4399

advertisement
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA REMAJA
DI SMAN 1 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
OLEH
FITRIANINGSIH
020111a008
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
1
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
2
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA REMAJA
DI SMAN 1 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Fitrianingsih* Yuliaji Siswanto** Auly Tarmali**
* Alumni Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Ngudi Waluyo
** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Ngudi Waluyo
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena
prevalensinya yang terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup, terutama pola
makan dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini yang menyebabkan banyaknya penduduk
golongan tertentu mengalami masalah gizi yang berdampak pada timbulnya penyakit tidak
menular, misalnya hipertensi. Hipertensi tidak hanya terjadi pada dewasa dan lansia, tetapi
juga remaja. Data Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%, kemudian
meningkat menjadi 10,7% pada tahun 2013. Tujuan peneliti adalah mengetahui hubungan
antara riwayat keluarga, jenis kelamin, kebiasaan konsumsi asin, dan kebiasaan olahraga
dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI di SMAN 1 Ungaran tahun ajaran
2014/2015 sebanyak 474 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 97 siswa yang diambil
dengan purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner, pengukuran tekanan darah dan
pengukuran tinggi badan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi square (=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga (p=0,000;
RP=2,724; 95%CI=1,923-3,860), kebiasaan konsumsi asin (p=0,000; RP=2,370;
95%CI=1,658-3,388) dengan kejadian hipertensi. Selanjutnya tidak ada hubungan antara
jenis kelamin (p=1,000; RP=1,026; 95%CI=0,706-1,490), kebiasaan olahraga (p=0,644;
RP=1,189; 95%CI=0,722-1,958) dengan kejadian hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perlu adanya upaya dari sekolah untuk
melakukan pemantauan kesehatan khususnya tekanan darah secara rutin kepada remaja.
Kata kunci
: Hipertensi, Riwayat Keluarga Jenis Kelamin, Kebiasaan Konsumsi Asin,
Kebiasaan Olahraga
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
3
ABSTRACT
Hypertension is a global health problem that requires more attention because of its
increased prevalence in line with changes in lifestyle, especially dietary pattern and lack of
physical activities. This is the reason many residents of certain groups have nutritional
problems that have an impact on the incidence of non-communicable diseases, such as
hypertension. Hypertension does not only occur in adults and the elderly, but also
adolescents. The data of Indonesia Basic Health Research 2007, the prevalence of
hypertension in adolescents is 9.0 percents, and increased to 10.7 percents in 2013. The
purpose of this study is to find the correlation between family history, sex, salty consumption,
and exercise habits with hypertension in adolescents at SMAN 1 Ungaran Semarang
Regency.
This was an observational-analytical study with cross sectional approach. The
population in this study was the tenth and eleventh graders at SMAN 1 Ungaran in the
academic year if 2014/2015 as many as 474 students and the samples in this study were 97
students that sampled by using purposive sampling technique. The data were obtained
through questionnaires, blood pressure and height measurements. The data analysis used Chi
square test (α = 0.05).
The results of this study indicate that there is a correlation between family history (p =
0.000; RP = 2.724; 95%CI = 1.923-3.860), salty consumption habits (p = 0.000; RP = 2.370;
95%CI = 1.658-3.388) and hypertension. There is no correlation between sex (p = 1.000; RP
= 1.026; 95%CI = 0.706-1.490), exercise habits (p = 0.644; RP = 1.189; 95%CI = 0.7221.958) and hypertension.
Based on the results of this study, schools should make the efforts of health
monitoring especially on blood pressure examination for the adolescents routinely.
Keywords
: Hypertension, Family history, Sex, Salty consumption habits, Exercise habits
Pendahuluan
Hipertensi adalah suatu keadaan
ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Tekanan darah
normal adalah kurang dari 120/80 mmHg
dan dikatakan hipertensi bila tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg (Kemenkes
RI, 2013). Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik
≥90 mmHg.1
Hipertensi tidak hanya menjadi
masalah bagi orang dewasa maupun lansia
tetapi pada remaja hipertensi juga
merupakan suatu masalah, oleh karena
remaja yang mengalami hipertensi dapat
terus berlanjut pada usia dewasa dan
memiliki risiko morbiditas dan mortalitas
yang lebih tinggi. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas),2 prevalensi
hipertensi pada remaja sebesar 9%,
kemudian meningkat menjadi 10,7% pada
tahun 2013.3
Hipertensi pada remaja paling
sering disebabkan akibat adanya masalah
pada jantung dan ginjal, adanya riwayat
keluarga yang menderita hipertensi,
obesitas dan pola makan yang buruk.4
Penyebab hipertensi yang paling sering
pada remaja (usia 13-18 tahun) adalah
hipertensi esensial dan penyakit parenkim
ginjal.
Beberapa
penelitian
telah
membuktikan bahwa hipertensi esensial
tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab
hipertensi pada remaja diikuti oleh
penyakit ginjal lainnya.5
Faktor risiko hipertensi ada 2
pengelompokan yaitu faktor risiko yang
tidak dapat diubah seperti umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, geografis dan
faktor risiko yang dapat diubah seperti
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
4
stress, obesitas, kepribadian tipe A,
alkohol, perilaku merokok, pemakaian alat
kontrasepsi hormonal, pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium,
lemak, dan kurangnya aktivitas fisik.6,7
Riwayat keluarga merupakan salah
satu faktor risiko hipertensi yang tidak bisa
diubah. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua maka
dugaan hipertensi esensial lebih besar.8
Menurut hasil penelitian Nuarima,9
terhadap masyarakat di Desa Kebongan
Kidul Kabupaten Rembang menunjukkan
subjek dengan riwayat keluarga menderita
hipertensi memiliki risiko mengalami
hipertensi 14 kali lebih besar bila
dibandingkan dengan subjek tanpa riwayat
keluarga menderita hipertensi.
Hipertensi pada laki-laki umumnya
lebih tinggi dibandingkan wanita.10
Berdasarkan hasil Riskesdas, prevalensi
penduduk usia 15-17 tahun yang menderita
hipertensi lebih tinggi laki-laki sebesar
6,0% dibandingkan perempuan sebesar
4,7%.3
Kebiasaan
mengkonsumsi
makanan berlemak dan makanan cepat saji
merupakan salah satu faktor yang menjadi
penyebab kejadian hipertensi.11 Makanan
junk food juga merupakan salah satu jenis
makanan yang dapat mencetuskan
hipertensi. Biasanya makanan junk food
termasuk makanan-makanan cepat saji
(fast food) yang mengandung lemak dan
natrium yang tinggi dan sangat disukai
oleh remaja.12 Proporsi nasional penduduk
umur >10 tahun dengan perilaku kebiasaan
konsumsi asin mengalami peningkatan
dari tahun 2007 yaitu 24,5% menjadi
26,2% pada tahun 2013. Di Jawa Tengah
terdapat sebanyak 30,4% masyarakat yang
mempunyai kebiasaan konsumsi makanan
asin.3
Kurang
olahraga
merupakan
penyebab hipertensi.13 Kurangnya aktivitas
fisik dapat disebabkan karena perilaku
sedentari atau perilaku tidak banyak
gerakan. Proporsi penduduk kelompok
umur ≥10 tahun dengan perilaku aktifitas
sedentari 3-5,9 jam di Jawa Tengah yaitu
43,2%, sedangkan proporsi aktivitas fisik
tergolong kurang aktif secara umum
adalah 26,1%, untuk di Jawa Tengah
adalah 20,5%. Sementara kurangnya
aktifitas fisik dapat memicu timbulnya
berbagai macam penyakit tidak menular,
seperti obesitas, diabetes, tekanan darah
tinggi dan kolestrol tinggi.3
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
beberapa
faktor
yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada remaja di SMAN 1 Ungaran
Kabupaten Semarang.
Metode
Jenis
penelitian
analitik
observasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa/i kelas X dan XI di SMAN 1
Ungaran tahun ajaran 2014/2015 sebanyak
474 siswa dengan jumlah sampel sebanyak
92 siswa yang diambil dengan purposive
sampling.
Data
diperoleh
melalui
kuesioner, pengukuran tekanan darah dan
pengukuran tinggi badan. Data yang
dikumpulkan meliputi : umur, jenis
kelamin, kebiasaan olahraga, kebiasaan
konsumsi asin dan riwayat keluarga
hipertensi. Pengolahan data dianalisis
dengan uji Chi square (=0,05).
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
5
Hasil
Tabel 1 Distribusi riwayat keluarga hipertensi, jenis
kelamin, kebiasaan konsumsi asin, kebiasaan
olahraga dan kejadian hipertensi pada remaja di
SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang
Variabel
f
%
Riwayat keluarga
hipertensi
33
35,9
- Ada
59
64,1
- Tidak ada
Jenis kelamin
- Laki-laki
29
31,5
- Perempuan
63
68,5
Kebiasaan konsumsi asin
- Sering
36
39,1
- Jarang
56
60,9
Kebiasaan olahraga
- Tidak teratur
74
80,4
- Teratur
18
19,6
Kejadian hipertensi
- Hipertensi
53
57,6
- Tidak hipertensi
39
42,4
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari
92 responden terdapat 35,9% mempunyai
riwayat keluarga hipertensi dan 64,1%
responden tidak mempunyai riwayat
keluarga hipertensi, terdapat 31,5%
responden berjenis kelamin laki-laki dan
68,5% responden berjenis kelamin
perempuan, terdapat 39,1% responden
mempunyai kebiasaan konsumsi asin
kategori sering dan 60,9% responden
mempunyai kebiasaan konsumsi asin
kategori jarang, terdapat 80,4% responden
mempunyai kebiasaan olahraga tidak
teratur dan 19,6% responden mempunyai
kebiasaan olahraga teratur, serta terdapat
57,6% responden mengalami hipertensi
dan 42,4% responden tidak mengalami
hipertensi.
Tabel 2 Hubungan antara riwayat keluarga
hipertensi, jenis kelamin, kebiasaan konsumsi asin
dan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi
di SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang
Kejadian
RP
Hipertensi
Variabel
p
(CI 95%)
f
%
Riwayat
0,000
2,724
keluarga
(1,923-3,860)
hipertensi
- Ada
32 97,0
- Tidak ada
21 35,6
Jenis
1,000
kelamin
- Laki-laki
17 58,6
- Perempuan 36 57,1
Kebiasaan
0,000
2,370
konsumsi
(1,658-3,388)
asin
- Sering
32 88,9
- Jarang
21 37,5
Kebiasaan
0,644
olahraga
- Tidak
44 59,5
teratur
- Teratur
9 50,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden yang mengalami hipertensi dan
ada riwayat keluarga hipertensi yaitu
sebesar 97,0% lebih tinggi dibandingkan
responden yang tidak ada riwayat keluarga
hipertensi dan mengalami hipertensi yaitu
35,6%. Dan secara statistik terbukti
bermakna
(p=0,000;
RP=2,724).
Responden yang mengalami hipertensi dan
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar
58,6%,
lebih
tinggi
dibandingkan
responden
yang
berjenis
kelamin
perempuan dan mengalami hipertensi yaitu
57,1%. Dan secara statistik terbukti tidak
bermakna dengan nilai
(p=1,000).
Responden yang mengalami hipertensi dan
mempunyai kebiasaan konsumsi asin
kategori sering yaitu sebesar 88,9%, lebih
tinggi dibandingkan responden yang
mempunyai kebiasaan konsumsi asin
kategori jarang dan mengalami hipertensi
yaitu 37,5%. Dan secara statistik terbukti
bermakna
(p=0,000;
RP=2,370).
Responden yang mengalami hipertensi dan
mempunyai kebiasaan olahraga tidak
teratur yaitu sebesar 59,5%, lebih tinggi
dibandingkan responden yang mempunyai
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
6
kebiasaan olahraga teratur dan mengalami
hipertensi yaitu 50,0%. Dan secara statistik
terbukti tidak bermakna dengan nilai
(p=0,644).
Pembahasan
Hubungan riwayat keluarga hipertensi
dengan kejadian hipertensi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara riwayat
keluarga hipertensi dengan kejadian
hipertensi
pada
remaja
(p=0,000;
RP=2,724). Banyaknya responden yang
mempunyai riwayat keluarga hipertensi
dan mengalami hipertensi dikarenakan
sebagian besar responden memiliki
riwayat
keluarga
yang
menderita
hipertensi yaitu dari ayah sebesar (20,7%),
ibu (8,7%), nenek/kakek (4,3%) dan
saudara kandung (2,2%). Jika terdapat
riwayat hipertensi keluarga pada kedua
orangtuanya,
maka
kemungkinan
hipertensi diturunkan kepada anakanaknya adalah sebesar 45%, sedangkan
bila hanya pada salah satu orang tuanya
yang
memiliki
hipertensi,
maka
kemungkinan
hipertensi
diturunkan
sebesar 30%.14
Seorang dengan riwayat hipertensi
pada keluarganya biasanya memiliki
sensitivitas yang tinggi terhadap garam
dan pelepasan hormon aldosteron yang
lambat sehingga pada asupan garam yang
tinggi atau bahkan normal (>100
mmol/hari)
kadarnya
tidak
dapat
diturunkan kembali sehingga dibutuhkan
diet rendah garam.15 Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Salam,16 menunjukkan ada hubungan
antara faktor hereditas dengan kejadian
hipertensi pada remaja awal (p=0,034).
remaja (p=1,000). Hipertensi lebih mudah
menyerang laki-laki daripada perempuan,
hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu
responden berjenis kelamin laki-laki
menderita hipertensi sebesar 58,6% lebih
tinggi dibandingkan dengan responden
berjenis kelamin perempuan menderita
hipertensi sebesar 57,1%. Jenis kelamin
dalam penelitian ini tidak berhubungan
dengan kejadian hipertensi kemungkinan
karena usia responden laki-laki dan
perempuan sebaya atau kurang lebih
umurnya sama sehingga pada penelitian
selanjutnya
diharapkan
mengambil
responden dengan umur yang berbeda.
Cortas,17
menyatakan
bahwa
prevalensi terjadinya hipertensi antara pria
dan wanita sama, namun wanita terlindung
dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Karena sebelum mengalami
menopause wanita dilindungi oleh hormon
estrogen
yang
berperan
dalam
meningkatkan HDL, dimana HDL
berperan penting dalam pencegahan
aterosklerosis.18
Hubungan kebiasaan konsumsi asin
dengan kejadian hipertensi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara kebiasaan
konsumsi asin dengan kejadian hipertensi
pada remaja (p=0,000; RP=2,370).
Responden yang sering mengkonsumsi
asin
dan
menderita
hipertensi
kemungkinan karena sebagian besar
responden mengikuti beberapa kegiatan
ekstra di sekolah, les mata pelajaran,
belajar kelompok yang memungkinkan
responden menghabiskan waktu di luar
rumah dan memilih jajan di sekitar sekolah
ataupun tempat makan lainnya. Selain itu
responden lebih senang mengkonsumsi
makanan junk food yang mengandung
Hubungan jenis kelamin dengan
natrium yang tinggi karena rasanya yang
kejadian hipertensi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
lebih enak, mudah didapat dan lebih
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
praktis dibandingkan harus membawa
yang bermakna secara statistik antara jenis
bekal dari rumah. Makanan junk food jika
kelamin dengan kejadian hipertensi pada
dikonsumsi secara berlebihan dapat
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
7
Ungaran Kabupaten Semarang
menimbulkan berbagai masalah kesehatan,
seperti obesitas (kegemukan), diabetes
(kencing manis), hipertensi, pengerasan
pembuluh darah (ateroskleresis), penyakit
jantung koroner dan kanker.12
Menurut Silbernagl & Lang ,15
menjelaskan bahwa asupan natrium yang
tinggi akan berdampak pada tekanan
darah. Pada orang yang sensitif akan
natrium, asupan natrium yang berlebih
atau bahkan normal, menyebabkan
pelepasan aldosteron terhambat dan kadar
Natrium dalam darah tidak dapat
diturunkan kembali, sehingga diperlukan
diet rendah garam agar keseimbangan
NaCl sampai pada batas pengaturan
aldosteron. Adapun hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Salam,16 menunjukkan ada hubungan
antara asupan natrium dengan kejadian
hipertensi pada remaja awal (p=0,004).
Olahraga secara teratur sangat penting
karena bisa membantu menjaga kelenturan
pembuluh darah. Seseorang yang tidak
banyak bergerak 35% lebih tinggi
risikonya untuk menderita hipertensi dari
pada seseorang yang tidak aktif melakukan
olahraga. Selain itu olahraga teratur dapat
menurunkan risiko hipertensi juga dapat
menurunkan
lemak
jahat
(LDL),
menurunkan berat badan, mengurangi
frekuensi denyut jantung saat istirahat dan
konsumsi oksigen miokardium (MVO2).18
Kesimpulan
1. Sebagian besar responden di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang tidak
mempunyai
riwayat
keluarga
hipertensi, yaitu sejumlah 64,1% (59
orang).
2. Sebagian besar responden di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang berjenis
kelamin perempuan, yaitu sejumlah
68,5% (63 orang).
Hubungan kebiasaan olahraga dengan
3. Sebagian besar responden di SMAN 1
kejadian hipertensi
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Ungaran
Kabupaten
Semarang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
mempunyai kebiasaan konsumsi asin
yang bermakna secara statistik antara
dengan kategori jarang, yaitu sejumlah
kebiasaan olahraga dengan kejadian
60,9% (56 orang).
hipertensi pada remaja (p=0,644). Tidak
4. Sebagian besar responden di SMAN 1
adanya hubungan yang signifikan antara
Ungaran Kabupaten Semarang tidak
kebiasaan olahraga dengan kejadian
mempunyai kebiasaan olahraga teratur,
hipertensi kemungkinan karena pola hidup
yaitu sejumlah 80,4% (74 orang).
atau aktifitas responden sama. Tidak
5. Dari 92 responden terdapat 57,6% (53
teratur dan teraturnya kebiasaan olahraga
orang) responden yang menderita
yang dilakukan oleh responden, mereka
hipertensi di SMAN 1 Ungaran
tetap melakukan olaharaga karena di
Kabupaten Semarang.
sekolah mereka mendapatkan jam
6. Ada hubungan yang signifikan antara
pelajaran olahraga 1 minggu sekali.
riwayat keluarga hipertensi dengan
Sheps,19
menyatakan
bahwa
kejadian hipertensi pada remaja di
kurangnya aktifitas fisik meningkatkan
SMAN
1
Ungaran
Kabupaten
risiko menderita hipertensi karena
Semarang (p=0,000; RP=2,724).
meningkatkan risiko kelebihan berat
7. Tidak ada hubungan yang signifikan
badan. Orang yang tidak aktif juga
antara jenis kelamin dengan kejadian
cenderung mempunyai frekuensi denyut
hipertensi pada remaja di SMAN 1
jantung yang lebih tinggi sehingga otot
Ungaran
Kabupaten
Semarang
jantungnya harus bekerja lebih keras pada
(p=1,000).
setiap kontraksi. Makin keras dan sering
8. Ada hubungan yang signifikan antara
otot jantung harus memompa, makin besar
kebiasaan konsumsi asin dengan
tekanan yang dibebankan pada arteri.
kejadian hipertensi pada remaja di
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
8
Ungaran Kabupaten Semarang
SMAN
1
Ungaran
Kabupaten
Semarang (p=0,000; RP=2,370).
9. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan olahraga dengan
kejadian hipertensi pada remaja di
SMAN
1
Ungaran
Kabupaten
Semarang (p=0,644).
Saran
1. Saran Bagi Sekolah
Mengoptimalkan
sarana
Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai
langkah awal skrining tekanan darah
pada remaja dengan bantuan dan kerja
sama dari berbagai pihak, seperti
Puskesmas setempat untuk melakukan
kerjasama
misalnya
dalam
pemeriksaan kesehatan sampai dengan
melakukan pengukuran tekanan darah.
UKS
menyediakan
alat
untuk
mengukur tekanan darah minimal
Tensimeter Digital.
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Dari hasil penelitian ini diharapkan
akan ada penelitian lanjutan untuk
mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi lainnya.
3. Saran Bagi Remaja
Bagi
remaja diharapkan mulai
meningkatkan pola hidup yang lebih
baik dan teratur dengan cara
mengurangi
konsumsi
makanan
sumber natrium (makanan asin,
berbahan
pengawet,
berbumbu
penyedap, junk food, fast food),
olahraga secara teratur yaitu 3 kali
dalam 1 minggu dengan waktu
minimal 30 menit serta istirahat yang
cukup.
Daftar pustaka
1. Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta
Kedokteran.
Jakarta:
Media
aesculapius.
2. Kemenkes RI. (2007). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas 2007). Jakarta.
3. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta.
4. Ruwano, N.G. (2010). Awas, Remaja
Juga Rawan Hipertensi. (Online),
(http://www.astrodigi.com/2010/12awa
s-remaja-juga-rawan-hipertensi.html),
diakses 27 Februari 2013.
5. Saing, J.H. (2005). Hipertensi Pada
Remaja. Jurnal Sari Pediatri Vol. 6,
No. 4 : 159-165.
6. Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Cetakan
Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
7. Palmer, A. (2005). Tekanan Darah
Tinggi. Alih bahasa: Elizabeth
Yasmine. Jakarta: Erlangga.
8. Dalimartha, S, dkk. (2008). Care Your
Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.
9. Nuarima. (2012). Faktor Risiko
Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa
Kebongan Kidul, Kabupaten Rembang.
Skripsi.
Semarang
:
Fakultas
Kedokteran UNDIP.
10. Anies. (2006). Waspada Ancaman
Penyakit Tidak Menular : Solusi
Pencegahan dari Aspek Perilaku dan
Lingkungan. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
11. Tim VitaHealth. (2004). Hipertensi.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
12. Sari, Y. (2008). Faktor Risiko
Hipertensi.
Jakarta:
Warta
Pengendalian
Penyakit
Tidak
Menular.
13. Cahyono, S. (2008). Gaya Hidup dan
Penyakit Modern. Yogyakarta :
Kanisius.
14. Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi. Jakarta.
15. Silbernagl, S., & Florian, L. (2007).
Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta : ECG.
16. Salam, M.A. (2009). Risiko Faktor
Hereditas, Obesitas dan Asupan
Natrium
Terhadap
Kejadian
Hipertensi Pada Remaja Awal. Skripsi.
Semarang : PSIG UNDIP.
17. Cortas, K, et al. (2008). Hypertension.
Diunduh
dari
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
9
http/:www.emedicine.com. Diakses 27
Agustus 2015.
18. Price, S.A., & Lorraine, M.W. (2006).
Patofisiologi konsep klinis proses
proses penyakit. Jakarta : ECG.
19. Sheps, S.G. (2005). Mayo Clinic
Hipertensi. Jakarta : PT Intisari
Mediatama.
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Di SMAN 1
Ungaran Kabupaten Semarang
1
0
Download