Uploaded by User109164

315062909-Makalah-Peran-Generasi-Muda-Dalam-Wujud-Bela-Negara

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa depan bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi
muda bangsa ini. Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa ini.
Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar,
mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan
faktor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh bangsa Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa.
Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan ditegakkan di negara kita,
peranan para mahasiswa dan para pemuda Indonesia sangat penting untuk
kemajuan bangsa. Khusunya untuk terselenggaranya kemerdekaan bangsa ini.
Bahkan sampai setelah kemerdekaan negara kita dikumandangkan, para
pemuda dan para mahasiswa tetap ikut serta dalam memajukan negara.
Kepedulian mereka terhadap kondisi negara yang saat itu dalam masa
penjajahan sangatlah tinggi demi kemajuan Negara.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,
seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya
terletak pada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Padahal berdasarkan pasal 30
UUD 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara
Republik Indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar
maupun dalam negeri.
1
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa sebenarnya makna dan hakikat bela negara?
2. Apa bentuk atau wujud bela negara?
3. Apa dasar hukum yang memuat tentang bela negara?
4. Bagaimana peran generasi muda di masa lampau, sekarang, dan di masa
yang akan datang?
5. Bagaimana cara meningkatkatkan kesadaran bela negara untuk generasi
muda?
6. Kasus apa yang menyangkut tentang peran generasi muda dalam bela
negara?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
kami Taufiq Yulianto, S.H, M.H. serta menyusun dan menjelaskan makalah
ini sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa makna dan hakikat bela negara
2. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar peran generasi muda bagi
sebuah negara
3. Mahasiswa mengetahui dasar hukum yang memuat bela negara
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesadaran
bela negara bagi generasi muda
5. Mahasiswa mengetahui bentuk dan wujud bela negara
1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Memberi wawasan tentang pengertian bela negara
2. Memberi informasi tentang peran mahasiswa dalam bela negara
3. Meningkatkan pengetahuan tentang arti penting bela negara
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Dan Hakikat Bela Negara
Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah
air, baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan
negara kesatuan republik Indonesia. Menurut Kaelan dam Achmad Zubaidi,
bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan
terhadap tanah air serta kesadraan hidup berbangsa dan bernegara.
Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air (wilayah nusantara) dan kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia dengan keyakinan pada pancasila sebagai dasar negara
serta berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan kontitusi
negara. Perwujudan usaha bela negara dalam konteks perjuangan bangsa
merupakan kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi
mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara dan yuridiksi nasional, serta
nilai-nilai pacasila dan undang-undang dasar 1945.
Kesemuanya itu merupakan kewajiban setiap warga negara yang hidup
di bumi Indonesia. Sebagaimana yang dimanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara” (pasal 27 ayat 3 UUD 1945). Pasal tersebut
memiliki dua makna, yakni :
Pertama, bahwa setiap warga negara memiliki hak sekaligus kewajiban
dalam menentukan kebijakan-kebijakan tentang pembelaan negara melalui
lembaga-lembaga perwakilan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.
Kedua, setiap warga nagera harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan
negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.
Menunjukan semangat dan sikap bela negara tidak hanya dilakukan
melalui peperangan yang menghasilkan kemerdekaan saja, akan tetapi dapat
3
ditunjukan dengan menampilkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan
kerangka ideologis dan konstitusional bangsa indonesia dalam mengisi
kemerdekaan indonesia. Mengisi kemerdekaan dapat dikatakan sebagai usaha
bela negara, sebab melauli usaha-usaha positif dalam mengisi kemerdekaan
dapat membuat keberlangsungan Indonesia sebagai sebuah negara dapat tetap
dipertahankan dan senantiasa mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
ditengah kerasnya tantangan globalisasi yang justru mengikis rasa
kebangsaan dan kecintaan warga negara terhadap tanah airnya.
Ada lima dasar bela negara yaitu:
1. Cinta tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
2.2 Bentuk dan Wujud Bela Negara
Bela negara adalah tekat, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara (UU No.3 tahun 2002). Wujud dari usaha bela negara
adalah kesiapan dan kerelaan setiap warganegara untuk berkorban demi
mempertahankan:
a) Kemerdekaan dan kedaulatan negara
b) Kesatuan dan persatuan bangsa
c) Keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional
d) Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.
4
Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi juga segenap
warga negara yang sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dinyatakan dalam
pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi
dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap
warga negara turut serta dalam menentukkan kebijakan tentang pembelaan
negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan
perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warga negara harus
turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan
dan profesinya masing-masing.
Keikutsertaan
warga
negara
dalam
wujud
upaya
bela
negara
diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela dan secara wajib
d. Pengabdian sesuai profesi (UU No.3 tahun 2002)
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara
akan hak dan kewajibannya. Kesadaran bela negara perlu ditumbuhkan secara
terus menerus antara lain melalui proses pendidikan di sekolah maupun di
luar sekolah dengan memberikan motivasi untuk mencintai tanah air dan
bangga sebagai bangsa Indonesia. Motivasi untuk membela negara dan
bangsa akan berhasil jika setiap warga negara memahami kelebihan atau
keunggulan dan kelemahan atau kekurangan bangsa dan negaranya. Motivasi
setiap warga negara untuk ikut serta membela negara Indonesia juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, letak geografis Indonesia yang strategis, kekayaan sumber
daya alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, keadaan penduduk
yang besar, dan kemungkinan timbulnya bencana perang. Disamping itu
setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan adanya
5
ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia, baik yang datang
dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang masing-masing dapat berdiri
sendiri atau saling pengaruh mempengaruhi.
Dewasa ini ancaman dapat diartikan sebagai kekhawatiran akan jaminan
hidup sehari-hari, artinya ancaman telah bergeser bentuknya dari ancaman
senjata menjadi ancaman : kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
kelaparan, penyakit yang belum ditemukan obatnya, kelangkaan lapangan
kerja, tindakan kesewenangan penguasa, kriminalitas, SARA, disintegrasi
nasional, terorisme, perdagangan narkotika / obat terlarang, masa depan
generasi muda.
Untuk itu, diperlukannya upaya pembelaan negara berupa sistem
pertahanan negara yang melibatkan berbagai komponen pertahanan negara.
Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman keamanan (militer)
menempatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai komponen utama
dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung,
sedangkan menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga
pemerintah diluar bidang pertahanan sebagai kekuatan terdepan sedang
tentara dan polisi sebagai pendukung. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa membela negara tidak hanya dengan memanggul bedil menjadi tentara
atau polisi, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai jenis kemampuan dan
ketrampilan yang dimiliki oleh semua warga negara.
Sesuai tuntutan reformasi untuk menuju masyarakat madani, justru
kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi
ancaman, gangguan,hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari
dalam seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telah diungkapkan
sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti memanggul bedil
menghadapi musuh. Tetapi keterlibatan warga negara sipil dalam bentuk bela
negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang
masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
6
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk
menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan
pendapat dan tidak memaksakan kehendak
2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian
yang tulus kepada masyarakat
3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan
berkarya nyata (bukan retorika)
4. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undangundang dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
5. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih
bertaqwa
kepada
Allah
SWT
melalui
ibadah
sesuai
agama/kepercayaan masing- masing.
Sedangkan bentuk bela negara secara fisik yaitu segala upaya untuk
mempertahankan kedaulatan negara dengan cara berpartisipasi secara
langsung dalam upaya pembelaan negara (TNI Mengangkat senjata, Rakyat
Berkarya nyata dalam proses Pembangunan).
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan
bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang pada
gilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi
keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali. Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai upaya
peningkatan ketahanan nasional juga sangat penting untuk menangkal
pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi
dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin canggihnya
teknologi komunikasi.
Mahasiswa adalah sosok intelektual yang menduduki posisi dan peran
khusus dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Posisi dan peran khusus itu
selain dimungkinkan oleh kepemilikan pengetahuan yang luas juga oleh
kepemilikan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualnya.
7
Pengetahuan dan nilai-nilai dasar itu hendaknya menyatu dalam setiap teladan
hidup dan perjuangan mahasiswa.
Seorang mahasiswa mestinya memiliki pengetahuan yang luas untuk bisa
mengkritisi berbagai ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Karena itu,
minat baca yang tinggi dan kebiasaan untuk melakukan refleksi kritis
terhadap berbagai fenomena yang muncul amatlah dianjurkan dan mesti
menjadi menu harian para mahasiswa. Adalah sebuah ironi besar bahkan
sebuah penyangkalan terhadap jati dirinya sendiri apabila mahasiswa asing
dari buku-buku yang memuat segudang ilmu pengetahuan dan asing dari
realitas masyarakat sekelilingnya.
Mahasiswa mestinya memiliki semangat untuk mencari dan memiliki
ilmu pengetahuan. Namun, akumulasi pengetahuan yang diperoleh dalam
bangku kuliah itu pada mestinya selalu diaplikasikan dalam setiap konteks
persoalan masyarakat. Kiprah seorang mahasiswa tidak hanya terbatas dalam
tembok-tembok kampus atau dalam bangku kuliah tetapi senantiasa
digemakan keluar terutama dalam menjawabi setiap persoalan yang terjadi
dalam masyarakat.
Mahasiswa mestinya mampu menangkap berbagai fenomena timpang
yang terjadi di sekitarnya, untuk kemudian dikritisi dan dicari alternatif solusi
atasnya. Pemanfaatan inteligensi yang tinggi seperti yang telah mendasari
perjuangan mahasiswa era pra-kemerdekaan, mestinya juga mendasari
perjuangan mahasiswa saat ini. Karena itu, kebiasaan-kebiasaan yang tidak
menunjukkan pemanfaatan inteligensi atau berada di luar ciri jati diri
intelektualitasnya mestinya ditinggalkan. Fenomena absurditas intelektual,
keterlibatan dalam praktik kekerasan dan pelanggaran HAM, pesta pora, gaya
hidup konsumtif, seks bebas,lemahnya minat membaca dan berdiskusi,
kurangnya minat belajar, serta rendahnya minat berorganisasi yang sekarang
ini menjadi ciri kehidupan para mahasiswa umumnya, mestinya ditinggalkan
jauh-jauh.
8
Selain pemanfaatan pengetahuan yang dimilikinya, mahasiswa juga
mestinya selalu berjuang menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan.
Mahasiswa pada hakikatnya memiliki kemampuan yang khas dan unik yang
sulit ditemukan pada anggota masyarakat kebanyakan. Kekhasan itu justru
terletak
pada
nilai-nilai
dasar
yang
menjadi
landasan
jati
diri
intelektualitasnya, dan nilai-nilai itu amat inheren dalam identitasnya sebagai
seorang mahasiswa. Dunia mahasiswa adalah dunia akademik yang di
dalamnya terkandung nilai-nilai dasar seperti kebijaksanaan, keadilan,
kebenaran, dan objektivitas. Yang diharapkan dari mahasiswa adalah upaya
perealisasian nilai-nilai dasar tersebut dalam setiap kiprahnya dalam lembaga
pendidikan dan terutama di tengah masyarakat. Perealisasian nilai-nilai dasar
itu selain melalui sikap dan teladan hidup hariannya, juga mesti direalisasikan
dalam setiap upaya memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Perjuangan mahasiswa, dalam aksi demonstrasi misalnya, hendaknya
bukan dilandasi oleh sikap kedaerahan, atau demi keuntungan eksklusif orang
atau kelompok tertentu, melainkan demi menegakkan nilai-nilai universal
kemanusiaan. Hanya dengan ini mahasiswa mampu menghidupkan kembali
rasa persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Nilai-nilai universal
kemanusiaan adalah nilai-nilai yang senantiasa didambakan oleh setiap orang.
Nilai-nilai itu dapat mempersatukan dan membangun solidaritas semua orang.
Oleh karena itu, memperjuangkan nilai-nilai seperti itu akan mendorong rasa
solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Mahasiswa dipanggil untuk
mewujudkan itu di tengah masyarakat. Contohnya adalah pemanfaatan
inteligensi sebagai modal dasar. Kemerdekaan yang telah diraihbangsa
Indonesia pertama-tama sebenarnya merupakan hasil pemanfaatan inteligensi,
dan bukan kemenangan senjata.
Perjuangan merebut kemerdekaan melalui perang fisik/senjata telah
terbukti tidak membawa pembebasan bagi rakyat Indonesia. Oleh karena itu,
mereka berusaha memikirkan alternatif lain agar bisa keluar dari situasi
penindasan pada masa itu. Munculnya berbagai organisasi pemuda, termasuk
kongres sumpah pemuda, yang merupakan hasil nyata pemanfaatan
9
inteligensi ini yang kemudian membawakan hasil yang memuaskan.
Mahasiswa adalah kaum intelektual muda. Sebagai kaum intelektual,
mahasiswa selain bergulat dengan berbagai ilmu pengetahuan, juga bergulat
dalam
memperjuangkan
kebijaksanaan,
nilai-nilai
universal
kebenaran, keadilan, dan
kemanusiaan
seperti
objektivitas. Dalam setiap
perjuangannya, mahasiswa mesti selalu berpegang teguh pada nilai-nilai
diatas.
Melalui
kemampuan
intelek
yang
dimilikinya,
mahasiswa
mengakomodasi harapan dan idealisme masyarakat yang kemudian terbentuk
dalam ide-ide atau gagasannya. Ide dan gagasan itu merupakan kontribusi
paling bermakna dalam cita-cita pembaruan dalam konteks bangsa.
Selain itu salah satu bentuk keikutsertaan mahasiswa dalam upaya bela
negara yaitu mampu mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. Dengan Pendidikan
Kewarganegaraan yang dilaksanakan melalui pendidikan di sekolah maupun
pendidikan di luar sekolah akan dihasilkan warga negara yang cinta tanah air,
rela berkorban bagi negara dan bangsa, yakin akan kesaktian kewajiban
sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan proses menuju kepada kualitas manusia yang lebih baik, yakni
manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan yang
dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan bertujuan memupuk jiwa dan semangat
patriotik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan.
Melalui
pendidikan
kewarganegaraan,
setiap
warga
negara
mampu
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat, bangsa, dan negara secara berkesinambungan dan konsisten
dengan cita-cita dan sejarah nasional. Hal tersebut sesuai dengan misi dari
pendidikan kewarganegaraan, yaitu membentuk warga negara yang baik.
10
2.3 Dasar Hukum Bela Negara
2.3.1 Dasar Hukum dan Peraturan Bela Negara
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep wawasan nusantara dan
keamanan Nasional,
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat,
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988,
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI,
dan
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI danPOLRI.
a) Landasan Hukum Bela Negara
1. UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3) :
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”
2. UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1),(2),(3),(4),(5) :
(1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara”
(2) “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh
TNI dan POLRI sebagai kekuatan pendukung”
(3) ”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara”
(4) “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, melayani masyarakat, serta menegakan hukum”
(5) “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia,
hubungan
kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
11
Negara Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang
3. UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat
(1) dan (2) :
(1) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya
bela
negara
yang
diwujudkan
dalam
Penyelenggaraan Pertahanan Negara”
(2) “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela
negara
dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui :
a) Pendidikan Kewarganegaraan,
b) Pelatihan dasar Kemiliteran,
c) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela
atau wajib, dan
d) Pengabdian sesuai dengan profesi
4. UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 6B :
“Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan
negara, sesuai dengan ketentuan yang berlaku”
2.4 Peran Generasi Muda Dalam Bela Negara
Generasi muda pada prinsipnya adalah suatu kelompok manusia
Indonesia yang diharapkan mampu menjadi penerus kegiatan generasi tua
yang dianggap baik. Generasi muda adalah sosok penerus kepemimpinan
bangsa di masa depan yang lebih baik. Pada uraian ini akan dijelaskan 3 (tiga)
bagian yang terdiri dari:
a.
Peran generasi muda di masa lampau.
b.
Peran generasi muda di masa kini.
c.
Peran generasi muda di masa yang akan datang.
12
2.4.1
Peran Generasi Muda di Masa Lampau
Kita ketahui bahwa kesadaran kebangsaan tidaklah tumbuh sekaligus
dalam kehidupan rakyat Indonesia. Tetapi tumbuh secara berangsur, yang
diawali pada kalangan terpelajar dan generasi muda. Kemudian menyebar
ke seluruh lapisan masyarakat.
Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk
membina persatuan dan kesatuan, generasi muda selalu tampil mengambil
peranan penting. Dari perjuangan fisik melawan penjajah sampai dengan
mencetuskan proklamasi, bahkan sampai pada perjuangan untuk mengisi
kemerdekaan.
a.
Perjuangan Melawan Penjajah Sebelum Tahun 1908
Perlawanan terhadap penjajah sebelum tahun 1908 yang dilakukan
bangsa Indonesia antara lain:
1) Perlawanan terhadap Portugis dan Spanyol
Portugis mulai menjajah Indonesia tahun 1522 di bawah
pimpinan d’Abreu dan Serrao. Penjajahan bangsa Portugis
mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia (Ternate dan
Tidore). Perjuangan itu dimpimpin oleh Sultan Hairun,
kemudian diteruskan oleh Sultan Baabullah (1570). Penjajahan
Portugis berakhir tahun 1641.
2) Perlawanan terhadap Belanda
Bangsa Belanda datang di Indonesia dan di bawah pimpinan
Jan Pieter zoon Coen tahun 1619. Belanda mendirikan kota
Batavia sebagai benteng pusat penjajahannya di Indonesia.
Perlawanan terhadap penjajah merebak di seluruh persada
Nusantara yang digerakkan oleh tokoh-tokoh seperti Pangeran
Jayakarta, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Sultan Agung dari
Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan
Hasanuddin dari Makasar serta Pangeran Diponegoro dan lain
sebagainya. Tetapi mengingat latar belakang perjuangannya
bersifat kedaerahan, belum adanya persatuan dan kesatuan
13
antar
daerah,
maka
perjuangan
untuk
mengusir
dan
membebaskan tanah air dari penjajah itu belum berhasil.
b. Perjuangan Melawan Penjajah Sesudah Tahun 1908
Sejak tahun 1908, peranan generasi muda dalam perjuangan
melawan penjajah memasuki perjuangan yang lebih terorganisisr
dengan membentuk organisasi politik.
Cita-cita untuk mencapai Indonesia merdeka, mereka membentuk
organisasi, baik yang berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan
maupun sosialisme. Organisasi-organisasi tersebut antara lain: Sarikat
Dagang Islam (1905); Budi Utomo (1908); Sarikat Islam (1911);
Muhammadiyah
(1912);
Indischi
Partij
(1911);
Perhimpunan
Indonesia (1924); Partai Nasional Indonesia (1929); dan Partindo
(1933).
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali
tampak dalam bentuk federasi seluruh orpol/ormas yang ada, yaitu
permufakatan
perhimpunan-perhimpunan
politik
Kebangsaan
Indonesia (1927).
Kebulatan tekad untuk mewujudkan nasionalisme Indonesia
tercermin dalam Sumpah Pemuda.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pelajar, mahasiswa dan
pemuda dari berbagai perkumpulan seperti Pemuda Jawa, Pemuda
Kaum Betawi, Pemuda Sekar Rukun, Pemuda Indonesia, Pemuda
Batak, Pemuda Selebes, Pemuda Ambon, Perkumpulan Pemuda Islam
dan Perhimpunan Pemuda Pelajar Indonesia, mengadakan Kongres
Pemuda II. Dari hasil kongres itu keluarlah keputusan atau ikrar yang
disebut “Sumpah Pemuda”, yang menetapkan beberapa identitas
nasional sebagai modal perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam
kongres ini juga ditegaskan bahwa rumusan Sumpah Pemuda wajib
dipakai oleh seluruh perkumpulan kebangsaan Indonesia.
14
c.
Perlawanan Terhadap Jepang
Jepang mulai berkuasa di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942,
setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Penyerahan
kekuasaan dari Belanda ke tangan Jepang adalah di Kalijati (Bandung).
Pemerintah Belanda diwakili oleh Letnan Jenderal Ter Poorten
bersama Jenderal Tjorda van Sturkenborg, sedangkan Jepang diwakili
oleh Immamura.
Karena Jepang juga melakukan tindakan-tindakan di luar batas
peri kemanusiaan, seperti contoh semua partai politik dilarang, dan
satu-satunya partai politik berdasar agama Islam “Masyumi” yang
dibentuk tanggal 22 November 1943 luput dari larangan Jepang.
Perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia ada 3 cara, yaitu
perlawanan legal, perlawanan ilegal dan perlawanan terbuka.
1) Perlawanan legal: perjuangan melawan penjajah Jepang dengan
menggunakan badan/organisasi atau perkumpulan yang didirikan
atas sepengetahuan atau seizin pemerintah Dai Nippon. Contohnya
adalah Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin oleh 4
serangkai Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan
K.H. Mas Mansyur.
2) Perlawanan
ilegal:
perlawanan
dengan
menggunakan
organisasi/gerakan di bawah tanah atau tidak sepengetahuan
Jepang. Contohnya adalah golongan Amir Syarifudin, Sutan
Syahrir, Persatuan Mahasiswa, Sukarni dan Kaigan.
3) Perlawanan terbuka: pemberontakan yang dilakukan serentak oleh
seluruh rakyat Indonesia. Contohnya di Karangampel (Indramayu)
pada tahun 1943 dipimpin oleh H. Madriyas, dan lain sebagainya.
d. Perjuangan
Memperoleh
dan
Menegakkan
Kemerdekaan
Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia akhirnya mencapai puncaknya dalam
bentuk Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tetapi
sebelumnya perhatikan uraian berikut ini, apa yang dilakukan Jepang
15
terhadap bangsa Indonesia, atau sebaliknya bagaimana reaksi dari
bangsa Indonesia.
Pada saat-saat menjelang kekalahan Jepang terhadap Sekutu,
Jepang berusaha berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia. Untuk menarik simpatik rakyat Jepang membiarkan
orang Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih tetapi harus
didampingi bendera Jepang.
Selanjutnya dibentuklah pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI dan
dilantik tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni
1945 diadakan sidang guna membahas tentang Dasar Negara RI.
Dalam sidang itu ada 3 usulan mengenai dasar negara, yaitu
usulan yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan Ir.
Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, 5 (lima) dasar negara oleh Ir.
Soekarno diberi nama Pancasila.
Sidang II BPUPKI berlangsung pada tanggal 10 sampai 16 Juli
1945. Hasil terpenting dalam sidang ini adalah diterimanya secara
bulat Rancangan Undang-Undang Dasar.
Selesai melaksanakan tugasnya BPUPKI melaporkan hasilnya
kepada pemerintah Jepang disertai dengan dibentuknya Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang disingkat PPKI pada tanggal 7
Agustus 1945, dan ketuanya Ir. Soekarno serta wakil Drs. Moh. Hatta.
e.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 16 Agustus 1945 dirumuskan teks proklamasi di
rumah Laksamana Muda Tadasyi Maeda oleh Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo. Perumusan ini disaksikan
oleh wakil dari golongan muda, yaitu B.M. Diah, serta Chaerul Saleh
dan dari golongan tua, yaitu Dr. Buntaran, Samaun, dan Bakri.
Naskah Proklamasi itu berhasil disusun dan disetujui. Teks aslinya
ditulis memakai pensil, kemudian diketik oleh Sajuti Melik. Naskah
16
tersebut ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
atas nama bangsa Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 hari Jum’at (Legi) pukul 10.00 atau
bulan Ramadhan bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Ir.
Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan
sidang, yang menghasilkan keputusan penting yaitu:
1) Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara RI
(sekarang UUD 1945).
2) Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden
selama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) belum tersusun.
Setelah Indonesia merdeka, belum menikmati hasil kemerdekaan,
bangsa Indonesia harus berhadapan dengan Sekutu serta Belanda
musuh dari luar, contoh pertempuran tanggal 10 November 1945.
Pertempuran di Surabaya yang membawa korban beribu-ribu pejuang
rakyat Surabaya, serta Aksi Militer Belanda tahun 1947 dan diikuti
Aksi Militer Belanda II tahun 1948.
Kemudian bangsa Indonesia berhadapan dengan bangsa Indonesia
sendiri
yang
mengkhianati
perjuangan
kemerdekaan
seperti:
Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, DI/TII tahun 1958, serta
G30S/PKI tahun 1965.
Tetapi dengan kesiapan tekad yang bulat, serta persatuan dan
kesatuan
bangsa
Indonesia,
tantangan-tantangan,
pergolakan-
pergolakan itu dapat diatasi.
2.4.2
Peran Generasi Muda Saat Ini
Masa kini disebut juga masa pembangunan, setelah peristiwa G30S/PKI
kemudian tumbangnya Orde Lama, lalu lahir Orde Baru. Dan di masa
17
Orde Baru itulah dalam upaya mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia
melakukan pembangunan-pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan
seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya, guna
menata kehidupan yang lebih baik.
Kepedulian dan nasionalisme terhadap bangsa dapat pula ditunjukkan
dengan keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa dapat
mengasah keahlian dan spesialisasi pada bidang ilmu yang mereka pelajari
di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan berbagai ketimpangan sosial
ketika terjun di masyarakat kelak.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa
mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal
dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap
mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai
agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi
terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu,
mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas
kerakyatan.
Peran Lembaga Kemahasiswaan cukup signifikan, baik untuk lingkup
nasional, regional maupun internal kampus itu sendiri. Ke depan, peran
strategis ini seharusnya juga dimainkan oleh lembaga-lembaga formal
kampus lainnya seperti pers mahasiswa, atau kelompok studi profesi.
Beberapa hal yang menjadi contoh dalam bela negara pada masa kini
antara lain:
a. Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama kebudayaan
daerah yang beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa mencegah adanya
pengakuan dari negara lain yang menyebutkan kekayaan daerah
Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka.
b. Untuk para pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar.
Sehingga pada nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang
cerdas serta mampu menyaring berbagai macam informasi yang berasal
dari pihak asing. Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh
dengan adanya informasi yang menyesatkan dari budaya asing.
18
c. Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini
sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan
taat pada hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan dan
ketentraman bagi lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah
masyarakat.
d. Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena
merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan.
Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu masyarakat dan
bangsa dalam meningkatkan kualitas kehidupan.
2.4.3
Peran Generasi Muda di Masa yang Akan Datang
Mungkin di masa yang akan datang Anda masih bisa menikmati,
tetapi generasi terdahulu mungkin tinggal kenangan. Memang sulit untuk
membayangkan bagaimana keadaan Indonesia nanti, apakah kita menjadi
bangsa yang lebih maju serta modern, atau sebaliknya kita menjadi hancur.
Cobalah Anda renungkan, betapa berat, begitu banyak tantangan yang
harus dihadapi.
Di era globalisasi, zaman milenium bila kita lihat dan amati begitu cepat
arus informasi yang masuk tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, tentu
akan membawa dampak baik yang positif ataupun negatif.
Oleh karena itulah sebagai generasi muda untuk menghadapi masa datang
hendaknya:
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Belajar dengan tekun serta lebih giat lagi.
c. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari
penonjolan suku, agama atau golongan yang dapat menimbulkan
perpecahan.
e. Menghindari perbuatan yang merugikan negara seperti korupsi, kolusi
dan nepotisme.
19
2.5 Cara Meningkatkatkan Kesadaran Bela Negara untuk Generasi Muda
Di zaman sekarang, semakin sedikit generasi muda yang sadar akan
pentingnya bela negara. Bela negara disini bukanlah berperang dalam arti
yang sebenarnya tapi para mahasiswa bisa berperang melawan lain, seperti
berperang dalam bidang IPTEK. Para pemuda mulai kehilangan rasa bangga
atau bahkan rasa memiliki terhadap tanah air atau negara Indonesia. Jika ini
terus berlanjut, maka sudah dapat dipastikan kalau kita akan terus terjajah di
negeri sendiri. Untuk itu, kita perlu meningkatkan kesadaran generasi muda
tentang bela negara. Berikut cara yang bisa dilakukan:
1)
Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju.
Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara giat belajar dan giat
bekerja, optimis terhadap masa depan, tidak boros dan tidak bergaya
hidup mewah, serta menumbuhkan semangat gemar menabung.
2)
Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha
pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara taat
membayar pajak, taat hukum, ikut serta dalam menjaga keamanan,
serta menjaga kehormatan dan martabat bangsa di hadapan dunia
internasional.
3)
Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam
masa pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara
sehat jasmani dan rohani, tahan derita dan tahan uji, selalu tegar
menghadapi masalah, cekatan dalam bertindak, berpendirian teguh,
siap menanggung risiko, bertanggung jawab, serta berani membela
kebenaran dan keadilan.
4)
Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Memiliki semangat dan sikap untuk mengembangkan
inovasi (pembaruan) dalam berbagai hal. Sikap tersebut dapat
diwujudkan dengan cara terbuka terhadap perubahan, menerima
dengan selektif budaya asing, menolak tegas kebudayaan asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, mengubah pola
hidup dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan sendi-sendi
20
kehidupan yang baik, serta selalu bangga sebagai bangsa dan warga
negara Indonesia.
2.6 Kasus yang Berhubungan dengan Bela Negara
2.6.1 Uraian Kasus tentang Pembangunan Pesawat dan Teori Crack
Progression B.J. Habibie
a. Masa Muda
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie
atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare
(Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden
ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden
RI ke-7. Habibie merupakan “blaster” antara orang Jawa [ibunya]
dengan orang Makasar/Pare-Pare [ayahnya].
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan
semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut
Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische
Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh
ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan
10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat
beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai
langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di
Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie
mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik
Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie
memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan :
diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar
Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi
teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama
dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk
21
membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie
mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun
1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor
Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
b. Karir di Industri
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah
mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya.
Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm
atau MBB Hamburg (1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan
Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian
menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat
terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan
kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President
sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi
Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB
(1978). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil
menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman
ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat
cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang.
Habibie menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat
“kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh
orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang
berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan
dan
teknologi
dibidang
Thermodinamika,
Konstruksi
dan
Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia
pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan
“Habibie Method“.
22
c.
Kembali ke Indonesia
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur
untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur
Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak
Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman
(SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia
dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan
darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke
Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia,
BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan
prestise tinggi di Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi
sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38
tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air.
Iapun diangkat menjadi
penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi
pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun
demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke
Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur
Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan
tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak
itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara
Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu
Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan
berbagai jabatan lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya
yakni membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi.
Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni
melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya
yang langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat
pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang
menghendaki pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus
23
investasi di bidang pertanian. Namun, Habibie memiliki keyakinan
kokoh akan visinya, dan ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie
yakni :
“I have some figures which compare the cost of one kilo of
airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty
thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want
to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t
think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan
lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa industri
berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk
dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia
menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD
30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat
terbang hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1
buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta
ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres.
Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk
pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989,
Suharto
memberikan
“kekuasan”
lebih
pada
Habibie
dengan
memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri
strategis seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.
d. Habibie menjadi RI-1
Secara materi, Habibie sudah sangat mapan ketika ia bekerja di
perusahaan MBB Jerman. Selain mapan, Habibie memiliki jabatan yang
sangat strategis yakni Vice President sekaligus Senior Advicer di
perusahaan
high-tech
Jerman.
Sehingga
Habibie
terjun
ke
pemerintahan bukan karena mencari uang ataupun kekuasaan semata,
tapi lebih pada perasaan “terima kasih” kepada negara dan bangsa
24
Indonesia dan juga kepada kedua orang tuanya. Sikap serupa pun
ditunjukkan oleh Kwik Kian Gie, yakni setelah menjadi orang kaya dan
makmur dahulu, lalu Kwik pensiun dari bisnisnya dan baru terjun ke
dunia politik. Bukan sebaliknya, yang banyak dilakukan oleh para
politisi
saat
ini
yang
menjadi
politisi
demi
mencari
kekayaan/popularitas sehingga tidak heran praktik korupsi menjamur.
Tiga tahun setelah kepulangan ke Indonesia, Habibie (usia 41 tahun)
mendapat gelar Profesor Teknik dari ITB. Selama 20 tahun menjadi
Menristek, akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih
sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang Umum MPR. Di masa
itulah krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia termasuk
Indonesia. Nilai tukar rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS
menjadi Rp 12.000-an per dolar. Utang luar negeri jatuh tempo sehinga
membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal ini diperbarah oleh
perbankan swasta yang mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi meroket
diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Pada saat bersamaan, kebencian masyarakat memuncak dengan
sistem orde baru yang sarat Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dilakukan
oleh kroni-kroni Soeharto (pejabat, politisi, konglomerat). Selain KKN,
pemerintahan Soeharto tergolong otoriter, yang menangkap aktivis dan
mahasiswa vokal.
Dipicu penembakan 4 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12
Mei 1998, meletuslah kemarahan masyarakat terutama kalangan aktivis
dan mahasiswa pada pemerintah Orba. Pergerakan mahasiswa, aktivis,
dan segenap masyarakat pada 12-14 Mei 1998 menjadi momentum
pergantian rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Dan pada 21 Mei
1998, Presiden Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang
dipegangnya selama lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah,
pemerintahan otoriter dan sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun
itu pula, banyak kebenaran yang dibungkam. Mulai dari pergantian
Pemerintah Soekarno (dan pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI,
Supersemar, hingga dugaan konspirasi Soeharto dengan pihak Amerika
25
dan sekutunya yang mengeruk sumber kekayaan alam oleh kaum-kaum
kapitalis dibawah bendera korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni,
IMF dan konglomerasi).
Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat
menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun,
masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari.
Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu
membawa bangsa Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis.
Presiden Habibie berhasil memimpin negara keluar dari dalam keadaan
ultra-krisis, melaksanankan transisi dari negara otorian menjadi
demokrasi. Sukses melaksanakan pemilu 1999 dengan multi parti (48
partai), sukses membawa perubahan signifikn pada stabilitas,
demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak
penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun
luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang
mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of
Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain
Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
“Laksanakan saja tugasmu dengan baik, saya doakan agar Habibie
selalu dilindungi Allah SWT dalam melaksanakan tugas. Kita nanti
bertemu secara bathin saja“, lanjut Pak Harto menolak bertemu dengan
Habibie pada pembicaraan via telepon pada 9 Juni 1998.
Salah satu pertanyaan umum dan masih banyak orang tidak
mengetahui adalah bagaimana Habibie yang tinggal di Pulau Celebes
bisa bertemu dan akrab dengan Soeharto yang menghabiskan hampir
seluruh hidupnya di Pulau Jawa?
Pertemuan pertama kali Habibie dengan Soeharto terjadi pada tahun
1950 ketika Habibie berumur 14 tahun. Pada saat itu, Soeharto (Letnan
Kolonel)
datang
ke
Makasar
dalam
rangka
memerangi
pemberontakan/separatis di Indonesia Timur pada masa pemerintah
Soekarno. Letkol Soeharto tinggal berseberangan dengan rumah
26
keluarga Alwi Abdul Jalil Habibie. Karena ibunda Habibie merupakan
orang Jawa, maka Soeharto pun (orang Jawa) diterima sangat baik oleh
keluarga Habibie. Bahkan,
Soeharto turut hadir ketika ayahanda
Habibie meninggal. Selain itu, Soeharto pun menjadi “mak comblang”
pernikahan adik Habibie dengan anak buah (prajurit) Letkol Soeharto.
Kedekatan Soeharto-Habibie terus berlanjut meskipun Soeharto telah
kembali ke Pulau Jawa setelah berhasil memberantas pemberontakan di
Indonesia Timur.
Setelah Habibie menyelesaikan studi (sekitar 10 tahun) dan bekerja
selama hampir selama 9 tahun (total 19 tahun di Jerman), akhirnya
Habibie dipanggil pulang ke tanah air oleh Pak Harto. Meskipun ia
tidak mendapat beasiswa studi ke Jerman dari pemerintah, pak Habibie
tetap bersedia pulang untuk mengabdi kepada negara, terlebih
permintaan tersebut berasal dari Pak Harto yang notabene adalah
‘seorang guru’ bagi Habibie. Habibie pun memutuskan kembali ke
Indonesia untuk memberi ilmu kepada rakyat Indonesia, kembali untuk
membangun industri teknologi tinggi di nusantara.
Bersama Ibnu Sutowo, Habibie kembali ke Indonesia dan bertemu
dengan Presiden Soeharto pada tanggal 28 Januari 1974. Habibie
mengusulkan beberapa gagasan pembangunan seperti berikut:
1. Gagasan pembangunan industri pesawat terbang nusantara sebagai
ujung tombak industri strategis.
2. Gagasan pembentukan Pusat Penelitan dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek)
3. Gagasan mengenai Badan Pengkajian dan Penerapan Ilmu
Teknologi (BPPT)
4. Gagasan-gagasan awal Habibie menjadi masukan bagi Soeharto,
dan mulai terwujud ketika Habibie menjabat sebagai Menristek
periode 1978-1998.
Namun, dimasa tuanya, hubungan Habibie-Soeharto tampaknya
retak. Hal ini dikarenakan berbagai kebijakan Habibie yang disinyalir
“mempermalukan” Pak Harto. Pemecatan Letjen (Purn) Prabowo
27
Subianto dari jabatan Kostrad karena memobilisasi pasukan kostrad
menuju Jakarta (Istana dan Kuningan) tanpa koordinasi atasan
merupakan salah satu kebijakan yang ‘menyakitkan’ pak Harto.
Padahal Prabowo merupakan menantu kesayangan Pak Harto yang
telah dididik dan dibina menjadi penerus Soeharto. Pemeriksaan
Tommy Soeharto sebagai tersangka korupsi turut membuat Pak Harto
‘gerah’ dengan kebijakan pemerintahan BJ Habibe, terlebih dalam
beberapa kali kesempatan di media massa, BJ Habibie memberi
lampu hijau untuk memeriksa Pak Harto. Padahal Tommy Soeharto
merupakan putra “emas’ Pak Harto. Dan sekian banyak kebijakan
berlawanan dengan pemerintah Soeharto dibidang pers, politik,
hukum hingga pembebasan tanpa syarat tahanan politik Soeharto
seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan.
Pemikiran-pemikiran Habibie yang “high-tech” mendapat “hati”
pak Harto. Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi pemikiran
Habibie, sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto.
Pak Harto pun setuju menganggarkan “dana ekstra” untuk
mengembangkan ide Habibie. Kemudahan akses serta kedekatan
Soeharto-Habibie dianggap oleh berbagai pihak sebagai bentuk kolusi
Habibie-Soeharto. Apalagi, beberapa pihak tidak setuju dengan pola
pikir Habibie mengingat pemerintah Soeharto mau menghabiskan
dana yang besar untuk pengembangan industri-industri teknologi
tinggi seperti saran Habibie.
Tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat
Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di
Kawasan Asia Tenggara (catatan : Nurtanio meruapakan Bapak
Perintis Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat Terbang
Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi,
menjadi Dirgantara Indonesia (PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan
istimewapun dialami oleh industri strategis lainnya seperti PT PAL
dan PT PINDAD.
28
Sejak pendirian industri-industri statregis negara, tiap tahun
pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang relatif besar
untuk mengembangkan industri teknologi tinggi.
Dan anggaran
dengan angka yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 dimana
Habibie memimpin industri-industri strategis. Namun, Habibie
memiliki alasan logis yakni untuk memulai industri berteknologi
tinggi, tentu membutuhkan investasi yang besar dengan jangka waktu
yang lama. Hasilnya tidak mungkin dirasakan langsung. Tanam pohon
durian saja butuh 10 tahun untuk memanen, apalagi industri teknologi
tinggi. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun industri strategis ala
Habibie masih belum menunjukan hasil dan akibatnya negara terus
membiayai biaya operasi industri-industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala Habibie (IPTN, Pindad, PAL) pada
akhirnya memberikan hasil seperti pesawat terbang, helikopter,
senjata, kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance
service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser,
senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat
dan masih banyak lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Untuk skala internasional, BJ Habibie terlibat dalam berbagai
proyek desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28,
Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air
Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi
mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250
(pesawat dengan teknologi fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara
tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain
Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa
peluru kendali dan satelit.
Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau
sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar
kesuksesan industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada
tahun 1992, IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak
memberikan dana operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN
29
mulai memasuki kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie
membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan
negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta
peralatan militer sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga
ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan
pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia
untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia. Jika hal
ini terwujud, maka ini akan mengancam industri teknologi Amerika
(mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran kemampuan
teknologi tinggi dan militer Indonesia.
2.6.2. Analisa Studi Kasus
1. Apakah ada dukungan dari pemerintah untuk merealisasikan rencana
pembangunan IPTN?
Ada, yaitu pada tahun 1974, B.J. Habibie diangkat menjadi
penasihat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi
tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978,
Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat
sebagai Vice President dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan
tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu,
dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset
dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga
diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan
lainnya.
2. Bagaimana kelanjutan dari realisasi penemuan B.J. Habibie tentang teori
crack progression dan pesawat?
PT Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN dan diubah lagi
oleh Abdurrahman Wahid (GusDur) menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT
DI) pada 24 Agustus 2000.
30
Persoalan muncul saat krisis ekonomi menghantam Indonesia pada
1998. IPTN dipaksa menghentikan seluruh kegiatannya oleh International
Monetary Fund (IMF). Kondisi itu sangat memukul IPTN karena baru saja
menerima order US$1,2 miliar dan merekrut ribuan karyawan baru.
Titik balik mulai terlihat ketika pemerintah mengeluarkan
kebijakan penyelamatan industri pesawat terbang dengan menerbitkan
Peraturan Pemerintah No. 73/2011 tentang suntikan modal ke PT DI. Dana
Rp1,4 triliun pun mengucur. Kini, industri pesawat dalam negeri mulai
bangkit. Sepanjang 2012, PT DI mendapatkan kontrak penjualan pesawat
sayap tetap dan helikopter, yang meliputi sembilan unit CN 295, satu unit
NC 212–200, 25 unit Bell 412 EP, enam unit EC 725 serta dua unit AS
365 N3. Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
Kementerian Perindustrian Hasbi Assidiq Syamsuddin mengatakan
industri pesawat di dalam negeri kini mulai bangkit karena memiliki
prospek sangat bagus di Asia.
Apalagi, Indonesia menguasai teknologi kedirgantaraan dan
memiliki ratusan hak paten sedangkan peluang pasar di dalam negeri
sudah sangat besar. “Strategi yang dikembangkan adalah membuat
pesawat dengan fasilitas jarak dekat karena negara kita terdiri dari banyak
pulau,” ujarnya.
Selain dukungan negara berupa penyertaan modal ke pada PT DI,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mendukung
lewat suntikan dana Rp 400 miliar untuk riset dan pengembangan (R&D)
pesawat N219.
2.6.2 Solusi Kasus Tentang Pembangunan Pesawat dan Teori Crack
Progression B.J. Habibie
Seharusnya penemuan B.J Habibie diteruskan oleh penerus
generasi muda Bangsa Indonesia agar tidak diakui oleh bangsa lain dan
B.J. Habibie ditempatkan menjadi ilmuwan senior dan turut serta
31
berkontribusi dalam riset negara. Dengan penguasaan teknologi, harkat
dan martabat bangsa ini otomatis jadi terangkat, anak-anak bangsa, bisa
menengadahkan kepala terhadap anak-anak bangsa lain. Janganlah kita
dikenal sebagai bangsa maling, sementara yang berprestasi dan jujur
semakin tenggelam dan tak terdengar lagi.
Dengan korelasinya terhadap bela negara, nasionalisme generasi
muda bisa ditingkatkan melalui penguasaan teknologi yang mana dapat
mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata internasional.
Pemerintah seharusnya mendukung tiap-tiap karya generasi
mudanya yang selalu meningkat kualitasnya demi meningkatkatkan harkat
dan martabat bangsa Indonesia dan nama Indonesia semakin terdengar di
kancah internasional.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air,
baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bela negara merupakan kewajiban
setiap warga negara yang hidup di bumi Indonesia. Sebagaimana yang
dimanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara” (pasal 27 ayat
3 UUD 1945).
2. Bentuk dari bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, sesuai dengan Undang-undang
No. 3 Tahun 2002. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan
kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan
kemerdekaan dan kelautan negara, kesatuan dan persatuan bangsa,
keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional, dan nilai-nilai Pancasila dan
UUD 1945.
3. Dasar dan landasan hukum bela negara adalah UUD 1945 Pasal 27 Ayat
(3) yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara”
4. Peran generasi muda dalam bela negara dari masa lampau, sekrang dan
masa depan berbeda. Di masa lampau lebih ke arah perjuangan, di masa
sekarang lebih ke arah pembangunan, sedangkan di masa depan bela
negara bagi generasi muda sebagai agen perubahan.
5. Beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa masa kini dalam
peran sertanya di bela negara adalah:
a. Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju.
b. Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha
pembangunan.
33
c. Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam
masa pembangunan.
d. Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun di
luar negeri.
3.2 Saran
1. Kita perlu menumbuhkembangkan kembali jiwa bela negara ke generasi
muda Indonesia, khususnya kepada mahasiswa yang telah lama dikenal
sebagai agent of change dan agent of modernization.
2. Bela negara tidak melulu soal yang mempunyai profesi kemiliteran,
tetapi juga bisa ditanamkan melalui hal-hal kecil seperti cinta tanah air,
dan khusunya sebagai mahasiswa mampu terjun langsung dalam
masyarakat memberi solusi terhadap masalah yang ada yang sesuai
dengan bidang studinya.
3. Mahasiswa hendaknya berpikir kritis dalam menanggapi permasalahan
yang ada dan perjuangan yang dilakukan haruslah murni untuk membela
rakyat bukan untuk kepentingan politik.
4. Gerakan mahasiswa seharusnya bisa lebih terorganisir bukan hanya
terpusat di daerah saja namun juga ke seluruh nusantara.
5. Mahasiswa seharusnya bukan hanya aktif dalam demonstrasi tapi juga
harus aktif dalam membuat inovasi -khususnya dalam bidangnya masingmasing- bagi bangsa negara dan seluruh rakyat Indonesia.
6. Mahasiswa sebagai kaum intelektual idealis juga memegang peran
sebagai kontrol sosial bagi sesamanya. Oleh karena itu, pola pikir
mahasiswa hendaknya dibimbing agar menjadi kritis yang positif.
34
Download