Murtianingsih: Globalisasi dan korelasinya dengan industri .... GLOBALISASI DAN KORELASINYA MANUFAKTUR YANG MERUPAKAN PEREKONOMIAN 33 DENGAN LEADING INDUSTRI SECTOR Murtianingsih Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Asia Malang ABSTACT The research aims to examine the correlation between the globalization of the manufacturing industry in Indonesia by using product moment correlation analysis. Globalization requires countries to make the process of structural transformation, the transformation process carried out by industrialization because the industrial sector is able to boost economic growth. Industrialization in Indonesia has experienced rapid growth in the period before the economic crisis, but since the 1997-crisis the performance of the industrial sector in decline. This condition describes the sensitivity of the industrial sector to external factors. Characteristics of the industry in different countries, in the Indonesian industry's contribution to GDP is still below countries Thailand and Malaysia, this may indicate an appreciation of the national exchange is reflected in the international trade balance. Various economic phenomenons which occurred in countries that dominate international trade such as the USA, Japan, and European Union can be stimulation for the industrial sector. Correlation of test results suggest that there is a positive relationship between the partial index on manufacturing industry listed on the New York stock Exchange and the negative correlation between the values of the rupiah against the dollar as a proxy of globalization on the development of the domestic industry is the leading sector in the Indonesian economy. Keywords: Globalization, Exchange Rate, Stock Price Global Industry, Manufacturing sector stock price, product moment correlation analysis. ABSTRAK Penelitian bertujuan menguji korelasi antara globalisasi dengan industri manufaktur di Indonesia dengan menggunakan alat analisa korelasi product moment. Globalisasi menuntut banyak negara untuk melakukan proses transformasi struktural, proses transformasi dilakukan dengan indistrialisasi karena sektor industri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi di Indonesia pernah mengalami pertumbuhan yang cepat pada masa sebelum terjadinya krisis ekonomi, namun sejak terjadinya krisis pada tahun 1997 kinerja sektor industri mengalami kemerosotan. Kondisi ini menggambarkan kepekaan sektor industri terhadap faktor eksternal. Karakteristik industri di berbagai negara berbeda, di Indonesia kontribusi industri terhadap pembentukan PDB masih berada di bawah negara Thailand dan Malaysia, hal ini dapat menunjukkan apresiasi terhadap nilai rupiah yang tercermin dari neraca perdagangan internasional. Berbagai gejala ekonomi yang terjadi di negara-negara yang menguasai perdagangan internasional seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa dapat menjadi stimulasi bagi sektor perindustrian. Hasil uji korelasi menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara indeks sektoral pada industri manufaktur yang terdaftar di New York stock Exchange dan korelasi negatif antara Nilai tukar rupiah terhadap dollar sebagai proksi dari globalisasi terhadap perkembangan industri dalam negeri yang merupakan leading sector perekonomian di Indonesia. Kata Kunci : Globalisasi, Nilai Tukar Rupiah, Harga Saham Industri Global, Harga Saham sektor Manufaktur, analisis korelasi product moment. PENDAHULUAN Globalisasi merupakan suatu proses pergerakan ekonomi yang dinamis dimana hambatan dan proteksi terhadap lalulintas perdagangan di dunia sudah semakin berkurang. Hal ini menjadi stimulasi bagi iklim investasi dan sistem kapital di suatu negara. Globalisasi tidak hanya memberikan perubahan positif namun juga resiko bagi kelompok masyarakat tertentu. Di Indonesia pertumbuhan ekonomi berkembang cukup tinggi sejak diberlakukannya deregulasi dan liberalisasi di bidang perdagangan dan investasi pada tahun 1980 terutama pada sektor industri dan padat tenaga kerja. Pertumbuhan tinggi di sektor manufaktur membawa 34 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015: 33 - 39 pengaruh terhadap perubahan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia dan juga memberi peluang terhadap mobilitas dana dari luar ke dalam negeri yang selanjutnya akan mengapresiasi fluktuasi nilai tukar mata uang. Proses transformasi struktur perekonomian dilakukan sebagai perimbangan era globalisasi dengan merubah pola pertanian tradisional ke sektor manufaktur yang modern dan berkembangnya sektor jasa. Kondisi ini akan memicu perubahan yaitu beralihnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke industri dan jasa yang modern. Manufaktur merupakan leading sector dalam perekonomian, sehingga seluruh negara akan melakukan proses industrialisasi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi (Chenery dalam Tambunan, 2006). Industrialisasi di Indonesia pernah mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) melampaui sektor pertanian sebelum krisis ekonomi tahun 1997. Namun semenjak terjadi krisis ekonomi yang diawali negara Thailand dan Malaysia kinerja sektor industri mengalami kemerosotan. Sebagai ilustrasi tahun 2005-2006 pertumbuhan sektor industri dibawah pertumbuhan ekonomi nasional kurang lebih 4,5 % sedangkan tahun 2010 pertumbuhan industri juga masih dibawah pertumbuhan nasional yaitu 5,09% (Kementrian Perindustrian, 2011). Karakteristik industrialisasi di setiap negara berbeda - beda, di Indonesia perkembangan industri manufaktur dalam kontribusi terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) masih relatif kecil jika dibandingkan negara ASEAN yang lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Struktur ini menggambarkan bahwa apresiasi terhadap nilai tukar rupiah masih lebih rendah jika dibandingkan Malaysia dan Thailand. Griffing dan Stulz (2001) dalam studinya “International Competition and Exchange Rate Shocks” menyatakan bahwa pergerakan industri antar negara lebih berdampak terhadap perubahan nilai tukar dari pada persaingan di bidang lain. Dornbush and Fischer (1980) menyatakan bahwa fluktuasi nilai tukar merupakan efek dari persaingan internasional dan neraca perdagangan. Persaingan internasional (competitive international) masih didominasi oleh negara-negara dengan struktur perekonomian yang kuat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di Uni Eropa. Sehingga pergerakan industri global sangat dimungkinkan membawa dampak terhadap pergerakan industri dalam negeri. Chu- Sheng Tai and Zahid Iqbal (2011); that although both exchange rate and global industry shocks are statiscally significant in explaining the performance of these industries relative to their domestic markets, economically the global industries shock plays the major role in determining this performance. Kondisi menandakan bahwa industri global memiki hubungan yang cukup signifikan dengan perkembangan industri dalam negeri dibandingkan dengan nilai tukar mata uang. Berdasarkan pada beberapa kajian empiris tersebut maka penelitian ini akan menguji globalisasi dan korelasinya terhadap perkembangan industri manufaktur di Indonesia sebagai leading sector perekonomian dengan menggunakan analisa korelasi. Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk industri dalam negeri agar memiliki competitive advantage terhadap industri global. TINJAUAN PUSTAKA Chu- Sheng Tai and Zahid Iqbal (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “ How Important is Global industry shock in explaining the ralative performance of global industries ” menyatakan bahwa nilai tukar dan pergerakan industri global mempunyai hubungan yang signifikan dengan pasar domestik. Dari sudut pandang perekonomian pergerakan industri global lebih dominan perannya dalam menjelaskan hubungan tersebut. Fabozzi et.al (2010:664) “ An exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in terms in another currency. 1. Globalisasi Globalisasi merupakan proses yang merujuk pada penyatuan seluruh warga dunia menjadi masyarakat global, hal ini mencerminkan bahwa seluruh bangsa akan menjadi terikat satu sama lain untuk mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan mengabaikan batas geografis dan budaya masyarakat. 2. Industrialisasi Dhumairy (2006) menyatakan bahwa terdapat 4 teori yang dapat diimplementasikan dalam proses industrialisasi yaitu : (1) keunggulan kompetitif (comparative advantage); industri adalah keunggulan komparatif suatu negara, (2) keterkaitan industri (industry linkage) ; industri memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor ekonomi lain, (3) penciptaan lapangan kerja (employment creation); industri diciptakan untuk menyerap tenaga kerja, (4) loncatan teknologi (technology jump); industri dikembangkan dengan teknologi yang tinggi sehingga akan mengakibatkan alih teknologi terhadap sektor ekonomi lain. Murtianingsih: Globalisasi dan korelasinya dengan industri .... 3. Nilai Tukar Mata Uang Tilak Abeysinghe and Tan Lin Yeok (1998), pada umumnya depresiasi nilai tukar akan merangsang ekspor dan mengurangi impor sementara apresiasi nilai tukar akan merugikan ekspor dan mendorong impor. 4. Industri Manufaktur Di Indonesia Perkembangan sektor industri di Indonesia yang mengalami pasang surut menjadi penting untuk merumuskan kebijakan yang mampu mendorong peranan sektor industri dalam pembentukan PDB. Reindustrialisasi merupakan konsep untuk menggerakan industri domestik yang dimulai tahun 2008. Reindustrialisasi adalah melakukan perubahan yang komprehensif dan holistik dalam proses mendorong kembali industri manufaktur di Indonesia (Hariyadi, 2009). 5. Kerangka Konseptual Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang didasari pada kajian empiris sebelumnya yaitu bahwa globalisasi mampu menjelaskan hubungan dengan industri domestik, digambarkan dalam kerangka berikut : Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode korelasional, menurut (Riduwan dan Kuncoro, 2011) penelitian korelasional yaitu penelaahan hubungan linier antar 2 variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), dimana tujuan penelitian ini mengetahui derajad koefisien korelasi antara globalisasi yang diproksikan dengan nilai tukar mata uang terhadap dollar Amerika Serikat dan harga saham industri global dengan industri manufaktur di Indonesia yang diproxikan dengan harga saham sektoral. 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif (angka/bilangan) yang berupa nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berdasarkan Bank 35 Indonesia, indeks harga saham industri global yang diperoleh dari New York stock Exchange dan indeks saham sektoral (manufaktur) pada Bursa Efek Indonesia. Data kualitatif yang menggambarkan kondisi industri manufaktur di Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia serta indek harga saham industri global yang dipublikasikan oleh New York Stock Exchange (NYSE). Serta berbagai data mengenai perkembangan ekonomi Indonesia yang di publikasikan oleh Biro Pusat statistik. 3. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian meliputi : Variabel 1 adalah globalisasi yang di proxikan dengan nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar USA yang menggunakan kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan pergerakan industri global (harga saham sektor manufaktur di New York Stock Exchange) merujuk pada penelitian Chu-Seng Thai dan Zahid Iqbal (2011). Sedangkan variabel 2 adalah industri manufaktur yang diukur melalui pergerakan harga saham sektoral yaitu indeks sektor manufaktur. 4. Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis Teknik analisa yang digunakan adalah statistik diskriptif untuk menjelaskan bagaimana data dikumpulkan dan kemudian diringkas untuk memberikan gambaran suatu data. Penelitian ini menggunakan analisis Korelasi Product Moment Pearson dengan tujuan untuk mengetahui hubungan linier antara globalisasi dengan pergerakan industri manufaktur di Indonesia dalam kurun waktu 2008-2013. Persamaan model korelasi yang digunakan adalah : Persamaan model korelasi 1 : korelasi antara pergerakan industri global dengan industri manufaktur di Indonesia. rx1y = Persamaan model korelasi 2 : korelasi antara fluktuasi nilai tukar dengan pergerakan industri manufaktur di Indonesia 36 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015: 33 - 39 rx2y = Keterangan model korelasi : X1 : Harga saham sektoral industri global X2 : Fluktuasi Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Y : Harga saham sektoral industri manufaktur di Indonesia 5. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan linier antara globalisasi dengan pergerakan industri manufaktur di Indonesia pada taraf signifikansi α = 5% yang menandakan batas toleransi kesalahan terhadap hasil adalah maximal 5% sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H0 : Diduga tidak terdapat hubungan linier antara globalisasi dengan pergerakan industri manufaktur di Indonesia Ha : Diduga terdapat hubungan linier antara globalisasi dengan pergerakan industri manufaktur di Indonesia Kriteria Hasil pengujian : H0 diterima jika signifikansi α > 0,05 H0 ditolak jika signifikansi α < 0,05 Produk Domestik Bruto Nasional. Penyumbang terbesar pertumbuhan industri nasional pada tahun ini adalah sektor makanan, minuman dan tembakau 34,35%. Industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 28,13%, sementara industri pupuk kimia dan karet 12, 44%, barang kulit dan alas kaki 8,81%, dan barang kayu serta hasil hutan 5, 75%. Pertumbuhan industri manufaktur pada tahun 2011 mencapai 4,10% , namun tidak semua subsektor mengalami kenaikan karena ada beberapa subsektor yang mengalami penurunan. Pada tahun 2012 pemerintah Indonesia memutuskan ada kenaikan harga BBM yang ditetapkan per 1 April, pada saat ini pertumbuhan industri relatif stabil pada angka 4,12%. Sub sektor makanan dan minuman serta tembakau memberikan kontribusi sebesar 35,20% terhadap pertumbuhan industri manufaktur nasional. 2. Globalisasi Sejak terjadinya krisis ekonomi di Amerika yang bermula pada pertengahan tahun 2008 merambat ke berbagai negara dikarenakan Amerika menyerap produk dari banyak negara atau daya beli masyarakatnya sangat tinggi sehingga dengan terjadinya krisis daya beli masyarakatnya menurun, selain itu situasi ini juga berdampak ke banyak negara. Pada masa pasca krisis menurut catatan International Monetary Fund hingga tahun 2013 pertumbuhan ekonomi global mencapai rata-rata 2,5% yang tidak jauh berbeda dengan tahun 2012. ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Sektor Industri Manufaktur Guncangan ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 juga menyeret ekonomi Indonesia dalam kondisi yang rentan, pada tahun itu sektor industri hanya tumbuh sebesar 5,69% yang bisa dikatakan turun dibandingkan tahun sebelumnya. Industri alat angkut, mesin dan peralatan menjadi industri dengan laju pertumbuhan tertinggi 12,9 %, sedangkan industri pupuk kimia dan karet menjadi industri dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua sebesar 6,23%. Industri ini memiliki prospek yang baik dalam tiga tahun terakhir karena memiliki rata-rata pertumbuhan diatas sub sektornya. Tahun 2009 pertumbuhan sektor industri mencapai 1,54%, meningkat signifikan pada tahun 2010 sebesar 4,65% (year on year) yang mencerminkan bahwa sektor industri mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan 3. Pergerakan Indeks Manufaktur di NYSE Gambar 2 : Pergerakan Indeks Industri Manufaktur di NYSE Sumber data : Data Diolah “New York Stock Exchange” Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan pergerakan harga saham indeks sektoral ( Manufactur industry) di USA yang mengalami Murtianingsih: Globalisasi dan korelasinya dengan industri .... trend kenaikan, walaupun sempat turun di tahun 2009 pada kuartal ke dua dengan estimasi nilai Gross Domestik Product (GDP) hanya sebesar 1,4 % (www.forbes.com/sites/realspin/2013/04/12) dikarenakan krisis global yang melanda Amerika Serikat yang bermula pada Oktober 2008. 37 meningkat terus, kondisi ini mencerminkan bahwa reaksi pasar terhadap iklim investasi di sektor industri sangat baik. 4. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Gambar 3 : Kurs rupiah Terhadap Dollar 6. Hasil Uji Hipotesis Sumber data : Bank Indonesia Gambar 3 diatas menunjukan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 20082009 juga terdepresiasi karena krisis global yang dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi di Amerika. Selain itu melemahnya rupiah juga dipicu oleh meningkatnya nilai impor Indonesia dari tahun ke tahun yang menyebabkan adanya transaksi pembayaran ke luar negeri dan semakin tinggi nilai impor maka akan semakin tinggi pula permintaan valuta asing. 5. Pergerakan Indeks Manufaktur di BEI Gambar 4: Indeks Sektor Manufaktur di BEI Sumber data : data diolah berdasarkan Bursa Efek Indonesia Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa harga saham sektor industri manufaktur mengalami trend naik dari tahun 2008-2013. Pada tahun 2008-2009 cenderung stabil meskipun pada saat yang sama terjadi krisis global, namun industri dalam negeri mampu bertahan dan bersifat kompetetif. Sementara itu tahun 20102013 harga saham indeks sektor manufaktur Berdasarkan tabel 1 tersebut didapat angka positif 1 dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,05% antara industri global yang dalam penelitian ini diproxikan dengan harga saham sectoral indeks pada New York stock Exchange yang menandakan pergerakan searah dan berkorelasi signifikan. Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar menghasilkan angka korelasi negatif -0,485 yaitu menggambarkan pergerakan yang tidak searah dan signifikan. Korelasi Antara Nilai Tukar dengan Industri Manufaktur Fluktuasi Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USA) merupakan efek dari kondisi perdagangan Indonesia dengan berbagai negara. Nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh kondisi supply – demand pada mata uang rupiah. Jika permintaan meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun maka nilai tukar akan menguat dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan hasil negatif, pada periode pengamatan pertama 2008-2009, dimana nilai rupiah melemah pada level Rp. 10.330 per $ USA (kurs tengah selama tahun 2009) yang tahun sebelumnya kurs rupiah berada pada kisaran Rp. 9.755 per $ USA (kurs tengah selama tahun 2008), sedangkan di tahun 2009 harga indeks sektoral justru mengalami kenaikan 12 % dari harga indeks rata-rata tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 nilai rupiah juga cukup stabil, harga saham sektor manufaktur juga menguat pada level 708. Pada tahun ini sektor manufaktur 38 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015: 33 - 39 memberikan kontribusi pada produk domestik bruto sebesar 24,1%. Perbaikan keuangan global yang dibarengi dengan kebijakan makro ekonomi di Indonesia menjadi akomodatif terhadap proses pemulihan ekonomi yang stabil. Korelasi Antara Indeks Sektor Manufaktur di New York Stock Exchange dengan Industri Manufaktur di Indonesia Berdasarkan hasil uji korelasi antara indeks sektoral yaitu industri manufaktur yang listing di New York Stock exchange (NYSE) diperoleh nilai positif sempurna 1 yang menandakan bahwa terdapat korelasi antara pergerakan harga saham sektoral di NYSE dengan indeks sektoral di Bursa efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2008-2009 dimana terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang memicu penurunan harga saham sektoral pada triwulan terakhir di tahun 2008 dan tri wulan pertama di tahun 2009. Korelasi Globalisasi Dengan Industri Manufaktur Di Indonesia Aktivitas ekonomi yang terjadi di negara lain juga merembet ke kondisi ekonomi nasional, dalam penelitian ini ketika Amerika serikat sebagai negara maju mengalami krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008 ternyata juga memberikan efek terhadap aktivitas yang terjadi pada pasar modal Indonesia “BEI”. Ketika nilai tukar rupiah berada pada level 11.000 an per dollar USA di tri wulan terakhir tahun 2008 dan tri wulan pertama tahun 2009 maka harga saham sektor manufaktur juga turun diperiode yang sama. Indonesia menjadikan permintaan valas semakin tinggi namun indeks sektoral mengalami kenaikan yang mencerminkan kebijakan pemerintah Indonesia bersifat akomodatif yang membuat ekonomi nasional stabil. Saran Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sektor manufaktur di Indonesia dan investor, namun masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaanya, antara lain : indeks sektor manufaktur yang digunakan hanya industri yang listing di New York Stock Exchange serta kurs mata uang hanya rupiah terhadap Dollar. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan beberapa indeks sektor manufaktur selain di New York Stock exchange, misalnya yang listing di Tokyo, Singapura dan Eropa. Serta kurs mata uang yang dipakai juga menggunakan Euro dan Yen yang dapat mencerminkan kondisi ekonomi dunia. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara pergerakkan indeks sektor manufaktur di New York stock Exchange dengan pergerakan sektor manufaktur di Indonesia. Kondisi ini menandakan bahwa ekonomi global membawa dampak terhadap ekonomi nasional, dimana kondisi industri di beberapa negara maju juga menjadi stimulasi terhadap industri dalam negeri yang tercermin dari perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berkorelasi negatif terhadap pergerakkan harga saham indeks sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia, ketika nilai tukar rupiah melemah di tahun 2009 yang dikarenakan tingginya nilai impor 4. 5. 6. 7. 8. 9. Chu Sheng Tai and Zahid Iqbal, 2011, How Important is Global Industry Shock is Explaining the Relative Performance of Global Industries?, Department of Acounting anf Finance, Jese H. Jones School Business, Texas Southern University, Houston Texas USA. Dhumairy, 2001, Perekonomian Indonesia, Jakarta, Erlangga. Dornbusch, R. and Fischer, S., 1980, Exchange Rate and Current Account, American Economic Review, Vol. 70, pp-960-71. Fabozzi, Franco, P, Modligiani,Jones, Frank, J., (2010), Foundation of Financial Market & Inovation, Parctice hall, Cloth, 696 PP. Griffin, J. and Stulz, R, 2001, International Competion and Exchange Rate Shocks : a cross-industry analysis of stock Returns, The Review Financial studies, Vol 14, pp. 251-41. Hariyadi BS, 2009, Bangun kemandirian Melalui Reindustrialisasi, Bisnis Indonesia on line, http://web.bisnis.com/artikel. Kementrian Perindustrian, 2011. Riduwan dan Kuncoro, 2011, Path Analysis, Bandung, Alfabeta. Tambunan, Chenery, Tulus Tahi Hamonangan, 2006, Perekonomian Indonesia sejak Orde Lama Hingga Pasca Krisis, Jakarta, Pustaka Quantum. Murtianingsih: Globalisasi dan korelasinya dengan industri .... 10. Tilak Abey Singhe and Tan Lin Yeok, 1998, Exchange Rate Appreciation and Export 39 Competitiveness. The Case of Singapore, Australian National University