Gen defensin dan faktor virus mempengaruhi kemungkinan MTCT Oleh: Liz Highleyman, hivandhepatitis.com, 22 Mei 2009 Penggunaan terapi antiretroviral (ART) sebagai profilaksis mengurangi secara bermakna tingkat penularan HIV dari ibu-ke-bayi (mother-to-child transmission/ MTCT), tetapi MTCT tetap terjadi, khususnya apabila ibu tidak dites atau diobati selama kehamilan. Selain viral load HIV, tidak jelas apakah ada faktor lain yang mungkin mempengaruhi risiko penularan selama kelahiran. Gen defensin Sebagaimana dijelaskan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi 1 Maret 2009, Michele Milanese dari Universitas Trieste di Italia dan rekan berupaya menentukan apakah faktor genetik mempengaruhi kemungkinan MTCT. Kemungkinan resistansi terhadap infeksi HIV dikaitkan dengan polimorfisme atau keragaman genetik, para penulis mencatat sebagai latar belakang. Single nucleotide polymorphism (SNP) dan copy number variation (CNV) sudah dicatat terkait defensin, protein kecil yang menghancurkan bakteri, virus, dan patogen lain. Untuk menguji teori bahwa keragaman tersebut mungkin terkait dengan kerentanan terhadap infeksi HIV dan MTCT, para peneliti mengkaji CNV pada 13 gen defensin pada anak di Brasil. Mereka membandingkan pola itu pada anak yang terinfeksi HIV akibat penularan dari ibu-ke-bayi, anak dari ibu HIV-positif yang tidak tertular HIV walaupun terpajan saat kelahiran, dan peserta kontrol yang HIV seronegatif. Para peneliti mengamati bahwa CNV dari salah satu gen tersebut – DEFB104 – secara bermakna lebih rendah pada anak HIV-positif dibandingkan pada anak yang terpajan HIV tetapi tidak terinfeksi, memberi kesan bahwa DEFB104 adalah “calon gen yang melindungi terhadap HIV”. Dalam penelitian terkait, yang dilaporkan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi Mei 2009, Elisabetta Ricci dari Universitas Padova di Italia dan rekan meneliti hubungan antara jenis gen beta-defensin-1 dan MTCT. Penelitian itu melibatkan 300 anak – 118 terinfeksi HIV dan 182 tidak terinfeksi HIV – yang lahir dari ibu HIV-positif yang tidak menerima ART selama kehamilan, serta juga 84 ibu HIV-positif. Nukleotida polimorfisme tunggal -44C/G (rs1800972) dan -52G/A (rs1799946) ditentukan genotipenya dengan memakai TaqMan alat pemisah dan untuk mengurutkan gen Pada anak, genotipe -52GG dan haplotipe -44G/-52G berperan melindungi terhadap infeksi HIV (rasio odds [OR] 0,52, p = 0,03 pada anak dengan genotipe -52GG dan OR 0,50, p = 0,014, pada anak dengan haplotipe -44G/-52G). Pada ibu, genotipe -52GG dan haplotipe -44G/-52G dikaitkan dengan viral load rendah dalam darah (viral load HIV < 1.000) (OR 0,14, p = 0,009) dan risiko MTCT lebih rendah secara bermakna (OR 0,23, p = 0,012). “Hasil tersebut menunjukkan hubungan yang bermakna antara jenis gen beta-defensin-1, viral load, dan MTCT, sehingga mendukung peran penting kekebalan terhadap infeksi HIV pada anak, yang diperoleh dari ibu,” para penulis menyimpulkan. Faktor virus Mengamati dari sudut yang berbeda, Chonticha Kittinunvorakoon dari Universitas California di Berkeley, AS dan rekan mengkaji faktor yang mempengaruhi MTCT di Thailand, di mana jenis rekombinan CRF01-AE (subtipe utama di Asia Tenggara) adalah subtipe HIV yang paling umum beredar. Temuan itu dilaporkan dalam Journal of Medical Virology edisi Mei 2009. Penelitian itu melibatkan 84 ibu HIV-positif, yang belum pernah memakai ART (naif-ART), 28 di antaranya menularkan HIV dan 56 tidak; para ibu tersebut tidak menyusui, sehingga diduga penularan Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Gen defensin dan faktor virus mempengaruhi kemungkinan MTCT terjadi selama kehamilan atau kelahiran. Para peneliti mengamati contoh darah terhadap tanggapan kekebalan humoral ibu dan ciri-ciri virus. Tanggapan kekebalan humoral ibu diukur dengan fenotipe limfosit; antibodi penawar terhadap jenis virus rekayasa HIV MN dan dua pemisahan secara klinis; antibodi yang mengikat pada peptid terhadap gp41 dan V3 dari jenis virus CRF01-AE, B, dan MN; antibodi autologus; dan keragaman quasispecies. Ciri-ciri virus yang diteliti adalah viral load, penggunaan koreseptor (tropisme CCR5 atau CXCR4), dan kemampuan replikasi virus. Para peneliti meneliti tidak ada perbedaan yang bermakna antara ibu yang menularkan HIV dan yang tidak dalam kaitannya terhadap segala ukuran tanggapan kekebalan humoral ibu. Seluruhnya kecuali empat virus dipisahkan memakai koreseptor CCR5. Viral load dan kemampuan replikasi virus lebih tinggi secara bermakna pada ibu yang menularkan HIV dibandingkan yang tidak, tetapi tidak saling terkait. “Hal itu memberi kesan bahwa kemampuan replikasi virus mungkin adalah faktor penularan yang tidak tergantung pada viral load, yang sudah ditetapkan sebagai faktor risiko terhadap penularan HIV,” para penulis penelitian berpendapat. “Ini adalah satu dari sedikit penelitian tentang MTCT pada populasi dengan HIV jenis CRF01-AE adalah paling umum,” mereka menyimpulkan. “Data itu memberi kesan bahwa pada populasi tersebut tanggapan kekebalan humoral ibu tidak penting pada pencegahan penularan saat kelahiran, tetapi ciri-ciri virus adalah faktor kunci, dan bahwa kemampuan replikasi virus mungkin menyokong MTCT terkait kelahiran.” Ringkasan: Defensin Genes and Viral Factors May Influence Likelihood of Mother-to-child HIV Transmission Sumber: M Milanese, L Segat, LC Arraes, and others. Copy Number Variation of Defensin Genes and HIV Infection in Brazilian Children. Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes 50(3):331-333, March 1, 2009. (Abstract). E Ricci, S Malacrida, M Zanchetta, and others. Role of beta-Defensin-1 Polymorphisms in Mother-to-Child Transmission of Human Immunodeficiency Virus Type 1. Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes 51(1):13-19. May 2009. (Abstract). C Kittinunvorakoon, MK Morris, K Neeyapun, and others. Mother to Child Transmission of HIV-1 in a Thai Population: Role of Virus Characteristics and Maternal Humoral Immune Response. Journal of Medical Virology 81(5): 768-778. May 2009. (Abstract). –2–