Uploaded by User107958

Tugas Askep Keluarga dengan Remaja

advertisement
MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA
Disusun Oleh :
1. Ajeng Alfi S
(1611012)
2. Eka Yulis Styawati
(1611015)
3. Khusnul Arifianti
(1611023)
4. Zulfa Alkarimah
(1611033)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang
memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap
perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami
peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa
dimana
terjadinya
krisis
identitas
atau
pencarian
identitas
diri.
Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari
identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja.
Transisi dari masa anak-anak dimana selain meningkatnya kesadaran diri
(self consciousness) terjadi juga perubahan secara
fisik,
kognitif, sosial
maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami
perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung
bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja
tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan,
pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi
sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja
(Pianta, 2005
dalam Santrock, 2007).
Laporan
situasi
Kependudukan
Dunia
Tahun
2012
pada
peluncurannya, disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh
dan telah mencapai 7 miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia
atau
hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta
orang di antaranya tinggal di negara berkembang. Negara Indonesia
sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan 1 dari 4 orang
penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun, dari
240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar, mencapai
63,4 juta atau sekitar 26,7% dari total penduduk (BKKBN, 2012).
Peran perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
anak usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan
masalah yang timbul bisa teratasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak
remaja ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi remaja.
2. Mengetahui bagaimana tugas perkembangan remaja.
3. Mengetahui tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
4. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga
dengan anak remaja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence
(kata bendanya adolescent yang berarti remaja) yang berarti tumbuh
menjadi
dewasa. Adolescence artinya
berangsur-angsur
menuju
kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini
mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak
berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan
itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).
2.2
Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa :
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seseorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih
terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya
sendiri
dan
dorongan-dorongan
yang
menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiranpikiran baru cepat tertarik pada lawan jenis.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
menyukainya.
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini anak usia 16-19 tahun adalah masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah
ini :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public)
2.3
Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat
dibedakan menjadi :
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong
(2009) menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas, periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional
dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU.
Pada saat ini remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok dan
pengasingan diri. Pada periode selanjutnya, individu berharap
untuk mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan
identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas
kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan
identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus
mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya
sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri
mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
a. Identitas Kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu
kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki
kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi
bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status.
Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan
gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja
terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokan dengan
kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja
sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka
sendiri sementara menolak identitas, dari generasi orang tuanya.
Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak
diterima.
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang
mereka kembangkan antara diri
mereka sendiri dengan
orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang
mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses
perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan
waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan.
Penentuan
identitas
dan
bagiannya
di
dunia
merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi
remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan
diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada
akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari
berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heteroseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan
remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran
seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda-beda pada setiap budaya
antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosial ekonomi.
d. Emosioanl
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang
pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan
emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai
waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu
dan tempat untuk
mengekspresikan dirinya
dapat
diterima
masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
2. Perkembanagn Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang
merupakan
ciri
periode
berpikir
konkret,
mereka
juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat
ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada
situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan
bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin
dapat
berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan
akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua
kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya mereka
dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak, dan
waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sstem atau serangkaian nilai-nilai
dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius
mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah
mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban
berdasarkan
hak timbal
balik dengan
orang
lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa
yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian,
mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka
tidak mematuhi peraturan tersebut.
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang
lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal
keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh
pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya
seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang
formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi
dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan
eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan
agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka
mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya
menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas
yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh
dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja
ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka
takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab
yang terkait dengan kemandirian.
2.4
Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock,
2001) antara lain :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak lakilaki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai
tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang
matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal
ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi
pembentukan sikap dan pola perilaku.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang
timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya
menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif
singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi
delapan
belas tahun,
menyebabkan
banyak
tekanan
yang
menganggu para remaja.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya
bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep
mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya.
Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk
mempelajari
cara-cara
memperbaiki
penampilan
diri
sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
4. Mengharapkan
dan
mencapai
perilaku
sosial
yang
bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki, mereka telah
didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi
halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak,
mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan
peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran
feminine dewasa yang diakui masyarakat dan menerima
peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan
penyesuaian
diri
selama
bertahun-tahun.
Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang
sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan
masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan
lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul
dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru
yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga
tidak mudah.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orangorang dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun,
kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku.
Banyak remaja yang ingin mandiri dan membutuhkan rasa aman
yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau
orang-orang dewasa. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang
memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
6. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja
memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau
remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan
yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian
ekonom bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya.
Secara ekonomi mereka masih harus tergatung selama beberapa
tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai
dijalani.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan
perkawinan
muda
menyebabkan
persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting
dalam tahun-tahun remaj. Meskpun tabu sosial mengenai perilaku
seksual yang berangsur-angsur mengendur dapar mempermudah
persiapan
perkawinan
dalam
aspek
seksual,
tetapi
aspek
perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang
tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku mengambangkan ideology
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilainilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak
dalam
perkembangan
ini.
Namun,
bila
nilai-nilai
deasa
bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus memlikih
yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang
menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin
diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh
dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak
bertanggung jawab.
2.5
Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak,
tempat anak belajar, dn mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Menurut
Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara
sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh
terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluara
adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap angota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3jenis
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga
yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum
menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu, serta family yang dari kedua
belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang
pada orang tuanya.
2.6
Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua. Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orang tua memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarkat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
2.7
Masalah-masalah yang Terjadi pada Keluarga dengan Tahap
Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga, terus-menerus mengkritik
atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku
anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat
ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat itu anak laki-laki dan perempuan
sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk
memperoleh rasa aman. Yang lebih penitng lagi, mereka memerlukan bimbingan
atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubunganhubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman
berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yanga tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya
kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang
diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam
masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang-orang selalu mengalami
kesulitan dalam bergaul dengan orang lain, dianggap tidak matang dan kurang
menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anakanak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik. Sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri mereka sering membantah orang
tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai
sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang
dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk
mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan
dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan
menhadi anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan
mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan
merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan
tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yangs erring menganggu anak
remaja adalah masalah yang berkaitan dengan orang reproduksi (seksual). Satu sisi
mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki
dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang
pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak
persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan
hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan
sebagainya. Syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia
remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan,
membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya
tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyisembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapinya, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi kontrol secara
bertahan terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
2.8
Masalah-masalah Kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi
dan dibicarkan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat
mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan
pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan
terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan
biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada
remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar,
dan patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi.
Penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol, keluarga berencana, kehamilan
yang dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian
yang relevan. Dalam mendiskusikan topic ini dengan keluarga, perawat dapat
terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja
biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehammilan, emnggunakan
obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan
penyakiy kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk
menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan
maka dilakukan wawancara secara terpisah sebelum mereka dikumpulkan.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua.
Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber
dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional,
dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum
juga diindikasikan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gambaran Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00
WIB pada keluarga Tn.R (38 tahun). Tn. R merupakan kepala
keluarga dari Ny. R (30 tahun), An. H (14 tahun), An. F (12 tahun),
An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan terakhir Tn.R
adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC
(pembawa acara) di acara-acara pernikahan. Alamat tinggal
sekarang ini di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bp. R merupakan keluarga
extended family (keluarga luas/besar) yang terdiri dari keluarga
inti dan orang tua dari Tn.R yaitu Nenek R. Dimana keluarga
Tn.R merupakan keluarga
hubungan
dengan
yang
didalamnya
darah, perkawinan dan
saling
masih terdapat
berinteraksi
satu
yang lain, mempunyai peran masing-masing, karena
didalam satu rumah di keluarga Tn. R terdiri dari 6 orang yang
hidup bersama, segala kebutuhan
dicukupi
oleh
kepala
keluarga. Keluarga Tn.R mengatakan bersuku Betawi. Keluarga
Tn.R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit
dibelikan obat
warung
terlebih dahulu
untuk
pertolongan
pertamanya. Ny.R mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan
ibadah keagamaan keluarga Tn.R yaitu sholat 5 waktu dan
bepuasa. Di keluarga Tn.R pencari nafkah utama adalah Tn.R yang
bekerja sebagai buruh, selain itu T n .R juga masih aktif sebagai
pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu
T n . R terlihat jarang ada dirumah. N y . R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Ny.R
mengatakan tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga,
hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. An.H mengatakan
jika banyak kegiatan dan dirinya stress maka dia akan main keluar
dengan teman-temannya. Biasanya nongkrong sambil ngobrol
tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan
motor. An.H juga
mengatakan sering main dengan teman-
temannya hingga malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tn.R berada
dalam tahap
perkembangan keluarga
dengan
anak remaja
dimana tugas perkembangan keluarga dengan remaja yaitu:
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
remaja
mengingat
mempertahankan
remaja
hubungan
yang sudah
yang
bertambah dewasa,
intim
dalam
keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan Ny.R mengatakan bahwa An.H adalah anak
pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat
memasuki usia remaja An. H sudah jarang berkumpul dengan
keluarga, jika berada dirumah An.H banyak menghabiskan waktu di
dalam kamarnya. An.H mengatakan jarang berbicara dengan Tn.R
karena menurut An.H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh
sesuatu, misalkan belajar, Bp.R sering marah-marah sehingga An.
H malas untuk menanggapinya. Ny.R mengatakan sebenanrnya
Tn.R baik, tetapi memang agak keras untuk
anaknya. Ny.R juga mengatakan
mendidik anak-
bahwa An. H sulit
diatur
semenjak memasuki SMP. An.H mengatakan tidak mengetahui
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja
karena
sebelumnya
tidak
pernah
mendapatkan
informasi
mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya
sebagai remaja.
Rumah yang ditinggali Tn.R sekeluarga adalah rumah
permanen peninggalan orang tua Tn.R yang berukuran 70 m 2.
Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan. Terdapat 2
jendela yang kurang lebih yang berukuran 1,5 x 1 meter di depan
samping pintu masuk. Namun, jendela yang selalu terlihat terbuka
ini jarang dibersihkan. Anak-anak Tn.R
tidak ada yang aktif
mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah setempat RW.02.
An.H mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti
pengajian. An.H berteman dengan beberapa teman seusianya,
nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan
rental PS dan
jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ny.R
mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan
keterbukaan. Namun, An. H mengatakan lebih suka menceritakan
masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang
tua atau pun keluarganya yang lain. T n .R sibuk bekerja dan
jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ny.R juga
mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang
apa saja tugas setiap anggota keluarga. Ny.R mengatakan urusan
anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibuya. An.H mengatakan
malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ny.R
mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya paspasan. Ny.R mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar
anakya di rumah.
Ny. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam
rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat
walaupun
An.
H termasuk anak yang pendiam dan jarang
menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota keluarga
dalam rumah berjalan degan baik. Ny.R mengatakan bahwa ketika
ada anggota yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan
obat dari warung atau dari apotik. Keluarga Ibu. R juga sering
memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika
sudah
sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati
dirumah saja. Keluarga Tn.R mencemaskan pergaulan An. H yang
sudah memasuki masa remaja. An.H sudah mulai ditawari untuk
mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah
maupun teman di
lingkungan
rumahnya.An.H juga
sering
nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di
sekitar rumahnya tersebut. An.H juga mengatakan pernah ikut-
ikutan
tawuran
dengan
teman-teman
sekolahnya.
An.H
mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
3.2
Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Keluarga (KK)
: Tn.R
b. Jenis Kelamin
: Laki-laki
c. Pendiidkan Terakhir
: SMP
d. Usia
: 38 tahun
e. Pekerjaan
: Buruh
f. Alamat
: Rt. 02 Rw. 05 Kelurahan Cisalak pasar
Cimanggis
g. Komposisi Keluarga
No.
Nama
:
Jenis
Hubungan
Kelamin
dengan KK
Usia
Pendidikan
1.
Ibu. R
Perempuan
Istri
30 th
SMP
2.
An. H
Laki - laki
Anak 1
14 th
SMP kelas 2
3.
A. F
Perempuan
Anak 2
12 th
SD kelas 6
4.
An. L
Laki - laki
Anak 3
9 th
SD kelas 3
5.
Nenek R
Perempuan
Ibu
61 th
SD
h. Genogram
Nenek. R
61 tahun
Tn. R 38
tahun
An. H
14 tahun
Ny. R 30
tahun
An. F 11
tahun
An. L 9
tahun
i. Tipe keluarga
Keluarga Tn. R termasuk tipe keluarga extended family (Keuarga besar).
Keluarga Tn R (38 tahun) terdiri dari Tn. R, Ny. R, ketiga anaknya dan
Ibu dari Tn.R yaitu neneknya (61 tahun).
j. Suku bangsa :
Tn. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya. Ny. R juga berasal dari
Jakrta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari di
rumah adalah Bahasa Indonesia dalam percakapan Ny. R mengatakan
keluarga tidak memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status
kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun.
k. Agama :
Seluruh keluarga Tn.R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Tn.R yaitu sholat 5 waktu dan
puasa dilakukan. Menurut keluarga TnR, agama berperan
penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal
kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang sedang
sakit, keluarga uga selalu mendoakan untuk kesembuhan
anggota keluarga yang sedang sakit tersebut.
l. Status social ekonomi keluarga :
Di keluarga Tn.R pencari nafkah utama di keluarga adalah
Tn.R yang bekerja sebagai buruh dengan
Rp. 2.000.000, sampai Rp.2.500.000,-
penghasilan
setiap
bulan.
Selain itu Tn.R juga masih aktif menjadi pembawa
acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Tn.R
terlihat jarang ada di rumah. Ny.R sehari-hari membuka
warung
makanan
yang
menjual
ringan di
kebutuhan
sehari-hari dan
rumahnya dengan penghasilan
perhari Rp. 50.000,- keperluan sehari-hari adalah untuk
makan dan jajan ketiga anaknya, Ny. R merasa cukup
dengan penghasilan suaminya saat ini, Tn. R saat ini
memiliki tabungan
bekerja.
atau dana kesehatan dari tempat
m. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.R Tidak memiliki jadwal khusus untuk
rekreasi
keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak
berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan dengan
jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang
jarang dilakukan hanya jika ada waktu saja keluarga pergi
rekreasi. Ibu R juga
mengatakan biasanya
dirinya
berkunjung ke rumah kerabat yang letak rumahnya
berdekatan dengan rumah keluarga Tn.R Di rumah Ny.
R mengatakan keluarganya
dapat menikmatihiburan
melalui TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An.H
mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat dirinya
stress maka dia
akan main
keluar
dengan teman-
temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak
jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton
balapan motor. An. H juga mengatakan sering main
dengan teman- temannya hingga malam hari.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak
remaja yang dilakukan keluarga antara lain :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri. Keluarga sudah memberi kesempatan bagi
An. H untuk memilih apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakna
tanggung jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun
dilakukan atas kemauannya sendiri, An. H sudah memiliki cita-cita yaitu
ingin menjadi pemain bola tetapi hanya sebatas harapan dan tidak
bagaimana pencapaiannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
Pernikahan Tn. R dan N. R saat ini sudh berlangsung 15 tahun, anaknya
yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat ini Ny. R dan Tn. R
mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya dengan memnuhi
segala kebutuhan mereka.
3. Tahap perkembangan kelurga yang belum terpenuhi :
Berkomunikasi secara tebuka dengan anak-anak
Ny.R mengatakan bahwa An.H adalah anak yang pendiam
dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat
memasuki usia remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul
dengan keluarga, jika berada
menghabiskan
waktunya
di
di
rumah An.H banyak
dalam
kamarnya.
An.H
mengatakan jarang berbicara dengan Tn. R karena menurut
An.H bapaknya itu galak dan
kalau menyuruh sesuatu
misalnya belajar, Tn.R sering marah-marah sehingga An.H
malas untuk menanggapinya.Ny.R mengatakan sebenarnya
T n . R baik, tetapi memang
agak keras untuk mendidik
anak-anaknya. Ny.R juga mengatakan bahwa An.H sulit
untuk diatur semenjak memasuki SMP. An.H mengatakan
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai
remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan
informasi
mengenai
tugas
perkembangan
maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja.
4. Riwayat keluarga saat ini :
Tn R dan Ny. R menikah pada tahun 1998, dan anaknya lahir setahun
kemudian, Tn. R dan Ny. R memtuskan memakai kontrasepsi setelah
melahirkan anak ketiga, jenis kontrasepsi yang dipilih adalah pil KB.
5. Riwayat keluarga sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit keluarga Tn.
R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada pola makan dan
jenis makanan yang dibatasi.
6. Lingkungan
a. Karakteristik rumah :
Rumah yang ditinggali Tn.R sekeluarga adalah rumah
permanen peninggalan orang tua T n . R yang berukuran 70
m 2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang
paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan
yang paling belakang
Kamar
adalah
tidur 1 digunakan
sedangkan
dapur dan kamar mandi.
oleh Tn.R
dan
N y . R,
2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-
anak dan Nenek R yang tinggal bersama T n . R dan N y . R.
Lantai rumah terbuat dari kerami. Terdapat 2 jendela yang
kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping
pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka
ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah putih
yang kondisinya cukup bersih.
Kondisi rumah tampak rapi
dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah yang
sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal
dari tanah (sanyo) sehingga airnya
tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap
pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.
b. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW :
Tn.
R
jarang
berkumpul
dengan
tetangga
karena
kesibukannya, namun Ibu R aktif di arisan PKK dan
pengajian yang ada di lingkungan rumah. N y . R sendiri
tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan
mengurus warung yang ada di rumah. Keluarga Tn..R tinggal
di RT 02 RW 02, di sisi kanan rumah Tn. R yaitu rumah
saudaranya dan sebelah kiri adalah rumah tetangganya, di
belakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan
bertetangga terlihat rukun dan harmonis.
c. Mobilitas geografis keluarga
Saat ini keluarga T n . R sudah tinggal menetap di rumah
yang sekarang selama 15 tahun dan tidak berniat untuk
pindah. Tn.R sendiri sudah tinggal di rumah tersebut sejak
Tn. R Lahir, karena Tn.R adalah anak tunggal dari kedua
orang tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut
ditinggali keluarga Tn.R dan
ibunya.
Rumah Tn . R
dibangun di atas tanah milik orang tuanya, kepemilikan
tanah masih milik ibunya Tn.R.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi kepada masyarakat :
Tn.R selalu menekankan pada N y . R supaya mengikuti
acara
yang diadakan oleh RT/RW,
misalnya pengajian,
arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu luang
N y . R mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan
anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara
satu dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Tn.R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan
mengatakan
mengikuti
di
sudah
daerah
setempat
jarang (suka
RT
02.An.
membolos)
H
dalam
pengajian. Tn. R sendiri sering diminta untuk
menjadi pembawa acara/ MC di acara- acara pernikahan
ataupun acara
yang
diadakan RT/RW. Ibu R juga
bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan
rumahnya. Saudara Ny.R tinggal tidak jauh dari rumah Ny.R,
setiap
hari selalu bertemu.
An.H berteman dengan
beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip
dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalanjalan dengan menggunakan motor.
e. Sistem pendukung keluarga
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan dengan
melibatkan
anggota
keluarga. Kadang juga
orang tua, karena dengan orang tua tinggal
bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan
sebagai
pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak
jauh dari rumah yang memperhatikan bila ada anggota
keluarga yang sakit
dan tetangga
yang idup
saling
menghormati serta menghargai.
Disamping itu adanya
fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Tn. R untuk
anggota
keluarga
yang
sakit menurut Ny.R sangat
membantu keluarga.
f. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Ny. R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya
menekankan
keterbukaan.
Bila
ada
masalah
dalam
keluarga, Ny.R mendiskusikan bersama T n . R terkadang
meminta bantuan
nasihat dari
orang tua.Waktu yang
biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat
yaitu malam hari dan waktu
santai
makan bersama dengan
anggota keluarga. Namun An.H mengatakan lebih suka
menceritakan
masalahnya
kepada
teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua ataupun keluarganya yang
lain.
Tn. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan
berbicara kepada anaknya
2) Struktur kekuatan keluarga
Pemegang keputusan di keluarga
kepala
keluarga,
tetapi
adalah Tn.R sebagai
tidak menutup
kemungkinan
suatu ketika Ny.R punya pendapat sendiri dan membuat
keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan
rumah tangga dan mengatur posisi
perabotan rumah
tangga. Terkadang Ny.R juga berinisiatif
membawa
yang sakit
anaknya
ke pelayanan
sendiri
untuk
kesehatan, bila ada
dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi
obat warung.
3) Struktur peran :
-
Tn. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggungjwab dalam mencari nafkah untuk
kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
-
Ny. R
Ny. R mengatakan urusan anaknya lebih diserahkan kepada ibunya. Sebagai
istri Tn. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka usaha warung
dirumah.
-
An. H
An, H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya.
Ny. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan.
Ny. R mengatakan tidak pernah membantu aktivias belajar anaknya
dirumah.
-
An. F
Sebagai anak ke 2 Tn. R dan Ny. R yang pada tahun akan memasuki SMP.
An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak dari An. L.
-
An. L
Sebagai anak ketiga Tn. R dan Ny. R juga berperan sebagai adik dari kedua
kakaknya An. H dan An. F.
-
Nenek R
Sebagai ibu dari Tn. R dan nenek dari ketiga cucunya, Ny. R juga
mengatakan diumah tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas
setiap anggota keluarga.
4) Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai
dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh
norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat
sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan
menerima kehadiran perawat.
g. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Ny. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarganya dalam rumah dapat
saling terbuka dalam penyampaian pendpapat walaupun An. H termasuk
yang pendian dan jarang menyampaiakan pendapat.
2) Fungsi sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga dala rumah berjalan dengan baik.
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi kelaurga Tn.
R tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut.
3) Fungsi perawatan keluarga
Ny. R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang
sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari
warung atau
dari apotek. Keluarga Ny.R
memanfaatkan pelayanan
juga
sering
kesehatan di RS, tetapi jika
sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka
hanya diobati di rumah
saja. Tn.R mengatakan bahwa
dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya
saja
jika
sedang
banyak
pekerjaan
yang
harus
diselesaikannya biasanya Tn.R mengeluhkan pegal-pegal
pada badannya.
4) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek
Keluarga Tn.R mencemaskan pergaulan An.H yang sudah
memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk
mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di
sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An.H juga
sering nongkrong
maupun teman
tidak
jelas dengan
teman
sekolah
di lingkungannya tersebut. An. H juga
mengatakan pernah ikut ikutan tawurandengan temanteman sekolahnya. An.H mengatakan sudah memiliki teman
dekat wanita (pacar).
b) Stressor jangka panjang
Ny. R mengeluh biaya sekolah ketiga anaknya semakin mahal terlebih lai
tahun ini anak keduanya yaitu An.F akan lulus dari SD dan masuk SMP.
c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Jika, ada masalah keluarga beusaha mencari jalan keluar dari masalah
tersebut dengan musyawarah, keluarga meyakini jika setiap masalah pasi
ada jlan keluarnya, misalnya dengan meminta banuan dari orang tua dan
tetangga terdekat.
d) Strategi koping yang digunakan
Ny. R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah kepada Allah SWT
tetapi tetap berusaha untuk mngatasi masalah yang ada.
e) Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ada
h. Harapan keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung
ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status
kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap
akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin.
Mereka juga berharap akan banyak mendapatkan
banyak
pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan
cara perawatannya.
i. Pemeriksaan fisik
No.
Nama
TD
Nadi
RR
Suhu
BB
TB
(mmHg)
(x/menit)
(x/ menit)
(0C)
(kg)
(cm)
1.
Tn. R (38 Tahun)
130/90
86
21
36,7
68
172
2.
Ny. R (30 Tahun)
110/ 70
82
19
36,8
48
154
3.
An. H (14 Tahun)
120/80
88
20
36,5
51
156
4.
An. F (12 Tahun)
110/80
91
21
36,8
36
139
5.
An.L (9 Tahun)
110/70
90
22
36,9
31
134
6.
Nenek.
(61 140/90
90
23
37
52
155
R
Tahun)
j. Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik
1) Tn. R
Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tidak
memiliki kelainan pada pemerikasaan fisiknya, Bp. R
tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif
berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
2) Ny. R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak
memiliki kelainan pada pemerikasaan fisiknya, Ibu R
tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif
berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
3) An. H
Keadaan
umum
baik,
kesadaran
composmentis,
memiliki postur tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan
fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
4) An. F
Keadaan
umum
baik,
kesadaran
composmentis,
memiliki postur tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan
penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
5) An. L
Keadaan
umum
baik,
kesadaran
composmentis,
memiliki postur tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan
penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan
6) Nenek. R
Keadaan
umum
baik,
kesadaran
composmentis,
merokok, tidak meiliki keluhan
fisik,
mulai
riwayat pengobatan
berkurang,
dalam 3 bulan
tidak
ada
penglihatan
3.3 Analisa data
No.
1.
Data
Masalah
DS :
Ketidakefektifan
- Ny. R mengatakan dirumah
perfoma
peran
tidak ada peraturan yang jelas
remaja
An.
H
tentang apa saja tugas setiap
dengan keluarga
anggota keluraga.
Tn. R.
- An. H tidak mengetahui tugas
perkembangan
maupun
tanggungjawabnya
sebagai
remaja.
- An.
H
sebelumnya
mengatakan
tidak
mendapatkan
pernah
informasi
mengenai
tugas.
Perkembangan
maupun
tanggungjawab
sebagai
remaja.
DO :
- An.
H
merupakan
anak
pertama dalam keluarga.
- Dirumahnya tidak ada yang
mengajarkan
peran
dan
tanggungjawab remaja (An.
H)
2.
DS :
Ketidakefektifan
- Ny. R mengatakan urusan
koping keluarga
anakanya
lebih
banyak
diserahkan kepada ibunya.
Tn. R.
- Ny. R mengatakan An. H
lebih
suka
menghabiskan
waktunya didalam kamar dari
pada
berkumpul
dengan
keluarga.
- Ny. R mengatakan memang
Tn. R agak keras mendidik
anak-anaknya.
- An. H mengakui tidak pernah
mmenceritakan masalahnya
dihadapan orangtua.
- An. H mengatakan kadang
percakapan dengan orangtua
akan
berakhir
dengan
ketegangan.
- An. H mengatakan lebih suka
menceritakan
kepada
masalahnya
teman-temannya.
Dibandingkan orang tua atau
keluarga lain.
DO :
- Tn. R sibuk bekerja dan
jarang
menyempatkan
berbicara kepada anaknya.
1. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektiifan perfoma peran remaja An. H keluarga Tn. R berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi
perkembangan keluarga dengan anak remaja.
b. Ketidakefektifan koping keluarga Tn. R berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang
tua dan remaja.
3.4 Scoring/ pembentukan prioritas masalah
1. Diagnosa : Ketidakefektiifan perfoma peran remaja An. H keluarga Tn. R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang
tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja.
Kriteria
No.
1.
Sifat Masalah
Skor
Hasil
(Bobot = 1)
Saat ini An. H masih
- Tidak sehat
- Ancaman kesehatan
- Krisis
Pembenaran
atau
keadaan
3
2
3/3 x 1 = 1
dalam
tahap
perkembangan remaja
1
yang
sejahtera
membutuhkan
perhatian
dan
komuikasi yang efektif
dalam
mengungkapkan
masalahnya. Orangtua
biasanya menanyakan
kemana An. H pergi
dan kadang memarahi
jika
ada
masalah
dengan sekolah.
Kemungkinan masalah dapat
diubah (Bobot = 2)
-
Dengan mudah
-
Hanya sebagian
-
Tidak dapat
2
1
0
2/2 x 2 = 2
An. H dapat diajak
berkomunikasi
menurut
orangtuanya
dan
pada
melalui
pendekatan.
Komunikasi
yang
efektif
akan
pengenalan peran dan
tanggungjawab remaja
maka penerapan peran
remaja di keluarga Tn.
R akan efektif.
Potensial
masalah
dapat
Adanya
1/3 x 1 = 1
dicegah (bobot = 3)
3
2
- Tinggi
yang
baik
dari
orangtua dan saudara
- Cukup
An.
1
- Rendah
perhatian
H
akan
perkembangan
dan
peran
dan
tanggungjawab.
Menonjolkan masalah (bobot
Keluarga mengatakan
= 1)
ada masalah dan sgera
- Masalah berat yang harus
2
2/2/ x 1 = 1
segera ditangani
- Ada masalah tapi tidak
meraka takut anaknya
1
tidak bisa menerapkan
segera perlu ditangani
- Masalah tidak dirasakan
prlu ditangani karena
peran
0
tanggungjawab remaja
di keluarga.
TOTAL
4 1/3
2. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Tn. R berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi
efektif antara orang tua dan remaja.
No.
Kriteria
Sifat Masalah
Skor
dan
Hasil
Pembenaran
1.
(Bobot = 1)
Timbul
3
2
- Tidak sehat
- Ancaman kesehatan
- Krisis
atau
keadaan
3/3 x 1 = 1
mekanisme
koping negative, baik
pada
1
orang
keluarga
sejahtera
tua,
maupun
remaja
karena
kurangnya
kualitas
komunikasi
antara
mereka.
Kemungkinan masalah dapat
Pola komunikasi antar
diubah (Bobot = 2)
remaja dan orangtua
-
Dengan mudah
-
Hanya sebagian
-
Tidak dapat
2
2/2 x 2 = 2
1
0
merupakan
suatu
proses
yang
harus
dimulai
dan
dijaga
keberlangsungannya,
keluarga
sudah
memberikan
respon
positif
dengan
bertanya
yang
komunikasi
baik
dengan
remaja.
Potensial
masalah
dapat
3/3 x 1 = 1
dicegah (bobot = 3)
- Tinggi
Keluarga
3
2
- Cukup
- Rendah
sudah
mengetahi stressor dan
cara mencegahnya.
1
Menonjolkan masalah (bobot
Keluarga menganggap
1/2/ x 1 = 1
= 1)
2
- Masalah berat yang harus
segera ditangani
tidak
utama
0
- Masalah tidak dirasakan
TOTAL
menjadikan
masalah ini prioritas
1
- Ada masalah tapi tidak
segera perlu ditangani
masalah terjadi tetapi
4 1/2
Download