Curriculum Vitae Dr. dr. C. Martin Rumende, Sp.PD.,K-P, FCCP, FINASIM Lahir : Jakarta, 24 Agustus 1962 Pendidikan : • S1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 1988. • Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FKUI tahun 1998. • Konsultan Pulmonologi FKUI tahun 2000. • S3 FKUI tahun 2008. Jabatan: Staff Divisi Pulmonologi Ilmu Penyakit Dalam FKUI. PERAN PULMONOLOGI INTERVENSI DALAM DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KANKER PARU C. MARTIN RUMENDE PULMONOLOGI INTERVENSI Definisi : • • • • Ilmu dan seni keterampilan klinis. Prosedur tindakan invasif (tingkat lanjut). Tujuan diagnostik dan terapi. Menggunakan perangkat teknologi kedokteran invasif. • Perlu program pelatihan tambahan selain pendidikan standar di bidang pulmonologi. • Multidisiplin ERS/ATS steatment on Intervensional Pulmonology. Eur Repir J 2002 PULMONOLOGI INTERVENSI A. BRONKOSKOPI : 1. DASAR : – Bilasan bronkus. – Sikatan bronkus. – Biopsi forcep. – Transbronchial Lung Biopsy (TBLB). – Transthoracal Needle Aspiration (TTNA) – Transthoracal Biopsy (TTB) – Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) PULMONOLOGI INTERVENSI 1. TORAKOSKOPI : VATS dan Pleuroskopi 2. BRONKOSKOPI : LANJUT : • • • • • • • Endobronchial Ultrasound (EBUS). Argon Plasma Coagulation (APC). Cryobiopsy dan cryotherapy. Photodynamic Therapy. Laser dan Stenting. Bronchothermoplasty. Rigid bronkoskopi ENDOBRONCHIAL ULTRASOUND (EBUS) • Teknik bronkoskopi dengan menggunakan ultrasonografi sehingga bermanfaat untuk menilai struktur di sekitar saluran napas. • Ada 2 jenis EBUS : – Radial probe EBUS (RP-EBUS). – Convex probe EBUS (CP-EBUS). Types of EBUS Radial probe EBUS (RP-EBUS) Convex probe EBUS (CP-EBUS) RADIAL-PROBE EBUS • INDIKASI : – Menilai keterlibatan dinding bronkus akibat invasi tumor. – Penuntun saat melakukan biopsi nodul soliter paru yang letaknya perifer Diagnosis dini kanker paru. – Bila memungkinkan dengan bantuan fluoroskopi. • Jaringan paru normal yang berisi udara disekitar bronkus akan tampak berupa bayangan garisgaris homogen yang melingkar di sekitar bronkus (Snow storm appearance) RADIAL-PROBE EBUS • Nodul paru akan tampak berupa bayangan hipoekhoik disertai bayangan garis hiperekhoik yang membatasi nodul dengan jaringan sekitarnya. A B A. Snow storm appearance dan B. Nodul hipoekhoik dengan batas hiperekhoik RADIAL PROBE EBUS • Untuk mengevaluasi invasi tumor pada dinding bronkus : RP-EBUS vs Ctscan : – Akurasi : 94% vs 51% – Sensitivitas : 89% vs 75%. – Spesifisitas : 100% vs 25% CURVILINIER PROBE EBUS • INDIKASI : – Mengambil spesimen massa mediastinum atau kelenjar dan massa peribronkial yang letaknya sentral. – Untuk menegakkan diagnosis dan menentukan stadium kanker paru. CURVILINIER PROBE EBUS • Untuk membedakan pembesaran KGB akibat proses benigna vs maligna : - Sensitifitas 93%, spesifisitas 97%. • Untuk menentukan stadium kanker paru : - Sensitifitas 93%, spesifisitas 100%. MEDICAL THORACOSCOPY (PLEUROSCOPY) • Prosedur invasif minimal untuk melihat kelainan pada rongga pleura. • INDIKASI : – Diagnosis efusi pleura yang penyebabnya belum diketahui. – Menentukan stadium kanker paru. – Pleurodesis pada efusi pleura maligna. ELECTROMAGNETIC NAVIGATIONAL BRONCHOSCOPY (ENB) • Bronkoskopi dengan menggunakan area elektromagnetik untuk menelusuri nodul yang letaknya perifer (diagnosis dini) • Menggunakan teknik GPS (Global Positioning System) • Biopsi dilakukan secara real-time dengan bantuan CT-scan. ELECTROMAGNETIC NAVIGATIONAL BRONCHOSCOPY • INDIKASI : – Menuntun untuk pengambilan sampel pada solitary pulmonary nodul (SPN) di perifer yang tidak dapat dicapai dengan bronkoskopi biasa. – Untuk meningkatkan akurasi dapat dilakukan bersamaan dengan EBUS. • Diagnosis SPN : – Akurasi : 73,9% dan Sensitifitas 71% . – Perbandingan EBUS : ENB : EBUS + ENB = 59% : 69% : 88%. VIRTUAL BRONCOSCOPIC NAVIGATION • Menggunakan CT scan untuk membentuk gambar tracheobronchial tree secara 3 dimensi. • Konsep sama dengan ENB hanya tidak menggunakan GPS. • Menggunakan ultrathin bronchoscopy yang dituntun dengan CT scan, fluoroskopi atau RP-EBUS (diagnosis dini) VIRTUAL BRONCOSCOPIC NAVIGATION • INDIKASI : – Diagnosis SPN yang letaknya perifer. – Memvisualisasi struktur di luar lumen bronkus. – Mendeteksi adanya stenosis bronkus serta menilai area post stenosis. • Akurasi bervariasi : 44% - 80%. AUTOFLUORESCENCE BRONCHOSCOPY • Menggunakan zat fluorophores yang dapat terkonsentrasi pada mukosa yang abnormal. • Menimbulkan warna yang berbeda dengan mukosa yang normal. • Mukosa normal akan berwarna hijau, sedangkan yang abnormal berwarna coklat kemerahan. AUTOFLUORESCENCE BRONCHOSCOPY Regular white bronchoscopy Autofluorescence bronchoscopy AUTOFLUORESCENCE BRONCHOSCOPY • Deteksi lesi precancerous (displasi) : – Sensitifitas 90%, spesifisitas 56%. • Masalah : hanya sebagian kecil saja lesi displasi yang akan menjadi carcinoma in situ (CIS). • Tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. • INDIKASI : – Sputum sitologi (+) sel ganas. – Tatalaksana CIS NARROW BAND IMAGING (NBI) • Menilai microcapillary bed yang terletak di submukosa. • Konsep : gelombang cahaya lebih mudah diserap oleh Hb sehingga struktur mikrovaskuler akan lebih mudah diidentifikasi. • Pada CIS didapatkan peningkatan struktur mikrovaskuler. • Sensitifitas dan keterbatasannya sama seperti pada autofluorescence PERAN INTERVENSIONAL PULMONOLOGI DALAM TATALAKSANA KANKER PARU • Kanker paru : – Gejala obstruksi saluran napas sentral (30%). – Gejala sesak napas hebat, batuk berulang, retensi sputum, pneumonia berulang. – Jenis sumbatan : endoluminal,ekstraluminal atau campuran. TUMOUR DEBULKING • Prinsip : reseksi tumor yang tumbuh ke lumen saluran napas. • Konvensional : radiasi, operasi • Intervensional Pulmonologi : Endoscopic laser resection. Argon Plasma Coagulation. Cryotherapy. Endobrochial brachytherapy. Photodynamic therapy TUMOUR DEBULKING • Obstruksi saluran napas sentral dalam keadaan emergensi : Endoscopic laser resection. Argon Plasma Coagulation. Cryotherapy. What is Photodynamic Therapy? 6WHS 6WHS 6WHS 1-3 days later expose to laser light Tissue uptake Oxygen and clearan ce Photosensitizing drug injected Drug stays in tumor cells longer Tumor tissue destruction ENDOBRONCHIAL BRACHYTHERAPY • Radioterapi dosis tinggi melalui penempatan langsung sumber radioaktif melalui kateter yang dimasukkan ke dalalm saluran napas. • Kateter dimasukkan melalui bronkoskopi fleksibel. • Dapat dilakukan bersamaan dengan radiasi eksternal. • Efek radiasi tidak akan terlihat dengan segera. KESIMPULAN • Kemajuan teknologi di bidang Intervensional Pulmonologi telah menyebabkan perubahan besar dalam pendekatan diagnosis kanker paru. • Penggunaan kombinasi berbagai modalitas pada Intervensional Pulmonologi akan meningkatkan kemampuan dalam diagnosis dini kanker paru. • Tumour debulking dengan menggunakan berbagai modalitas bermanfaat dalam tatalaksana kanker paru. TERIMA KASIH CURVILINIER PROBE EBUS • INDIKASI : – Mengambil spesimen massa mediastinum atau kelenjar dan massa peribronkial yang letaknya sentral. – Untuk menegakkan diagnosis dan menentukan stadium kanker paru. • Untuk membedakan pembesaran KGB akibat proses benigna vs maligna : - Sensitifitas 93%, spesifisitas 97%. • Untuk menentukan stadium kanker paru : - Sensitifitas 93%, spesifisitas 100%.