- Dra. Sri Supriyantini, M.Si.

advertisement
EMPLOYEE HEALTH
AND SAFETY
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K-3)
• Banyak kematian, kecelakaan dan penyakit yang terjadi
karena kurangnya perhatian pada keamanan,
perlengkapan kerja dan kepedulian penjagaan kesehatan
karyawan.
• Menurut aturan OSHA (Occupational Safety and
Health Administration Act) , para pekerja mempunyai
“hak untuk tahu” tentang resiko yang mungkin terjadi
di tempat kerja. Para pekerja boleh menolak pekerjaan
jika kondisi kerjanya benar-benar tidak aman.
Kompensasi Pekerja
• Kompensasi pekerja didasarkan pada konsep lialibility
without fault (jaminan tanpa salah) yang menyatakan
bahwa para pekerja yang menjadi sakit dan terluka
akibat pekerjaan, diperbolehkan meminta ganti rugi.
Tetapi hal ini tidak berlaku jika pekerja tersebut dalam
keadaan pengaruh alkohol atau obat terlarang.
• Pihak perusahaan dapat menolak klaim kompensaasi
pekerja jika:
1. Luka atau sakit bukan akibat pekerjaan.
2. Pekerja mampu bekerja meskipun luka atau sakit.
3. Pekerja telah membuat klaim yang curang.
PROGRAM UNTUK MENGURANGI
KECELAKAAN KERJA
Langkah-langkah yang diambil adalah:
• Seleksi personal, meliputi umur dan
karakteristik fisik.
• Training keamanan untuk pekerja.
• Sistem insentif, karena insentif turut
membentuk sikap pekerja.
• Peraturan keamanan hendaknya tersosialisasi
pada seluruh pekerja.
ISSUE-ISSUE KONTEMPORER YANG
BERHUBUNGAN DENGAN K-3
• Aids dan Tempat Kerja
Perusahaan seharusnya memahami implikasi legal
tentang HIV dan aids di tempat kerja, serta memberi
pengetahuan tentang hal ini pada pekerjanya.
• Obat-obatan di Tempat Kerja
Dalam hal ini, perusahaan hendaknya
mempertimbangkan beberapa komponen, antara lain:
1. Memberitahukan kepada pekerja atau pelamar kerja
di perusahaan bila akan dilakukan pemeriksaan (tes)
obat terlarang.
3. Hasil pemeriksaan dokter atau lainnya
hendaknya diperhatikan secara teliti untuk
menghindari kecurangan hasil tes.
4. Waspada terhadap hasil yang hilang, telah
tercampur, atau berubah.
5. Amankan dan jagalah metode pengambilan
sampelnya.
6. Konfirmasi semua hasil yang menyatakan positif
terkena obat terlarang dengan tes yang lebih
sensitif.
7. Berikan kesempatan pekerja untuk melakukan
tes ulang dengan ongkos sendiri.
8. Rahasiakan hasil tes.
•
Kekerasan di Tempat Kerja
Tingkat kekerasan di tempat kerja ada dua macam:
1. Tingkat moderat:
- Pengrusakan hak milik
- Sabotase
- Melakukan serangan/ancaman
- Pencurian
2. Tingkat Tinggi:
- Penyerangan secara fisik
- Kemarahan berkaitan dengan kecelakaan
- Perkosaan
- Pembakaran
- Pembunuhan.
•
Video Display Terminals (VDTs)
Dampak kecanggihan teknologi ini cukup
dirasakan oleh pekerja. Misalnya fatig dan
iritasi pada mata, penglihatan kabur, sakit
kepala, dan berbagai penyakit otot. Oleh
karena itu, seharusnya perusahaan
memperhatikan dampak-dampak ini, terutama
pada pekerja yang sedang hamil, sehingga
dapat mencegah kekhawatiran pada pengaruh
proses biologis dari teknologi tersebut.
•
Stress Kerja (Occupational Stress)
Stress membuat pekerja sakit, meningkatkan
potensi kekerasan di tempat kerja, menurunkan
produktivitas, dan meningkatkan kecelakaan. Stres
bisa timbul karena konflik antara kewajiban kerja
dan keluarga. Selain itu, stres juga timbul karena
kelompok kerja, unit, atau organisasi.
•
Program Asistensi Pekerja (Employee Assistance
Program)
Tujuan umum program ini adalah memberi
treatmen untuk pekerja yang mempunyai problem
sehingga mereka dapat kembali normal dan
produktif pada pekerjaannya.
•
Program Wellness atau Fitness Pekerja
(Employee Wellness/Fitness Program)
Wellness adalah pilihan gaya hidup untuk
mencapai dan memelihara kesehatan pekerja.
Program ini diadakan dengan kegiatan antara
lain: health fair, publikasi resep masakan
bergizi, klub-klub olah raga, fitness center,
kampanye pencegahan narkoba, serta berbagai
seminar dan workshop tentang kesehatan. Hal
ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas
pekerja sehingga memiliki kesehatan prima
yang bermanfaat bagi kesuksesan tugastugasnya.
Download