LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN HIPERTENSI Oleh NAMA NIM : ‘Adawiyatu Syifa’ : 202014001 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA 2020/2021 BAB I TINJAUAN TEORI 1. PENGERTIAN Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. (Wahyu Rahayu, 2015) Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg dan hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Padila, 2013). 2. ETIOLOGI Padila (2013), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : 1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memilikikemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika oranan tuanya adalah penderita hipertensi. b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensiadalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin(laki-laki lebih tinggi daripada perempuan) dan ras (ras kulit hitamlebih banyak daripada kulit putih) c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensiadalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi sari 30 gr), kegemukanatau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misanya merokok.Minum akohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin). 3. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut, Padila, 2013) a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahalsesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yangbisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun seseorang dengantekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisatimbul gejala sebagai berikut : 1) Sakit kepala 2) Kelelahan 3) Mual 4) Muntah 5) Sesak nafas 6) Gelisah 7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadarandan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera 4. PATOFISIOLOGI Patofisiologi hipertensi secara alami diawali dari kenaikan tekanan darah sesekali saja. Tanpa melakukan pemeriksaan tekanan darah, Kamu tidak akan tahu kalau terjadi kenaikan tekanan darah. Naiknya tekanan darah yang kadang-kadang ini, lama-kelamaan akan semakin sering dan kemudian menetap, atau tidak bisa turun kembali. Awalnya, penderita hipertensi tidak merasakan gejala. Jika pun ada gejala, biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah. Setelah penyakit berkembang menjadi hipertensi persisten (menetap), maka patofisiologi hipertensi menjadi lebih rumit, di mana sudah melibatkan kerusakan organ-organ lain di seluruh tubuh. Diawali dari kerusakan pembuluh-pembuluh darah kecil karena hipertensi, diikuti pembuluh darah yang lebih besar seperti arteri dan aorta. Keduanya adalah pembuluh utama di tubuh yang berukuran besar, salah satunya yang membawa darah menuju dan meninggalkan jantung. Kerusakan pembuluh darah kecil juga terjadi di seluruh organ tubuh sehingga perlahan-lahan jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat akan mengalami kerusakan (Yuliastanti, 2019). 5. Obesitas PATHWAYS Merokok Penimbunan kolesterol Penyempitan pembuluh darah Nikotin dan karbon monoksida masuk aliran darah Merusak lapisan endotel pembuluh darah Stress Konsumsi garam berlebih Alkohol Kurang olah raga Usia di atas 50 tahun Kelainan fungsi ginjal Feokromositom a Peningkatan Pelepasan adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol kortisol Vasokonstri ksi pembuluh darah Aterosklerosi s Tidak mampu Menghasilkan Meningkatnya Penebalan membuang hormon epinefrin dan dinding aorta tahanan sejumlah garam norepinefrin perifer arteri & pembuluh dan air di dalam Meningkatnya darah besar Peningkatan tubuh Memacu sel darah volume darah stress Elastisitas merah Efek dan sirkulasi pembuluh konstriksi Volume darah darah Meningkatnya dalam tubuh arteri perifer menurun viskositas meningkat Tahanan perifer meningkat Jantung bekerja keras untuk memompa HIPERTEN SI Otak Suplai O2 ke otak menurun Sinkope Resiko tinggi cidera Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan serebral Ginjal Retensi pembuluh darah otak meningkat Tekanan pembuluh darah meningkat Nyeri kepala Gangguan rasa nyaman nyeri Vasokonstriks i pembuluh darah ginjal Blood flow menurun Retina Spasme arteriole Diplopia Respon RAA Vasokonstriks i Kenaikan beban kerja jantung Indera Resiko tinggi cidera Rangsang aldosteron Retensi natrium Oedem Gangguan keseimbangan volume cairan Sumber :Sodoyo, 2013; Ruhyanuddin, 2014. Hidung Telinga Perdarahan Suara berdenging Gangguan keseimbanga n Hipertrofi otot jantung Penurunan fungsi otot jantung Resiko penurunan curah jatung 6. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi menurut (Nuraini, 2016) 1. 2. 3. 4. 5. 7. Jantung koroner Gagal jantung Stroke Gagal ginjal kronik Retinopati PENATALAKSANAAN MEDIS a. Terapi tanpa obat 1) Mengendalikan berat badan Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal. 2) Pembatasan asupan garam (sodium/Na) mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup). 3) Berhenti merokok Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. 4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol. 5) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. 6) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. 7) Teknik-teknik mengurangi stress Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis. 8) Manfaatkan pikiran Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya. b.Terapi dengan obat 1) Penghambat saraf simpatis Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin). 2) Beta Bloker Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor). 3) Vasodilator Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah. 4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase). 5) Calsium Antagonis Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes). 6) Antagonis Reseptor Angiotensin II Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan). 7) Diuretic Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Muttaqin, 2012). 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi. b. Glukosa darah Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa. c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan. d. EKG Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. e. Hemoglobin/Hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktorfaktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. f. BUN/kreatinin Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. g. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapatdiakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). h. Kalium serum Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic. i. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. j. Kolesterol dan trigliserida serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler). k. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. l. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). m. Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes. n. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. o. Foto dada Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung. p. CT Scan Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Sodoyo, 2013). 9. PENGKAJIAN a. Pengkajian Keperawatan 1) Aktifitas/Istirahat Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton Tanda : Frekuensi jantung meningkat Perubahan irama jantung Takipnea 2) Sirkulasi Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit serebrovaskuler. Tanda: Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk diagnosis. Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis. Ekstremitas: perubahan (vasokonstriksiperifer), warna pengisian kulit, suhu kapiler dingin mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan. 3) Integritas ego Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan) Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan yang meledak Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 4) Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu). 5) Makanan/Cairan Gejala: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. Mual, muntah Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun) Riwayat penggunaan diuretik Tanda : Berat badan normal atau obesitas Adanya oedema 6) Neurosensori Gejala : Keluhan pening/pusing Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur) Episode epistaksis 7) Nyeri/ ketidaknyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma) 8) Pernafasan Gejala : Dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal Batuk dengan atau tanpa sputum Riwayat merokok Tanda : Distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan Bunyi nafas tambahan (krekles/mengi) Sianosis 9) Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi atau cara berjalan Episode parestesia unilateral transion Hipotensi postural 10) Pembelajaran/penyuluhan Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal. Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007). 10. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea, 2008) adalah sebagai berikut: a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik. e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik. f. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. 11. RENCANA TINDAKAN 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah. Intervensi: a. Observasi tekanan darah Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler. b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin mungkin teramati/palpasi. menurun, Dunyut mencerminkan pada tungkai efek dari vasokontriksi. c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik). d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung. e. Catat adanya demam umum/tertentu. Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler. f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi. g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah. h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti hipertensi, diuretik. Rasional: Menurunkan tekanan darah. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbanganantara suplai dan kebutuhan O2. a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan. Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung. b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas. Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan. 3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Intervensi: a. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi. b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher. Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk. Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral. d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien. e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan. f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis. 4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik. Intervensi: a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan massa tumbuh. b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi. Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis predisposisi dan untuk kegemukan hipertensi yang merupakan dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi. c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil. d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan/penyuluhan. e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan. f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan). Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis. g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual. 5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik. Intervensi: a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari). b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah. Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolik. c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor) d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan. Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik. e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?. Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal. f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga. Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya 6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Intervensi: a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal. b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan. c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi. d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui pendkes. Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008). 12. DAFTAR PUSTAKA - Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC. - Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. - Nurnaini, Bianti. 2016. Risk Factors Hipertension. Jurnal Majority: 4(5) - Padila. 2013. “Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam”. Yogyakarta: Nuha Medika - Ruhyanudin, F. (2014). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. - Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. - Wahyu, Rahayu. 2015. “Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas”. Yogyakarta: Media Ilmu - Yuliastanti, A. Guesehat. Kenali Patofisiologi Hipertensi.2019. https://www.google.com/amp/s/www.guesehat.com/amp/kenalipatofisiologi-hipertensi . Diakses pada tanggal 22 Maret 2021 LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN HIPERTENSI Oleh : NAMA : ‘ADAWIYATU SYIFA’ NIM : 202014001 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA 2020/2021 LAPORAN ASKEP PADA Ny. N DENGAN HIPERTENSI 1. PENGKAJIAN Nama : Ny. N Tanggal : 22 Maret 2021 Waktu : 07.00 WIB IDENTITAS a. Identitas Pasien : Nama : Ny. N Umur : 33 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku/Bangsa : Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaaan : Buruh Alamat : Ledok, Polokarto, Sukoharjo b. Identitas Penanggung Jawab : Nama : Tn. W Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku/Bangsa : Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : Buruh Hubungan dengan pasien : Suami c. Alasan Masuk RS : d. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan kepalanya sering pusing, tengkuk terasa berat 2) Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sering menderita hipertensi 3) Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien keluarganya memiliki penyakit keturunan hipertensi e. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan Pasien mengatakan sakit adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan dan kesehatan itu mahal harganya. Jadi lebih baik kita mencegah daripada mengobati. 2) Pola nutrisi a) Makan Sebelum Sakit Saat Sakit Frekuensi 3x sehari 2x sehari Jenis Nasi, Lauk, Sayur, Buah Nasi, Lauk, Sayur, Buah Porsi Habis 5-7 sendok Keluhan Tidak Ada Tidak Ada Sebelum Sakit Saat Sakit Frekuensi 5-6 gelas air/hari 3 gelas/hari Jumlah 1200 cc 600 cc Jenis Air putih Air putih Keluhan Tidak Ada Tidak Ada b) Minum 3) Pola eliminasi a) BAB Sebelum Sakit Selama sakit Frekuensi 1x sehari 2 hari sekali Konsistensi Lunak Padat Warna Kuning Coklat Keluhan/kesulitan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Penggunaan obat pencahar Tidak menggunakan obat pencahar Tidak menggunakan obat pencahar b) BAK Sebelum Sakit Selama sakit Frekuensi 4-6x sehari 3-5x sehari Jumlah urine 800 - 1200 cc 600 - 1000 cc Warna Kuning Kuning Pancaran Normal Normal Keluhan/kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan 4) Pola istirahat tidur Sebelum sakit Selama sakit 6-7 jam 5 jam Tidak ada Tidak ada Gangguan tidur Tidak Ya Perasaan waktu bangun Kebiasaan sebelum tidur Segar Lemas Berdoa Berdoa Jumlah lama tidur Penggunaan obat tidur 5) Pola aktivitas dan latihan a) Sebelum sakit Keterangan 0 Makan / minum √ Mandi √ Toileting √ Berpakaian √ Mobilitas di tempat tidur √ Berpindah √ Ambulasi/ rom √ 1 2 3 4 b) Selama sakit Keterangan 0 Makan / minum √ Mandi √ Toileting √ Berpakaian √ Mobilitas di tempat tidur √ Berpindah √ Ambulasi/ rom √ 1 2 3 4 Keterangan 0 : Mandiri 1 : Dengan alat bantu 2 : Dibantu orang lain 3 : Dibantu orang lain dan alat 4 : Tergantung total 6) Pola kognitif perseptual Status mental pasien baik, kurang lebih pasien mengetahui penyakit yang dialaminya. dan pasien mengambil keputusan semuanya dimusyawarahkan dengan suami. 7) Pola Konsep Diri a) Gambaran diri Sebelum sakit : pasien mengatakan bersyukur atas apa saja yang telah Allah berikan Selama sakit : pasien mengatakan menyadari dirinya sebagai pasien secara utuh dan keluarganya menerima keadaannya sekarang karena menganggap ini adalah cobaan b) Harga diri Pasien mengatakan ingin cepat sembuh c) Ideal diri Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa senang karena mampu beraktivitas secara mandiri dan dapat mampu membantu aktivitas keluarga Selama sakit : pasien ingin cepat sembuh dan mampu menjalankan aktivitas sehari-hari di rumah. d) Identitas diri Pasien mengatakan sadar bahwa dirinya sebagai orang yang sakit dan membutuhkan pengobatan rawat jalan. e) Peran diri Sebelum sakit : pasien adalah seorang buruh pabrik, yang kesehariannya bekerja Selama sakit : pasien tetap melakukan aktivitas seperti biasa. 8) Pola Hubungan Pasien Saat ini pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa selama ini berhubungan baik dengan tetangga dan anggota keluarga. 9) Pola seksual dan reproduksi Pasien merupakan istri yang memiliki 1 orang suami dan 2 anak perempuan. 10) Pola koping dan toleransi stres Saat ini pasien tidak sedang mengalami stres. Bila sedang stres biasanya pasien akan mengaji dan berdzikir. Pasien kalau sedang stres mampu menanganinya sendiri. Bila ada masalah langsung diselesaikan 11) Pola nilai dan kepercayaan Keluarga pasien mengatakan pasien beragama islam dan menjalankan kewajibannya f. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan Umum : Baik 2) Kesadaran Compos mentis 3) Pemeriksaan TTV a) Tekanan darah : 190/100 MmHg b) Nadi : 82x/menit c) Pernafasan : 26x/menit d) Suhu : 36,3ºC e) Nyeri : P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak Q : Nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk S : Skala nyeri 6 T : Sakit terus menerus 4) BB/TB 56 kg/160 cm g. Pemeriksaan Sistematis 1) Pemeriksaan kepala (rambut, mata, hidung, telingan, mulut) a) Kepala dan rambut Bentuk dan ukuran kepala simetris, pertumbuhan rambut pasien merata, tampak, kulit kepala tampak bersih, warna rambut hitam dan sedikit beruban dan tidak ada lesi pada kepalanya. b) Mata Bentuk dan ukuran mata simetris, kebersihan mata pasien bersih tidak terdapat kotoran, fungsi penglihatan pasien normal, palpebra tidak terdapat kelainan, konjungtiva pasien anemis, sklera anikterik, pupil isokor, diameter kanan/kiri : ±3 mm, reflek terhadap cahaya positif dan pasien tidak menggunakan alat bantu kacamata. c) Hidung Fungsi penciuman pasien baik, dapat membedakan bau, tidak terdapat secret pada hidung, tidak terdapat polip pada kedua lubang hidung pasien, tidak terdapat serumen dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung d) Telinga Fungsi pendengaran baik, bentuk simetris, kebersihan telinga cukup bersih, tidak terdapat serumen dan tidak ada nyeri pada telinga. e) Mulut Kemampuan bicara pasien baik, pasien mampu berbicara dengan jelas, keadaan bibir simetris, tidak ada labiaskisis (sumbinng), selaput mukosa bibir lembab, warna lidah merah mudah, keadaan gigi bersih, nafas tidak berbau f) Gigi Gigi pasien bersih tidak terdapat karang gigi, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi yang berlubang, pertumbuhan giginya merata g) Lidah Bersih, warna pink, ukurannya simetris, lembab, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi 2) Pemeriksaan leher Bentuk simetris, tidak terdapat kaku kuduk, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, getah bening, tidak ada nyeri waktu menelan, tidak terdapat peningkatan JPV. 3) Pemeriksaan paru a) Inspeksi : pergerakan dinding dada tampak simetris kanan dan kiri. Respirasi normal 24x/menit. Tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada bekas luka b) Palpasi : vocal fremitus teraba simetris antara kiri dan kanan c) Perkusi : sonor seluruh lapang paru d) Auskultasi : vesikular, tidak ada suara tambahan 4) Pemeriksaan jantung a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak kuat angkat ics ke-5 b) Palpasi : ictus cordis tidak teraba kuat angkat ics ke 5 c) Perkusi : suara pada ics ke-1 dan 2 sonor, ics ke-3 dan 4 pekak d) Auskultasi : terdengar bunyi lup dup pada batas jantung tanpa ada bunyi jantung tambahan. 5) Pemeriksaan abdomen a) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, warna sama dengan kulit lain b) Auskultasi : peristaltik 13x/ menit c) Perkusi : terdengar suara redup pada kuadran 1, timpani 2 dan 3 d) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan jejas pada abdomen 6) Pemeriksaan ekstremitas Aktfitas biasa tanpa bantuan. Kekuatan otot ekstermitas : Atas 5 (shoulder)5(elbow) 5 (wrist) 5 (finger) Bawah 5 (hip)5(knee) 5 (ankle) 5 (foot) Keterangan a) Plegia : tidak ada kontraksi otot b) Parase : ada kontraksi, tidak timbul gerakan c) Parase : mampu melawan gravitasi d) Good : mampu menahan tahanan dengan tahanan ringan e) Normal : mampu menahan tahanan dengan tahanan maksimal (1) Atas Kekuatan otot kanan dan kiri : skala otot 5/5 ROM kanan dan kiri : lemah Perubahan bentuk tulang : tidak terdapat perubahan bentuk tulang Pergerakan sendi bahu : tidak ada pembatasan pada pergerakan sendi dan bahu Perubahan akral : teraba hangat (2) Bawah Kekuatan otot kanan dan kiri : skala otot 5/5 ROM kanan dan kiri : lemah Perubahan bentuk tulang : tidak terdapat perubahan bentuk tulang Perubahan akral : teraba hangat Varises : tidak terdapat varises 7) Periksaan genetalia Tidak terpasang kateter 8) Pemeriksaan anus Tidak ada hemorid h. Pemeriksaan Penunjang : i. Analisa Data No Data 1. Data Subjektif : Pasien mengatakan : P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak Q : Nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk S : Skala nyeri 6 T : Sakit terus menerus Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi Data Objektif : TD : 190/100 mmHg Pasien tampak memegangi tengkuk belakangnya Data Subjektif : Pasien mengatakan masih suka makan makanan yang asing Pasien mengatakan kalau sakit kepala/tensinya naik minum obat warung 2. Diagnosis Keperawatan Nyeri Kronis Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko 3. Pasien mengatakan kalau sakit tidak pernah ke pelayanan kesehatan Data Objektif : Pasien tampak tidak memiliki persediaan obat medis Data subjektif : Pasien mengatakan tidur hanya 5 jam sehari Data Objektif : Pasien tampak lemas Pasien tampak pucat Pasien terlihat memiliki kantung mata Gangguan Pola Tidur j. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis 2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan kurang pemahaman 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan 2. Intervensi keperawatan No. 1. Waktu Diagnosa (Hari/Tgl/Jam) keperawatan Tujuan dan kriteria hasil 22 Maret 2021 Jam : 09.00 WIB Setelah - Kaji dilakukan manajemen tindakan nyeri keperawatan - Berikan selama 3x 8 posisi kepala jam yang diharapkan ditinggikan nyeri kronis 30˚ (elevasi) dapat berkurang dengan kriteria hasil sebagaiberikut : - Ajarkan - Skala nyeri pasien 3 tindakan - Saat beruntuk aktivitas mengurangi nyeri terasa nyeri berkurang (massage, - Nyeri terasa refleksi, Nyeri kronis Intervensi Rasional - Mengeta hui KU pasien - Memaksi malkan oksigenas i jaringan otak dan meningka tkan aliran darah ke serebral - Meningk atkan rasa kontrol/p engalihan TTD Syifa hilang timbul - Ekspresi wajah rileks 2. 22 Maret 2021 Jam : 09.00 WIB Perilaku kesehatan cenderung berisiko akupuntur) - Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan jus mentimun - Membant u menurun kan tekanan darah Setelah - Kaji perilaku - Mengeta dilakukan kesehatan hui tindakan pasien keadaan keperawatan umum selama 3x 8 pasien jam - Berikan - Agar diharapkan penkes pasien perilaku tentang menjauhi kesehatan bahayanya makanan cenderung makan yang berisiko dapat makanan pantang berkurang asin dan dikonsum dengan bahayanya si oleh kriteria hasil mengkonsum penderita sebagaiberikut si obat hipertensi : warung dan dan tidak - Menjaga bahayanya sembaran asupan jika gan makan, hipertensi mengkon Syifa seperti tidak tidak sumis makan yang ditangani obat asin secara serius bebas - Tidak serta mengkonsu perduli msi obat dengan warung kesehatan - Menggunaka nya n fasilitas pelayanan - Edukasi - Supaya kesehatan manfaat dan saat penggolonga terasa n obat nyeri tidak mengkon sumsi obat bebas - Kolabrasi - Agar dengan mendapat 3. 22 Maret 2021 Jam : 09.00 WIB Gangguan pola tidur keluarga kan untuk pengobat membawa an medis pasien untuk berobat ke mengura pelayanan ngi rasa kesehatan nyeri agar diberi pengobatan secara medis Setelah - Kaji keadaan - Mengetah dilakukan umum pasien ui tindakan keadaan keperawatan umum selama 3x 8 pasien jam - Monitor pola - Mengetah diharapkan tidur pasien ui kualitas gangguan pola tidur tidur dapat pasien berkurang - Edukasi - Memaksi dengan manfaatnya malkan kriteria hasil posisi kepala oksigenas sebagaiberikut yang i jaringan : ditinggikan otak dan - Pasien dapat 30˚ (elevasi) meningka tidur dengan tkan lelap aliran - Pasien darah ke tampak serebral Syifa segar - Anjurkan - Membant - Kantung pasien saat u mata pasien tidur meringan menghilang menggunaka kan n pikiran aromaterapi dan (terapi merelaksa minyak si tubuh esensial) dan yang segara tidur tegang jika aktivitas sehingga telah selesai bisa menguran gi rasa sakit yang menggang gu tidur - Kolaborasi - Agar dengan pasien keluarga untuk memberikan lingkungan yang nyaman saat pasien tidur lebih tenang dan nyaman saat tidur 3. Implementasi keperawatan No. 1. Waktu Diagnosa Implementasi (Hari/Tgl/Jam) keperawatan 22 Maret 2021 Nyeri kronis - Mengkaji 07.00 WIB manajemen nyeri 22 Maret 2021 08.00 WIB - Memberikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) Respon TTD Subjektif : - Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak Q: Nyeri nyut nyutan R : Nyeri dibagian kepala Syifa belakang sampai tengkuk S : 6 T : Terus menerus Objektif : - Pasien tampak memegangi tengkuk belakangnya - TD : 190/100 mmHg Subjektif : - Pasien mengatakan terasa rilek Objektif : - Pasien tampak Syifa rileks 22 Maret 2021 10.00 WIB - Mengajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi, atau menganjurkan akupuntur) . 22 Maret 2021 14.00 WIB 23 Maret 2021 08.00 WIB - Berkolabrasi dengan keluarga untuk memberikan jus mentimun - Mengkaji manajemen nyeri Subjektif : - Pasien mengatakan bersedia dan mengerti manfaat dari massage Objektif : - Pasien merasa lebih nyaman Subjektif : - Keluarga pasien mengatakan bersedia Objektif : - Suaminya kooperatif Syifa Syifa Subjektif : - Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala mulai berkurang P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak Q: Nyeri nyut nyutan R : Nyeri dibagian kepala belakang Syifa sampai tengkuk S : 5 T : Terus menerus Objektif : - Pasien tampak memegangi tengkuk belakangnya 23 Maret 2021 09.00 WIB - Memberikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - TD : 170/90 mmHg Subjektif : - Pasien mengatakan terasa rilek Syifa Objektif : - Pasien tampak rileks 23 Maret 2021 13.00 WIB - Mengajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi, atau menganjurkan akupuntur) 24 Maret 2021 08.00 WIB - Mengkaji manajemen nyeri Subjektif : - Pasien mengatakan bersedia dan mengerti manfaat dari massage Objektif : - Pasien merasa lebih nyaman Syifa Subjektif : - Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala mulai berkurang P : Nyeri bertambah jika dibuat aktivitas yang berlebih Q: Nyeri nyut nyutan Syifa R : Nyeri dibagian kepala S : 3 T : Hilang timbul Objektif : - Pasien tampak lebih rileks - TD : 150/90 mmHg 24 Maret 2021 10.00 WIB - Memberikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Mengajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi, atau menganjurkan akupuntr) 24 Maret 2021 14.00 WIB 2. 22 Maret 2021 07.00 WIB 22 Maret 2021 08.00 WIB 22 Maret 2021 12.00 WIB Perilaku kesehatan cenderung berisiko - Mengkaji perilaku kesehatan pasien - Memberikan penkes tentang bahayanya makan makanan asin - Mengedukasi manfaat dan penggolongan obat Subjektif : - Pasien mengatakan terasa rilek Objektif : - Pasien tampak rileks Subjektif : - Pasien mengatakan bersedia dan mengerti manfaat dari massage Objektif : - Pasien merasa lebih nyaman Subjektif : - Pasien mengatakan masih makan makanan yang asin Objektif : - Pasien kooperatif Subjektif : - Pasien Mengatakan mau diberikan penkes Objektif : - Pasien tampak antusias Subjektif : - Pasien mengatakan mau diberikan edukasi Objektif : - Pasien tampak masih belum paham Syifa Syifa Syifa Syifa Syifa 22 Maret 2021 14.00 WIB 23 Maret 2021 08.00 WIB 23 Maret 2021 10.00 WIB 23 Maret 2021 13.00 WIB 24 Maret 2021 08.00 WIB - Berkolabrasi dengan keluarga untuk membawa pasien berobat ke pelayanan kesehatan agar diberi pengobatan secara medis - Mengkaji perilaku kesehatan pasien - Memberikan penkes tentang bahayanya mengkonsumsi obat warung - Mengedukasi manfaat dan penggolongan obat - Mengkaji perilaku kesehatan pasien Subjektif : - Keluarga pasien mengatakan mau membawa pasien berobat ke pelayanan kesehatan Objektif : - Keluarga pasien tampak mengerti Subjektif : - Pasien mengatakan mulai mengurangi mengkonsumsi makanan asin Objektif : - Pasien kooperatif Subjektif : - Pasien Mengatakan mau diberikan penkes Objektif : - Pasien tampak antusias Subjektif : - Pasien mengatakan mau diberikan edukasi Objektif : - Pasien tampak paham Subjektif : - Pasien mengatakan sudah mengurangi Syifa Syifa Syifa Syifa mengkonsumsi makanan asin Objektif : - Pasien kooperatif 24 Maret 2021 10.00 WIB 3. 22 Maret 2021 07.00 WIB 22 Maret 2021 08.00 WIB 22 Maret 2021 10.00 WIB - Memberikan penkes tentang bahayanya jika hipertensi tidak ditangani secara serius Gangguan pola tidur - Mengkaji keadaan umum pasien Subjektif : - Pasien mengatakan mau diberikan penkes Objektif : - Pasien tampak antusias Subjektif : - Pasien mengatakan badannya sangat lemas dan tidak bergairah Objektif : - Pasien tampak lemas - Kantung mata pasien tampak hitam - Pasien tampak pucat - Memonitor pola tidur Subjektif : pasien - Pasien mengatakan tidurnya hanya 5 jam/hari Objektif : - Pasien tampak menguap karna kurang tidur - Mengdukasi manfaatnya posisi kepala yang ditinggikan 30˚ Syifa Syifa Syifa Syifa Subjektif : - Pasien mengatakan bersedia Syifa (elevasi) 22 Maret 2021 13.00 WIB 22 Maret 2021 14.00 WIB 23 Maret 2021 08.00 WIB 23 Maret 2021 10.00 WIB Objektif : - Pasien tampak kooperatif dan paham - Menganjurkan pasien Subjektif : - Pasien saat tidur mengatakan menggunakan bersdia untuk aromaterapi (terapi minyak esensial) dan menambah segara tidur jika aromaterapi saat aktivitas telah selesai tidur Objektif : - Pasien tampak bersemangat - Berkolaborasi dengan keluarga untuk memberikan lingkungan yang nyaman saat pasien tidur - Mengkaji keadaan umum pasien Subjektif : - Keluarga pasien mengatakan bersedia Objektif : - Keluarga pasien tampak kooperatif Subjektif : - Pasien mengatakan tidak bergairah Objektif : - Pasien tampak lemas - Kantung mata pasien tampak hitam - Memonitor pola tidur Subjektif : - Pasien pasien mengatakan tidurnya mulai bertambah menjadi 6 Syifa Syifa Syifa Syifa jam/hari Objektif : - Pasien tampak lebih segar 24 Maret 2021 08.00 WIB 24 Maret 2021 10.00 WIB - Mengkaji keadaan umum pasien Subjektif : - Pasien mengatakan badannya jauh lebih segar dibanding hari kemarin Objektif : - Pasien tampak segar - Memonitor pola tidur Subjektif : pasien - Pasien mengatakan tidurnya mulai kembali normal 7 jam/hari Objektif : - Pasien tampak lebih segar Syifa Syifa 4. Evaluasi Formatif No. 1. Waktu (Hari/Tgl) 22 Maret 2021 Diagnosa keperawatan Nyeri kronis Evaluasi S : Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak Q: Nyeri nyut nyutan R : Nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk S : 6 T : Terus menerus O : TD = 190/100 mmHg A : Masalah nyeri belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi TTD Syifa - Kaji manajemen nyeri - Berikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Ajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi atau anjurkan akupuntur) - Anjurkan pasien minum jus mentimum/timun 23 Maret 2021 24 Maret 2021 S : Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala mulai berkurang P : Nyeri bertambah jika dibuat bergerak Q: Nyeri nyut nyutan R : Nyeri dibagian kepala belakang sampai tengkuk S : 5 T : Terus menerus O : TD = 170/90 mmHg A : Masalah nyeri belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Kaji manajemen nyeri - Berikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Ajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi atau anjurkan akupuntur) - Anjurkan pasien minum jus mentimum/timun S : Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala mulai berkurang P : Nyeri bertambah jika dibuat aktivitas yang berlebih Q: Nyeri nyut nyutan R : Nyeri dibagian kepala S : 3 T : Hilang timbul O : TD = 170/90 mmHg A : Masalah nyeri belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Kaji manajemen nyeri Syifa Syifa 2. 22 Maret 2021 Perilaku kesehatan cenderung berisiko S : Pasien mengatakan mulai mengurangi mengkonsumsi makanan asin O : Pasien mampu menyebutkan manfaat dan penggolongan obat A : Masalah perilaku kesehatan cendeung berisiko belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Kaji perilaku kesehatan lansia - Menjaga dan mengontrol asupan makanan pasien - Edukasi bahayanya makanan asin dan obat warung 23 Maret 2021 24 Maret 2021 3. 22 Maret 2021 - Berikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Ajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi atau anjurkan akupuntur) - Anjurkan pasien minum jus mentimum/timun S : Pasien mengatakan masih makan makanan yang asin O : Pasien masih mengkonsumsi obat warung A : Masalah perilaku kesehatan cendeung berisiko belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Kaji perilaku kesehatan lansia - Menjaga dan mengontrol asupan makanan pasien - Edukasi bahayanya makanan asin dan obat warung Gangguan pola tidur S : Pasien mengatakan sudah mengurangi mengkonsumsi makanan asin O : Pasien tampak mengkonsumi oabt medis yang didapat dari puskesmas A : Masalah perilaku kesehatan cendeung berisiko teratasi P : Hentikan Intervensi S : Pasien mengatakan badannya Syifa Syifa Syifa sangat lemas dan tidak bergairah O: - Pasien tampak lemas - Kantung mata pasien tampak hitam - Pasien tampak pucat A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Monitor pola tidur pasien - Edukasi manfaatnya posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Anjurkan pasien saat tidur menggunakan aromaterapi (terapi minyak esensial) dan segara tidur jika aktivitas telah selesai - Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan lingkungan yang nyaman saat pasien tidur 23 Maret 2021 24 Maret 2021 S : Pasien mengatakan tidak bergairah O: - Pasien tampak lemas - Kantung mata pasien tampak hitam A : Masalah gangguan tidur belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Monitor pola tidur pasien - Edukasi manfaatnya posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Anjurkan pasien saat tidur menggunakan aromaterapi (terapi minyak esensial) dan segara tidur jika aktivitas telah selesai S : Pasien mengatakan badannya jauh lebih segar dibanding hari kemarin O: - Pasien tampak segar Syifa Syifa - Jam tidur pasien mulai kembali normal 7 jam/hari A : Masalah gangguan tidur teratasi P : Hentikan Intervensi Syifa 5. Evaluasi Sumatif No. 1. 2. 3. Waktu (Hari/Tgl/Jam) 24 Maret 2021 24 Maret 2021 24 Maret 2021 Diagnosa keperawatan Nyeri kronis Perilaku kesehatan cenderung berisiko Gangguan pola tidur Evaluasi S : Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala mulai berkurang P : Nyeri bertambah jika dibuat aktivitas yang berlebih Q: Nyeri nyut nyutan R : Nyeri dibagian kepala S : 3 T : Hilang timbul O : TD = 170/90 mmHg A : Masalah nyeri belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi - Kaji manajemen nyeri - Berikan posisi kepala yang ditinggikan 30˚ (elevasi) - Ajarkan pasien tindakan untuk mengurangi nyeri (massage, refleksi atau anjurkan akupuntur) Anjurkan pasien minum jus mentimum/timun S : Pasien mengatakan sudah mengurangi mengkonsumsi makanan asin O : Pasien tampak mengkonsumi oabt medis yang didapat dari puskesmas A : Masalah perilaku kesehatan cendeung berisiko teratasi P : Hentikan Intervensi S : Pasien mengatakan badannya jauh lebih segar dibanding hari kemarin TTD Syifa Syifa O: - Pasien tampak segar - Jam tidur pasien mulai kembali normal 7 jam/hari A : Masalah gangguan tidur teratasi P : Hentikan Intervensi DOKUMENTASI Syifa