MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA Disusun Oleh : 1. Ajeng Alfi S (1611012) 2. Eka Yulis Styawati (1611015) 3. Khusnul Arifianti (1611023) 4. Zulfa Alkarimah (1611033) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR 2019 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain meningkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007). Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya, disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7 miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7% dari total penduduk (BKKBN, 2012). Peran perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi remaja? 2. Bagaimana tugas perkembangan remaja? 3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja? 4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi remaja. 2. Mengetahui bagaimana tugas perkembangan remaja. 3. Mengetahui tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja. 4. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescent yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006). 2.2 Tahap Perkembangan Remaja Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa : 1. Remaja Awal (Early Adolescence) Seseorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiranpikiran baru cepat tertarik pada lawan jenis. 2. Remaja Madya (Middle Adolescence) Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. 3. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini anak usia 16-19 tahun adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini : a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) 2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi : 1. Perkembangan Psikososial Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009) menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas, periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok dan pengasingan diri. Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. a. Identitas Kelompok Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas, dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima. b. Identitas Individual Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi. c. Identitas peran seksual Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan heteroseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda-beda pada setiap budaya antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosial ekonomi. d. Emosioanl Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan. 2. Perkembanagn Kognitif Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret, mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak, dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sstem atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis. 3. Perkembangan Moral Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. 4. Perkembangan Spiritual Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka. 5. Perkembangan Sosial Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian. 2.4 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara lain : 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak lakilaki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. 2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja. 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminine dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah. 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orangorang dewasa lainnya Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. 6. Mempersiapkan karier ekonomi Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonom bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergatung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani. 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaj. Meskpun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-angsur mengendur dapar mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengambangkan ideology Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilainilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun, bila nilai-nilai deasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus memlikih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab. 2.5 Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar, dn mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluara adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap angota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3jenis (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008), yaitu : a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah. b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, serta family yang dari kedua belah pihak. c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya. 2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan : 1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar 2. Mempertahankan keintiman pasangan 3. Membantu orang tua memasuki masa tua 4. Membantu anak untuk mandiri di masyarkat 5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga 2.7 Masalah-masalah yang Terjadi pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga, terus-menerus mengkritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah. Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat itu anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penitng lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubunganhubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yanga tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang-orang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain, dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik. Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anakanak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik. Sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri mereka sering membantah orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menhadi anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain yangs erring menganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan orang reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya. Syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyisembunyi. Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapinya, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi kontrol secara bertahan terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa. 2.8 Masalah-masalah Kesehatan Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarkan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi. Penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol, keluarga berencana, kehamilan yang dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topic ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehammilan, emnggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakiy kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara secara terpisah sebelum mereka dikumpulkan. Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan. BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Gambaran Kasus Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB pada keluarga Tn.R (38 tahun). Tn. R merupakan kepala keluarga dari Ny. R (30 tahun), An. H (14 tahun), An. F (12 tahun), An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan terakhir Tn.R adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC (pembawa acara) di acara-acara pernikahan. Alamat tinggal sekarang ini di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bp. R merupakan keluarga extended family (keluarga luas/besar) yang terdiri dari keluarga inti dan orang tua dari Tn.R yaitu Nenek R. Dimana keluarga Tn.R merupakan keluarga hubungan dengan yang didalamnya darah, perkawinan dan saling masih terdapat berinteraksi satu yang lain, mempunyai peran masing-masing, karena didalam satu rumah di keluarga Tn. R terdiri dari 6 orang yang hidup bersama, segala kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Tn.R mengatakan bersuku Betawi. Keluarga Tn.R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit dibelikan obat warung terlebih dahulu untuk pertolongan pertamanya. Ny.R mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Tn.R yaitu sholat 5 waktu dan bepuasa. Di keluarga Tn.R pencari nafkah utama adalah Tn.R yang bekerja sebagai buruh, selain itu T n .R juga masih aktif sebagai pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu T n . R terlihat jarang ada dirumah. N y . R mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Ny.R mengatakan tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. An.H mengatakan jika banyak kegiatan dan dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya. Biasanya nongkrong sambil ngobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An.H juga mengatakan sering main dengan teman- temannya hingga malam hari. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tn.R berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan keluarga dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab remaja mengingat mempertahankan remaja hubungan yang sudah yang bertambah dewasa, intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan Ny.R mengatakan bahwa An.H adalah anak pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja An. H sudah jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada dirumah An.H banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya. An.H mengatakan jarang berbicara dengan Tn.R karena menurut An.H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Bp.R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ny.R mengatakan sebenanrnya Tn.R baik, tetapi memang agak keras untuk anaknya. Ny.R juga mengatakan mendidik anak- bahwa An. H sulit diatur semenjak memasuki SMP. An.H mengatakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja. Rumah yang ditinggali Tn.R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan orang tua Tn.R yang berukuran 70 m 2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih yang berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang selalu terlihat terbuka ini jarang dibersihkan. Anak-anak Tn.R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah setempat RW.02. An.H mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. An.H berteman dengan beberapa teman seusianya, nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ny.R mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Namun, An. H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain. T n .R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ny.R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga. Ny.R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibuya. An.H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ny.R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya paspasan. Ny.R mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar anakya di rumah. Ny. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan degan baik. Ny.R mengatakan bahwa ketika ada anggota yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik. Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati dirumah saja. Keluarga Tn.R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa remaja. An.H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya.An.H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di sekitar rumahnya tersebut. An.H juga mengatakan pernah ikut- ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An.H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar). 3.2 Pengkajian 1. Data Umum a. Nama Keluarga (KK) : Tn.R b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Pendiidkan Terakhir : SMP d. Usia : 38 tahun e. Pekerjaan : Buruh f. Alamat : Rt. 02 Rw. 05 Kelurahan Cisalak pasar Cimanggis g. Komposisi Keluarga No. Nama : Jenis Hubungan Kelamin dengan KK Usia Pendidikan 1. Ibu. R Perempuan Istri 30 th SMP 2. An. H Laki - laki Anak 1 14 th SMP kelas 2 3. A. F Perempuan Anak 2 12 th SD kelas 6 4. An. L Laki - laki Anak 3 9 th SD kelas 3 5. Nenek R Perempuan Ibu 61 th SD h. Genogram Nenek. R 61 tahun Tn. R 38 tahun An. H 14 tahun Ny. R 30 tahun An. F 11 tahun An. L 9 tahun i. Tipe keluarga Keluarga Tn. R termasuk tipe keluarga extended family (Keuarga besar). Keluarga Tn R (38 tahun) terdiri dari Tn. R, Ny. R, ketiga anaknya dan Ibu dari Tn.R yaitu neneknya (61 tahun). j. Suku bangsa : Tn. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya. Ny. R juga berasal dari Jakrta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari di rumah adalah Bahasa Indonesia dalam percakapan Ny. R mengatakan keluarga tidak memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun. k. Agama : Seluruh keluarga Tn.R beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Tn.R yaitu sholat 5 waktu dan puasa dilakukan. Menurut keluarga TnR, agama berperan penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga uga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sedang sakit tersebut. l. Status social ekonomi keluarga : Di keluarga Tn.R pencari nafkah utama di keluarga adalah Tn.R yang bekerja sebagai buruh dengan Rp. 2.000.000, sampai Rp.2.500.000,- penghasilan setiap bulan. Selain itu Tn.R juga masih aktif menjadi pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Tn.R terlihat jarang ada di rumah. Ny.R sehari-hari membuka warung makanan yang menjual ringan di kebutuhan sehari-hari dan rumahnya dengan penghasilan perhari Rp. 50.000,- keperluan sehari-hari adalah untuk makan dan jajan ketiga anaknya, Ny. R merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini, Tn. R saat ini memiliki tabungan bekerja. atau dana kesehatan dari tempat m. Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga Tn.R Tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang jarang dilakukan hanya jika ada waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu R juga mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Tn.R Di rumah Ny. R mengatakan keluarganya dapat menikmatihiburan melalui TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An.H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman- temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman- temannya hingga malam hari. 2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini : Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yang dilakukan keluarga antara lain : a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri. Keluarga sudah memberi kesempatan bagi An. H untuk memilih apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakna tanggung jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun dilakukan atas kemauannya sendiri, An. H sudah memiliki cita-cita yaitu ingin menjadi pemain bola tetapi hanya sebatas harapan dan tidak bagaimana pencapaiannya. b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan Pernikahan Tn. R dan N. R saat ini sudh berlangsung 15 tahun, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat ini Ny. R dan Tn. R mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya dengan memnuhi segala kebutuhan mereka. 3. Tahap perkembangan kelurga yang belum terpenuhi : Berkomunikasi secara tebuka dengan anak-anak Ny.R mengatakan bahwa An.H adalah anak yang pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada menghabiskan waktunya di di rumah An.H banyak dalam kamarnya. An.H mengatakan jarang berbicara dengan Tn. R karena menurut An.H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu misalnya belajar, Tn.R sering marah-marah sehingga An.H malas untuk menanggapinya.Ny.R mengatakan sebenarnya T n . R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ny.R juga mengatakan bahwa An.H sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP. An.H mengatakan tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja. 4. Riwayat keluarga saat ini : Tn R dan Ny. R menikah pada tahun 1998, dan anaknya lahir setahun kemudian, Tn. R dan Ny. R memtuskan memakai kontrasepsi setelah melahirkan anak ketiga, jenis kontrasepsi yang dipilih adalah pil KB. 5. Riwayat keluarga sebelumnya : Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit keluarga Tn. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada pola makan dan jenis makanan yang dibatasi. 6. Lingkungan a. Karakteristik rumah : Rumah yang ditinggali Tn.R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan orang tua T n . R yang berukuran 70 m 2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang Kamar adalah tidur 1 digunakan sedangkan dapur dan kamar mandi. oleh Tn.R dan N y . R, 2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak- anak dan Nenek R yang tinggal bersama T n . R dan N y . R. Lantai rumah terbuat dari kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang. b. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW : Tn. R jarang berkumpul dengan tetangga karena kesibukannya, namun Ibu R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan rumah. N y . R sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus warung yang ada di rumah. Keluarga Tn..R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi kanan rumah Tn. R yaitu rumah saudaranya dan sebelah kiri adalah rumah tetangganya, di belakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan harmonis. c. Mobilitas geografis keluarga Saat ini keluarga T n . R sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Tn.R sendiri sudah tinggal di rumah tersebut sejak Tn. R Lahir, karena Tn.R adalah anak tunggal dari kedua orang tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut ditinggali keluarga Tn.R dan ibunya. Rumah Tn . R dibangun di atas tanah milik orang tuanya, kepemilikan tanah masih milik ibunya Tn.R. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi kepada masyarakat : Tn.R selalu menekankan pada N y . R supaya mengikuti acara yang diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu luang N y . R mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis). Anak-anak Tn.R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan mengatakan mengikuti di sudah daerah setempat jarang (suka RT 02.An. membolos) H dalam pengajian. Tn. R sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/ MC di acara- acara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/RW. Ibu R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan rumahnya. Saudara Ny.R tinggal tidak jauh dari rumah Ny.R, setiap hari selalu bertemu. An.H berteman dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalanjalan dengan menggunakan motor. e. Sistem pendukung keluarga Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang menyelesaikan dengan melibatkan anggota keluarga. Kadang juga orang tua, karena dengan orang tua tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang idup saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Tn. R untuk anggota keluarga yang sakit menurut Ny.R sangat membantu keluarga. f. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Ny. R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ny.R mendiskusikan bersama T n . R terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tua.Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat yaitu malam hari dan waktu santai makan bersama dengan anggota keluarga. Namun An.H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua ataupun keluarganya yang lain. Tn. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya 2) Struktur kekuatan keluarga Pemegang keputusan di keluarga kepala keluarga, tetapi adalah Tn.R sebagai tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ny.R punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ny.R juga berinisiatif membawa yang sakit anaknya ke pelayanan sendiri untuk kesehatan, bila ada dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung. 3) Struktur peran : - Tn. R Sebagai kepala keluarga, bertanggungjwab dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga. - Ny. R Ny. R mengatakan urusan anaknya lebih diserahkan kepada ibunya. Sebagai istri Tn. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka usaha warung dirumah. - An. H An, H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ny. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ny. R mengatakan tidak pernah membantu aktivias belajar anaknya dirumah. - An. F Sebagai anak ke 2 Tn. R dan Ny. R yang pada tahun akan memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak dari An. L. - An. L Sebagai anak ketiga Tn. R dan Ny. R juga berperan sebagai adik dari kedua kakaknya An. H dan An. F. - Nenek R Sebagai ibu dari Tn. R dan nenek dari ketiga cucunya, Ny. R juga mengatakan diumah tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga. 4) Nilai dan norma keluarga Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat. g. Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif Ny. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarganya dalam rumah dapat saling terbuka dalam penyampaian pendpapat walaupun An. H termasuk yang pendian dan jarang menyampaiakan pendapat. 2) Fungsi sosialisasi Hubungan antar anggota keluarga dala rumah berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi kelaurga Tn. R tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut. 3) Fungsi perawatan keluarga Ny. R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotek. Keluarga Ny.R memanfaatkan pelayanan juga sering kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Tn.R mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya biasanya Tn.R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya. 4) Stress dan koping keluarga a) Stressor jangka pendek Keluarga Tn.R mencemaskan pergaulan An.H yang sudah memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An.H juga sering nongkrong maupun teman tidak jelas dengan teman sekolah di lingkungannya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut ikutan tawurandengan temanteman sekolahnya. An.H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar). b) Stressor jangka panjang Ny. R mengeluh biaya sekolah ketiga anaknya semakin mahal terlebih lai tahun ini anak keduanya yaitu An.F akan lulus dari SD dan masuk SMP. c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Jika, ada masalah keluarga beusaha mencari jalan keluar dari masalah tersebut dengan musyawarah, keluarga meyakini jika setiap masalah pasi ada jlan keluarnya, misalnya dengan meminta banuan dari orang tua dan tetangga terdekat. d) Strategi koping yang digunakan Ny. R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mngatasi masalah yang ada. e) Strategi adaptasi disfungsional Tidak ada h. Harapan keluarga Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan banyak mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya. i. Pemeriksaan fisik No. Nama TD Nadi RR Suhu BB TB (mmHg) (x/menit) (x/ menit) (0C) (kg) (cm) 1. Tn. R (38 Tahun) 130/90 86 21 36,7 68 172 2. Ny. R (30 Tahun) 110/ 70 82 19 36,8 48 154 3. An. H (14 Tahun) 120/80 88 20 36,5 51 156 4. An. F (12 Tahun) 110/80 91 21 36,8 36 139 5. An.L (9 Tahun) 110/70 90 22 36,9 31 134 6. Nenek. (61 140/90 90 23 37 52 155 R Tahun) j. Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik 1) Tn. R Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada pemerikasaan fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan. 2) Ny. R Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada pemerikasaan fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan. 3) An. H Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan. 4) An. F Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan. 5) An. L Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan 6) Nenek. R Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak meiliki keluhan fisik, mulai riwayat pengobatan berkurang, dalam 3 bulan tidak ada penglihatan 3.3 Analisa data No. 1. Data Masalah DS : Ketidakefektifan - Ny. R mengatakan dirumah perfoma peran tidak ada peraturan yang jelas remaja An. H tentang apa saja tugas setiap dengan keluarga anggota keluraga. Tn. R. - An. H tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggungjawabnya sebagai remaja. - An. H sebelumnya mengatakan tidak mendapatkan pernah informasi mengenai tugas. Perkembangan maupun tanggungjawab sebagai remaja. DO : - An. H merupakan anak pertama dalam keluarga. - Dirumahnya tidak ada yang mengajarkan peran dan tanggungjawab remaja (An. H) 2. DS : Ketidakefektifan - Ny. R mengatakan urusan koping keluarga anakanya lebih banyak diserahkan kepada ibunya. Tn. R. - Ny. R mengatakan An. H lebih suka menghabiskan waktunya didalam kamar dari pada berkumpul dengan keluarga. - Ny. R mengatakan memang Tn. R agak keras mendidik anak-anaknya. - An. H mengakui tidak pernah mmenceritakan masalahnya dihadapan orangtua. - An. H mengatakan kadang percakapan dengan orangtua akan berakhir dengan ketegangan. - An. H mengatakan lebih suka menceritakan kepada masalahnya teman-temannya. Dibandingkan orang tua atau keluarga lain. DO : - Tn. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. 1. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektiifan perfoma peran remaja An. H keluarga Tn. R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja. b. Ketidakefektifan koping keluarga Tn. R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja. 3.4 Scoring/ pembentukan prioritas masalah 1. Diagnosa : Ketidakefektiifan perfoma peran remaja An. H keluarga Tn. R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja. Kriteria No. 1. Sifat Masalah Skor Hasil (Bobot = 1) Saat ini An. H masih - Tidak sehat - Ancaman kesehatan - Krisis Pembenaran atau keadaan 3 2 3/3 x 1 = 1 dalam tahap perkembangan remaja 1 yang sejahtera membutuhkan perhatian dan komuikasi yang efektif dalam mengungkapkan masalahnya. Orangtua biasanya menanyakan kemana An. H pergi dan kadang memarahi jika ada masalah dengan sekolah. Kemungkinan masalah dapat diubah (Bobot = 2) - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat 2 1 0 2/2 x 2 = 2 An. H dapat diajak berkomunikasi menurut orangtuanya dan pada melalui pendekatan. Komunikasi yang efektif akan pengenalan peran dan tanggungjawab remaja maka penerapan peran remaja di keluarga Tn. R akan efektif. Potensial masalah dapat Adanya 1/3 x 1 = 1 dicegah (bobot = 3) 3 2 - Tinggi yang baik dari orangtua dan saudara - Cukup An. 1 - Rendah perhatian H akan perkembangan dan peran dan tanggungjawab. Menonjolkan masalah (bobot Keluarga mengatakan = 1) ada masalah dan sgera - Masalah berat yang harus 2 2/2/ x 1 = 1 segera ditangani - Ada masalah tapi tidak meraka takut anaknya 1 tidak bisa menerapkan segera perlu ditangani - Masalah tidak dirasakan prlu ditangani karena peran 0 tanggungjawab remaja di keluarga. TOTAL 4 1/3 2. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Tn. R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja. No. Kriteria Sifat Masalah Skor dan Hasil Pembenaran 1. (Bobot = 1) Timbul 3 2 - Tidak sehat - Ancaman kesehatan - Krisis atau keadaan 3/3 x 1 = 1 mekanisme koping negative, baik pada 1 orang keluarga sejahtera tua, maupun remaja karena kurangnya kualitas komunikasi antara mereka. Kemungkinan masalah dapat Pola komunikasi antar diubah (Bobot = 2) remaja dan orangtua - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat 2 2/2 x 2 = 2 1 0 merupakan suatu proses yang harus dimulai dan dijaga keberlangsungannya, keluarga sudah memberikan respon positif dengan bertanya yang komunikasi baik dengan remaja. Potensial masalah dapat 3/3 x 1 = 1 dicegah (bobot = 3) - Tinggi Keluarga 3 2 - Cukup - Rendah sudah mengetahi stressor dan cara mencegahnya. 1 Menonjolkan masalah (bobot Keluarga menganggap 1/2/ x 1 = 1 = 1) 2 - Masalah berat yang harus segera ditangani tidak utama 0 - Masalah tidak dirasakan TOTAL menjadikan masalah ini prioritas 1 - Ada masalah tapi tidak segera perlu ditangani masalah terjadi tetapi 4 1/2