SELISIK SINGKAT TENTANG RATU MESIR CLEOPATRA Diposkan oleh Aep Saepulloh Darusmanwiati on Jul 3, 2009 Label: Ziarah dan Rihlah Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati Kota Iskandariah (Alexandria) bukan semata mengingatkan akan sejarah panjang dan pemandangan kota yang mempesona, akan tetapi juga mengingatkan akan hidupnya satu dari tiga ratu terkenal Mesir: Cleopatra (dua ratu lainnya adalah Nefertiti dan Nefertari). Bagaimana tidak, Cleopatra adalah ratu yang lahir dan besar di Iskandariah. Bahkan, ia juga termasuk ratu yang memimpin Iskandariah dan sekitarnya. Untuk itulah, pada kesempatan kali ini, penulis mencoba menghidangkan sekelumit sejarah singkat tentang Siapa dan bagaimana Cleopatra ini. Tulisan ini diambil dari beberapa sumber baik yang berbahasa Inggris maupun Arab, semoga bermanfaat. Asal usul Cleopatra (Januari 69 SM – 12 Agustus 30 SM) Cleopatra adalah salah satu ratu pada dinasti Ptolemeus yang pernah berkuasa di Mesir dan sekitarnya, dengan ibu kota saat itu Iskandariah. Dalam sejarahnya, ada tujuh nama ratu pada dinasti Ptolemeus yang menggunakan nama Cleopatra. Lalu Cleopatra yang mana yang sering disebut dan dikenang sebagai ratu Mesir yang cantik jelita itu? Jawabannya adalah Cleopatra ke-7, sekaligus ratu terakhir dinasti Ptolemeus yang berkuasa di Mesir. Untuk itu, bahasan Cleopatra di bawah ini merujuk kepada Cleopatra VII bukan kepada yang lainnya. Menurut para ahli sejarah, Cleopatra bukan berdarah Mesir akan tetapi berdarah Macedonia, Yunani. Hanya, ia dilahirkan dan dibesarkan bahkan memimpin Mesir, tepatnya di Iskandariah. Ia dilahirkan pada bulan Januari tahun 69 SM, dan merupakan anak ke-3 dari 6 bersaudara dari Dinasti Ptolemeus (Indonesia: Ptolemaik), Yunani. Ia mempunyai 2 orang kakak dan seorang adik perempuan serta dua adik laki-laki. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Alexandria yang merupakan kota terbesar dan termewah saat itu. Dinasti Ptolemy berkuasa di Mesir selama tiga abad setelah penaklukan Mesir oleh Alexander The Great. Cleopatra adalah pharaoh Ptolemic pertama yang mempelajari bahasa Mesir. Ia juga pharaoh terakhir Mesir, karena setelah kematiannya, Mesir menjadi salah satu provinsi dalam kemaharajaan Romawi. Ayahnya bernama Ptolemeus XII, juga raja yang pernah berkuasa di Mesir. Pada pada bulan Maret tahun 51 SM Ptolemeus XII meninggal. Sepeninggal ayahnya, Cleopatra (yang saat itu berusia 18 tahun) dan adiknya Ptolemeus XIII (yang berusia 12 tahun) menggantikan ayahnya menjadi penguasa Mesir. Dan dalam sejarahnya, Cleopatra dengan adik laki-lakinya ini kemudian menikah, bahkan Cleopatra juga tercatat menikah dengan adik laki-lakinya yang lain yang bernama Ptolemeus XIV. Cleopatra bukan wanita sembarang. Ambisinya untuk menjadi ratu sangat besar. Suaminya yang juga adik laki-lakinya itu sedikit demi sedikit digeser dari kedudukan raja, sehingga yang tersisa hanya Cleopatra yang menjadi Ratu Mesir saat itu. Hal ini membuat sebagian anggota istana berang. Bagaimanapun dalam tradisi dan adat saat itu, laki-laki harus menjadi pemimpin dan perempuan selalu berada di bawah kepemimpinan laki-laki. Adalah eunuch Pothinus di antara tokoh yang tidak setuju dengan langkah Cleopatra. Ia akhirnya bekerja keras untuk menggeser posisi Cleopatra. Tahun 48 SM usahanya membuahkan hasil; Cleopatra diturunkan dari posisi Ratu diganti oleh adik sekaligus suaminya Ptolemeus. Melihat kondisi yang tidak memungkinkan, Cleopatra akhirnya lari dari Mesir. Niat dan ambisinya untuk menjadi orang nomor satu di Mesir tetap membara. Beberapa kali melakukan aksi pemberontakan namun selalu kandas. Sampai suatu saat Julius Caesar masuk dan berkuasa di Mesir. Awalnya, Julius Caesar terlibat perang sodara dengan menantunya sendiri, Pompey (Pompey menikahi putrinya yang bernama Julia).Pompey lari dari Romawi menuju Iskandariah untuk mencari suaka politik, dan saat itu Ptolemeus XIII yang berkuasa sebagai raja. Sayang, Pompey bernasib sial, sesampe di Iskandariah ia dibunuh oleh salah satu pengawalnya yang kini bekerja untuk dinasti Ptolemeus. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ptolemeus XIII. Begitu Julius Caesar tiba di Iskandariah, Ptolemeus menyerahkan kepala Pompey kepadanya dengan maksud untuk merebut hati Julius Caesar yang berkekuatan besar saat itu. Namun sayang, prasangka Ptolemeus kandas. Julius Caesar justru marah besar dengan melihat terbunuhnya Pompey, sekalipun Pompey adalah musuh politiknya. Sekali lagi, karena bagaimanapun Pompey adalah menantu sekaligus konsul Roma. Sejak itu, posisi Ptolemeus XIII mulai tersingkir. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Cleopatra. Ia coba merangsak mendekat Caesar. Senyuman, kecantikan, cara bicara dan kepintaran juga kepiawaian berlobi Cleopatra berhasil menundukkan hati Sang Raja. Hati Julius Caesar terpanah dan terperosok dalam asmara dengan Cleopatra. Pandangan pertama langsung membuahkan hasil. Julius Caesar kini terpaut asmara yang sangat dalam dengan Ratu Cleopatra, keduanya terbuai dalam larutan cinta. Pertemuan Cleopatra dengan Julius Caesar menurut para ahli sejarah terjadi selama satu tahun yaitu tahun 48 – 47 SM. Saat itu Cleopatra berusia 21 tahun, sementara Caesar berumur 50 tahun. Pertautan umur yang hamper 30 tahun ternyata tidak menjadi penghalang untuk terus melanjutkan hubungan gelap, sebagai kekasih. Ikatan asmara dan rajutan cinta ternyata memang tidak mengenal usia. Percikan cinta membuat orang buta, yang ada adalah rasa sayang dan asmara membara. Setelah sembilan bulan keduanya terjerembab dalam asmara, Cleopatra pun hamil dan melahirkan seorang bayi mungil, hasil hubungannya dengan Julius Caesar yang kemudian diberi nama Ptolemeus Caesar atau sering disebut "Caesarion" yang berarti "Caesar kecil" tepatnya pada tanggal 23 Juni 47 SM. Cleopatra mengklaim bahwa Julius Caesar adalah ayah bayi itu, sekaligus berharap agar anaknya ini dapat menjadi ahli waritsnya sebagai raja Mesir dan Romawi sebagai upaya untuk menyatukan timur dan barat. Hanya sayang, Caesar menolak. Caesar lebih memilih cucu laki-lakinya yang bernama Octavian sebagai ahli waritsnya. Niat Cleopatra kandas. Namun, kandas satu tidak berarti harus kandas semuanya. Caesarion kandas, namun dirinya untuk menjadi orang nomor satu di Mesir tidak boleh kandas. Ptolemeus XIII berusaha mengokohkan kembali kedudukannya, namun sayang, kekuatannya kini sangat jauh di bawah kekuatan Cleopatra. Kekuatan armada tidak dapat mengalahkan kekuatan asmara. Kekuatan armada Ptolemeus XIII kandas di bawah kekuatan Julius Caesar yang sudah terpanah oleh kekuatan asmara Cleopatra. Ptolemeus XIII tenggelam di sungai nil sampai meninggal dalam peperangan melawan Caesar plus Cleopatra. Julius Caesar segera mengangkat Cleopatra menjadi pemimpin Mesir bersama adiknya yang sekaligus kelak menjadi suaminya, Ptolemeus XIV sebagai wakilnya. Keinginan Cleopatra tercapai sudah, orang nomor satu di Mesir saat itu. Modalnya tidak perlu dengan armada, tapi yang lebih dahsyat dari itu, kekuatan asmara. Kepiawaiannya dalam menggaet hati laki-laki dalam hal ini Julius Caesar, di tambah penampilannya yang menarik, menjadi modal penting untuk mewujudkan keinginannya itu. Yah, kini Cleopatra sudah menjadi Ratu Mesir Ternama. Cleopatra dan Caesarion mengunjungi Roma pada tahun 47 SM sampai tahun 41 SM dan bahkan keduanya hadir saat Caesar dibunuh pada tanggal 15 Maret 44 SM. Setelah Caesar terbunuh, Cleopatra dan putranya kembali ke Mesir menemui adik sekaligus suaminya, Ptolemeus XIV. Sepeninggal Ptolemeus XIV, Cleopatra menjadikan Caesarion sebagai penerusnya. Sepeninggal Julius Caesar yang terbunuh, pada tahun 42 SM Markus Antonius, penguasa Roma saat itu, memanggil Cleopatra bertemu di Tarsus untuk meingintrogasinya dalam kasus pembunuhan Julius Caesar. Markus Antonius mempunyai kecurigaan adanya keterlibatan Cleopatra dalam pembunuhan Caesar tersebut. Cleopatra pun menghadirinya. Kembali, Cleopatra betul-betul menunjukkan kepiawaiannya dalam memikat laki-laki. Kecantikannya, kepiawaiannya dalam bernegosiasi sekaligus kepintarannya berhasil meluluhkan hati Markus Antonius. Niatnya untuk menghakimi Cleopatra berubah menjadi mengasihinya. Hubungan asmara keduanya pun tidak dapat dihelakkan. Markus Antonius (atau dikenal dengan mana Mark Anthony) menghabiskan musim dingin dengan Cleopatra di Alexandria pada tahun 41 SM–40 SM. Bahkan, pada tanggal 25 Desember 40 SM, ia melahirkan 2 orang anak; Alexander Helios dan Cleopatra Selene II Empat tahun kemudian, tahun 37 SM, Antony mengunjungi Alexandria sekali lagi sekaligus memperbarui hubungannya dengan Cleopatra, dan sejak saat itu Alexandria menjadi rumahnya. Demi Cleopatra, Mark Antony berani meninggalkan isterinya yang bernama Octavia Minor, yang merupakan adik Octavianus, raja Romawi, cucu Julius Caesar. Dari pernikahannya dengan Cleopatra, Markus Antonius dikaruniai seorang putra bernama Ptolemeus Philadelphus. Terang saja Octavianus marah besar. Ia pun menyerang Mark Anthony dan Cleopatra dengan menggunakan armada tempurnya. Pasukan Mark Anthony dan Cleopatra kalah dalam pertempuran di Actium, Yunani tahun 31 SM. Karena kalah perang, Mark Anthony melakukan aksi bunuh diri dengan menusukan pedangnya pada tanggal 12 Agustus 30 SM. Ia pun meninggal di pangkuan Cleopatra. Cleopatra pun tidak tinggal diam. Kisah asmara dengan Mark Anthony ingin dilanjutkan di alam sana, ia pun bunuh diri. Menurut para sejarawan, ia mengambil keputusan untuk bunuh diri setelah ia menyadari bahwa ia gagal mencapai tujuannya. Ia meninggal akibat membiarkan dirinya digigit ular berbisa, ular Asp (Kobra Mesir) yang diselipkan kedalam bakul berisi buah ara. Dalam detik terakhir kematiannya, ia menyatakan takdirnya sebagai dewi. Dengan berakhirnya Cleopatra VII, maka berakhir juga dinasti Ptolemeus, dan Mesir jatuh dalam kekuasaan Octavianus,yang selanjutnya menjadi Kaisar Terbesar Romawi - dengan nama baru : Kaisar Augustus, yang namanya sekarang kita pakai sebagai nama bulan. Sumber bacaan: 1. Cleopatra karya Manfredd Clause (berbahasa Inggris) edisi terjemahan berbahasa Arab dengan judul Kleobatraa, penerjemah: Asyraf Nadi Ahmad, Maktabah Usrah, Mesir, 2008 2. Peter Green (1990). Alexander to Actium: The Historical Evolution of the Hellenistic Age. Berkeley: University of California Press, 661–664. ISBN 0-520-05611-6. 3. Smith, William (ed.) (1867). Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology. Boston: Little, Brown & Company, 802. 4. Ullman, Berthold L. (1957). "Cleopatra's Pearls". The Classical Journal 52 (5): 193-201. 5. Juga sumber-sumber bacaan lainnya. ♣ Makalah ini dipresentasikan pada acara Rihlah Menuju Iskandariah, yang diselenggarakan oleh Majlis Taklim al-Muttaqien, kelompok pengajian ibu-ibu KBRI di Kairo, pimpinan Ibu Hj. Burhanuddin. Diselenggarakan pada hari Selasa, 31 Maret 2009