BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA REMAJA DI SMAN 1 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI OLEH FITRIANINGSIH 020111a008 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 1 Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 2 BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA REMAJA DI SMAN 1 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Fitrianingsih* Yuliaji Siswanto** Auly Tarmali** * Alumni Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Ngudi Waluyo ** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Ngudi Waluyo E-mail : [email protected] ABSTRAK Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena prevalensinya yang terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup, terutama pola makan dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini yang menyebabkan banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi yang berdampak pada timbulnya penyakit tidak menular, misalnya hipertensi. Hipertensi tidak hanya terjadi pada dewasa dan lansia, tetapi juga remaja. Data Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%, kemudian meningkat menjadi 10,7% pada tahun 2013. Tujuan peneliti adalah mengetahui hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, kebiasaan konsumsi asin, dan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI di SMAN 1 Ungaran tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 474 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 97 siswa yang diambil dengan purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner, pengukuran tekanan darah dan pengukuran tinggi badan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi square (=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga (p=0,000; RP=2,724; 95%CI=1,923-3,860), kebiasaan konsumsi asin (p=0,000; RP=2,370; 95%CI=1,658-3,388) dengan kejadian hipertensi. Selanjutnya tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p=1,000; RP=1,026; 95%CI=0,706-1,490), kebiasaan olahraga (p=0,644; RP=1,189; 95%CI=0,722-1,958) dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perlu adanya upaya dari sekolah untuk melakukan pemantauan kesehatan khususnya tekanan darah secara rutin kepada remaja. Kata kunci : Hipertensi, Riwayat Keluarga Jenis Kelamin, Kebiasaan Konsumsi Asin, Kebiasaan Olahraga Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 3 ABSTRACT Hypertension is a global health problem that requires more attention because of its increased prevalence in line with changes in lifestyle, especially dietary pattern and lack of physical activities. This is the reason many residents of certain groups have nutritional problems that have an impact on the incidence of non-communicable diseases, such as hypertension. Hypertension does not only occur in adults and the elderly, but also adolescents. The data of Indonesia Basic Health Research 2007, the prevalence of hypertension in adolescents is 9.0 percents, and increased to 10.7 percents in 2013. The purpose of this study is to find the correlation between family history, sex, salty consumption, and exercise habits with hypertension in adolescents at SMAN 1 Ungaran Semarang Regency. This was an observational-analytical study with cross sectional approach. The population in this study was the tenth and eleventh graders at SMAN 1 Ungaran in the academic year if 2014/2015 as many as 474 students and the samples in this study were 97 students that sampled by using purposive sampling technique. The data were obtained through questionnaires, blood pressure and height measurements. The data analysis used Chi square test (α = 0.05). The results of this study indicate that there is a correlation between family history (p = 0.000; RP = 2.724; 95%CI = 1.923-3.860), salty consumption habits (p = 0.000; RP = 2.370; 95%CI = 1.658-3.388) and hypertension. There is no correlation between sex (p = 1.000; RP = 1.026; 95%CI = 0.706-1.490), exercise habits (p = 0.644; RP = 1.189; 95%CI = 0.7221.958) and hypertension. Based on the results of this study, schools should make the efforts of health monitoring especially on blood pressure examination for the adolescents routinely. Keywords : Hypertension, Family history, Sex, Salty consumption habits, Exercise habits Pendahuluan Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80 mmHg dan dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg.1 Hipertensi tidak hanya menjadi masalah bagi orang dewasa maupun lansia tetapi pada remaja hipertensi juga merupakan suatu masalah, oleh karena remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),2 prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%, kemudian meningkat menjadi 10,7% pada tahun 2013.3 Hipertensi pada remaja paling sering disebabkan akibat adanya masalah pada jantung dan ginjal, adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, obesitas dan pola makan yang buruk.4 Penyebab hipertensi yang paling sering pada remaja (usia 13-18 tahun) adalah hipertensi esensial dan penyakit parenkim ginjal. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hipertensi esensial tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab hipertensi pada remaja diikuti oleh penyakit ginjal lainnya.5 Faktor risiko hipertensi ada 2 pengelompokan yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, geografis dan faktor risiko yang dapat diubah seperti Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 4 stress, obesitas, kepribadian tipe A, alkohol, perilaku merokok, pemakaian alat kontrasepsi hormonal, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium, lemak, dan kurangnya aktivitas fisik.6,7 Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak bisa diubah. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.8 Menurut hasil penelitian Nuarima,9 terhadap masyarakat di Desa Kebongan Kidul Kabupaten Rembang menunjukkan subjek dengan riwayat keluarga menderita hipertensi memiliki risiko mengalami hipertensi 14 kali lebih besar bila dibandingkan dengan subjek tanpa riwayat keluarga menderita hipertensi. Hipertensi pada laki-laki umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita.10 Berdasarkan hasil Riskesdas, prevalensi penduduk usia 15-17 tahun yang menderita hipertensi lebih tinggi laki-laki sebesar 6,0% dibandingkan perempuan sebesar 4,7%.3 Kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak dan makanan cepat saji merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab kejadian hipertensi.11 Makanan junk food juga merupakan salah satu jenis makanan yang dapat mencetuskan hipertensi. Biasanya makanan junk food termasuk makanan-makanan cepat saji (fast food) yang mengandung lemak dan natrium yang tinggi dan sangat disukai oleh remaja.12 Proporsi nasional penduduk umur >10 tahun dengan perilaku kebiasaan konsumsi asin mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu 24,5% menjadi 26,2% pada tahun 2013. Di Jawa Tengah terdapat sebanyak 30,4% masyarakat yang mempunyai kebiasaan konsumsi makanan asin.3 Kurang olahraga merupakan penyebab hipertensi.13 Kurangnya aktivitas fisik dapat disebabkan karena perilaku sedentari atau perilaku tidak banyak gerakan. Proporsi penduduk kelompok umur ≥10 tahun dengan perilaku aktifitas sedentari 3-5,9 jam di Jawa Tengah yaitu 43,2%, sedangkan proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%, untuk di Jawa Tengah adalah 20,5%. Sementara kurangnya aktifitas fisik dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan kolestrol tinggi.3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang. Metode Jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI di SMAN 1 Ungaran tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 474 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 92 siswa yang diambil dengan purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner, pengukuran tekanan darah dan pengukuran tinggi badan. Data yang dikumpulkan meliputi : umur, jenis kelamin, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi asin dan riwayat keluarga hipertensi. Pengolahan data dianalisis dengan uji Chi square (=0,05). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 5 Hasil Tabel 1 Distribusi riwayat keluarga hipertensi, jenis kelamin, kebiasaan konsumsi asin, kebiasaan olahraga dan kejadian hipertensi pada remaja di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang Variabel f % Riwayat keluarga hipertensi 33 35,9 - Ada 59 64,1 - Tidak ada Jenis kelamin - Laki-laki 29 31,5 - Perempuan 63 68,5 Kebiasaan konsumsi asin - Sering 36 39,1 - Jarang 56 60,9 Kebiasaan olahraga - Tidak teratur 74 80,4 - Teratur 18 19,6 Kejadian hipertensi - Hipertensi 53 57,6 - Tidak hipertensi 39 42,4 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 92 responden terdapat 35,9% mempunyai riwayat keluarga hipertensi dan 64,1% responden tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi, terdapat 31,5% responden berjenis kelamin laki-laki dan 68,5% responden berjenis kelamin perempuan, terdapat 39,1% responden mempunyai kebiasaan konsumsi asin kategori sering dan 60,9% responden mempunyai kebiasaan konsumsi asin kategori jarang, terdapat 80,4% responden mempunyai kebiasaan olahraga tidak teratur dan 19,6% responden mempunyai kebiasaan olahraga teratur, serta terdapat 57,6% responden mengalami hipertensi dan 42,4% responden tidak mengalami hipertensi. Tabel 2 Hubungan antara riwayat keluarga hipertensi, jenis kelamin, kebiasaan konsumsi asin dan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang Kejadian RP Hipertensi Variabel p (CI 95%) f % Riwayat 0,000 2,724 keluarga (1,923-3,860) hipertensi - Ada 32 97,0 - Tidak ada 21 35,6 Jenis 1,000 kelamin - Laki-laki 17 58,6 - Perempuan 36 57,1 Kebiasaan 0,000 2,370 konsumsi (1,658-3,388) asin - Sering 32 88,9 - Jarang 21 37,5 Kebiasaan 0,644 olahraga - Tidak 44 59,5 teratur - Teratur 9 50,0 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi dan ada riwayat keluarga hipertensi yaitu sebesar 97,0% lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak ada riwayat keluarga hipertensi dan mengalami hipertensi yaitu 35,6%. Dan secara statistik terbukti bermakna (p=0,000; RP=2,724). Responden yang mengalami hipertensi dan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 58,6%, lebih tinggi dibandingkan responden yang berjenis kelamin perempuan dan mengalami hipertensi yaitu 57,1%. Dan secara statistik terbukti tidak bermakna dengan nilai (p=1,000). Responden yang mengalami hipertensi dan mempunyai kebiasaan konsumsi asin kategori sering yaitu sebesar 88,9%, lebih tinggi dibandingkan responden yang mempunyai kebiasaan konsumsi asin kategori jarang dan mengalami hipertensi yaitu 37,5%. Dan secara statistik terbukti bermakna (p=0,000; RP=2,370). Responden yang mengalami hipertensi dan mempunyai kebiasaan olahraga tidak teratur yaitu sebesar 59,5%, lebih tinggi dibandingkan responden yang mempunyai Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 6 kebiasaan olahraga teratur dan mengalami hipertensi yaitu 50,0%. Dan secara statistik terbukti tidak bermakna dengan nilai (p=0,644). Pembahasan Hubungan riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada remaja (p=0,000; RP=2,724). Banyaknya responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi dan mengalami hipertensi dikarenakan sebagian besar responden memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi yaitu dari ayah sebesar (20,7%), ibu (8,7%), nenek/kakek (4,3%) dan saudara kandung (2,2%). Jika terdapat riwayat hipertensi keluarga pada kedua orangtuanya, maka kemungkinan hipertensi diturunkan kepada anakanaknya adalah sebesar 45%, sedangkan bila hanya pada salah satu orang tuanya yang memiliki hipertensi, maka kemungkinan hipertensi diturunkan sebesar 30%.14 Seorang dengan riwayat hipertensi pada keluarganya biasanya memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap garam dan pelepasan hormon aldosteron yang lambat sehingga pada asupan garam yang tinggi atau bahkan normal (>100 mmol/hari) kadarnya tidak dapat diturunkan kembali sehingga dibutuhkan diet rendah garam.15 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Salam,16 menunjukkan ada hubungan antara faktor hereditas dengan kejadian hipertensi pada remaja awal (p=0,034). remaja (p=1,000). Hipertensi lebih mudah menyerang laki-laki daripada perempuan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu responden berjenis kelamin laki-laki menderita hipertensi sebesar 58,6% lebih tinggi dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perempuan menderita hipertensi sebesar 57,1%. Jenis kelamin dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi kemungkinan karena usia responden laki-laki dan perempuan sebaya atau kurang lebih umurnya sama sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan mengambil responden dengan umur yang berbeda. Cortas,17 menyatakan bahwa prevalensi terjadinya hipertensi antara pria dan wanita sama, namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Karena sebelum mengalami menopause wanita dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan aterosklerosis.18 Hubungan kebiasaan konsumsi asin dengan kejadian hipertensi Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kebiasaan konsumsi asin dengan kejadian hipertensi pada remaja (p=0,000; RP=2,370). Responden yang sering mengkonsumsi asin dan menderita hipertensi kemungkinan karena sebagian besar responden mengikuti beberapa kegiatan ekstra di sekolah, les mata pelajaran, belajar kelompok yang memungkinkan responden menghabiskan waktu di luar rumah dan memilih jajan di sekitar sekolah ataupun tempat makan lainnya. Selain itu responden lebih senang mengkonsumsi makanan junk food yang mengandung Hubungan jenis kelamin dengan natrium yang tinggi karena rasanya yang kejadian hipertensi Berdasarkan hasil penelitian, lebih enak, mudah didapat dan lebih menunjukkan bahwa tidak ada hubungan praktis dibandingkan harus membawa yang bermakna secara statistik antara jenis bekal dari rumah. Makanan junk food jika kelamin dengan kejadian hipertensi pada dikonsumsi secara berlebihan dapat Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 7 Ungaran Kabupaten Semarang menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas (kegemukan), diabetes (kencing manis), hipertensi, pengerasan pembuluh darah (ateroskleresis), penyakit jantung koroner dan kanker.12 Menurut Silbernagl & Lang ,15 menjelaskan bahwa asupan natrium yang tinggi akan berdampak pada tekanan darah. Pada orang yang sensitif akan natrium, asupan natrium yang berlebih atau bahkan normal, menyebabkan pelepasan aldosteron terhambat dan kadar Natrium dalam darah tidak dapat diturunkan kembali, sehingga diperlukan diet rendah garam agar keseimbangan NaCl sampai pada batas pengaturan aldosteron. Adapun hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Salam,16 menunjukkan ada hubungan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada remaja awal (p=0,004). Olahraga secara teratur sangat penting karena bisa membantu menjaga kelenturan pembuluh darah. Seseorang yang tidak banyak bergerak 35% lebih tinggi risikonya untuk menderita hipertensi dari pada seseorang yang tidak aktif melakukan olahraga. Selain itu olahraga teratur dapat menurunkan risiko hipertensi juga dapat menurunkan lemak jahat (LDL), menurunkan berat badan, mengurangi frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2).18 Kesimpulan 1. Sebagian besar responden di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi, yaitu sejumlah 64,1% (59 orang). 2. Sebagian besar responden di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang berjenis kelamin perempuan, yaitu sejumlah 68,5% (63 orang). Hubungan kebiasaan olahraga dengan 3. Sebagian besar responden di SMAN 1 kejadian hipertensi Berdasarkan hasil penelitian, Ungaran Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan mempunyai kebiasaan konsumsi asin yang bermakna secara statistik antara dengan kategori jarang, yaitu sejumlah kebiasaan olahraga dengan kejadian 60,9% (56 orang). hipertensi pada remaja (p=0,644). Tidak 4. Sebagian besar responden di SMAN 1 adanya hubungan yang signifikan antara Ungaran Kabupaten Semarang tidak kebiasaan olahraga dengan kejadian mempunyai kebiasaan olahraga teratur, hipertensi kemungkinan karena pola hidup yaitu sejumlah 80,4% (74 orang). atau aktifitas responden sama. Tidak 5. Dari 92 responden terdapat 57,6% (53 teratur dan teraturnya kebiasaan olahraga orang) responden yang menderita yang dilakukan oleh responden, mereka hipertensi di SMAN 1 Ungaran tetap melakukan olaharaga karena di Kabupaten Semarang. sekolah mereka mendapatkan jam 6. Ada hubungan yang signifikan antara pelajaran olahraga 1 minggu sekali. riwayat keluarga hipertensi dengan Sheps,19 menyatakan bahwa kejadian hipertensi pada remaja di kurangnya aktifitas fisik meningkatkan SMAN 1 Ungaran Kabupaten risiko menderita hipertensi karena Semarang (p=0,000; RP=2,724). meningkatkan risiko kelebihan berat 7. Tidak ada hubungan yang signifikan badan. Orang yang tidak aktif juga antara jenis kelamin dengan kejadian cenderung mempunyai frekuensi denyut hipertensi pada remaja di SMAN 1 jantung yang lebih tinggi sehingga otot Ungaran Kabupaten Semarang jantungnya harus bekerja lebih keras pada (p=1,000). setiap kontraksi. Makin keras dan sering 8. Ada hubungan yang signifikan antara otot jantung harus memompa, makin besar kebiasaan konsumsi asin dengan tekanan yang dibebankan pada arteri. kejadian hipertensi pada remaja di Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 8 Ungaran Kabupaten Semarang SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang (p=0,000; RP=2,370). 9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang (p=0,644). Saran 1. Saran Bagi Sekolah Mengoptimalkan sarana Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai langkah awal skrining tekanan darah pada remaja dengan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, seperti Puskesmas setempat untuk melakukan kerjasama misalnya dalam pemeriksaan kesehatan sampai dengan melakukan pengukuran tekanan darah. UKS menyediakan alat untuk mengukur tekanan darah minimal Tensimeter Digital. 2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Dari hasil penelitian ini diharapkan akan ada penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi lainnya. 3. Saran Bagi Remaja Bagi remaja diharapkan mulai meningkatkan pola hidup yang lebih baik dan teratur dengan cara mengurangi konsumsi makanan sumber natrium (makanan asin, berbahan pengawet, berbumbu penyedap, junk food, fast food), olahraga secara teratur yaitu 3 kali dalam 1 minggu dengan waktu minimal 30 menit serta istirahat yang cukup. Daftar pustaka 1. Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius. 2. Kemenkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007). Jakarta. 3. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta. 4. Ruwano, N.G. (2010). Awas, Remaja Juga Rawan Hipertensi. (Online), (http://www.astrodigi.com/2010/12awa s-remaja-juga-rawan-hipertensi.html), diakses 27 Februari 2013. 5. Saing, J.H. (2005). Hipertensi Pada Remaja. Jurnal Sari Pediatri Vol. 6, No. 4 : 159-165. 6. Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. 7. Palmer, A. (2005). Tekanan Darah Tinggi. Alih bahasa: Elizabeth Yasmine. Jakarta: Erlangga. 8. Dalimartha, S, dkk. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus. 9. Nuarima. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kebongan Kidul, Kabupaten Rembang. Skripsi. Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP. 10. Anies. (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular : Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta : Elex Media Komputindo. 11. Tim VitaHealth. (2004). Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 12. Sari, Y. (2008). Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 13. Cahyono, S. (2008). Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta : Kanisius. 14. Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta. 15. Silbernagl, S., & Florian, L. (2007). Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : ECG. 16. Salam, M.A. (2009). Risiko Faktor Hereditas, Obesitas dan Asupan Natrium Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Remaja Awal. Skripsi. Semarang : PSIG UNDIP. 17. Cortas, K, et al. (2008). Hypertension. Diunduh dari Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 9 http/:www.emedicine.com. Diakses 27 Agustus 2015. 18. Price, S.A., & Lorraine, M.W. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Jakarta : ECG. 19. Sheps, S.G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi. Jakarta : PT Intisari Mediatama. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang 1 0