Teori Relatifitas mengenai Dimensi Kehidupan Awal permenungan berasal dari pertanyaan sederhana: jika di dunia ini terdapat alam manusia dan apa yang kita sebut alam roh, bagaimana alam-alam tersebut berhubungan satu sama lain? Saya pernah membaca beberapa literatur agama dan spiritualisme, yang berbicara mengenai kekuatan meditasi untuk memasuki alam lain (alam astral), tujuh tingkat langit dan perjalanan Nabi Muhammad menyinggahi langit-langit tersebut, serta definisi-definisi mengenai surga dan neraka baik yang memandangnya sebagai suatu tempat (bersifat solid) maupun sebagai suatu keadaan (berhubungan dengan roh). Pagi ini, dengan bantuan Mr. Google, saya coba mencari kajian-kajian ilmiah mengenai hal tersebut, dan berkenalan dengan “teori untai” (string theory) yang dikembangkan oleh ahli-ahli metafisika pada saat ini, untuk menerangkan asal mula alam semesta dan rahasia sebelum terjadinya ledakan besar (big bang) pada big bang theory. Hasilnya, adalah sebuah hipotesa yang bersifat personal mengenai dimensi-dimensi dalam kehidupan kita. Karena hipotesa ini merupakan hasil kajian pribadi dan mungkin bertentangan dengan keyakinan agama serta kepercayaan yang sobat anut, maka bagi sobat yang merasa hipotesa ini akan menyesatkan atau mengganggu keyakinan sobat, saya anjurkan untuk tidak meneruskan membaca artikel ini. Well, saya mulai hipotesa saya dari sesuatu yang disebut dimensi. Menurut Wikipedia, dalam penggunaan umum, dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek—yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Dimensi nol adalah dimensi tanpa pergerakan, contohnya adalah sebuah titik. Oleh karenanya, dimensi ini juga disebut sebagai Dimensi Titik. Dimensi kesatu menggambarkan pergerakan di antara dua titik, yang bila digambarkan akan membentuk garis, inilah Dimensi Garis. Dimensi kedua menggambarkan pergerakan di antara tiga titik atau lebih dalam satu bidang datar, karenanya disebut Dimensi Bidang. Sebagai contoh, untuk menggambarkan suatu titik pada bidang (misalnya sebuah kota pada peta) dibutuhkan dua parameter— lintang dan bujur. Dengan demikian, ruang bersangkutan dikatakan berdimensi dua, dan ruang itu disebut sebagai bersifat dua dimensi. Apabila kita menggambarkan posisi pesawat terbang (relatif terhadap bumi) membutuhkan sebuah dimensi tambahan (ketinggian), maka posisi pesawat terbang tersebut dikatakan berada dalam ruang tiga dimensi (sering ditulis 3D), jadi dimensi ketiga disebut Dimensi Ruang. Nah, yang selama ini kita rasakan, pelajari, dan kasat mata adalah dimensi nol sampai dimensi tiga. Keempat dimensi tersebut sangat mudah dipahami karena merupakan lingkungan dimana manusia hidup. Teori-teori yang tidak terbantahkan dan sudah terbukti sangat banyak membahas keempat dimensi ini. Dalam perkembangan pengetahuan, muncul teori relativitas Einstein yang memasukkan waktu sebagai Dimensi Keempat. Menurut Enstein, pergerakan dari satu titik ke titik yang lain terlepas dari apakah pergerakan tersebut terjadi di dimensi bidang atau dimensi ruang, secara relatif akan dilihat oleh pihak ketiga sebagai pergerakan dua dimensi antara dua titik (bidang datar). Jika pihak ketiga (sebagai pihak yang melihat) juga dalam keadaan bergerak (dalam hal ini lebih cepat dari kecepatan cahaya) maka kombinasi antara bidang pergerakan dan waktu akan menghasilkan kecepatan relatif pergerakan tersebut dari sudut pandang pihak ketiga. Teori ini menjadi fenomenal karena mendobrak teori-teori mapan yang sudah ada, dan sampai saat ini telah terbukti secara ilmiah. Teori ini memandang konsep waktu tidak seperti yang selama ini kita gunakan, yaitu berupa sebuah timeline (rentet waktu), namun memandangnya sebagai sebuah relativitas. Teori ini juga mengembangkan pemikiran untuk terciptanya sebuah mesin waktu, dimana manusia bisa kembali ke masa lalu atau menuju ke masa depan jika dapat bergerak diatas kecepatan cahaya. Sejak beberapa dekade yang lalu, berkembang sebuah teori baru yang disebut “teori untai” atau string theory. Teori ini pada dasarnya sejalan dengan teori relativitas Einstein, namun memasukkan unsur gravitasi antar objek ke dalam perhitungan. Menurut teori ini, dalam suatu skala ruang subatomik, masing-masing pergerakan menimbulkan gravitasi satu sama lain, dan oleh karenanya saling berpengaruh. Perkembangan teori ini menunjukkan suatu hal fenomenal, yaitu semesta tempat kita berada tidak hanya terdiri dari satu kesatuan dimensi (dimensi ruang tempat kita berada), namun besar kemungkinan terdiri dari multi-dimensi ruang, dimana dimensi-dimensi ruang tersebut terhubung oleh dimensi waktu. Sampai dengan hasil penelitian pada saat ini, selain dimensi yang kita tinggali, terdapat lima dimensi ruang lainnya yang juga eksis dan ada dalam kehidupan semesta, sehingga jumlah keseluruhan dimensi ruang menjadi enam buah dimensi yang terhubung oleh waktu. Dimensi-dimensi tersebut adalah nyata, namun hubungan antar dimensi hanya dapat dilakukan dalam skala sub-atomic dengan kecepatan yang super tinggi. Jadi, dalam kehidupan kita, terdapat 10 dimensi, yaitu Dimensi Titik, Dimensi Garis, Dimensi Bidang, Dimensi Ruang (yang kita tinggali), lima Dimensi Ruang lain, dan Dimensi Waktu sebagai penghubung. Hal yang menarik adalah, terbuka suatu kemungkinan adanya kehidupan-kehidupan lain, di alam yang sama, di tempat yang mungkin sama, pada saat yang sama, namun saling tidak menyadari keberadaannya satu sama lain kecuali melalui sebuah hubungan dalam kondisi tertentu. Sampai di sini, saya kembali teringat mengenai tingkat-tingkat langit. Apabila tingkatan langit bukanlah tingkatan tempat, namun merupakan tingkatan Dimensi Ruang, maka bagi saya cukup masuk di akal bahwa kita manusia hidup dalam kebersamaan dengan alam barzhak (alam astral), dan entah di tingkatan mana kita berada. Menjadi cukup masuk akal juga bahwa melalui cara-cara supranatural, dimana roh, pikiran, perasaan manusia menjadi medianya, kita dapat berhubungan dengan dimensi lainnya. Menjadi masuk akal bahwa di tempat saya mengetik pada saat ini, ada “sesuatu” atau “seseorang” yang lain tengah mengerjakan hal lain yang berbeda, dengan situasi yang berbeda. Bisa jadi pula bahwa surga dan neraka merupakan sebutan untuk Dimensi Ruang yang lain tersebut. Meyakini teori untai ternyata sejalan dengan kepercayaan dan spiritualisme yang berkembang dalam sejarah kehidupan umat manusia ! Jika roh bisa bergerak melebihi kecepatan cahaya, maka kita (yang memiliki roh) bisa berpindah dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain, dengan cara meninggalkan badan kasar kita. So, kemana perginya roh orang yang meninggal dunia ? Satu yang saya juga yakini secara pribadi, bahwa seluruh Dimensi Ruang memiliki “aturan main”, sehingga kita tidak mungin berpindah-pindah semau kita. Ada suatu Kekuatan Utama yang memegang peranan untuk hal tersebut, dan Dia lah yang mencakup ke sepuluh dimensi, berada di luar pengaruh dimensi-dimensi tersebut, serta menjadi pencipta dimensi-dimensi tersebut, the Supreme Being, God. Sukar dipercaya oleh akal kita yang terbatas, namun cukup dapat diterima oleh imajinasi. Akhirnya, kembali lagi kepada agama-agama dan kepercayaan kita, saya yakini pada dasarnya mereka membimbing kita, dengan cara yang tidak kita sadari dan mengerti, untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi daripada tingkatan dimana kita berada sekarang, atau mencapai tingkatan tertinggi yang disebut surga. Dimensi kehidupan secara visual mungkin dimensi nyata dan tidak nyata, sebagaimana sang khalik menciptakan setiap sesuatu saling berpasangan, siang-malam, laki-laki perempuan, senangsensara, pahala dosa, surga dan neraka. Relativitas umum atau teori relativitas umum adalah geometris teori tentang gravitasi yang diterbitkan oleh Albert Einstein pada tahun 1915. Ini adalah deskripsi saat ini gravitasi di modern fisika . Ini menyatukan relativitas khusus dan Hukum gravitasi universal Newton , dan menjelaskan gravitasi sebagai properti geometrik ruang dan waktu , atau ruang-waktu . Khususnya, kelengkungan ruangwaktu secara langsung terkait dengan momentum-empat ( massa-energi dan linier momentum ) dari apa pun materi dan radiasi yang hadir. Relasi ini ditentukan oleh persamaan medan Einstein , suatu sistem persamaan diferensial parsial . Banyak prediksi relativitas umum yang berbeda secara signifikan dari fisika klasik, khususnya tentang perjalanan waktu, geometri ruang, gerak tubuh dalam jatuh bebas , dan propagasi dari cahaya . Contoh perbedaan tersebut mencakup pelebaran waktu gravitasi , dengan pergeseran merah gravitasi cahaya, dan waktu tunda gravitasi . relativitas's prediksi Umum telah dikonfirmasi di semua pengamatan dan percobaan -to-date. Meskipun relativitas umum bukan hanya teori relativitas gravitasi , itu adalah sederhana teori yang konsisten dengan data eksperimen. Namun, pertanyaan yang belum terjawab tetap, yang paling mendasar yang bagaimana relativitas umum dapat diselaraskan dengan hukum fisika kuantum untuk menghasilkan dan self-konsisten teori lengkap gravitasi kuantum . Teori Einstein memiliki implikasi astrofisika penting. Mengarah terhadap keberadaan lubang hitam -daerah ruang di mana ruang dan waktu yang terdistorsi sedemikian rupa sehingga apa-apa, bahkan cahaya, dapat melarikan diri-sebagai tujuan-negara untuk besar bintang-bintang . Ada bukti bahwa seperti lubang hitam bintang serta varietas lebih besar lubang hitam bertanggung jawab atas intens radiasi yang dipancarkan oleh jenis tertentu dari objek astronomi seperti nukleus galaksi aktif atau microquasars . Membungkuk cahaya oleh gravitasi dapat menyebabkan fenomena lensing gravitasi , di mana beberapa foto dari objek astronomi jauh yang sama terlihat di langit. Relativitas umum juga memprediksi adanya gelombang gravitasi , yang sejak diukur secara tidak langsung, sebuah pengukuran langsung merupakan tujuan dari proyek-proyek seperti LIGO . Selain itu, relativitas umum adalah dasar arus kosmologi model dari perluasan alam semesta secara konsisten. Relativitas Waktu dalam Al Quran Teori Relativitas Umum mengatakan bahwa “Waktu tidak memiliki keberadaan independen yang terpisah dari keteraturan dari peristiwa-peristiwa yang dengannya kita mengukurnya”. Sebagaimana ditulis dalam beberapa buku tentang teori relativitas, ruang dan waktu merupakan suatu bentuk intuisi yang tidak dapat dipisahkan dari kesadaran, seperti halnya konsep tentang warna, bentuk, dan ukuran. Dengan kata lain, waktu merupakan besaran yang berdasar atas persepsi yang bersifat relatif dan tergantung sepenuhnya kepada si penerima. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mengalami kecepatan perputaran waktu dalam situasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, ketika Anda menunggu kedatangan seorang teman yang sangat Anda harapkan, keterlambatan 10 menit saja akan terasa sangat lama bagi Anda. Sebaliknya, ketika Anda sedang mengerjakan soal ujian yang sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, 10 menit akan terasa sangat singkat bagi Anda. Bukti itulah yang menunjukkan bahwa waktu merupakan suatu persepsi psikologis. Yang lebih menarik dari fakta ini adalah ternyata telah dijabarkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum ilmu pengetahuan modern mengungkapnya. Terdapat bermacam-macam penjelasan dalam Al Quran mengenai relativitas waktu. Beberapa ayat menerangkan bahwa kehidupan manusia merupakan waktu yang sangat singkat, sebagaimana berikut: yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al Isra ‘:52) Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan….. (Yunus: 45) Dalam ayat lain disebutkan bahwa orang-orang mengalami waktu berbeda-beda dan kadangkadang orang menganggap masa yang sangat singkat sebagai masa yang sangat panjang. Percakapan di hari akhir berikut merupakan contohnya: Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. (Al Mu’minun: 112-114) Allah juga menyebutkan dalam ayat lain bahwa waktu berputar dalam langkah yang berbedabeda dan dalam kondisi yang berbeda-beda: … Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (Al Hajj: 47) Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al Ma’arij: 4) Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As Sajdah: 5) Kisah Para Pemuda Goa (Ashabul Kahfi) juga menyebutkan tentang persepsi waktu. Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda beriman yang tertidur selama lebih dari tiga abad dalam sebuah goa. Ketika terbangun, mereka mengira hanya tidur sebentar saja sebagimana diceritakan dalam Surat Al Kahfi berikut: Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu). (Al Kahfi: 11-12) Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?).” Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (Al Kahfi: 19) Kisah hampir serupa terdapat dalam surat Al Baqarah. Seorang pemuda yang beriman (beberapa referensi menyebutkan bahwa pemuda tersebut adalah Nabi Uzair a.s.) tertidur selama seratus tahun hingga keadaan negeri di sekelilingnya telah berubah. Akan tetapi, ia mengira hanya tertidur sehari saja. Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Baqarah: 259) Ayat-ayat di atas merupakan keterangan yang jelas mengenai realtivitas waktu. Bahwa kenyatan ini baru dipahami oleh para ilmuwan pada awal abad ke-20 merupakan bukti bahwa Al Quran diturunkan oleh Allah, Yang Menguasai Ruang dan Waktu, bukan karangan Nabi Muhammad sebagimana dituduhkan kaum materialis. Rentang waktu 14 abad antara diturunkannya Al Quran dengan dijabarkannya Teori Relativitas merupakan bukti yang cukup bahwa Al Quran benar-benar firman Allah SWT dan tidak ada keraguan untuk mengimaninya.