Nama: CINDERELLA MEILANI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA KUIS 6 Jawablah pertanyaan berikut dengan baik di lembar ini juga. Setelah selesai menjawab, silahkan kumpulkan jawaban Saudara segera melalui email ke [email protected] paling lambat di akhir klas ini. Pertanyaan Tranksaksi jual-beli dapat kita analogikan dengan kontrak antara penjual (produsen) dengan pembeli. Dengan demikian pada saat transaksi sudah terjadi berarti penjual dan pembeli sudah sepakat pada harga dan kondisi barang yang menjadi obyek transaksi. Oleh karena itu, apabila pembeli mengalami kegagalan atau kecelakaan dalam menggunakan barang yang sudah dibeli, maka adalah adil jika pembeli tidak berhak meminta pertanggungjawaban atas hal tersebut kepada penjual atau produsen barang. Setujukah saudara dengan pernyataan ini? Berikan argumentasi untuk mendukung jawaban saudara sesuai dengan masing-masing konsep Contract, Due Care, and Social Costs Theories! Jawaban: Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena pembeli seharusnya tetap dapat meminta pertanggung jawaban kepada penjual atau produsen barang ketika mengalami kegagalan atau kecelakaan dalam menggunakan barang yang sudah dibeli. • Berdasarkan teori contract atau kontrak hubungan antara perusahaan dan pelanggannya pada dasarnya adalah hubungan kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan kepada pelanggan diciptakan oleh hubungan kontraktual ini. Teori ini menjelaskan bahwa ketika konsumen membeli sebuah produk, berarti konsumen secara sukarela masuk ke dalam “kontrak penjualan” dengan perusahaan. Perusahaan dengan bebas dan sadar telah setuju untuk memberikan konsumen produk dengan karakteristik tertentu dan konsumen secara sadar dan sukarela setuju untuk membayar yang kepada perusahaan untuk produk tersebut. Sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk menyediakan konsumen produk yang sesuai dengan klaim yang dibuat oleh perusahaan. Klaim ini termasuk mengenai kualitas yang dimiliki produk seperti keandalan, masa pakai, pemeliharaan, dan keamanan. Kemudian dalam kontrak yang dibuat oleh perusahaan dengan pelanggan, perusahaan juga memiliki kewajiban untuk mengungkapkan dengan tepat apa yang dibeli oleh pelanggan dan apa saja persyaratan penjualannya. Selain itu, perusahaan juga wajib untuk tidak memberikan gambaran yang salah atau memberikan representasi yang keliru yang akan membuat presepsi salah pada konsumen. Kemudian kewajiban untuk tidak memaksa pelanggan untuk mendapatkan persetujuan atas • • kesepakatan membeli produk dan menempatkan penjual berpikir secara rasional karena masuk ke dalam kontrak memerlukan persetujuan yang bebas dan penjual berkewajiban menahan diri untuk tidak mengeksploitasi keadaan emosional yang dapat mendorong pembeli untuk bertindak secara tidak rasional terhadap kepentingan terbaik mereka. Sedangkan menurut teori Due Care, mengenai kewajiban perusahaan terhadap konsumen yang didasarkan bahwa penjual dan konsumen tidak pada posisi sejajar dan bahwa kepentingankepentingan konsumen sangat rentan terhadap tujuan-tujuan yang dalam hal ini memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki konsumen. Oleh karena itu, produsen berada pada posisi yang lebih menguntungkan, sehingga perusahaan berkewajiban untuk menjamin bahwa kepentingan-kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk yang ditawarkan. Teori ini juga menyatakan bahwa karena konsumen harus bergantung pada keahlian produsen, maka produsen tidak hanya berkewajiban untuk memberikan produk yang sesuai dengan klaim yang dibuatnya, namun juga wajib berhati-hati untuk mencegah agar orang lain tidak terluka oleh produk tersebut, sekalipun perusahaan secara eksplisit menolak pertanggungjawaban seperti ini dan pembeli menerima penolakan tersebut. Sehingga pada kasus ini, penjual sebagai pihak yang lebih mengetahui kondisi produknya perlu bertanggungjawab ketika produk mereka mengalami kegagalan atau kecelakaan ketika digunakan oleh konsumen. Namun, apabila perusahaan telah melakukan berbagai pencegahan kegagalan produk tersebut, maka mereka tidak dapat dikatakan lalai secara etika karena apabila kegagalan terjadi, itu merupakan suatu hal yang tidak bisa diprediksi. Lalu menurut teori social cost atau biaya sosial, menyatakan bahwa perusahaan harus membayar biaya kerugian yang diakibatkan oleh semua kerusakan atau cacat dalam produk sekalipun perusahaan telah memberikan semua perhatian dan dalam proses pembuatannya telah mengambil langkah untuk memperingatkan konsumen mengenai kemungkinan resikonya. Teori ini mewajibkan perusahaan untuk menanggung semua kemungkinan kerugian, termasuk kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan produk yang tidak bisa diperhitungkan atau diketahui sebelumnya. Pada kasus ini, perusahaan harus bertanggungjawab ketika terjadi kegagalan atau kecelakaan pada penggunaan produk yang sudah dibeli. Namun pandangan ini dianggap tidak adil karena melanggar etika keadilan kompensatif yang mengimplikasikan bahwa seseorang wajib memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan hanya jika perusahaan mampu melakukan perkiraan dan melakukan tindakan pencegahan. Sehingga, dalam kasus kegagalan atau kecelakaan konsumen yang memakai produk yang sudah dibeli dari perusahaan perlu dilakukan analisis mengenai apakah kegagalan ini dapat diprediksi atau tidak oleh perusahaan.