemukanatau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misanya merokok.Minum akohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin).
3.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut, Padila,
2013)
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi
meliputi
nyeri
kepala
dan
kelelahan.Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Pada sebagian
besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya
berhubungan
dengan
tekanan
darah
tinggi
(padahalsesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yangbisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun
seseorang dengantekanan
darah
yang normal.Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisatimbul
gejala sebagai berikut :
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisah
7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadarandan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera
4.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hipertensi secara alami diawali dari kenaikan tekanan
darah sesekali saja. Tanpa melakukan pemeriksaan tekanan darah,
Kamu tidak akan tahu kalau terjadi kenaikan tekanan darah. Naiknya
tekanan darah yang kadang-kadang ini, lama-kelamaan akan semakin
sering dan kemudian menetap, atau tidak bisa turun kembali.
Awalnya, penderita hipertensi tidak merasakan gejala. Jika pun ada
gejala, biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah. Setelah penyakit
berkembang menjadi hipertensi persisten (menetap), maka patofisiologi
hipertensi menjadi lebih rumit, di mana sudah melibatkan kerusakan
organ-organ lain di seluruh tubuh.
Diawali dari kerusakan pembuluh-pembuluh darah kecil karena
hipertensi, diikuti pembuluh darah yang lebih besar seperti arteri dan
aorta. Keduanya adalah pembuluh utama di tubuh yang berukuran
besar, salah satunya yang membawa darah menuju dan meninggalkan
jantung.
Kerusakan pembuluh darah kecil juga terjadi di seluruh organ
tubuh sehingga perlahan-lahan jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf
pusat akan mengalami kerusakan (Yuliastanti, 2019).
5.
Obesitas
PATHWAYS
Merokok
Penimbunan
kolesterol
Penyempitan
pembuluh
darah
Nikotin dan
karbon
monoksida
masuk aliran
darah
Merusak lapisan
endotel
pembuluh darah
Stress
Konsumsi
garam
berlebih
Alkohol
Kurang olah
raga
Usia di atas
50 tahun
Kelainan
fungsi ginjal
Feokromositom
a
Peningkatan
Pelepasan
adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol
kortisol
Vasokonstri
ksi
pembuluh
darah
Aterosklerosi
s
Tidak mampu
Menghasilkan
Meningkatnya Penebalan
membuang hormon epinefrin dan
dinding aorta
tahanan
sejumlah garam
norepinefrin
perifer arteri & pembuluh dan air di dalam
Meningkatnya
darah
besar
Peningkatan
tubuh
Memacu
sel darah
volume darah
stress
Elastisitas
merah
Efek
dan sirkulasi
pembuluh
konstriksi
Volume darah
darah
Meningkatnya
dalam tubuh
arteri perifer
menurun
viskositas
meningkat
Tahanan
perifer
meningkat
Jantung bekerja
keras untuk
memompa
HIPERTEN
SI
Otak
Suplai O2 ke
otak menurun
Sinkope
Resiko
tinggi cidera
Resiko terjadi
gangguan
perfusi
jaringan
serebral
Ginjal
Retensi
pembuluh
darah otak
meningkat
Tekanan
pembuluh
darah
meningkat
Nyeri
kepala
Gangguan
rasa nyaman
nyeri
Vasokonstriks
i pembuluh
darah ginjal
Blood flow
menurun
Retina
Spasme
arteriole
Diplopia
Respon RAA
Vasokonstriks
i
Kenaikan
beban kerja
jantung
Indera
Resiko tinggi
cidera
Rangsang
aldosteron
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber :Sodoyo, 2013; Ruhyanuddin, 2014.
Hidung
Telinga
Perdarahan
Suara
berdenging
Gangguan
keseimbanga
n
Hipertrofi otot
jantung
Penurunan
fungsi otot
jantung
Resiko
penurunan
curah jatung
6.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi menurut
(Nuraini, 2016)
1.
2.
3.
4.
5.
7.
Jantung koroner
Gagal jantung
Stroke
Gagal ginjal kronik
Retinopati
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi tanpa obat
1) Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.
2) Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan
asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
3) Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.
4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
5) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
6) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
7) Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.
8) Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari
yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini
bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan
tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
b.Terapi dengan obat
1) Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa
250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres)
dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
2) Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg
(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin),
atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
3) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril
5 &10 mg (tenase).
5) Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat
kontraksi
jantung
(kontraktilitas).
Contohnya:
nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem
30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
6) Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).
7) Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh
berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT) (Muttaqin, 2012).
8.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
b. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
d. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
e. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktorfaktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
f. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
g. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
Dapatdiakibatkan
oleh
peningkatan
kadar
katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
h. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
i. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
j. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
k. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
l. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
m. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
n. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
o. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
p. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama
(Sodoyo, 2013).
9.
PENGKAJIAN
a. Pengkajian Keperawatan
1) Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda :

Frekuensi jantung meningkat

Perubahan irama jantung

Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda:

Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.

Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.

Ekstremitas:
perubahan
(vasokonstriksiperifer),
warna
pengisian
kulit,
suhu
kapiler
dingin
mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi)

Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
3) Integritas ego
Gejala:

Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan
serebral)

Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda:

Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian
tangisan yang meledak

Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor
mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5) Makanan/Cairan
Gejala:

Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.

Mual, muntah

Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)

Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :

Berat badan normal atau obesitas

Adanya oedema
6) Neurosensori
Gejala :

Keluhan pening/pusing

Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)

Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh

Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

Episode epistaksis
7) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala :

Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)

Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya

Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
8) Pernafasan
Gejala :

Dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja

Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal

Batuk dengan atau tanpa sputum

Riwayat merokok
Tanda :

Distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan

Bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)

Sianosis
9) Keamanan
Gejala :

Gangguan koordinasi atau cara berjalan

Episode parestesia unilateral transion

Hipotensi postural
10)
Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :

Faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,
penyakit
jantung,
diabetes
mellitus,
penyakit
serebrovaskuler/ginjal.

Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau
alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges,
2000 ; Nathea, 2008) adalah sebagai berikut:
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping
tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
f. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi.
11. RENCANA TINDAKAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
Intervensi:
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis
mungkin
mungkin
teramati/palpasi.
menurun,
Dunyut
mencerminkan
pada
tungkai
efek
dari
vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena
adanya
hipertropi
atrium,
perkembangan
S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi,
adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti
paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik).
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan
curah jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal
atau vaskuler.
f. Berikan
lingkungan
yang
nyaman,
tenang,
kurangi
aktivitas/keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stress,
membuat
efek
tenang,
sehingga
akan
menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
therapi
anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbanganantara suplai dan kebutuhan O2.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan
parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat,
catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional: Parameter
menunjukan
respon
fisiologis
pasien
terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh
kelebihan kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan
perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan
energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti
jadwal
meningkatkan
toleransi
terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral
dengan menghambat/memblok respon simpatik, efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan/minimalkan
aktivitas
vasokontriksi
yang
dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,
dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas
yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan
tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam
setelah makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam dll.
Rasional: Analgetik
menurunkan
nyeri
dan
menurunkan
rangsangan saraf simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dengan kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,
kerena
disproporsi
antara
kapasitas
aorta
dan
peningkatan curah jantung berkaitan dengan massa
tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis
predisposisi
dan
untuk
kegemukan
hipertensi
yang
merupakan
dan komplikasinya,
misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume
cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang
lebih memperburuk hipertensi.
c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.
Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program
diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan
inividu untuk menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi
yang dimakan dan kondisi emosi saat makan,
membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor
mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es
krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari
makanan
tinggi
lemak
jenuh
dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Intervensi:
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
Misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup
seorang,
mengatasi
hipertensi
kronik
dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari).
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin
merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui
telah menjadi penentu utama TD diastolik.
c. Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi
stressor
spesifik
dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional: pengenalan
terhadap
stressor
adalah
langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap
stressor)
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri
yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping,
dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment
terapiutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang
anda inginkan?.
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.
Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan fokus
keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang
membatalkan tujuan diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Intervensi:
a. Bantu
klien
dalam
mengidentifikasi
faktor-faktor
resiko
kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan
minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur) pola hidup
penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan
dalam
menunjang
hipertensi
dan
penyakit
kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang
terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena
perasaan
sejahtera
yang
sudah
lama
dinikmati
mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak
akan dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses
penyakit
hipertensi
dan
mempermudah
dalam
menentukan intervensi.
d. Jelaskan
pada
klien
tentang
proses
penyakit
hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan,
dan akibat lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien
tentang proses penyakit hipertensi (Doenges, 2000;
Ncithea, 2008).
12. DAFTAR PUSTAKA
- Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori,
dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
- Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
- Nurnaini, Bianti. 2016. Risk Factors Hipertension. Jurnal Majority:
4(5)
- Padila. 2013. “Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam”. Yogyakarta:
Nuha Medika
- Ruhyanudin, F. (2014). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang.
- Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2013). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
- Wahyu, Rahayu. 2015. “Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes,
Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas”.
Yogyakarta: Media Ilmu
- Yuliastanti, A. Guesehat. Kenali Patofisiologi Hipertensi.2019.
https://www.google.com/amp/s/www.guesehat.com/amp/kenalipatofisiologi-hipertensi . Diakses pada tanggal 22 Maret 2021
LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N
DENGAN HIPERTENSI
Oleh :
NAMA
: ‘ADAWIYATU SYIFA’
NIM
: 202014001
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
LAPORAN ASKEP PADA Ny. N
DENGAN HIPERTENSI
1. PENGKAJIAN
Nama : Ny. N
Tanggal : 22 Maret 2021
Waktu : 07.00 WIB
IDENTITAS
a. Identitas Pasien :
Nama
: Ny. N
Umur
: 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaaan
: Buruh
Alamat
: Ledok, Polokarto, Sukoharjo
b. Identitas Penanggung Jawab :
Nama
: Tn. W
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
Hubungan dengan pasien
: Suami
c. Alasan Masuk RS :
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kepalanya sering pusing, tengkuk terasa berat
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sering menderita hipertensi
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien keluarganya memiliki penyakit keturunan
hipertensi
e. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan sakit adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan dan kesehatan itu mahal harganya. Jadi lebih baik
kita mencegah daripada mengobati.
2) Pola nutrisi
a) Makan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Frekuensi
3x sehari
2x sehari
Jenis
Nasi, Lauk, Sayur, Buah
Nasi, Lauk, Sayur, Buah
Porsi
Habis
5-7 sendok
Keluhan
Tidak Ada
Tidak Ada
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Frekuensi
5-6 gelas air/hari
3 gelas/hari
Jumlah
 1200 cc
 600 cc
Jenis
Air putih
Air putih
Keluhan
Tidak Ada
Tidak Ada
b) Minum
3) Pola eliminasi
a) BAB
Sebelum Sakit
Selama sakit
Frekuensi
1x sehari
2 hari sekali
Konsistensi
Lunak
Padat
Warna
Kuning
Coklat
Keluhan/kesulitan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Penggunaan obat
pencahar
Tidak menggunakan obat
pencahar
Tidak menggunakan obat
pencahar
b) BAK
Sebelum Sakit
Selama sakit
Frekuensi
4-6x sehari
3-5x sehari
Jumlah urine
 800 - 1200 cc
 600 - 1000 cc
Warna
Kuning
Kuning
Pancaran
Normal
Normal
Keluhan/kesulitan
Tidak ada kesulitan
Tidak ada kesulitan
4) Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Selama sakit
6-7 jam
5 jam
Tidak ada
Tidak ada
Gangguan tidur
Tidak
Ya
Perasaan waktu
bangun
Kebiasaan sebelum
tidur
Segar
Lemas
Berdoa
Berdoa
Jumlah lama tidur
Penggunaan obat tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
a) Sebelum sakit
Keterangan
0
Makan / minum
√
Mandi
√
Toileting
√
Berpakaian
√
Mobilitas di tempat tidur
√
Berpindah
√
Ambulasi/ rom
√
1
2
3
4
b) Selama sakit
Keterangan
0
Makan / minum
√
Mandi
√
Toileting
√
Berpakaian
√
Mobilitas di tempat tidur
√
Berpindah
√
Ambulasi/ rom
√
1
2
3
4
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
6) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien baik, kurang lebih pasien mengetahui
penyakit yang dialaminya. dan pasien mengambil keputusan
semuanya dimusyawarahkan dengan suami.
7) Pola Konsep Diri
a) Gambaran diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan bersyukur atas apa saja yang
telah Allah berikan
Selama sakit : pasien mengatakan menyadari dirinya sebagai
pasien secara utuh dan keluarganya menerima keadaannya
sekarang karena menganggap ini adalah cobaan
b) Harga diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
c) Ideal diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa senang karena mampu
beraktivitas secara mandiri dan dapat mampu membantu aktivitas
keluarga
Selama sakit : pasien ingin cepat sembuh dan mampu
menjalankan aktivitas sehari-hari di rumah.
d) Identitas diri
Pasien mengatakan sadar bahwa dirinya sebagai orang yang sakit
dan membutuhkan pengobatan rawat jalan.
e) Peran diri
Sebelum sakit : pasien adalah seorang buruh pabrik, yang
kesehariannya bekerja
Selama sakit : pasien tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
8) Pola Hubungan Pasien
Saat ini pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Pasien
dan keluarga pasien mengatakan bahwa selama ini berhubungan baik
dengan tetangga dan anggota keluarga.
9) Pola seksual dan reproduksi
Pasien merupakan istri yang memiliki 1 orang suami dan 2 anak
perempuan.
10) Pola koping dan toleransi stres
Saat ini pasien tidak sedang mengalami stres. Bila sedang stres
biasanya pasien akan mengaji dan berdzikir. Pasien kalau sedang stres
mampu menanganinya sendiri. Bila ada masalah langsung
diselesaikan
11) Pola nilai dan kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan pasien beragama islam dan
menjalankan kewajibannya
f. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum :
Baik
2) Kesadaran
Compos mentis
3) Pemeriksaan TTV
a) Tekanan darah : 190/100 MmHg
b) Nadi
: 82x/menit
c) Pernafasan : 26x/menit
d) Suhu
: 36,3ºC
e) Nyeri :
 P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak
 Q : Nyeri nyut-nyutan
 R : Nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk
 S : Skala nyeri 6
 T : Sakit terus menerus
4) BB/TB
56 kg/160 cm
g. Pemeriksaan Sistematis
1) Pemeriksaan kepala (rambut, mata, hidung, telingan, mulut)
a) Kepala dan rambut
Bentuk dan ukuran kepala simetris, pertumbuhan rambut pasien
merata, tampak, kulit kepala tampak bersih, warna rambut hitam
dan sedikit beruban dan tidak ada lesi pada kepalanya.
b) Mata
Bentuk dan ukuran mata simetris, kebersihan mata pasien bersih
tidak terdapat kotoran, fungsi penglihatan pasien normal, palpebra
tidak terdapat kelainan, konjungtiva pasien anemis, sklera
anikterik, pupil isokor, diameter kanan/kiri : ±3 mm, reflek
terhadap cahaya positif dan pasien tidak menggunakan alat bantu
kacamata.
c) Hidung
Fungsi penciuman pasien baik, dapat membedakan bau, tidak
terdapat secret pada hidung, tidak terdapat polip pada kedua lubang
hidung pasien, tidak terdapat serumen dan tidak terdapat
pernafasan cuping hidung
d) Telinga
Fungsi pendengaran baik, bentuk simetris, kebersihan telinga
cukup bersih, tidak terdapat serumen dan tidak ada nyeri pada
telinga.
e) Mulut
Kemampuan bicara pasien baik, pasien mampu berbicara
dengan jelas, keadaan bibir simetris, tidak ada labiaskisis
(sumbinng), selaput mukosa bibir lembab, warna lidah merah
mudah, keadaan gigi bersih, nafas tidak berbau
f) Gigi
Gigi pasien bersih tidak terdapat karang gigi, tidak ada karies
gigi, tidak ada gigi yang berlubang, pertumbuhan giginya merata
g) Lidah
Bersih, warna pink, ukurannya simetris, lembab, tidak ada
pembengkakan, tidak ada lesi
2) Pemeriksaan leher
Bentuk simetris, tidak terdapat kaku kuduk, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid, getah bening, tidak ada nyeri waktu
menelan, tidak terdapat peningkatan JPV.
3) Pemeriksaan paru
a) Inspeksi : pergerakan dinding dada tampak simetris kanan dan kiri.
Respirasi normal 24x/menit. Tidak ada retraksi dinding dada dan
tidak ada bekas luka
b) Palpasi : vocal fremitus teraba simetris antara kiri dan kanan
c) Perkusi : sonor seluruh lapang paru
d) Auskultasi : vesikular, tidak ada suara tambahan
4) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak kuat angkat ics ke-5
b) Palpasi : ictus cordis tidak teraba kuat angkat ics ke 5
c) Perkusi : suara pada ics ke-1 dan 2 sonor, ics ke-3 dan 4 pekak
d) Auskultasi : terdengar bunyi lup dup pada batas jantung tanpa ada
bunyi jantung tambahan.
5) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, warna sama dengan kulit lain
b) Auskultasi : peristaltik 13x/ menit
c) Perkusi : terdengar suara redup pada kuadran 1, timpani 2 dan 3
d) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan jejas pada abdomen
6) Pemeriksaan ekstremitas
Aktfitas biasa tanpa bantuan. Kekuatan otot ekstermitas :
Atas
5 (shoulder)5(elbow)
5 (wrist)
5 (finger)
Bawah
5 (hip)5(knee)
5 (ankle)
5 (foot)
Keterangan
a) Plegia
: tidak ada kontraksi otot
b) Parase
: ada kontraksi, tidak timbul gerakan
c) Parase
: mampu melawan gravitasi
d) Good
: mampu menahan tahanan dengan tahanan ringan
e) Normal : mampu menahan tahanan dengan tahanan maksimal
(1) Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : skala otot 5/5
ROM kanan dan kiri
: lemah
Perubahan bentuk tulang : tidak terdapat perubahan bentuk
tulang
Pergerakan sendi bahu : tidak ada pembatasan pada
pergerakan sendi dan bahu
Perubahan akral
: teraba hangat
(2) Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : skala otot 5/5
ROM kanan dan kiri
: lemah
Perubahan bentuk tulang
: tidak terdapat perubahan
bentuk tulang
Perubahan akral
: teraba hangat
Varises
: tidak terdapat varises
7) Periksaan genetalia
Tidak terpasang kateter
8) Pemeriksaan anus
Tidak ada hemorid
h. Pemeriksaan Penunjang :
i. Analisa Data
No
Data
1.
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan :
 P : Nyeri bertambah jika dibuat
bergerak
 Q : Nyeri nyut-nyutan
 R : Nyeri dibagian kepala belakang
sampai tengkuk
 S : Skala nyeri 6
 T : Sakit terus menerus
 Pasien mengatakan memiliki riwayat
penyakit hipertensi
Data Objektif :
 TD : 190/100 mmHg
 Pasien tampak memegangi tengkuk
belakangnya
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan masih suka makan
makanan yang asing
 Pasien mengatakan kalau sakit
kepala/tensinya naik minum obat
warung
2.
Diagnosis Keperawatan
Nyeri Kronis
Perilaku Kesehatan
Cenderung Berisiko
3.
 Pasien mengatakan kalau sakit tidak
pernah ke pelayanan kesehatan
Data Objektif :
 Pasien tampak tidak memiliki persediaan
obat medis
Data subjektif :
 Pasien mengatakan tidur hanya 5 jam
sehari
Data Objektif :
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak pucat
 Pasien terlihat memiliki kantung mata
Gangguan Pola Tidur
j. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan kurang
pemahaman
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
2. Intervensi keperawatan
No.
1.
Waktu
Diagnosa
(Hari/Tgl/Jam) keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
22 Maret 2021
Jam : 09.00
WIB
Setelah
- Kaji
dilakukan
manajemen
tindakan
nyeri
keperawatan
- Berikan
selama 3x 8
posisi kepala
jam
yang
diharapkan
ditinggikan
nyeri kronis
30˚ (elevasi)
dapat
berkurang
dengan
kriteria hasil
sebagaiberikut
:
- Ajarkan
- Skala nyeri
pasien
3
tindakan
- Saat beruntuk
aktivitas
mengurangi
nyeri terasa
nyeri
berkurang
(massage,
- Nyeri terasa
refleksi,
Nyeri kronis
Intervensi
Rasional
- Mengeta
hui KU
pasien
- Memaksi
malkan
oksigenas
i jaringan
otak dan
meningka
tkan
aliran
darah ke
serebral
- Meningk
atkan
rasa
kontrol/p
engalihan
TTD
Syifa
hilang
timbul
- Ekspresi
wajah rileks
2.
22 Maret 2021
Jam : 09.00
WIB
Perilaku
kesehatan
cenderung
berisiko
akupuntur)
- Kolaborasi
dengan
keluarga
untuk
memberikan
jus
mentimun
- Membant
u
menurun
kan
tekanan
darah
Setelah
- Kaji perilaku - Mengeta
dilakukan
kesehatan
hui
tindakan
pasien
keadaan
keperawatan
umum
selama 3x 8
pasien
jam
- Berikan
- Agar
diharapkan
penkes
pasien
perilaku
tentang
menjauhi
kesehatan
bahayanya
makanan
cenderung
makan
yang
berisiko dapat
makanan
pantang
berkurang
asin dan
dikonsum
dengan
bahayanya
si oleh
kriteria hasil
mengkonsum penderita
sebagaiberikut
si obat
hipertensi
:
warung dan
dan tidak
- Menjaga
bahayanya
sembaran
asupan
jika
gan
makan,
hipertensi
mengkon Syifa
seperti tidak
tidak
sumis
makan yang
ditangani
obat
asin
secara serius
bebas
- Tidak
serta
mengkonsu
perduli
msi obat
dengan
warung
kesehatan
- Menggunaka
nya
n fasilitas
pelayanan
- Edukasi
- Supaya
kesehatan
manfaat dan
saat
penggolonga
terasa
n obat
nyeri
tidak
mengkon
sumsi
obat
bebas
- Kolabrasi
- Agar
dengan
mendapat
3.
22 Maret 2021
Jam : 09.00
WIB
Gangguan
pola tidur
keluarga
kan
untuk
pengobat
membawa
an medis
pasien
untuk
berobat ke
mengura
pelayanan
ngi rasa
kesehatan
nyeri
agar diberi
pengobatan
secara medis
Setelah
- Kaji keadaan - Mengetah
dilakukan
umum pasien ui
tindakan
keadaan
keperawatan
umum
selama 3x 8
pasien
jam
- Monitor pola - Mengetah
diharapkan
tidur pasien
ui kualitas
gangguan pola
tidur
tidur dapat
pasien
berkurang
- Edukasi
- Memaksi
dengan
manfaatnya
malkan
kriteria hasil
posisi kepala
oksigenas
sebagaiberikut
yang
i jaringan
:
ditinggikan
otak dan
- Pasien dapat
30˚ (elevasi)
meningka
tidur dengan
tkan
lelap
aliran
- Pasien
darah ke
tampak
serebral
Syifa
segar
- Anjurkan
- Membant
- Kantung
pasien saat
u
mata pasien
tidur
meringan
menghilang
menggunaka kan
n
pikiran
aromaterapi
dan
(terapi
merelaksa
minyak
si tubuh
esensial) dan yang
segara tidur
tegang
jika aktivitas sehingga
telah selesai
bisa
menguran
gi rasa
sakit yang
menggang
gu tidur
- Kolaborasi
- Agar
dengan
pasien
keluarga
untuk
memberikan
lingkungan
yang nyaman
saat pasien
tidur
lebih
tenang
dan
nyaman
saat tidur
3. Implementasi keperawatan
No.
1.
Waktu
Diagnosa
Implementasi
(Hari/Tgl/Jam) keperawatan
22 Maret 2021
Nyeri kronis - Mengkaji
07.00 WIB
manajemen nyeri
22 Maret 2021
08.00 WIB
- Memberikan posisi
kepala yang
ditinggikan 30˚
(elevasi)
Respon
TTD
Subjektif :
- Pasien
mengatakan nyeri
dibagian kepala
belakang sampai
tengkuk
 P : Nyeri
bertambah jika
dibuat bergerak
 Q: Nyeri nyut
nyutan
 R : Nyeri
dibagian kepala Syifa
belakang
sampai tengkuk
S : 6
 T : Terus
menerus
Objektif :
- Pasien tampak
memegangi
tengkuk
belakangnya
- TD : 190/100
mmHg
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
terasa rilek
Objektif :
- Pasien tampak
Syifa
rileks
22 Maret 2021
10.00 WIB
- Mengajarkan pasien
tindakan untuk
mengurangi nyeri
(massage, refleksi,
atau menganjurkan
akupuntur)
.
22 Maret 2021
14.00 WIB
23 Maret 2021
08.00 WIB
- Berkolabrasi dengan
keluarga untuk
memberikan jus
mentimun
- Mengkaji
manajemen nyeri
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
bersedia dan
mengerti manfaat
dari massage
Objektif :
- Pasien merasa
lebih nyaman
Subjektif :
- Keluarga pasien
mengatakan
bersedia
Objektif :
- Suaminya
kooperatif
Syifa
Syifa
Subjektif :
- Pasien
mengatakan nyeri
dibagian kepala
mulai berkurang
 P : Nyeri
bertambah jika
dibuat bergerak
 Q: Nyeri nyut
nyutan
 R : Nyeri
dibagian kepala
belakang
Syifa
sampai tengkuk
S : 5
 T : Terus
menerus
Objektif :
- Pasien tampak
memegangi
tengkuk
belakangnya
23 Maret 2021
09.00 WIB
- Memberikan posisi
kepala yang
ditinggikan 30˚
(elevasi)
- TD : 170/90
mmHg
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
terasa rilek
Syifa
Objektif :
- Pasien tampak
rileks
23 Maret 2021
13.00 WIB
- Mengajarkan pasien
tindakan untuk
mengurangi nyeri
(massage, refleksi,
atau menganjurkan
akupuntur)
24 Maret 2021
08.00 WIB
- Mengkaji
manajemen nyeri
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
bersedia dan
mengerti manfaat
dari massage
Objektif :
- Pasien merasa
lebih nyaman
Syifa
Subjektif :
- Pasien
mengatakan nyeri
dibagian kepala
mulai berkurang
 P : Nyeri
bertambah jika
dibuat aktivitas
yang berlebih
 Q: Nyeri nyut
nyutan
Syifa
 R : Nyeri
dibagian kepala
S : 3
 T : Hilang
timbul
Objektif :
- Pasien tampak
lebih rileks
- TD : 150/90
mmHg
24 Maret 2021
10.00 WIB
- Memberikan posisi
kepala yang
ditinggikan 30˚
(elevasi)
- Mengajarkan pasien
tindakan untuk
mengurangi nyeri
(massage, refleksi,
atau menganjurkan
akupuntr)
24 Maret 2021
14.00 WIB
2.
22 Maret 2021
07.00 WIB
22 Maret 2021
08.00 WIB
22 Maret 2021
12.00 WIB
Perilaku
kesehatan
cenderung
berisiko
- Mengkaji perilaku
kesehatan pasien
- Memberikan penkes
tentang bahayanya
makan makanan asin
- Mengedukasi
manfaat dan
penggolongan obat
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
terasa rilek
Objektif :
- Pasien tampak
rileks
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
bersedia dan
mengerti manfaat
dari massage
Objektif :
- Pasien merasa
lebih nyaman
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
masih makan
makanan yang
asin
Objektif :
- Pasien kooperatif
Subjektif :
- Pasien
Mengatakan mau
diberikan penkes
Objektif :
- Pasien tampak
antusias
Subjektif :
- Pasien
mengatakan mau
diberikan edukasi
Objektif :
- Pasien tampak
masih belum
paham
Syifa
Syifa
Syifa
Syifa
Syifa
22 Maret 2021
14.00 WIB
23 Maret 2021
08.00 WIB
23 Maret 2021
10.00 WIB
23 Maret 2021
13.00 WIB
24 Maret 2021
08.00 WIB
- Berkolabrasi dengan
keluarga untuk
membawa pasien
berobat ke pelayanan
kesehatan agar diberi
pengobatan secara
medis
- Mengkaji perilaku
kesehatan pasien
- Memberikan penkes
tentang bahayanya
mengkonsumsi obat
warung
- Mengedukasi
manfaat dan
penggolongan obat
- Mengkaji perilaku
kesehatan pasien
Subjektif :
- Keluarga pasien
mengatakan mau
membawa pasien
berobat ke
pelayanan
kesehatan
Objektif :
- Keluarga pasien
tampak mengerti
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
mulai
mengurangi
mengkonsumsi
makanan asin
Objektif :
- Pasien kooperatif
Subjektif :
- Pasien
Mengatakan mau
diberikan penkes
Objektif :
- Pasien tampak
antusias
Subjektif :
- Pasien
mengatakan mau
diberikan edukasi
Objektif :
- Pasien tampak
paham
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
sudah
mengurangi
Syifa
Syifa
Syifa
Syifa
mengkonsumsi
makanan asin
Objektif :
- Pasien kooperatif
24 Maret 2021
10.00 WIB
3.
22 Maret 2021
07.00 WIB
22 Maret 2021
08.00 WIB
22 Maret 2021
10.00 WIB
- Memberikan penkes
tentang bahayanya
jika hipertensi tidak
ditangani secara
serius
Gangguan
pola tidur
- Mengkaji keadaan
umum pasien
Subjektif :
- Pasien
mengatakan mau
diberikan penkes
Objektif :
- Pasien tampak
antusias
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
badannya sangat
lemas dan tidak
bergairah
Objektif :
- Pasien tampak
lemas
- Kantung mata
pasien tampak
hitam
- Pasien tampak
pucat
- Memonitor pola tidur Subjektif :
pasien
- Pasien
mengatakan
tidurnya hanya 5
jam/hari
Objektif :
- Pasien tampak
menguap karna
kurang tidur
- Mengdukasi
manfaatnya posisi
kepala yang
ditinggikan 30˚
Syifa
Syifa
Syifa
Syifa
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
bersedia
Syifa
(elevasi)
22 Maret 2021
13.00 WIB
22 Maret 2021
14.00 WIB
23 Maret 2021
08.00 WIB
23 Maret 2021
10.00 WIB
Objektif :
- Pasien tampak
kooperatif dan
paham
- Menganjurkan pasien Subjektif :
- Pasien
saat tidur
mengatakan
menggunakan
bersdia untuk
aromaterapi (terapi
minyak esensial) dan
menambah
segara tidur jika
aromaterapi saat
aktivitas telah selesai
tidur
Objektif :
- Pasien tampak
bersemangat
- Berkolaborasi
dengan keluarga
untuk memberikan
lingkungan yang
nyaman saat pasien
tidur
- Mengkaji keadaan
umum pasien
Subjektif :
- Keluarga pasien
mengatakan
bersedia
Objektif :
- Keluarga pasien
tampak
kooperatif
Subjektif :
- Pasien
mengatakan tidak
bergairah
Objektif :
- Pasien tampak
lemas
- Kantung mata
pasien tampak
hitam
- Memonitor pola tidur Subjektif :
- Pasien
pasien
mengatakan
tidurnya mulai
bertambah
menjadi 6
Syifa
Syifa
Syifa
Syifa
jam/hari
Objektif :
- Pasien tampak
lebih segar
24 Maret 2021
08.00 WIB
24 Maret 2021
10.00 WIB
- Mengkaji keadaan
umum pasien
Subjektif :
- Pasien
mengatakan
badannya jauh
lebih segar
dibanding hari
kemarin
Objektif :
- Pasien tampak
segar
- Memonitor pola tidur Subjektif :
pasien
- Pasien
mengatakan
tidurnya mulai
kembali normal 7
jam/hari
Objektif :
- Pasien tampak
lebih segar
Syifa
Syifa
4. Evaluasi Formatif
No.
1.
Waktu
(Hari/Tgl)
22 Maret 2021
Diagnosa
keperawatan
Nyeri kronis
Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri
dibagian kepala belakang sampai
tengkuk
 P : Nyeri bertambah jika
dibuat bergerak
 Q: Nyeri nyut nyutan
 R : Nyeri dibagian kepala
belakang sampai tengkuk
S : 6
 T : Terus menerus
O : TD = 190/100 mmHg
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
TTD
Syifa
- Kaji manajemen nyeri
- Berikan posisi kepala yang
ditinggikan 30˚ (elevasi)
- Ajarkan pasien tindakan untuk
mengurangi nyeri (massage,
refleksi atau anjurkan
akupuntur)
- Anjurkan pasien minum jus
mentimum/timun
23 Maret 2021
24 Maret 2021
S : Pasien mengatakan nyeri
dibagian kepala mulai berkurang
 P : Nyeri bertambah jika
dibuat bergerak
 Q: Nyeri nyut nyutan
 R : Nyeri dibagian kepala
belakang sampai tengkuk
S : 5
 T : Terus menerus
O : TD = 170/90 mmHg
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji manajemen nyeri
- Berikan posisi kepala yang
ditinggikan 30˚ (elevasi)
- Ajarkan pasien tindakan untuk
mengurangi nyeri (massage,
refleksi atau anjurkan
akupuntur)
- Anjurkan pasien minum jus
mentimum/timun
S : Pasien mengatakan nyeri
dibagian kepala mulai berkurang
 P : Nyeri bertambah jika
dibuat aktivitas yang berlebih
 Q: Nyeri nyut nyutan
 R : Nyeri dibagian kepala
S : 3
 T : Hilang timbul
O : TD = 170/90 mmHg
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji manajemen nyeri
Syifa
Syifa
2.
22 Maret 2021
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
S : Pasien mengatakan mulai
mengurangi mengkonsumsi
makanan asin
O : Pasien mampu menyebutkan
manfaat dan penggolongan obat
A : Masalah perilaku kesehatan
cendeung berisiko belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji perilaku kesehatan
lansia
- Menjaga dan mengontrol
asupan makanan pasien
- Edukasi bahayanya makanan
asin dan obat warung
23 Maret 2021
24 Maret 2021
3.
22 Maret 2021
- Berikan posisi kepala yang
ditinggikan 30˚ (elevasi)
- Ajarkan pasien tindakan untuk
mengurangi nyeri (massage,
refleksi atau anjurkan
akupuntur)
- Anjurkan pasien minum jus
mentimum/timun
S : Pasien mengatakan masih
makan makanan yang asin
O : Pasien masih mengkonsumsi
obat warung
A : Masalah perilaku kesehatan
cendeung berisiko belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji perilaku kesehatan
lansia
- Menjaga dan mengontrol
asupan makanan pasien
- Edukasi bahayanya makanan
asin dan obat warung
Gangguan pola tidur
S : Pasien mengatakan sudah
mengurangi mengkonsumsi
makanan asin
O : Pasien tampak mengkonsumi
oabt medis yang didapat dari
puskesmas
A : Masalah perilaku kesehatan
cendeung berisiko teratasi
P : Hentikan Intervensi
S : Pasien mengatakan badannya
Syifa
Syifa
Syifa
sangat lemas dan tidak bergairah
O:
- Pasien tampak lemas
- Kantung mata pasien tampak
hitam
- Pasien tampak pucat
A : Masalah gangguan pola tidur
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor pola tidur pasien
- Edukasi manfaatnya posisi
kepala yang ditinggikan 30˚
(elevasi)
- Anjurkan pasien saat tidur
menggunakan aromaterapi
(terapi minyak esensial) dan
segara tidur jika aktivitas
telah selesai
- Kolaborasi dengan keluarga
untuk memberikan
lingkungan yang nyaman
saat pasien tidur
23 Maret 2021
24 Maret 2021
S : Pasien mengatakan tidak
bergairah
O:
- Pasien tampak lemas
- Kantung mata pasien tampak
hitam
A : Masalah gangguan tidur
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor pola tidur pasien
- Edukasi manfaatnya posisi
kepala yang ditinggikan 30˚
(elevasi)
- Anjurkan pasien saat tidur
menggunakan aromaterapi
(terapi minyak esensial) dan
segara tidur jika aktivitas
telah selesai
S : Pasien mengatakan badannya
jauh lebih segar dibanding hari
kemarin
O:
- Pasien tampak segar
Syifa
Syifa
- Jam tidur pasien mulai kembali
normal 7 jam/hari
A : Masalah gangguan tidur
teratasi
P : Hentikan Intervensi
Syifa
5. Evaluasi Sumatif
No.
1.
2.
3.
Waktu
(Hari/Tgl/Jam)
24 Maret 2021
24 Maret 2021
24 Maret 2021
Diagnosa
keperawatan
Nyeri kronis
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
Gangguan pola tidur
Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri
dibagian kepala mulai
berkurang
 P : Nyeri bertambah jika
dibuat aktivitas yang
berlebih
 Q: Nyeri nyut nyutan
 R : Nyeri dibagian kepala
S : 3
 T : Hilang timbul
O : TD = 170/90 mmHg
A : Masalah nyeri belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji manajemen nyeri
- Berikan posisi kepala yang
ditinggikan 30˚ (elevasi)
- Ajarkan pasien tindakan
untuk mengurangi nyeri
(massage, refleksi atau
anjurkan akupuntur)
Anjurkan pasien minum jus
mentimum/timun
S : Pasien mengatakan sudah
mengurangi mengkonsumsi
makanan asin
O : Pasien tampak
mengkonsumi oabt medis yang
didapat dari puskesmas
A : Masalah perilaku kesehatan
cendeung berisiko teratasi
P : Hentikan Intervensi
S : Pasien mengatakan
badannya jauh lebih segar
dibanding hari kemarin
TTD
Syifa
Syifa
O:
- Pasien tampak segar
- Jam tidur pasien mulai
kembali normal 7 jam/hari
A : Masalah gangguan tidur
teratasi
P : Hentikan Intervensi
DOKUMENTASI
Syifa
Download