LAPORAN PENDAHULUH ELIMINASI Disusun oleh: TIKA FEBRIYANI 18200100130 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2021 LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI A. Pengertian eliminasi Menurut kamus Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urin atau bowel (fases). Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Defekasi Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009). 2. Miksi Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil. B. Anatomi Fisiologi 1. Fisiologi Defekasi Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh reflek gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltic di dalam usus terngsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot obdominal, sfunkter anur mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002). 2. Fisiologi miksi Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi adalah ginjal, ureter, kandung kemih, da uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudia mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut reflek miksi (reflek berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. C. Proses kebutuhan eliminasi Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil ) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang berperan dalam eliminasi urine adalah : ginjal, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses bekemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. D. Pathway E. Faktor –faktor yang mempengruhi eliminasi a. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain : 1. Umur Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik fases, tetapi juga pengontrolannya. Nak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuscular berkembang, biasanya antara umur 2-3 tahun. Orang dewasa juga megalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari oto-oto polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltic dan mengerasnya (mongering) fases, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung, beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan control terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi. 2. Diet Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi fases. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume fases. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaa, di beberapa bagian jalur dari pengairan fases. Makan yang tidak teratur dapat menggangu keterturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltic dan colon. 3. Cairan Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi fases. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (contoh : urin, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsobsi air dan chime ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chime menjadi lebih kering dari normal, memperlambat perjalanan chyne di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsobsi cairan dari chyme. 4. Tonus otot Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltic yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Oto-oto yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Oto-oto yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan(exercise), imobilitas atau gangguan dungsi syaraf. 5. Faktor psikologi Dapat dilihat bahwa stress dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada colitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yang cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltic dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yang depresi bisa memperlambat mitilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi. F. Manifestasi klinis - Rasa nyeri - Perubahan eliminasi urin - Gejala gastrointestinal - Gejala lain pada setiap sistem tubuh G. Diagnosa 1. Diare berhubungan dengan psikologis situasional, fisiologis 2. Gangguan keseimbangan cairan H. Intervensi Diagnosa Intervensi Diare berhubungan dengan pdikologis Observasi karakteristik fases dan situasional fisiologis frekuensi diare Observasi turgor kulit Monitor kulit di area anal dari iritasi Instruksikan keluarga untuk mencatat warna, volume, konsistensi fases serta frekuensi BAB Identifikasi factor yang menyebabkan diare (kuman, bacteri, dll) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diit yang hiegienis Kolaborasi dengan dokter untuk menggunakan obat antidiare Gangguan keseimbangan cairan Pantau tanda kekurangan cairan observasi/ catat hasil intake output Anjurkan klien untuk banyak minum Jelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan Berikan terapi sesuai advis : Infus RL 15 tpm DAFTAR PUSTAKA Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7. Jakarta: EGC Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta. FKUI. Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol. 3, Jakarta, EGC. Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta, EGC. Elisabeth j.corwin, 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC.